Efek Fungistatis dan Fungisidal Ekstrak Kayu Manis Terhadap Candida albicans
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2012
Dennis Dominika
Efek Fungistatis dan Fungisidal Ekstrak Kayu Manis Terhadap Candida albicans
x + 51 halaman
Kayu manis adalah salah satu bahan rempah-rempah yang digunakan oleh masyarakat dari zaman prasejarah 2100 sebelum masehi sebagai pengawet mumi raja dan makanan dimana pada saat ini digunakan sebagai campuran minuman dan makanan untuk menambah cita rasa. Kayu manis mempunyai zat aktif yaitu cinnamaldehyde, eugenol dan linalool, memiliki sifat fungisidal dan fungistatis yang baik terhadap
Candida albicans. Untuk menurunkan jumlah koloni Candida albicans dapat digunakan ekstrak kayu manis, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kemampuan fungisidal dan fungistatis kayu manis terhadap Candida albicans. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan fungisidal dan fungistatis dari beberapa konsentrasi ekstrak kayu manis (KEKM) terhadap Candida albicans.
Pada penelitian ini digunakan metode ekstraksi untuk menarik zat-zat aktif kayu manis sehingga didapat konsentrasi ekstrak kayu manis (KEKM) dari konsentrasi 100%,
(2)
50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,525%, 0,781%, 0,390%, 0,195% dan dua larutan kontrol yaitu formaldehyd dan aquadest sebagai bahan pengujian dengan metode dilusi dengan 3 kali pengulangan. Jenis penelitian eksperimental laboratorium dengan desain penelitian pretes-postes. Analisa data yang digunakan adalah analisa Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan analisa Mann-Whitney.
Hasil penelitian dari beberapa konsentrasi didapati bahwa pada konsentrasi 25% sudah menunjukkan sifat fungisidal dan pada 0,78% menunjukkan sifat fungistatis terhadap Candida albicans. Dari tabel komparasi ganda, diperoleh perbedaan bermakna antar konsentrasi ekstrak kayu manis (KEKM) 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,525%, 0,781%, 0,390%, 0,195% (p<0,05)
Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak kayu manis (KEKM) maka semakin tinggi kemampuan fungisidal dan fungistatis terhadap Candida albicans.
(3)
EFEK FUNGISTATIS DAN FUNGISIDAL EKSTRAK
KAYU MANIS TERHADAP
CANDIDA ALBICANS
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh : Dennis Dominika NIM : 080600062
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(4)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi pada tanggal 25 Juni 2012
Medan, Juni 2012
Tanda tangan
Pembimbing:
1. Minasari Imran Nasution, drg ...
(5)
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji
pada tanggal
TIM PENGUJI
KETUA : Hj. Minasari Nasution, drg
ANGGOTA : 1. Yendriwati, drg., M.Kes
(6)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
Rehulina Ginting, drg., Msi selaku Ketua Departemen Biologi Oral, Minasari Nasution, drg selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen penguji, Yendriwati, drg., M.kes, sebagai sekretaris di Bagian Biologi Oral, Lisna Unita, drg., M.Kes, Dr. Ameta Primasari, drg., M.Dsc., M.Kes, serta pegawai Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi atas bimbingan, saran dan motivasi untuk penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros(K) selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah begitu banyak membantu, membimbing, dan memberi nasihat yang berharga selama penulis menjalani masa studi di perkuliahan, Ayahanda H. Wunarto SE dan Ibunda Frienny SE atas kasih sayang, doa restu serta dukungan moral maupun materil yang diberikan kepada penulis, teman-teman skripsi di Biologi Oral FKG USU dan teman-teman angkatan 2008 yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
(7)
Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 25 juni 2012 Penulis,
( Dennis Dominika ) NIM: 080600062
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penulisan ... 4
(9)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cinnamon(kayu manis) ... 5
2.1.1 Sejarah Kayu Manis ... 5
2.1.2 Cinnamonum burmanii ... 6
2.1.3 Kegunaan Cinnamon ... 7
2.1.4 Komponen Aktif Cinnamon ... 9
2.1.5 Cara Kerja Zat Aktif Cinnamon ... 11
2.2 Candida albicans ... 11
2.3 Denture stomatitis ... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 18
3.1 Kerangka Konsep ... 19
3.2 Hipotesa Penelitian ... 20
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21
4.1 Rancangan Penelitian ... 21
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
4.2.1 Tempat penelitian ... 21
4.2.2 Waktu Penelitian ... 21
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
4.4 Variabel Penelitian ... 23
4.4.1 Variabel Bebas ... 24
4.4.2 Variabel Tergantung ... 24
(10)
4.4.4 Variabel Tidak Terkendali ... 25
4.4.5 Kriteria Inklusi ... 25
4.4.6 Kriteria Eksklusi ... 25
4.5 Definisi Operational ... 25
4.6 Bahan dan Alat Penelitian ... 27
4.7 Prosedur Penelitian ... 32
4.7.1 Proses Ekstraksi ... 32
4.7.1.1 Proses Perkolasi dan Maserasi ... 32
4.7.1.2 Proses Rotavaporasi ... 33
4.7.2 Isolasi Candida ... 34
4.7.3 Pengujian pada Candida ... 36
4.7.4 Penghitungan koloni Candidaalbicans ... 37
BAB 5 HASIL ... 40
5.1 Jumlah koloni Candida albicans akibat ekstrak kayu manis ... 41
5.2 Jumlah koloni Candida albicans akibat ekstrak kayu manis dan kontrol ... 43
BAB 6 PEMBAHASAN ... 45
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
7.1 Kesimpulan ... 48
7.2 Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Distribusi frekuensi kemampuan fungisidal dan fungistatis ekstrak
kayu manis terhadap Candida albicans pada media SDA ... 41
2. Distribusi frekuensi kemampuan fungisidal dan fungistatis ekstrak
(12)
DAFTAR GAMBAR Gambar
1. Kayu manis ... 6
2. Koloni Candida albicans secara makroskopis dan mikroskopis ... 12
3. Dinding sel Candida albicans... ... 14
4. Blender ... 27
5. Alat perkolasi, Alat rotavapor ... 28
6. Dry freezer, Piring petri ... 29
7. Tabung reaksi, Inkubator ... 30
8. Pipet volum, Vortex ... 31
9. Alat-alat penelitian ... 32
10. Proses maserasi ... 33
11. Pasien denture stomatitis, ... 35
12. Pembuatan sampel Candida albicans pada SDA cair ... 35
13. Pengamatan kadar fungistatis ... 37
14. Piring petri dengan konsentrasi 100%,50%,25% ... 38
15. Konsentrasi 6,25%, 3,125%, 1,562% menunjukkan adanya koloni Candida albicans di media SDA ... 38
16. Konsentrasi 0,781% dan 0,390% menunjukkan adanya koloni Candida albicans di media SDA ... 39
17. Konsentrasi 0,195% dan kontrol menunjukkan adanya koloni Candida albicans di media SDA ... 39
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Skema alur penelitian ... 54
2. Skema alur pikir ... 55
3. Grafik jumlah koloni ... 56
4. Surat etika penelitian ... 57
(14)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu manis telah digunakan secara luas sebagai campuran minuman, maupun bumbu masakan sejak zaman prasejarah 2100 sebelum masehi. Cinnamon atau yang sering disebut kayu manis merupakan salah satu rempah-rempah yang sudah sangat terkenal, bukan hanya di Indonseia, tetapi di India, Srilanka, Brazil, dan beberapa negara Amerika Tengah hingga kepulauan Pasifik. Sejak Repelita I hingga Repelita IV, pengembangan tanaman rempah termasuk kayu manis secara berkesinambungan dicantumkan sebagai target produksi dan ekspor tertentu. Untuk mencapai target tersebut maka diadakan penyuluhan tentang teknik budidaya, perbaikan mutu dan pemasaran kayu manis. Tahun 1994, luas areal tanaman kayu manis hanya 93.300 ha dan produksi 35.400 ton. Namun, di tahun 1999 luas arealnya sudah menjadi 114.900 ha dan produksi 41.200 ton.
Kayu manis mempunyai ciri khas berupa aroma dan rasa yang manis. Sedikit yang tahu bahwa fungsi kayu manis bukan hanya sekedar pewangi, tetapi juga berfungsi sebagai fungisidal karena memiliki zat aktif berupa cinnamaldehyde, eugenol, dan linalool, sehingga mengkonsumsi kayu manis dapat berefek baik pada kesehatan tubuh. Kemampuan fungisidal dari kayu manis pertama kali ditunjukkan dan dikonfirmasi pada tahun 1977 oleh Bullerman, yang dipublikasikan pertama kali pada "journal of food science". Pada penelitian tersebut, diketahui bahwa zat aktif kayu manis dapat menetralkan alfatoxin, yang merupakan zat karsinogenik yang dihasilkan oleh jamur.
1
(15)
Dengan kemajuan teknologi, obat-obatan anti jamur juga semakin bertambah, tetapi sebagian besar obat-obatan tersebut dapat menimbulkan efek samping pada manusia. Beberapa obat antijamur seperti Nystatin, Fluconazole, Clotrimazole, Ketokonazole dapat mengakibatkan rasa mual, muntah-muntah, sakit perut, bahkan dapat meracuni hati. Hal ini mendorong para peneliti untuk meneliti kandungan yang terdapat pada berbagai bahan alamiah dan berusaha mencari bahan alamiah yang dapat mencegah perkembangan bakteri atau jamur patogen. Kemampuan bahan antimikroba dari bahan alamiah juga berbeda-beda, tergantung pada mikroba yang hendak diuji, bentuk dari bahan antimikroba, waktu dan tempat tumbuh dari bahan tersebut. 3,4,5
Candida albicans merupakan flora normal yang secara umum terdapat pada rongga mulut, feses, kulit, dibawah kuku orang sehat dan vagina. Pada keadaan normal, jamur ini tidak akan menimbulkan gangguan pada tubuh host, tetapi pada saat-saat tertentu seperti pada penderita leukemia, limphoma, pasien yang menjalani terapi radiasi dan juga pada pengguna gigi tiruan lepasan yang tidak dilepas dan dibersihkan dapat menimbulkan keadaan patogenesis.
Kehilangan gigi yang dialami seseorang akan mengakibatkan orang tersebut menjadi berkurang kemampuan serta kenyamanan dalam memfungsikan sistem stomatognasinya. Hal tersebut akan mendorong orang yang telah kehilangan giginya untuk menggunakan gigi tiruan baik berupa lepasan maupun cekat untuk mendukung fungsi fonetik, estetik, mastikasi, dan penelanan serta mencegah kerusakan lebih lanjut dari struktur organ rongga mulut. Pada tahun 2001, Hong Kong Oral Health Survey menyatakan bahwa kehilangan gigi masih sangat umum terjadi, terutama di kalangan
(16)
orang tua, lebih dari setengah penduduk yang berusia 65 - 74 hanya memiliki kurang dari 20 buah gigi, dari jumlah tersebut 34% telah memakai gigitiruan sebagian lepasan. 7 Dengan banyaknya jumlah pemakai gigi tiruan dan kurangnya kesadaran akan kesehatan dan kebersihan rongga mulut, maka secara otomatis prevalensi terjadinya denture stomatitis semakin meningkat. Tingginya prevalensi denture stomatitis hingga dapat mencapai rentang tertinggi yaitu 70%. Prevalensi juga semakin meningkat pada usia yang semakin tua.8
Penggunaan bahan alamiah untuk pengobatan telah lama dikenal oleh masyarakat. Usaha pengembangan bahan alamiah perlu dikembangkan kaena lebih mudah diperoleh, lebih tidak bersifat toksik dan murah dibandingkan obat-obatan pada umumnya. Tetapi penggunaan bahan alamiah tersebut haruslah didasari dengan data-data penelitian yang akurat sehingga efeknya dapat dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan ini, peneliti tertarik untuk mengetahui efek fungisidal dan fungistatis kayu manis terhadap Candida albicans yang diharapkan dapat menjadi dasar untuk dikembangkan sebagai pengobatan alternatif yang alamiah, tidak toksik dan mudah didapat.
(17)
1.2 Perumusan Masalah
1. Berapakah konsentrasi minimal ekstrak kayu manis (KEKM) yang diperlukan sehingga dapat bersifat fungistatis terhadap Candida albicans?
2. Berapakah konsentrasi minimal ekstrak kayu manis (KEKM) yang diperlukan sehingga dapat bersifat fungisidal terhadap Candida albicans?
3. Adakah perbedaan daya fungisidal dan fungistatis berbagai konsentrasi ekstrak kayu manis (KEKM) terhadap pertumbuhan Candida albicans?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui berapakah besar konsentrasi minimal ekstrak kayu manis sehingga dapat bersifat fungistatis terhadap pertumbuhan Candida albicans.
2. Untuk mengetahui berapakah besar konsentrasi minimal ekstrak kayu manis sehingga dapat bersifat fungisidal terhadap Candida albicans.
3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berbagai konsentrasi ekstrak kayu manis (KEKM) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai data dan informasi awal dalam bidang kedokteran gigi untuk disempurnakan sebagai penelitian lebih lanjut.
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cinnamon
Cinnamon atau yang dikenal luas sebagai kayu manis merupakan salah satu bahan rempah-rempahan yang sudah banyak dikenal dan digunakan oleh masyarakat sejak jaman dahulu kala. Kegunaan kayu manis secara umum hanyalah sekedar penambah cita rasa atau aroma saja. Sedikit yang tahu bahwa kayu manis mempunyai banyak kegunaan, salah satunya sebagai fungisid.
2.1.1 Sejarah Kayu Manis
Cinnamon merupakan jenis tanaman berumur panjang penghasil kulit yang ada di Indonesia dan disebut kayu manis. Kulit kayu ini sangat berlainan sifat dan guna dibandingkan kayu manis yang berasal dari Cina (Glycyrrhiza glabra Linn). Kayu manis yang terdapat di Indonesia terkenal ke seluruh dunia sebagai rempah-rempah yang berkualitas. Dalam Webster's New Word Dictionary disebutkan bahwa rempah-rempah adalah sesuatu substansi nabati seperti cengkeh, kayu manis, pala, lada, dan sebagainya yang dimanfaatkan cita rasa makanan. Rempah-rempah sudah digunakan manusia beberapa ribu tahun sebelum masehi,tepatnya sekitar tahun 2600-2100 SM. Sekitar tahun 2100 SM, Mesir mengimpor kayu manis dari Cina dan Asia Selatan, kayu manis dimanfaatkan untuk membalsem mayat raja-raja yang akan dijadikan mumi.1
(19)
2.1.2 Cinnamonum Burmanii
Cinnamonum burmanii merupakan varietas kayu manis yang asli berasal dari Indonesia. Klasifikasi tanaman tersebut adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales Famili : Genus :
Spesies : Cinnamomum burmannii9
(20)
2.1.3 Kegunaan Cinnamon (Kayu manis)
Cinnamon secara umum digunakan oleh masyarakat sebagai penambah rasa dan aroma makanan dan minuman, tetapi sedikit yang mengetahui bahwa cinnamon mempunyai berbagai keunikan dan kegunaan. Beberapa kegunaan kayu manis adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tonik otak : Kayu Manis bersifat aromaterapi dan karenanya bertindak sebagai tonik otak yang baik. Ini membantu dalam menghilangkan ketegangan saraf dan menunda kepikunan. Penelitian di Wheeling Jesuit University di AS telah membuktikan bahwa aroma kayu manis memiliki kemampuan untuk meningkatkan aktivitas otak . Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr P. Zoladz menemukan bahwa orang yang diberikan dengan kayu manis meningkatkan kemampuan pada bagian kognitif seperti proses perhatian, memori virtual, memori tindakan, dan respon visual-motorik.
10,11
2. Mengurangi kolesterol : Penelitian di Pakistan, menemukan bahwa konsumsi teratur kayu manis secara teratur dapat menurunkan kadar LDL 10-26% tetapi tidak menurunkan kadar HDL.
3. Meningkatkan sirkulasi darah: Komponen kayu manis yang bernama cinnamaldehyde amat berguna untuk mencegah pembekuan darah, sehingga aliran darah lancar dan terhindar dari resiko serangan stroke. Sirkulasi darah yang baik juga menjamin suplai oksigen ke sel-sel tubuh dan meningkatkan aktivitas metabolik menjadi lebih tinggi.
4. Pereda nyeri: Penelitian di Universitas Copenhagen menunjukkan bahwa kayu manis juga dapat bersifat anti inflamasi. Kayu manis dapat mengurangi nyeri dan kekakuan
(21)
otot dan sendi sehingga kayu manis dianjurkan untuk arthritis. Hal ini juga membantu dalam menghilangkan sakit kepala yang disebabkan oleh cuaca dingin. 5. Mengurangi infeksi: Karena kemampuan antijamur, antibakteri, antivirus dan
antiseptik kayu manis, kayu manis juga efektif pada infeksi eksternal maupun internal. Penelitian menunjukkan bahan ini membantu dalam menghancurkan kuman dalam kandung empedu dan bakteri pada infeksi Staphylococcus.
6. Mencegah penyakit jantung: Kayu manis diyakini memiliki kandungan kalsium dan serat yang memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan sedikit kayu manis dalam makanan membantu penyembuhan pasien yang menderita penyakit arteri koroner dan tekanan darah tinggi.
7. Mencegah kanker kolon: Kayu manis kaya akan serat, hal ini juga meningkatkan kesehatan usus dan dengan demikian mengurangi risiko usus kanker .
8. Sebagai penyegar mulut: Kayu manis digunakan sebagai salah satu bahan permen karet karena merupakan penyegar mulut yang baik dan dapat menghilangkan bau mulut .
9. Bahan baku parfum: Kayu manis memiliki aroma yang menyegarkan dan secara luas digunakan dalam pembuatan parfum.
10. Mengobati gangguan pencernaan: Kayu manis sering ditambahkan dalam resep masakan berbagai etnis. Selain menambahkan rasa pada makanan, juga membantu dalam pencernaan. Kayu manis sangat efektif untuk gangguan
(22)
pencernaan, mual muntah, sakit perut, diare dan perut kembung. Karena bersifat karminatif, kayu manis sangat membantu dalam menghilangkan gas dari perut dan usus.
11.Mengurangi masalah pernapasan: Kayu manis dapat membantu pasien yang mengalami gangguan pernafasan seperti pasien flu dan gangguan pada tenggorokan. 12.Membantu proses menyusui: Dipercaya bahwa kayu manis membantu dalam sekresi
ASI, sehingga dapat mempermudah proses menyusui .
13.Membantu program diet: Kayu manis mengandung serat yang mengakibatkan rasa lapar tidak akan muncul dengan cepat.
2.1.4 Komponen Aktif Cinnamon
Cinnamon memiliki beberapa zat aktif seperti:
Eugenol merupakan turuna
12
1. Eugenol (10%)
dikenal dengan nama13 Ia dapat dikelompokkan
dalam keluarga alilbenzena dari kuning pucat, kental seperti minyak. Sumber alaminya dari pula pada larut pada pelarut organik. Aromanya menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering, sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut. Senyawa ini dipakai dalam indus hama, antiseptik dan pembius lokal. Eugenol menjadi komponen utama dalam rokok kretek. Dalam industri, eugenol dapat dipakai untuk membuat
(23)
eugenol dengan seng oksida (ZnO) dipakai dalam restorasi. Turunan lainnya dipakai sebagai penyera pembuatan dapat menyebabkan diare, muntah-muntah, kehilangan kesadaran, pening, peningkatan detak jantung, dan bersifat hepatotoxic.
2. Linalool
Linalool merupakan golongan alkohol terpena alami. Bahan ini banyak dijumpai pada beberapa jenis tumbuhan dati golonga Menurut penelitian Akio Namakura, mencium aroma linalool dapat mengurangi stress dan menormalkan gen-gen manusia yang kelelahan, oleh karena itu, linalool banyak digunakan dalam memproduksi pewangi. Selain sebagai pewangi, linalool juga digunakan sebagai anti serangga.
3. Cinnamaldehyde (75%)
Cinnamaldehyde(C9H8O) atau yang disebut 3-phenylprop-2-enal (IUPAC)
merupakan komponen organik yang memberikan rasa dan aroma pada kayu manis.14 Komponen ini memiliki titik didih pada 246°C.15 Komponen yang merupakan turunan gugus aldehid ini biasa diperoleh melalui suatu proses destilasi uap. Zat aktif ini mempunyai sifat antifungi dan antibakteri yang kuat, baik pada bakteri gram negatif, juga gram positif.16 Selain sebagai antimikroba, cinnamaldehyde juga dapat diproses
(24)
yang didanai perusahaan permen karet Wrigleys yang dilakukan di Universitas Illinois di Chicago, menemukan bahwa permen karet yang mengandung cinnamaldehyde dapat mengurangi pertumbuhan bakteri terutama yang berada di bagian belakang lidah hingga mencapai 50 %. Walaupun memiliki banyak kegunaan, cinnamaldehyde ternyata dapat mengakibatkan iritasi kulit dan mengakibatkan keracunan apabila dihirup dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu yang terlalu lama.17
2.1.5 Cara Kerja Zat Aktif Cinnamon
Zat aktif ekstrak kayu manis dapat bersifat fungisidal dan fungistatis terhadap
Candida albicans karena zat-zat aktif kayu manis dapat menghentikan proses sintesa dinding sel, serta mengubah dinding sel secara stuktural yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas sehingga terjadi perubahan tekanan dalam sel jamur tersebut. Perubahan tersebut akan mengakibatkan organ-organ dalam sel jamur semakin membesar dan pecah, akibat lainnya ialah zat-zat asing dapat masuk dan merusak struktur internal sel.
Candida albicans adalah jamur yang bersifat patogen oportunistik yang ditemukan dalam konsentrasi rendah pada rongga mulut normal, yaitu 200 sel/cc saliva.
18,19
2.2 Candida albicans
20
Sebagai flora normal, Candida albicans tidak hidup sendiri, tetapi hidup bersama mikroorganisme lainnya seperti Streptococcus sp, Lactobacillus sp, Veilonella sp dan Actinomyces sp. 21 Candida albicans merupakan spesies Candida paling banyak
(25)
ditemui dalam rongga mulut.22 Candida albicans juga banyak dijumpai pada daerah genital, kulit dan kuku manusia. Sistematika Candida albicans adalah sebagai berikut: 6 Divisio : Mycota (fungi)
Subdivisio : Eumycotina Classis : Deuteromycetes
Ordo : Pseudosaccharomycetales Familia : Cryptococaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Gambar 2. Koloni Candida albicans secara makroskopis dan mikroskopis
Dalam media agar atau setelah 24 jam dengan temperatur 37°C, spesies Candida
menghasilkan koloni halus yang berbentuk bulat seperti pasta, berwarna krem dengan aroma ragi serta memiliki permukaan yang licin, agak cembung, halus dan terkadang
(26)
molekular yang hampir sama dengan jamur golongan saccharomyces.23 Candida albicans jugameragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas;
menghasilkan asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini membedakan Candida albicans dari spesies Candida lainnya (C. Krusei,
C. Parapsilosis, C. Stellatiodea, C. Tropicalis, C. Pseudotropicalis, dan C. gullermondi), yang kadang-kadang juga merupakan anggota flora normal manusia dan kadang-kadang terlibat dalam penyakit. 6
Secara mikroskopis, Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk berbeda yaitu sel tunas yang akan menjadi blastospora dan membentuk germ tube yang akan menghasilkan psudohifa. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Blastospora berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ .
Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 % dari berat kering dinding sel, β-1,3-D-glukan dan β–1,6-D-glukan sekitar 47-60 %, khitin sekitar 0,6-9 %, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponen-komponen ini menunjukkan proporsi yang
24
Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik.Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya.Candida albicans
(27)
serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. 24
Segal dan Bavin (1994) memperlihatkan bahwa dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda yaitu:
Gambar 3. Lapisan dinding sel Candida albicans
Membran sel Candida albicans seperti sel eukariotik lainnya terdiri dari lapisan fosfolipid ganda. Membran protein ini memiliki aktifitas enzim seperti manan sintase, khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang mentransport fosfat. Terdapatnya membran sterol pada dinding sel memegang peranan penting sebagai target antimikotik dan kemungkinan merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dinding sel. 24
Fibrillar layer
Mannoprotein
B-Glucan B Glucan-khitin
Mannoprotein Plasma membran
(28)
Transisi Candida albicans dari non patogen menjadi patogen dipengaruhi oleh faktor host dan dari Candida albicans itu sendiri, faktor-faktor Candida albicans yang mengakibatkan terjadinya patogenesis adalah sebagai berikut: 25
1. Kemampuan Candida albicans untuk melakukan perlekatan / adhesi
Salah satu kunci dari virulensi Candida albicans adalah kemampuannya untuk melakukan perlekatan ke permukaan host. Komponen Candida yang berperan dalam perlekatan disebut dengan adhesin.26,27 Pada permukaan rongga mulut, perlekatan yang kuat dapat mencegah sistem pembersihan rongga mulut yang berupa aliran saliva dan penelanan. Candida albicans dapat melekat di jaringan epitel oral maupun pada biomaterial seperti permukaan gigi tiruan.
2. Kemampuan berubah bentuk
Setelah melekat di permukaan rongga mulut, spesies Candida selain C.Glabrata, memiliki kemampuan untuk berubah bentuk menjadi bentuk filamen yang dapat memperkuat penetrasi ke jaringan epitel dan menambah resistensi terhadap kemampuan fagositosis oleh sistem imunitas tubuh.
3. Enzim Hidrolitik
Penghancuran jaringan host oleh Candida albicans dapat dilakukan oleh beberapa enzim yang disebut enzim hidrolitik. Enzim hidrolitik yang banyak ditemukan pada Candida albicans adalah Secreted Aspartyl Proteinase (SAPs) dan Phopolipase (PLs).28 Enzim-enzim ini dapat merusak atau melisis protein pada bagian ekstraselluler host sehingga respon pertahanan host akan berkurang.
Beberapa faktor host yang dapat mempengaruhi patogenesis dan pertumbuhan
(29)
1. Gangguan imunitas
Mekanisme pertahanan tubuh dari serangan jamur merupakan gabungan dari berbagai faktor. Pada pasien dengan gangguan imunitas, seperti pada pasien yang mengalami malnutrisi sehingga terjadi defisiensi imunitas, penggunaan imunosuppresi, pada pasien terapi radiasi, pada pasien dengan usia lanjut, dan pada pasien yang menjalani transplantasi organ terjadi penurunan pada sistem kerja dan jumlah dari sel limfosit dan fagosit, sehingga pertumbuhan dan tingkat infeksius Candida albicans
menjadi bertambah.30
2. Pemakaian gigi tiruan
Salah satu faktor terpenting dalam peningkatan jumlah Candida albicans dalam rongga mulut ialah pemakaian gigitiruan. Ketika gigi tiruan dipakai pada waktu makan, akan terbentuk suatu lapisan yang disebut plak gigi turuan, pada beberapa pasien yang kurang mengerti mengenai kesehatan rongga mulut, pasien tersebut akan memakai terus menerus gigi tiruannya tanpa dilepas dan dibersihkan. Adanya lapisan plak gigi tiruan tersebut akan mempermudah perlekatan Candida albicans ke gigi tiruan. Perlekatan tersebut tidak hanya akan memudahkan bertambah cepat dan banyaknya kolonisasi
Candida albicans pada gigi tiruan, tetapi juga mempermudah penetrasi Candida albicans ke mukosa mulut yang mengakibatkan denture stomatitis. 31
3. Saliva
Aliran saliva secara terus menerus sangat penting dalam mencegah kolonisasi
Candida albicans pada rongga mulut. Aliran saliva yang terus menerus akan melepaskan perlekatan Candida albicans dari mukosa rongga mulut. Kualitas dan
(30)
bertambahnya kadar glukosa saliva juga berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans. Pada suatu percobaan invitro di Amerika, ditemukan bahwa glukosa dapat menambah jumlah Candida albicans di rongga mulut. 32
4. Leukemia dan Limphoma
Penyakit leukimia dan limphoma dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem fagosit dan limfosit. Hal ini dapat juga mengakibatkan kerusakan pada neutrofil sehingga aktivitas anti mikrobanya terganggu. Aktivitas pertahanan primer ini akan mengakibatkan tubuh menjadi sangat rentan terhadap invasi mikroba yang sebenarnya adalah flora normal, salah satunya adalah Candida albicans sehingga prevalensi stomatitis akan meningkat. 33
2.3 Denture Stomatitis
Denture stomatitis adalah istilah untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada jaringan di bawah gigi tiruan dalam rongga mulut yang ditandai dengan adanya eritema dibawah gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang atas maupun dirahang bawah. Keadaan ini biasa ditemukan pada pengguna gigi tiruan yang tidak melepas dan membersihkan gigi tiruannya dalam jangka waktu yang lama. 32
Walaupun merupakan suatu keadaan patologik pada mukosa penyangga prothesa, pemakaian prothesa bukan penyebab tunggal denture stomatitis. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya denture stomatitis seperti oral higiene yang jelek, konsumsi karbohidrat yang berlebihan, aliran saliva yang buruk dan gangguan imunitas pada host.32
(31)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Denture stomatitis adalah perubahan patologik yang biasa terjadi akibat pemakaian gigi tiruan secara terus-menerus tanpa melepas dan membersihkan gigi tiruan tersebut, sehingga terjadi pertumbuhan flora normal yang berlebihan dan berubah dari sifat awalnya sebagai flora normal menjadi bentuk patogen. Beberapa mikroorganisme yang dapat ditemui pada denture stomatitis antara lain Candida albicans (paling dominan), Candida glabrata, Candida tropicalis, Staphylococcus aureus. Beberapa keadaan yang dapat mempermudah terjadinya denture stomatitis, seperti pemakaian gigi tiruan yang tidak dibersihkan, pasien lansia serta pasien dengan defisiensi imunologis.31
Kayu manis mempunyai sifat fungisidal yang baik karena kayu manis memiliki zat aktif seperti cinnamaldehyde, eugenol dan linalool yang dapat menghambat serta membunuh pertumbuhan Candida albicans. Hal ini disebabkan karena zat aktif kayu manis dapat menghambat pembentukan dan mengubah struktur dinding sel jamur sehingga terjadi gangguan pada permeabilitas sel yang mengakibatkan terjadinya kerusakan organ-organ penting Candida albicans.18,19
(32)
3.1 KERANGKA KONSEP
Denture Stomatitis
C. albicans
Ekstrak
Kayu Manis
Cinnamaldehyde,
Eugenol, Linalool
Dinding selCandida albicans
Menghambat pembentukan dan
mengubah Perubahan permeabilitas
dinding sel
Rusaknya struktur internal sel Masuknya zat-zat asing
Terjadi kematian C.albicans
(33)
3.2 Hipotesa Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
• Adanya kemampuan dari ekstrak kayu manis sebagai fungisidal dan fungistatis terhadap
• Terdapat perbedaan kemampuan berbagai konsentrasi ekstrak kayu manis
(KEKM) 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,75%, 3,90, 1,75%, 0,78%, 0,39%, 0,195%. terhadap Candida albicans.
(34)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan pretes-postes dengan kelompok kontrol, yaitu jenis penelitian yang melihat perbedaan hasil perlakuan dengan kontrol sebagai acuan standar awal.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di :
1. Laboratorium Obat Tradisional Farmasi USU 2. Laboratorium Biologi Oral FKG USU
3. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah 4 bulan yaitu November 2011- April 2012
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi : Candida albicans (Merupakan penyebab utama Denture Stomatitis) Sampel : Biakan Candida albicans dari hasil isolasi penderita denture
(35)
Pengulangan/replikasi: Replikasi sampel penelitian ini menggunakan rumus
Jadi perlakuannya (t) adalah = 12
(12-1) x (r-1) > 15 11 x (r-1) >15 11 r > 26 r > 2,36 = 3
Jumlah replikasi (r) yang dilakukan adalah 3, sehingga diperlukan 36 buah tabung reaksi
34
(t-1) x (r-1) > 15 Dimana : t = perlakuan
r = jumlah replikasi
Penelitian ini menggunakan 12 kelompok yang masing-masing terdiri atas : 1. Kelompok 1 (kontrol) : Aquadest sebagai kontrol negatif 2. Kelompok 2 (kontrol) : Formaldehyd sebagai kontrol positif 3. Kelompok 3 : Ekstrak kayu manis 100%
4. Kelompok 4 : Ekstrak kayu manis 50% 5. Kelompok 5 : Ekstrak kayu manis 25% 6. Kelompok 6 : Ekstrak kayu manis 12,5% 7. Kelompok 7 : Ekstrak kayu manis 6,25% 8. Kelompok 8 : Ekstrak kayu manis 3,125% 9. Kelompok 9 : Ekstrak kayu manis 1,562% 10. Kelompok 10 : Ekstrak kayu manis 0,781% 11. Kelompok 11 : Ekstrak kayu manis 0,390% 12. Kelompok 12 : Ekstrak kayu manis 0,195%
(36)
4.4 VARIABEL PENELITIAN
VARIABEL TERKENDALI
•Media pertumbuhan.
•Suhu inkubasi yaitu 37°C.
•Waktu pengkulturan yaitu 24 jam.
•Penggunaan alat, bahan coba dan media steril.
•Waktu pengamatan .
•Keterampilan operator dan dibantu assisten yang berpengalaman.
Variabel Bebas Variabel Tergantung
• Formaldehyd kontrol positif
•
VARIABEL TIDAK TERKENDALI
• Keadaan tanah dan curah hujan serta lingkungan asal tanaman.
VARIABEL TERGANTUNG
• Konsentrasi fungisidal minimum ekstrak kayu manis terhadap C. albicans.
• Konsentrasi fungistatis minimum ekstrak kayu manis terhadap C. albicans.
• Perbedaan kemampuan berbagai konsentrasi kayu manis terhadap C.
albicans.
VARIABEL BEBAS
• Formaldehyd(Kontrol positif) • Aquadest (Kontrol negatif) • Ekstrak kayu manis
(100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%, 0,781%, 0,390%, 0,195%)
(37)
4.4.1 VARIABEL BEBAS
Yang termasuk variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
• Forrmaldehyd kontrol positif.
• Ekstrak kayu manis berbagai konsentrasi.
• Aquadest sebagai kontrol negatif.
4.4.2 VARIABEL TERGANTUNG
• Kadar fungisidal minimum ekstrak kayu manis terhadap Candida albicans.
• Kadar fungistatis minimum ekstrak kayu manis terhadap Candida albicans.
• Perbedaan kemampuan berbagai konsentrasi kayu manis terhadap Candida Albicans.
4.4.3 VARIABEL TERKENDALI
• Media pertumbuhan yaitu SDA pada piring petri dan pada tabung reaksi
• Suhu inkubasi yaitu 37°C
• Waktu pengkulturan yaitu 24 jam
• Penggunaan alat, bahan coba dan media steril
• Waktu pengamatan setelah 24 jam
• Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian dan didampingi asisten laboratorium
(38)
4.4.4 VARIABEL TIDAK TERKENDALI
• Keadaan tanah dan curah hujan serta lingkungan asal tanaman
4.4.5 Kriteria Inklusi
1. Hasil isolasi dapat tumbuh pada media SDA
2. Pada media SDA memiliki koloni berbentuk bulat dan berwarna krem
3. Jika dilihat melalui mikroskop bersifat gram positif dan berdiameter kurang lebih 5μm
4.4.6 Kriteria Ekslusi
1. Hasil isolasi tidak dapat tumbuh pada media SDA 2. Tidak bersifat gram positif
3. Cenderung bertumbuh di media untuk bakteri
4.5 Definisi Operasional
1. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh memenuhi baku yang telah ditetapkan.
2. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak.
(39)
3. Perkolasi adalah penyarian yg dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui suatu lapisan atau saringan.
4. Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga
5. Formaldehyd merupaka2CO, yang berbentuknya
paraformaldehyde atau trioxane.
6. Kadar fungistatis minimal adalah konsentrasi terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur tertentu.
7. Kadar fungisidal minimal adalah konsentrasi terkecil yang dapat membunuh bakteri atau jamur tertentu.
8. Fungisidal adalah bahan yang dapat digunakan untuk membunuh jamur atau spora. 10. Fungistatis adalah suatu bahan yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. 11. Aquadest adalah air yang sudah melalui proses destilasi
12. SDA ( Sabaroud Dextrous Agar) merupakan media yang biasa dipakai dalam menumbuhkan Candida albicans, pada bentuk cair tidak berwarna (jernih). 14. Jernih adalah suatu keadaan dimana tidak terlihat kekeruhan atau gumpalan awan(cloudiness) jika dibandingkan dengan media SDA.
(40)
4.6 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah:
1. Bubuk kayu manis 300 gr, sampel kayu manis diambil dari Sibolangit Sumatera Utara
2. Alkohol 96 %
3. Media pertumbuhan Candida albicans SDA 4. Formaldehyd
5. Candida yang diisolasi dari denture stomatitis 6. Aquadest
Alat penelitian yang diperlukan : 1. Ekstraksi
a. Blender
(41)
b. Alat perkolasi
Gambar 5. Alat perkolasi untuk melakukan penyaringan bubuk kayu manis.
c. Rotavapor
(42)
d. Dry freezer
Gambar 7. Dry freezer untuk memadatkan mengeringkan ekstrak kayu manis.
2. Isolasi Candida a. Cotton bud steril b. Piring Petri
Gambar 8. Piring petri untuk menumbuhkan Candida albicans.
(43)
3. Pengujian efek fungistatis dan fungisidal a Tabung reaksi
Gambar 9. Tabung reaksi untuk percobaan fungisidal dan fungistatis.
b. Piring petri c. Inkubator
Gambar 10. Inkubator untuk mengoptimalkan pertumbuhan Candida albicans.
(44)
Gambar 11. Pipet volum untuk mengambil bahan uji.
e. vortex
Gambar 12. Vortex untuk menghomogenkan isi tabung. 4. Penghitungan koloni
a. Ose
b. Pelekat label c. Piring petri
(45)
Gambar 13. Alat-alat penelitian 4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Pembuatan Ekstrak Kayu Manis 4.7.1.1 Proses Perkolasi dan Maserasi
1. Kayu manis dipotong sampai kecil dan dijemur sampai kadar airnya berkurang yang secara organoleptik ditandai dengan kerapuhan pada kayu manis yang dijemur tersebut.
2. Setelah kering, kayu manis diblender hingga menjadi bubuk.
3. Timbang sampel sekitar 300 gr, dilakukan proses maserasi yaitu proses dimana bubuk kayu manis dicampur dengan etanol dan dibiarkan selama 24 jam.
(46)
Gambar 14. Proses Maserasi untuk mengoptimalkan penarikan zat aktif kayu manis.
4. Pasang botol perkolasi dan sambungkan dengan kran dengan tepat. 5. Masukkan kapas ke dalam ujung botol, padatkan.
6. Diatas kapas letakkan kertas saring bulat sehingga melapisi bagian dasar botol.
7. Kemudian hasil maserasi di masukkan ke tabung perkolasi, atur tetesan agar penarikan ekstrak maksimal yaitu sekitar 1 tetes per 3 detik.
8. Tambah pelarut secara terus-menerus dan harus selalu dijaga agar tidak menjadi kering.
9. Setelah cairan yang menetes berubah warna menjadi bening, hentikan proses perkolasi karena ekstrak yang ditarik sudah habis.
4.7.1.2 Proses Rotavaporasi
1. Hidupkan mesin air dan putar kran sehingga air akan masuk ke dalam alat rotavapor.
(47)
3. Masukkan sampel ke dalam labu sampel dan pasang labu penampung pada tempatnya.
4. Hidupkan pemanas, atur suhu dengan menekan tombol set dan atur suhu dengan menekan tombol naik turun.
5. Buka posisi handle ke unlock dan turunkan labu sampai terendam cairan yang dipanaskan kira-kira ½ dari ukuran labu. Kembalikan posisi handle ke posisi lock.
6. Hidupkan vakum dan tutup keran vakum
7. Isi kembali sampel apabila sampel sudah berkurang.
8. Labu penampung jika sudah penuh etanol maka harus dipindahkan. 9. Jangan lupa membuka keran vakum sebelum membuka labu manapun.
10. Setelah sampel menjadi kental seperti coklat yang dilelehkan, hentikan proses rotavaporasi dan pindahkan ke suatu wadah.
11. Ektrak pada wadah tersebut di dry freezing agar diperoleh ekstrak dengan kadar etanol yang lebih rendah. Ingat bahwa wadah harus dilapisi aluminium foil agar tidak terjadi degradasi oleh cahaya.
4.7.2 Isolasi Candida albicans dari Pasien Denture Stomatitis
1. Sediakan cotton bud steril dan media SDA untuk menumbuhkan Candida albicans.
2. Lakukan swab dengan menggunakan cotton bud pada daerah denture stomatitis.
(48)
Gambar 15. Pasien denture stomatitis
3. Kemudian sampel Candida albicans tersebut dilakukan penanaman pada SDA dengan metode streak untuk isolasi koloni,streak pertama dilakukan yaitu rapat-rapat, kemudian streak kedua agak jarang, dan streak ke tiga jarang jarang dengan tujuan memudahkan pengambilan perkoloni.
4. Kemudian inkubasi di dalam inkubator selama 24 jam dalam suhu 37C.
5. Dengan menggunakan ose ambil satu koloni Candida albicans dan masukkan ke dalam media SDA cair untuk dijadikan sampel coba Candida albicans.
Gambar 16. Pembuatan sampel Candida albicans pada SDA cair.
(49)
4.7.3 Pengujian pada Candida albicans
1. Dibuat konsentrasi ekstrak kayu manis 100%.
2. Dipersiapkan 12 tabung, pada ke 12 tabung tersebut diteteskan 1 ml media Sabaroud Dextrous Agar(SDA) cair, kemudian teteskan 1 ml ekstrak dengan konsentrasi 100% pada tabung pertama. Divortex agar tercampur secara homogen.
3. Dengan pipet diambil 1 ml campuran tabung 1 dan masukkan ke tabung 2. 4. Seterusnya dihisap dari tabung 3 dan dimasukkan ke tabung 4. Demikian seterusnya sampai tabung ke 10 sehingga diperoleh agen antimikroba pada tiap tabungnya.
5. Pada tabung ke 11 ditambah 1 ml formalin sebagai kontrol negatif dan pada tabung ke 12 ditambahkan 1 ml aquadest sebagai konrol positif.
6. Ke dalam semua tabung ditambahkan 1 ml larutan Candida albicans yang akan diuji. Tabung-tabung tersebut kemudian dihomogenkan.
7. Eramkan deretan tabung tersebut dalam inkubator suhu 37°C selama 24 jam. 8. Tabung yang ditumbuhi Candida albicans akan menjadi keruh sedangkan yang pertumbuhannya terhambat akan tetap jernih.
10. Kadar fungisidal minimum dapat diketahui dengan melakukan subkultur dari tabung tabung yang tidak keruh tersebut ke piring petri. Tabung dengan kadar terendah yang tidak ditemui adanya pembentukan koloni adalah kadar fungisidal
30,35
9. Konsentrasi terendah dimana tidak ada pertumbuhan Candida albicans adalah kadar fungistatis minimum.
(50)
Gambar 17. Pada kontrol, konsentrasi 0,195%, 0,390% terlihat kekeruhan menunjukkan adanya pertumbuhan Candida albicans tetapi pada 0,781% tidak dijumpai pertumbuhan Candida albicans (Kadar fungistatis minimum) 4.7.4 Penghitungan koloni untuk melihat perbedaan kemampuan tiap konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans 1. Dari setiap tabung, dilakukan subkultur ke media SDA dengan menggunakan ose.
2. Kultur dilakukan dengan melakukan streak yang berbeda dengan streak isolasi mikroba, yaitu streak penuh atau disebut streak menyeluruh.
(51)
3. Setelah semua tabung disubkultur, semua piring petri di inkubasi selama 24 jam dalam suhu optimal yaitu 37◦C.
4. Setelah 24 jam dilakukan perhitungan koloni. Untuk mempermudah penghitungan koloni, pring petri dapat dibagi menjadi empat kuadran.
5. Hasil dari tiap kuadran ditambahkan sehingga diperoleh jumlah koloni pada tiap piring petri.
Gambar 18. Konsentrasi 100%, 50 %, 25 % (Kadar fungisidal minimum) tidak adanya pertumbuhan Candida albicans.
Gambar 19. Konsentrasi 6,25%, 3,125%, 1,562% menunjukkan adanya koloni
(52)
Gambar 20. Konsentrasi 0,781% dan 0,390% menunjukkan adanya koloni Candida albicans.
Gambar 21. Kontrol dan konsentrasi 0,195% menunjukkan adanya koloni Candida albicans.
(53)
BAB 5 HASIL
Setelah proses ekstraksi selesai dan didapati ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 100%, dilakukan pengenceran dengan mencampur konsentrasi 100% tersebut dengan media cair dalam tiap tabung sehingga diperoleh konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%, 0,781%, 0,390%, 0,195% dan dua buah kontrol, yaitu formaldehyde dan aquadest. Kemudian semua tabung ditambahkan Candida albicans
yang berasal dari penderita denture stomatitis. Setelah diinkubasi selama 24 jam, dilakukan pengamatan kekeruhan pada tabung dengan berbagai konsentrasi ekstrak kayu manis yang bertujuan untuk melihat konsentrasi fungisidal dan fungistatis dari ekstrak kayu manis terhadap Candida albicans.
Setelah pengamatan fungistatis dan fungisidal, penelitian dilanjutkan dengan mengsubkultur semua tabung pada media SDA, kemudian dilakukan streak untuk menghitung koloni. Dilanjutkan dengan diinkubasi selama 24 jam pada 37°C. Setelah proses inkubasi, dilakukan penghitungan koloni. Proses penghitungan koloni dapat dipermudah dengan membagi piring petri menjadi empat kuadran atau delapan kuadran, kemudian dilakukan penghitungan pada tiap kuadran, setelah semua kuadran dihitung, jumlahnya ditotalkan, sehingga didapat jumlah koloni tiap piring petri.
(54)
5.1 Jumlah koloni Candida albicans akibat ekstrak kayu manis.
Tabel 1. Distribusi frekuensi kemampuan fungisidal dan fungistatis ekstrak kayu manis terhadap Candida albicans pada media SDA.
*terdapat perbedaan yang signifikan pada p<0,05 (Hipotesa diterima)
Dari tabel 1, terlihat adanya perbedaan kemampuan berbagai konsentrasi terhadap Candida albicans. Dapat dilihat juga bahwa pada konsentrasi 0,195% dan 0,390% ditemukan kekeruhan yang berarti bahwa kedua konsentrasi ini tidak bersifat fungistatis, sedangkan pada konsentrasi 0,781% sampai 12,5% tidak ditemukan kekeruhan yang berarti ekstrak kayu manis bersifat fungistatis terhadap Candida albicans dan pada konsentrasi 25%-100% bersifat fungisidal dimana tidak ditemukan koloni Candida albicans yang masih hidup.
KEKM r (koloni) SD Kekeruhan P
0.195% 3 638 51,39 +
0,037*
0.390% 3 577,67 24,21 +
0.781% 3 526 13,07 - (fungistatis)
1.562% 3 388,67 19,75 - (fungistatis)
3.125% 3 312,67 15,56 - (fungistatis)
6.25% 3 182,67 25,58 - (fungistatis)
12.5% 3 145,67 14,64 - (fungistatis)
25% 3 0 0 - Fungisidal
(koloni C.albicans 0)
50% 3 0 0 - Fungisidal
(koloni C.albicans 0)
100% 3 0 0 - Fungisidal
(55)
0 100 200 300 400 500 600 700 Ektrak kayu manis 0,19% Ektrak kayu manis 0,39% Ektrak kayu manis 0,78% Ektrak kayu manis 1.56% Ektrak kayu manis 3.12% Ektrak kayu manis 6,25% Ektrak kayu manis 12,5% Ektrak kayu manis 25% Ekstrak kayu manis 50% Ektrak kayu manis 100%
Grafik distribusi frekuensi kemampuan fungisidal
dan fungistatis ekstrak kayu manis terhadap
Candida albicans
pada media SDA
Distribusi frekuensi kemampuan fungisidal dan fungistatis ekstrak kayu manis terhadap Candida albicans pada media SDA
Grafik 1. Grafik distribusi frekuensi kemampuan fungisidal dan fungistatis ekstrak kayu manis terhadap Candida albicans pada media SDA.
(56)
5.2 Jumlah koloni Candida albicans akibat ekstrak kayu manis dengan kontrol. Tabel 2. Distribusi frekuensi kemampuan fungisidal dan fungistatis ekstrak kayu manis dan kontrol terhadap Candida albicans.
Konsentrasi ekstrak (KEKM)
Sampel (n) ± SD (koloni) P
Formaldehyde 3 0 ± 0 0,002*
100% 3 0 ± 0 0,002*
50% 3 0 ± 0 0,002*
25% 3 0 ± 0 0,002*
12.5% 3 145,67 ± 14,64 0,002*
6.25% 3 182,67 ± 25,58 0,002*
3.125% 3 312,67 ± 15,56 0,002*
1.562% 3 388,67 ± 19,75 0,002*
0.781% 3 526 ± 13,07 0,002*
0.390% 3 577,67 ± 24,21 0,002*
0.195% 3 638 ± 51,39 0,002*
(57)
Dari tabel 2 dapat ditarik kesimpulan bahwa aquadest memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam menghambat Candida albicans. Kesimpulan lain ialah tidak ada perbedaan kemampuan antara ekstrak kayu manis 25% dan formaldehyde, tetapi pada formaldehyde terdapat kecendrungan untuk menyebabkan gangguan pada manusia dimulai dari gangguan ringan seperti gangguan pencernaan hingga dapat mengakibatkan keganasan, sehingga peneliti menganjurkan pemakaian ekstrak kayu manis pada 25% sebagai pengganti formaldehyde untuk mengurangi koloni Candida albicans
(58)
BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian efek fungistatis dan fungisidal ekstrak kayu manis terhadap Candida albicans bertujuan untuk melihat daya fungistatis dan fungisidal ekstrak kayu manis terhadap Candida albicans serta adanya perbedaan berbagai konsentrasi ekstrak kayu manis (KEKM) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dilusi cair. Pengamatan kadar fungistatis dan fungisida dilakukan setelah 24 jam media cair diinkubasi di inkubator dengan 37◦C, dan penghitungan koloni dilakukan setelah piring petri yang disubkultur Candida albicans diinkubasi selama 24 jam di inkubator dengan temperatur 37◦C, pada penelitian ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Hasil penelitian menunjukkan adanya efek fungistatis dan fungisidal dari berbagai konsentrasi ekstrak kayu manis (KEKM) terhadap Candida albicans, kemudian penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara konsentrasi ekstrak (KEKM) 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%, 0,781%, 0,390%, 0,195% (hipotesa diterima). Dengan setiap peningkatan konsentrasi, terjadi pengurangan jumlah koloni Candida albicans yang lebih signifikan pada media SDA. Didapati bahwa kadar fungisidal minimal terdapat pada konsentrasi 25% dan kadar fungistatis minimal berada pada 0,78%. Faktor yang mempengaruhi kemampuan ekstrak kayu manis dalam kemampuannya sebagai fungisidal dan fungistatis Candida albicans adalah karena zat-zat aktif yang terkandung didalam nya seperti
(59)
cinnamaldehyde, linalool dan eugenol dapat menghentikan proses sintesa dinding sel, serta mengubah dinding sel secara stuktural yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas sehingga terjadi perubahan tekanan dalam sel jamur tersebut. Perubahan tersebut akan mengakibatkan organ-organ dalam sel jamur semakin membesar dan pecah, akibat lainnya ialah zat-zat asing dapat masuk dan merusak struktur internal sel.18,19
Elin Yulinah Iskandar, Asep Gana dan Muslikhati (1999) melakukan penelitian dengan menggunakan minyak atsiri kayu manis menggunakan metode destilasi uap. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dan antifungi minyak atsiri tersebut terhadap 14 spesies bakteri dan 18 spesies fungi . Hasil penelitian menunjukkan minyak atsiri memiliki aktivitas yang kuat terhadap semua bakteri dan fungi. Aktivitas antibakteri minyak atsiri terkuat terhadap Bacillus subtilis dengan konsentrasi hambat minimum sebesar 0,62% sedangkan daya antifungi terkuat terjadi pada Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimal sebesar 1%.
Penelitian Ririn Widyastuti (2009) membuktikan efek antimikroba ekstrak kayu manis terhadap Salmonella typhie yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotik seperti kloramfenikol. Ririn menggunakan metode dilusi tabung dengan konsentrasi 100%, sampai 0,781% dan dua buah kontrol yaitu positif dan negatif. Penelitian ini mendapati hasil bahwa ekstrak kayu manis mempunyai efek antibakteri terhadap Salmonella typhie, dan dapat menghambat Salmonella typhie pada konsentrasi 6,25%. Perbedaan konsentrasi hambat disebabkan sifat Salmonella typhie yang resisten terhadap antikmikroba dan antibakteri, sehingga dibutuhkan konsentrasi tinggi untuk dapat
(60)
Xuan Kuang dan Bin Li (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas ekstrak rempah-rempah tradisional terhadap beberapa bakteri pada daging. Pada penelitian ini didapati bahwa ekstrak kayu manis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Brochothrix thermosphacta dan
Lactobacillus rhamnosus pada konsentrasi 1%. Penelitian ini membuktikan bahwa kayu manis juga dapat digunakan untuk mencegah pembusukan daging dengan lebih alamiah dan dengan biaya yang murah. 37
Penelitian yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hasanuddin dengan zat aktif kayu manis menggunakan metode ekstraksi terhadap
Candida albicans diperoleh hasil bahwa konsentrasi hambat minimal ekstrak kayu manis yang dapat menghambat pertumbuhan jamur adalah 1%.38
Pada penelitian ini didapati ekstrak kayu manis yang digunakan peneliti lebih kuat efeknya dibandingkan ekstrak peneliti lain, dimana ekstrak peneliti sudah menimbulkan efek fungistatis pada 0,78%. Dapat terjadi perbedaan kemampuan antimikroba ekstrak kayu manis, karena aktivitas tersebut dapat tergantung pada ketinggian, iklim dan curah hujan dari sampel kayu manis tersebut, dan perbedaan metode penelitian. Dengan 3 kali pengulangan didapati perbedaan jumlah koloni tetapi peneliti mengambil rata-rata dari setiap konsentrasi tersebut. Pengulangan ini merupakan standar baku yang digunakan di laboratorium FMIPA USU. Pada penelitian ini peneliti masih memakai larutan etanol dalam proses ekstraksi. Penelitian yang dilakukan berbagai pihak terhadap berbagai bakteri dan jamur semakin menguatkan teori bahwa kayu manis memiliki kemampuan antimikroba yang baik.
(61)
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian efek fungistatis dan fungisidal ekstrak kayu manis terhadap
Candida albicans yang diisolasi dari pasien denture stomatitis dapat disimpulkan
1. Konsentrasi minimum ekstrak kayu manis yang bersifat fungistatis terhadap Candida albicans adalah 0,78%
2. Konsentrasi minimum ekstrak kayu manis yang bersifat fungisidal terhadap Candida albicans adalah 25%.
3. Terdapat perbedaan yang bermakna antar konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%, 0,781%, 0,390%, 0,195% dalam kemampuannya sebagai fungistatis dan fungisidal terhadap Candida albicans.
4. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak kayu manis, jumlah koloni Candida albicans semakin berkurang dan konsentrasi optimal ekstrak kayu manis adalah 25%.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan ekstrak kayu manis sebagai obat anti Candida dan bentuk sediaannya yang paling tepat. 2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang dapat 100% herbal tanpa ada
(62)
DAFTAR PUSTAKA
1. Munandar A, Paimin FB. Kayu manis budidaya dan pengolahan. Jakarta: Era pustaka, 2005: 4.
2. Bullerman L.B, Lieu F.Y, Seier S.A. Inhibition of growth and alfatoxin production by cinnamon and clove oils. Journal of Food Science 1977, 42: 1107-1109 3. Pulugurtha S. Side effects of fungal medication.
4. Elizabeth s, Ashley D, Lewis R, Martin C, Andes D. Pharmacology of sistemic antifungal agents. Clinical infectious disease 2006; 43: 28-39.
5. Hoque M.M, Bari M.L, Juneja V.K, Kawamoto S. Antimicrobial activity of cloves
and cinnamon extracts against food borne pathogen and spoilage bacteria, and inactivation of listeria in ground chicken unit with their essential oil. Agriculture research service 2008: 10.
6. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: Salemba medika, 2006: 343
7. Leung K.C.M, Pow E.H.M. Oral rehabilitation with removable partial dentures in advanced tooth loss situations. Hongkong dental journal 2009; 6: 39.
8. Gendreau L, Loewy Z.G. Epidemiology and etiology of denture stomatitis. Journal of prosthodontics 2011; 20: 251–260.
(63)
9. Noveni A. Cinnamonum burmanii Januari 2012>
10. Shomon M. Cinnamon: help for insulin resistance and weight loss. http://www.thyroid-info.com/ <12 Januari 2012>
11. Patel R. The use of honey and cinnamon as medication. http://www.leaflady.org/honey.htm <12 Januari 2012> 12. Maier K. Components of cinnamon oil.
November 2011)
13. Rayment WJ. Eugenol
November 2011)
14. Wasserman R. Cinnamaldehyde
2011) 15. Burnham PM. Cinnamaldehyde.
2011)
16. Ooi LSM, Li Y, Kam SL, Wang H; Wong EYL, Ooi VEC. Antimicrobial activities of cinnamon oil and cinnamaldehyde from the Chinese medicinal herb Cinnamomum cassia Blume.The American journal of Chinese medicine 2006; 34: 511-22.
(64)
17. Anonymous. Trans Cinnamaldehyde.
18. El-Baroty1 GS, H. Abd El-Bakyl, Farag , Saleh MA. Characterization of
antioxidant and antimicrobial. African Journal of Biochemistry Research 2010;
4: 167-174.
19.Yen TB, Chang ST. Synergistic effects of cinnamaldehyde in combination with eugenol against wood decay fungi. Bio source technology 2008; 99: 232-236. 20. Sufiawati I, Setiani T. Efektivitas heksetidin sebagai obat kumur terhadap kehadiran candida albicans pada penderita gangguan lidah. Laporan penelitian. Bandung : Fakultas kedokteran gigi Unpad, 2005: 10.
21. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU press, 2010:38. 22. Grimoud AM, Marty N,Bocque H. Colonization of oral cavity by candida
spesies: risk factor in long term geriatric care. Journal of Oral Science 2003; 45: 51-5.
23. Molero G, Orejas RD, Garcia FN, Monteoliva L, Pla J. Candida albicans: genetics, dimorphism and pathogenicity. Intrnl Microbiology 1998; 1: 95–106. 24. Tjampakasari CR. Karakteristik Candida albicans. Cermin dunia kedokteran 2006; 151: 33-6.
25. March PD, Martin MV. Oral microbiology5th ed. Philadelphia: Elsevier, 2010: 167-168.
(65)
An adhesin of the yeast pathogen Candida glabrata mediating adherence to human epithelial cell. Science 1999; 23:578-82.
27. P Sundstrom. Adhesion in Candida spp. Cell Microbiol. 2002; 4: 461-9. 28. Noumi E, Snoussi M, Hentati H, Mahdouni H. Adhesive properties and
hydrolytic enzymes of oral Candida albicans strains. Mycopathologia 2010;169:
269–278.
29. Van Wyk C, Steenkamp V. Host factors affecting oral candidiasis. South Afr J Epidemiol Infect 2011; 26: 18-21.
30. Winn W, Allen S, Janda W, Koneman E, Procop G, Woods G. Koneman's color
atlas and textbook of diagnostic microbiology 6th ed. Baltimore: Lippincott
William and Wilkin, 2006: 982, 1221.
31. Naik AV, Pai RC. A study of factors contributing to denture stomatitis in a North Indian Community. International Journal of Dentistry 2011
32. Budz E, Jogersen. Ecology of Candida associated denture stomatitis. Microbial ecology in health and disease 2000; 12: 170-185.
(66)
33. Wright JT, Stinnet EA, Childers NK, Bradley EL, Rodu BK. The detection of oral Candida in pediatric leukemia patients. Pediatric dentistry 1992; 14: 236.
34. Hanafiah KA. Rancangan percobaan aplikatif. Jakarta: Graha wacana, 2005: 12. 35. Hutabarat GF, Darip MD, Kusumawati L, Zuleikha S, Nasution TA. Penuntun praktikum mikrobiologi medik. Medan: FK USU, 2010: 29-30.
36. Sukandar, Yulinah E, Suganda, Gana A; Muslikhati. Efek minyak atsiri kulit kayu
dan daun Cinnamomum burmanni terhadap bakteri dan fungi. Majalah farmasi
Indonesia 1999; 10: 31-39.
37. Kuang X, Li B, Kuang R, Zheng X, Zhu B. Granularity and antibacterial activities of fine cinnamon and clove powders. Journal of food safety 2011: 291. 38. Yusran A. Uji daya hambat anti jamur ekstrak kayu minyak atsiri Cinnamonum
(1)
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian efek fungistatis dan fungisidal ekstrak kayu manis terhadap
Candida albicans yang diisolasi dari pasien denture stomatitis dapat disimpulkan
1. Konsentrasi minimum ekstrak kayu manis yang bersifat fungistatis
terhadap Candida albicans adalah 0,78%
2. Konsentrasi minimum ekstrak kayu manis yang bersifat fungisidal
terhadap Candida albicans adalah 25%.
3. Terdapat perbedaan yang bermakna antar konsentrasi 100%, 50%, 25%,
12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%, 0,781%, 0,390%, 0,195% dalam
kemampuannya sebagai fungistatis dan fungisidal terhadap Candida
albicans.
4. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak kayu manis, jumlah
koloni Candida albicans semakin berkurang dan konsentrasi optimal
ekstrak kayu manis adalah 25%.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan ekstrak kayu manis
(2)
DAFTAR PUSTAKA
1. Munandar A, Paimin FB. Kayu manis budidaya dan pengolahan. Jakarta: Era pustaka, 2005: 4.
2. Bullerman L.B, Lieu F.Y, Seier S.A. Inhibition of growth and alfatoxin production
by cinnamon and clove oils. Journal of Food Science 1977, 42: 1107-1109
3. Pulugurtha S. Side effects of fungal medication.
4. Elizabeth s, Ashley D, Lewis R, Martin C, Andes D. Pharmacology of sistemic
antifungal agents. Clinical infectious disease 2006; 43: 28-39.
5. Hoque M.M, Bari M.L, Juneja V.K, Kawamoto S. Antimicrobial activity of cloves
and cinnamon extracts against food borne pathogen and spoilage bacteria, and
inactivation of listeria in ground chicken unit with their essential oil. Agriculture
research service 2008: 10.
6. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: Salemba medika,
2006: 343
7. Leung K.C.M, Pow E.H.M. Oral rehabilitation with removable partial dentures in
advanced tooth loss situations. Hongkong dental journal 2009; 6: 39.
8. Gendreau L, Loewy Z.G. Epidemiology and etiology of denture stomatitis. Journal
(3)
9. Noveni A. Cinnamonum burmanii
Januari 2012>
10. Shomon M. Cinnamon: help for insulin resistance and weight loss.
http://www.thyroid-info.com/ <12 Januari 2012>
11. Patel R. The use of honey and cinnamon as medication.
http://www.leaflady.org/honey.htm <12 Januari 2012>
12. Maier K. Components of cinnamon oil.
November 2011)
13. Rayment WJ. Eugenol
November 2011)
14. Wasserman R. Cinnamaldehyde
2011)
15. Burnham PM. Cinnamaldehyde.
2011)
16. Ooi LSM, Li Y, Kam SL, Wang H; Wong EYL, Ooi VEC. Antimicrobial
activities of cinnamon oil and cinnamaldehyde from the Chinese medicinal herb
Cinnamomum cassia Blume.The American journal of Chinese medicine 2006;
(4)
17. Anonymous. Trans Cinnamaldehyde.
18. El-Baroty1 GS, H. Abd El-Bakyl, Farag , Saleh MA. Characterization of
antioxidant and antimicrobial. African Journal of Biochemistry Research 2010;
4: 167-174.
19.Yen TB, Chang ST. Synergistic effects of cinnamaldehyde in combination with
eugenol against wood decay fungi. Bio source technology 2008; 99: 232-236.
20. Sufiawati I, Setiani T. Efektivitas heksetidin sebagai obat kumur terhadap
kehadiran candida albicans pada penderita gangguan lidah. Laporan penelitian.
Bandung : Fakultas kedokteran gigi Unpad, 2005: 10.
21. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU press, 2010:38.
22. Grimoud AM, Marty N,Bocque H. Colonization of oral cavity by candida
spesies: risk factor in long term geriatric care. Journal of Oral Science 2003; 45:
51-5.
23. Molero G, Orejas RD, Garcia FN, Monteoliva L, Pla J. Candida albicans:
genetics, dimorphism and pathogenicity. Intrnl Microbiology 1998; 1: 95–106.
24. Tjampakasari CR. Karakteristik Candida albicans. Cermin dunia kedokteran
2006; 151: 33-6.
25. March PD, Martin MV. Oral microbiology5th ed. Philadelphia: Elsevier, 2010:
(5)
An adhesin of the yeast pathogen Candida
glabrata mediating adherence to human epithelial cell. Science 1999;
23:578-82.
27. P Sundstrom. Adhesion in Candida spp. Cell Microbiol. 2002; 4: 461-9.
28. Noumi E, Snoussi M, Hentati H, Mahdouni H. Adhesive properties and
hydrolytic enzymes of oral Candida albicans strains. Mycopathologia 2010;169:
269–278.
29. Van Wyk C, Steenkamp V. Host factors affecting oral candidiasis. South Afr J
Epidemiol Infect 2011; 26: 18-21.
30. Winn W, Allen S, Janda W, Koneman E, Procop G, Woods G. Koneman's color
atlas and textbook of diagnostic microbiology 6th ed. Baltimore: Lippincott
William and Wilkin, 2006: 982, 1221.
31. Naik AV, Pai RC. A study of factors contributing to denture stomatitis in a North
Indian Community. International Journal of Dentistry 2011
32. Budz E, Jogersen. Ecology of Candida associated denture stomatitis. Microbial
(6)
33. Wright JT, Stinnet EA, Childers NK, Bradley EL, Rodu BK. The detection of oral
Candida in pediatric leukemia patients. Pediatric dentistry 1992; 14: 236.
34. Hanafiah KA. Rancangan percobaan aplikatif. Jakarta: Graha wacana, 2005: 12.
35. Hutabarat GF, Darip MD, Kusumawati L, Zuleikha S, Nasution TA. Penuntun
praktikum mikrobiologi medik. Medan: FK USU, 2010: 29-30.
36. Sukandar, Yulinah E, Suganda, Gana A; Muslikhati. Efek minyak atsiri kulit kayu
dan daun Cinnamomum burmanni terhadap bakteri dan fungi. Majalah farmasi
Indonesia 1999; 10: 31-39.
37. Kuang X, Li B, Kuang R, Zheng X, Zhu B. Granularity and antibacterial
activities of fine cinnamon and clove powders. Journal of food safety 2011: 291.
38. Yusran A. Uji daya hambat anti jamur ekstrak kayu minyak atsiri Cinnamonum