Candida albicans TINJAUAN PUSTAKA

yang didanai perusahaan permen karet Wrigleys yang dilakukan di Universitas Illinois di Chicago, menemukan bahwa permen karet yang mengandung cinnamaldehyde dapat mengurangi pertumbuhan bakteri terutama yang berada di bagian belakang lidah hingga mencapai 50 . Walaupun memiliki banyak kegunaan, cinnamaldehyde ternyata dapat mengakibatkan iritasi kulit dan mengakibatkan keracunan apabila dihirup dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu yang terlalu lama. 17

2.1.5 Cara Kerja Zat Aktif Cinnamon

Zat aktif ekstrak kayu manis dapat bersifat fungisidal dan fungistatis terhadap Candida albicans karena zat-zat aktif kayu manis dapat menghentikan proses sintesa dinding sel, serta mengubah dinding sel secara stuktural yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas sehingga terjadi perubahan tekanan dalam sel jamur tersebut. Perubahan tersebut akan mengakibatkan organ-organ dalam sel jamur semakin membesar dan pecah, akibat lainnya ialah zat-zat asing dapat masuk dan merusak struktur internal sel. Candida albicans adalah jamur yang bersifat patogen oportunistik yang ditemukan dalam konsentrasi rendah pada rongga mulut normal, yaitu 200 selcc saliva. 18,19

2.2 Candida albicans

20 Sebagai flora normal, Candida albicans tidak hidup sendiri, tetapi hidup bersama mikroorganisme lainnya seperti Streptococcus sp, Lactobacillus sp, Veilonella sp dan Actinomyces sp. 21 Candida albicans merupakan spesies Candida paling banyak Universitas Sumatera Utara ditemui dalam rongga mulut. 22 Candida albicans juga banyak dijumpai pada daerah genital, kulit dan kuku manusia. Sistematika Candida albicans adalah sebagai berikut: 6 Divisio : Mycota fungi Subdivisio : Eumycotina Classis : Deuteromycetes Ordo : Pseudosaccharomycetales Familia : Cryptococaceae Genus : Candida Spesies : Candida albicans Gambar 2. Koloni Candida albicans secara makroskopis dan mikroskopis Dalam media agar atau setelah 24 jam dengan temperatur 37°C, spesies Candida menghasilkan koloni halus yang berbentuk bulat seperti pasta, berwarna krem dengan aroma ragi serta memiliki permukaan yang licin, agak cembung, halus dan terkadang terlipat-lipat terutama pada koloni yang sudah tua. 6 Candida albicans memiliki struktur Universitas Sumatera Utara molekular yang hampir sama dengan jamur golongan saccharomyces. 23 Candida albicans juga meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas; menghasilkan asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini membedakan Candida albicans dari spesies Candida lainnya C. Krusei, C. Parapsilosis, C. Stellatiodea, C. Tropicalis, C. Pseudotropicalis, dan C. gullermondi, yang kadang-kadang juga merupakan anggota flora normal manusia dan kadang-kadang terlibat dalam penyakit. 6 Secara mikroskopis, Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk berbeda yaitu sel tunas yang akan menjadi blastospora dan membentuk germ tube yang akan menghasilkan psudohifa. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Blastospora berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ . Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 dari berat kering dinding sel, β-1,3-D-glukan dan β–1,6-D-glukan sekitar 47-60 , khitin sekitar 0,6-9 , protein 6-25 dan lipid 1-7 . Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponen-komponen ini menunjukkan proporsi yang 24 Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik.Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya.Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Universitas Sumatera Utara serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. 24 Segal dan Bavin 1994 memperlihatkan bahwa dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda yaitu: Gambar 3. Lapisan dinding sel Candida albicans Membran sel Candida albicans seperti sel eukariotik lainnya terdiri dari lapisan fosfolipid ganda. Membran protein ini memiliki aktifitas enzim seperti manan sintase, khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang mentransport fosfat. Terdapatnya membran sterol pada dinding sel memegang peranan penting sebagai target antimikotik dan kemungkinan merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dinding sel. 24 Fibrillar layer Mannoprotein B-Glucan B Glucan-khitin Mannoprotein Plasma membran Universitas Sumatera Utara Transisi Candida albicans dari non patogen menjadi patogen dipengaruhi oleh faktor host dan dari Candida albicans itu sendiri, faktor-faktor Candida albicans yang mengakibatkan terjadinya patogenesis adalah sebagai berikut: 25 1. Kemampuan Candida albicans untuk melakukan perlekatan adhesi Salah satu kunci dari virulensi Candida albicans adalah kemampuannya untuk melakukan perlekatan ke permukaan host. Komponen Candida yang berperan dalam perlekatan disebut dengan adhesin. 26,27 Pada permukaan rongga mulut, perlekatan yang kuat dapat mencegah sistem pembersihan rongga mulut yang berupa aliran saliva dan penelanan. Candida albicans dapat melekat di jaringan epitel oral maupun pada biomaterial seperti permukaan gigi tiruan. 2. Kemampuan berubah bentuk Setelah melekat di permukaan rongga mulut, spesies Candida selain C.Glabrata, memiliki kemampuan untuk berubah bentuk menjadi bentuk filamen yang dapat memperkuat penetrasi ke jaringan epitel dan menambah resistensi terhadap kemampuan fagositosis oleh sistem imunitas tubuh. 3. Enzim Hidrolitik Penghancuran jaringan host oleh Candida albicans dapat dilakukan oleh beberapa enzim yang disebut enzim hidrolitik. Enzim hidrolitik yang banyak ditemukan pada Candida albicans adalah Secreted Aspartyl Proteinase SAPs dan Phopolipase PLs. 28 Enzim-enzim ini dapat merusak atau melisis protein pada bagian ekstraselluler host sehingga respon pertahanan host akan berkurang. Beberapa faktor host yang dapat mempengaruhi patogenesis dan pertumbuhan Candida albicans: 29 Universitas Sumatera Utara 1. Gangguan imunitas Mekanisme pertahanan tubuh dari serangan jamur merupakan gabungan dari berbagai faktor. Pada pasien dengan gangguan imunitas, seperti pada pasien yang mengalami malnutrisi sehingga terjadi defisiensi imunitas, penggunaan imunosuppresi, pada pasien terapi radiasi, pada pasien dengan usia lanjut, dan pada pasien yang menjalani transplantasi organ terjadi penurunan pada sistem kerja dan jumlah dari sel limfosit dan fagosit, sehingga pertumbuhan dan tingkat infeksius Candida albicans menjadi bertambah. 30 2. Pemakaian gigi tiruan Salah satu faktor terpenting dalam peningkatan jumlah Candida albicans dalam rongga mulut ialah pemakaian gigitiruan. Ketika gigi tiruan dipakai pada waktu makan, akan terbentuk suatu lapisan yang disebut plak gigi turuan, pada beberapa pasien yang kurang mengerti mengenai kesehatan rongga mulut, pasien tersebut akan memakai terus menerus gigi tiruannya tanpa dilepas dan dibersihkan. Adanya lapisan plak gigi tiruan tersebut akan mempermudah perlekatan Candida albicans ke gigi tiruan. Perlekatan tersebut tidak hanya akan memudahkan bertambah cepat dan banyaknya kolonisasi Candida albicans pada gigi tiruan, tetapi juga mempermudah penetrasi Candida albicans ke mukosa mulut yang mengakibatkan denture stomatitis. 31 3. Saliva Aliran saliva secara terus menerus sangat penting dalam mencegah kolonisasi Candida albicans pada rongga mulut. Aliran saliva yang terus menerus akan melepaskan perlekatan Candida albicans dari mukosa rongga mulut. Kualitas dan kuantitas saliva juga memegang peranan penting, contoh perubahan kualitatif seperti Universitas Sumatera Utara bertambahnya kadar glukosa saliva juga berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans. Pada suatu percobaan invitro di Amerika, ditemukan bahwa glukosa dapat menambah jumlah Candida albicans di rongga mulut. 32 4. Leukemia dan Limphoma Penyakit leukimia dan limphoma dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem fagosit dan limfosit. Hal ini dapat juga mengakibatkan kerusakan pada neutrofil sehingga aktivitas anti mikrobanya terganggu. Aktivitas pertahanan primer ini akan mengakibatkan tubuh menjadi sangat rentan terhadap invasi mikroba yang sebenarnya adalah flora normal, salah satunya adalah Candida albicans sehingga prevalensi stomatitis akan meningkat. 33

2.3 Denture Stomatitis