Efek Antifungal Dan pH Kombinasi Minyak Atsiri Kayu Manis Dengan Kalsium Hidroksida Terhadap Candida albicans

(1)

EFEK ANTIFUNGAL DAN pH KOMBINASI MINYAK ATSIRI

KAYU MANIS DENGAN KALSIUM HIDROKSIDA

TERHADAP CANDIDA ALBICANS

SECARA INVITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

RIANDA NIM : 060600057

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2010

Rianda

Efek antifungal dan pH kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida terhadap Candida albicans.

xiii+64 halaman

Candida albicans merupakan spesies yang paling sering diisolasi dari saluran akar gigi yang telah dirawat endodonti yang disertai lesi periapikal. Candida albicans juga merupakan salah satu mikroorganisme yang resisten terhadap kalsium hidroksida. Minyak atsiri kayu manis merupakan bahan alami yang telah diketahui sangat aktif melawan Candida albicans. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektifitas kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida terhadap Candida albicans, dan untuk mengukur perubahan pH pada minyak atsiri kayu manis, kalsum hidroksida, serta kombinasinya.

Penelitian dilakukan uji efek antifungal dengan metode difusi agar. Masing-masing petri yang telah berisi Candida albicans dibuat hole yang telah ditetesi bahan coba, yaitu: minyak atsri 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25%, kalsium hidroksida, dan kombinasinya. Efek yang timbul diamati setelah 24 jam pembiakkan di inkubator. Selanjutnya perubahan pH pada masing-masing kelompok diukur dengan menggunakan kertas lakmus indikator. Perubahan warna pada kertas disesuaikan dengan warna indikator.


(3)

Hasil uji analisa varians satu arah menunjukkan bahwa semua bahan percobaan mempunyai efek antifungal. Adapun urutan efek antifungal dari terkuat sampai yang terlemah adalah: minyak atsiri sendiri, kalsium hidroksida sendiri, lalu kombinasi minyak atsiri dan kalsium hidroksida. Sedangkan hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa minyak atsiri kayu manis sendiri memiliki pH yang bersifat asam dan netral, kalsium hidroksida memiliki pH 12 yang bersifat basa, dan apabila keduanya digabungkan dapat mempertahankan pH 12 maupun di atas 12 kecuali pada kombinasi 0,25% minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida dengan nilai pH 11.

Hasil uji Least Significant Difference (LSD) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara minyak atsiri 4% dengan minyak atsiri 0,5%, minyak atsiri 4% dengan minyak atsiri 0,25% (p<0,05), minyak atsiri 2% dengan minyak atsiri 0,25%, dan minyak atsiri 1% dengan minyak atsiri 0,25% (p<0,05), namun tidak terdapat perbedaan yang siginfikan antara kelompok kombinasi minyak atsiri pada semua konsentrasi dengan kalsium hidroksida (p<0,05).


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 2 DESEMBER 2010

OLEH : Pembimbing

NIP : 19410830 196509 1001

Prof. Dr. Rasinta Tarigan,drg.,Sp.KG (K)

Mengetahui

Ketua Departemen Ilmu konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

NIP : 130 702 230


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul

EFEK ANTIFUNGAL DAN pH KOMBINASI MINYAK ATSIRI KAYU MANIS DENGAN KALSIUM HIDROKSIDA TERHADAP CANDIDA

ALBICANS SECARA IN VITRO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NIM : 060600057 RIANDA

Telah dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 2 Desember 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Susunan Tim Penguji Skripsi

Ketua Penguji

NIP : 19410830 196509 1001

Prof. Dr. Rasinta Tarigan,drg.,Sp.KG (K)

Anggota tim penguji lain

Prof. Trimurni Abidin,drg., M.Kes., Sp.KG(K)

NIP : 130 702 230 NIP : 130 675 621 Bakri Soeyono,drg

Medan, 2 Desember 2010 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Ketua,

NIP : 130 702 230


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karuniaNYA, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang di jalanNYA.

Rasa kasih dan sayang disampaikan kepada ayahanda dan ibunda tercinta atas curahan kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak akan pernah terbalas. Tidak lupa disampaikan kepada saudara-saudara tercinta Andrico dan Pradaya, serta keponakan tersayang Iyas Julian. Atas semangat, cinta, dan kebersamaannya selama ini. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat kasih sayang dan

hidayahNYA kepada kita semua.

Selama penulisan skripsi ini, banyak pengarahan, saran, dan bantuan yang didapatkan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan setulus hati, ucapan terima kasih yang tidak terhingga disampaikan kepada :

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Prost(K) selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk dilaksanakan penelitian ini.

3. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(7)

4. Prof. Dr. Rasinta Tarigan,drg.,Sp.KG (K) selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang dengan tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Zulkarnain,drg.,M.Kes selaku penasehat akademik yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasehat dan masukan selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya selama menjalani masa pendidikan.

8. Dr. Wahyu Hidayatiningsih S.Si., M.Kes selaku peneliti pada Laboratorium Tropical Disease Centre, Universitas Airlangga yang telah banyak membantu peneliti terutama dalam kegiatan penelitian di laboratorium.

9. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc Selaku Kepala Bagian Laboratorium Biologi FMIPA USU atas bantuan saran dan bimbingan selama pelaksanaan penelitian ini.

10. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt Selaku Kepala Laboratorium Obat Tradisonal Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan saran dan bimbingan selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

11. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes atas bimbingannya dalam analisa statistik hasil penelitian.


(8)

12. Teman-teman seperjuangan Kiki, Feni, Winda, Mutia, Corry dan semua teman-teman stambuk 06 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala motivasi, dorongan dan semangat persaudaraan yang telah terjalin selama ini.

13. Kepada partner skripsi Ratih, Ica, Tiwi, Tari, Lucy, Mita, Lida, Yumi, Manda, Swastika, Tika, Willy, dan Rani atas bantuan, dukungan, saran, dan kebersamaan selama penelitian berlangsung.

14. Kak Fania, Kak Mia, Kak Oja, Kak Defrina, Kak Lia dan Apri yang telah memberikan masukan, membantu, dan membimbing selama penulis mengerjakan skripsi. Terima kasih atas segala dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini.

Akhirnya terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu selama penulisan skripsi ini. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, Oktober 2010

Penulis

( Rianda

NIM : 060600057 )


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Candida albicans Sebagai Penyebab Kegagalan Perawatan Endodonti ... 5

2.2 Ca(OH)2 Sebagai Bahan Medikasi Saluran Akar ... 9

2.3 Minyak Atsiri Kayu Manis... 10

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 15

3.2 Hipotesis Penelitian ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 19

4.2 Tempat dan Waktu……… 19

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.3 Besar Sampel ... 19

4.4 Variabel Penelitian... 21

4.5 Defenisi Operasional... 23

4.6 Bahan dan Alat Penelitian ... 24

4.7 Prosedur Penelitian ... 26


(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian ... 30

5.2 Analisis Hasil Penelitian ... 35

BAB 6 PEMBAHASAN ... 38

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 46

7.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Faktor virulensi dari C. albicans dan peranannya

pada periodontitis apikalis ... 7 2 Pengukuran pH CaOH)2, minyak atsiri, dan

kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan Ca(OH)2……… 34 3 Hasil uji annova efek antifungal minyak atsiri

dan Ca(OH)2……… 35 4 Hasil uji annova efek antifungal kombinasi minyak atsiri

dan Ca(OH)2……… 35 5 Hasil uji LSD efek antifungal minyak atsiri

kayu manis 4% ,2% ,1%, 0,5%, 0,25%... 36 6 Hasil uji LSD efek antifungal kombinasi minyak atsiri


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Scanning electron dari blastospora Candida albicans (A)

dan (B) penetrasi hifa ke dalam tubulus dentin pada saluran akar

in vitro ... …….. 8

2. Kayu manis……… 11

3. Efek antifungal minyak terhadap 5 spesies jamur yang dibandingkan dengan trosyd……….. 12

4 Mekanisme carvacrol (phenol) pada membran sitoplasmasma.. ... 13

5 Inkubator………. 26

6 Pipet mikro ... 26

7 Prosedur uji antifungal ... …… 28

8 Diameter zona hambat ... 30

9 Hasil uji antifungal ... ……. 31


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Alur pengujian efek antifugnal... 51

2 Alur pengukuran pH ... 54

3 Data hasil pengukuran zona hambat minyak atsiri, Ca(OH)2, dan kombinasinya ... 56

4 Data hasil pengukuran pH minyak atsiri, Ca(OH)2, dan kombinasinya ... 57

5 Hasil uji statistik ... 58

6 Alur pikir... 62


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2010

Rianda

Efek antifungal dan pH kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida terhadap Candida albicans.

xiii+64 halaman

Candida albicans merupakan spesies yang paling sering diisolasi dari saluran akar gigi yang telah dirawat endodonti yang disertai lesi periapikal. Candida albicans juga merupakan salah satu mikroorganisme yang resisten terhadap kalsium hidroksida. Minyak atsiri kayu manis merupakan bahan alami yang telah diketahui sangat aktif melawan Candida albicans. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektifitas kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida terhadap Candida albicans, dan untuk mengukur perubahan pH pada minyak atsiri kayu manis, kalsum hidroksida, serta kombinasinya.

Penelitian dilakukan uji efek antifungal dengan metode difusi agar. Masing-masing petri yang telah berisi Candida albicans dibuat hole yang telah ditetesi bahan coba, yaitu: minyak atsri 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25%, kalsium hidroksida, dan kombinasinya. Efek yang timbul diamati setelah 24 jam pembiakkan di inkubator. Selanjutnya perubahan pH pada masing-masing kelompok diukur dengan menggunakan kertas lakmus indikator. Perubahan warna pada kertas disesuaikan dengan warna indikator.


(15)

Hasil uji analisa varians satu arah menunjukkan bahwa semua bahan percobaan mempunyai efek antifungal. Adapun urutan efek antifungal dari terkuat sampai yang terlemah adalah: minyak atsiri sendiri, kalsium hidroksida sendiri, lalu kombinasi minyak atsiri dan kalsium hidroksida. Sedangkan hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa minyak atsiri kayu manis sendiri memiliki pH yang bersifat asam dan netral, kalsium hidroksida memiliki pH 12 yang bersifat basa, dan apabila keduanya digabungkan dapat mempertahankan pH 12 maupun di atas 12 kecuali pada kombinasi 0,25% minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida dengan nilai pH 11.

Hasil uji Least Significant Difference (LSD) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara minyak atsiri 4% dengan minyak atsiri 0,5%, minyak atsiri 4% dengan minyak atsiri 0,25% (p<0,05), minyak atsiri 2% dengan minyak atsiri 0,25%, dan minyak atsiri 1% dengan minyak atsiri 0,25% (p<0,05), namun tidak terdapat perbedaan yang siginfikan antara kelompok kombinasi minyak atsiri pada semua konsentrasi dengan kalsium hidroksida (p<0,05).


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan perawatan endodonti adalah mereduksi atau mengeliminasi mikroorganisme dan produknya dari saluran akar. Walaupun instrumentasi dan teknik irigasi dilakukan, namun sisa debris masih tertinggal di saluran akar. Studi menyebutkan bahwa cleaning, shaping dan irigasi saluran akar secara signifikan menurunkan atau mengeliminasi mikroorganisme dari saluran akar. Akan tetapi, eliminasi mikroorganisme secara komplit tidak selalu dapat dicapai dalam klinisnya, oleh karena kompleksnya anatomi saluran akar dan terbatasnya akses instrumen dan irigasi.1

Pengaruh persistensi mikroorganisme di dalam saluran akar terhadap hasil perawatan merupakan masalah yang penting dalam endodonti karena mikroorganisme memainkan peranan pada persistensi lesi periapikal atau timbulnya lesi apikal periodontitis setelah perawatan saluran akar.2 Beberapa studi menyebutkan peranan Candida albicans dan mikroorganisme yang lain pada saluran akar dengan atau tanpa lesi periapikal.3 Candida merupakan spesies jamur yang paling banyak ditemukan pada saluran akar yang terinfeksi, yang resisten terhadap antimikroba kalsium hidroksida. Insiden jamur pada saluran akar yang terinfeksi sangat bervariasi yaitu 7% dan 55%.4 Sebanyak 17% saluran akar terinfeksi terdiri dari spesies Candida (Grosman,1952 cit Waltimo,2003).5


(17)

Kalsium hidroksida yang awalnya digunakan untuk prosedur apexifikasi dan pulp capping, sekarang digunakan sebagai medikamen intrakanal dalam terapi endodonti. Efek antibakterialnya tergantung dari pH basa kuat yang bertahan untuk jangka waktu yang lama karena kelarutannya yang rendah. Penggunaan kalsium hidroksida adalah terjadinya disosiasi ion yaitu ion hidroksil (OH-) dan ion kalsium (Ca++). Disosiasi ion hidroksil dan Ca++ tergantung dari pelarut yang digunakan.6 Pelarut memiliki kelarutan dalam air yang berbeda-beda dan idealnya pelarut tidak mengubah pH kalsium hidroksida.7 Pelarut tersebut seperti aquaeous (steril water, salin, anastesi), pelarut viscous (gliserin, propyleneglycol, polyethyleneglycol), dan pelarut oily (olive oil, CMCP).8

Menurut penelitian Fransisco tentang pH kalsium hidroksida yang masing-masing dikombinasikan dengan 2% klorhexidin gel, 2% klorhexidin gel+iodoform, 2% klorhexidin gel + zinc oxide, dan sterile water menyatakan bahwa rata-rata pH pada semua kelompok menunjukkan pH di atas 12.9 Hal ini berarti, penambahan suatu bahan ke dalam kalsium hidroksida akan mempengaruhi perubahan pH dari kalsium hidroksida. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perubahan pH akibat penambahan suatu bahan terhadap kalsium hidroksida. Dalam penelitian ini, bahan yang digunakan adalah minyak atsiri kayu manis yang berbasis oily. Sebagian besar minyak atsiri merupakan asam lemah atau netral (Guenther,1990 cit Yanyan 2004) .10

Efek antifungal minyak atsiri dari beberapa tanaman seperti kayu manis, Peppermint, Clove, Horseracish, Cacao, Black cumin, Gallic, Tamarind terhadap 5 spesies jamur membukt ikan bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki diameter zona


(18)

hambat yang paling besar dibandingkan tanaman lainnya. Selain itu, minyak atsiri kayu manis juga memiliki efek antifungal yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan obat antifungal tioconazole. Kandungan minyak atsiri kayu manis sebesar 1-3%. Dimana terdiri dari sinamaldehid (66-75%) dan eugenol (4-10%) yang keduanya merupakan komponen utama antifungal dari kayu manis.11

Minyak atsiri yang terkandung dalam kayu manis dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Menurut penelitian Elin bahwa minyak atisiri kulit batang mempunyai aktivitas yang kuat terhadap seinua bakteri dan fungi uji sedangkan minyak atsiri daun aktif terhadap semua bakteri uji tetapi tidak aktif terhadap dua marga fungi yaitu Aspergillus dan Scedosporium. Aktivitas antifungal minyak atsiri kulit batang terkuat terhadap Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimum 1% sedangkan aktivitas antifungal minyak atsiri daun kayu manis terkuat terhadap Candida albicans masing-masing dengan konsentrasi hambat minimum 2%.12

Telah diketahui bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki kemampuan melawan Candida albicans. Oleh karena itu, selain dilakukan penelitian tentang perubahan pH, juga perlu diteliti efek antifungal kombinasi minyak atsiri dengan kalsium hidroksida terhadap Candida albicans.


(19)

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas terlihat bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki efek terkuat dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans, oleh karena itu timbul permasalahan:

1. Apakah minyak atsiri kayu manis memberikan perubahan pH terhadap kalsium hidroksida?

2. Apakah penambahan minyak atsiri kayu manis akan menambah daya antifungal kalsium hidroksida terhadap Candida albicans?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perubahan pH akibat penambahan minyak atsiri kayu manis terhadap kalsium hidroksida.

2. Untuk mengetahui daya antifungal minyak atsiri kayu manis ketika dikombinasikan dengan kalsium hidroksida terhadap Candida albicans.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1) Mengembangkan bahan material kedokteran gigi melalui penggunaan bahan alami dan bersifat biokompatibel tinggi.

2) Sebagai dasar penelitian lebih lanjut pengembangan minyak atsiri kayu manis sebagai bahan dressing saluran akar.

3) Sebagai dasar dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan gigi masyarakat sehingga efektif dalam waktu dan biaya.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme dan produknya erat hubungannya dengan penyebab penyakit pulpa dan lesi periapikal. Mereka dapat menyebabkan nekrosis pulpa oleh karena persistensinya di dalam saluran akar setelah perawatan endodonti dan dapat menginduksi reaksi inflamasi periapikal. Mikroorganisme seperti jamur dapat ditemukan di dalam saluran akar dengan pulpa nekrosis. Jamur terdapat di dalam saluran akar terinfeksi yang tidak merespon baik terhadap perawatan konservatif saluran akar.13 Penelitian menunjukkan bahwa jamur memiliki peranan dalam menyebabkan kegagalan perawatatan endodonti dan Candida albicans memiliki peranan yang besar dalam menyebabkan kegagalan dibanding jamur lainnya.3

2.1 Candida albicans Sebagai Penyebab Kegagalan Perawatan Endodonti

Candida albicans berdasarkan taksonominya diklasifikasikan ke dalam Kingdom Fungi, Divisi Ascomycota, Filum Saccharomycotina, Klas Endomycetes, dan digolongkan ke dalam Famili Saccharomycetaceae, serta Genus Candida.5 Prevalensi Candida pada saluran akar dilaporkan sebanyak 7% pada kasus yang mendapat perawatan. Sedangkan prevalensi Candida pada kasus gigi yang tidak mendapat perawatan endodonti sebanyak 55%. Sebagian besar prevalensi dari Candida adalah Candida albicans yang memiliki jumlah paling banyak. Pernyataan ini sesuai dengan laporan yang menyatakan bahwa Candida albicans terdapat di dalam saluran akar yang terinfeksi sebanyak 21%. Fakta ini menunjukkan bahwa Candida albicans lebih sering diisolasi daripada jamur lainnya pada saluran akar yang terinfeksi.14


(21)

Candida merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat bertahan pada prosedur kemomekanikal dan medikamen. Telah dilaporkan bahwa Candida spp resisten terhadap beberapa medikamen termasuk perawatan endodonti.15 Fakta ini menunjukkan Candida albicans juga resisten terhadap medikamen dengan standar penggunaan endodonti, termasuk kalsium hidroksida,1-2,5,16 sehingga harus diperhitungkan ketika menggunakan irigasi saluran akar dan medikamen saluran akar. Selain itu Candida albicans dapat bertahan pada lingkungan yang keras di dalam saluran akar dan pH yang tinggi.5 Oleh karena sifatnya yang resisten pada beberapa medikamen setelah kontak langsung dan kemampuannya untuk tumbuh dan bertahan pada lingkungan dengan persediaan nutrisi yang terbatas menjelaskan mengapa jamur ini berhubungan dengan persistensi infeksi saluran akar.2

Perubahan Candida albicans dari mikroorganisme komensal menjadi patogen tergantung pada perubahan faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya faktor virulensi. Faktor virulensi ini meliputi perlekatan, pembentukan hifa, thigmotropisme, sekresi protease, perubahan fenotip.5 Semua faktor ini berhubungan dengan keberadaan Candida albicans di dalam saluran akar pada kasus periodontitis apikalis (tabel 1)


(22)

Tabel 1. FAKTOR VIRULENSI DARI C. albicans DAN PERANANNYA PADA PERIODONTITIS APIKALIS.5

Faktor virulensi Peranannya pada periodontitis apikalis Perlekatan Kolonisasi pada jaringan keras gigi

Pembentukan hifa Penetrasi ke dalam tubulus dentin

Tigmotropism Penetrasi ke dalam tubulus

Sekresi protease Kemampuan bertahan hidup pada lingkungan dengan nutrisi yang terbatas.

Perubahan Fenotip Adaptasi terhadap kondisi ekologi yang keras

Perlekatan Candida albicans ke permukaan sel sangat kompleks, melibatkan beberapa tipe jenis perlekatan yang berperan pada proses kolonisasi dan infeksi inang. Molekul adhesin utama Candida albicans yang bertanggung jawab terhadap perlekatannya ke permukaan sel adalah mannoprotein dinding sel (Sweet,1997 cit Waltimo,2003). Namun beberapa faktor lain juga berkontribusi pada perlekatan yaitu sifat hidropobik dari permukaan sel, pH lingkungan, konsentrasi besi, kalsium, seng, dan karbondioksida.5

Candida albicans termasuk ke dalam mikroorganisme polimirfik karena sering dilaporkan pertumbuhan bentuk morfologi seperti blastopora, hifa, batang, pseudohifa, dan klamidospora. Meskipun hifa tidak menjadi prasyarat bagi Candida albicans menjadi patogen, tetapi biopsi infeksi Candida memperlihatkan perlekatan dan penetrasi hifa ke jaringan epitel, dan hal ini menunjukkan patogenesitas dibandingkan dengan bentuk ragi yang ovod. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di sekitarnya (sifat thigmotropisme). Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses


(23)

infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi jaringan.5 Candida albicans melekat di saluran akar dan penetrasi hifa ke dalam tubulus dentin (gambar 1)

Gambar 1. Scanning electron dari blastospora C. albicans (A) dan (B) penetrasi hifa ke dalam tubulus dentin pada saluran akar in vitro.8

Salah satu kunci virulensi Candida albicans adalah kemampuannya untuk memproduksi dan mensekresikan enzim aspartil protease yang dapat mencerna protein host. Penelitian pada hewan coba memperlihatkan protease yang secara langsung dibandingkan dengan patogenesitasnya. Aktifitas enzim protease dari spesies ini menunjukkan virulensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Candida lainnya.5

Selain faktor virulensi utama, Candida albicans memiliki kecendrungan untuk perubahan fenotip, yang berperan untuk adaptasi lingkungan. Perubahan fenotip meliputi perubahan morfologi koloni dan aktivitas protease. Fenomena ini dikenal sebagai switching fenotipic, dan mungkin sering terjadi terutama di bawah tekanan.5


(24)

2.2 Kalsium Hidroksida Sebagai Bahan Medikasi Saluran Akar

Kalsium hidroksida telah digunakan sebagai bahan dressing karena memiliki sifat antimikrobial yang sangat baik, mengeliminasi mikroorganisme setelah cleaning dan shaping, menetralkan sisa2 toxin.17 Namun, memiliki aktivitas terbatas pada beberapa mikroorganisme seperti E.faecalis dan Candida albicans.13

Estrela dkk melaporkan bahwa aksi kalsium hidroksida akan menjelaskan bagaimana pH yang tinggi menghambat aktivitas enzim yang penting untuk kehidupan bakteri seperti metabolisme, pertumbuhan, dan pembelahan sel. Pengaruh pH yang tinggi juga akan mengaktifkan enzim hidrolitik alkali posfatase, yang erat hubungannya dengan mineralisasi. Dengan demikian, kalsium hidroksida memilki 2 sifat yaitu menghambat enzim bakteri yang mengarah kepada efek antimikroba dan aktivasi enzim yang mengarah kepada efek mineralisasi. 18

Pengaruh pH pada pertumbuhan, metabolisme dan pembelahan sel ini penting untuk menjelaskan mekanisme dari antimikroba. Eliminasi bakteri oleh kalsium hidroksida tergantung dari pelepasan ion hidroksil yang menyebabkan peningkatan pH. Ion hidroksil dari kalsium hidroksida mengembangkan mekanismenya pada membran sitoplasma, yang memegang peranan penting pada pertahanan sel seperti permeabilitas dan transpor elektron serta oksidasi fosforilasi pada spesies anaerob. Selain itu metabolisme seluler sangat bergantung pada aktivasi enzim. Enzim memiliki aktivitas dan stabilitas yang optimal pada rentang pH tertentu yang mengarah pada suasana netral. Suasana yang sangat basa yang disebabkan oleh kalsium hidroksida merusak ikatan ion yang menyebabkan kerusakan protein (denaturasi protein) pada bakteri. Kerusakan yang disebabkan oleh kalsium hidroksida bukan hanya tingkat sel, namun


(25)

juga berdampak pada DNA bakteri. Ion hidroksil bereaksi dengan DNA bakteri dan memutuskan rantai DNA tersebut, sehingga replikasi DNA terhambat dan terjadi kerusakan aktivitas seluler. Pengaruh pH kalsium hidroksida dilihat dari sebagian besar endodonti patogen tidak dapat bertahan hidup pada suasana basa kuat yang disediakan kalsium hidroksida.7 Secara umum, jamur menunjukkan rentang pH untuk pertumbuhannya sekitar 5-9 .7,16 Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhan akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5.19

.

Menurut Fava dan Saunders, pelarut memegang peranan yang penting terhadap aksi biologi kalsium hidroksida yang ditentukan dari kecepatan disosiasi ion OH- dan Ca2+. Jenis pelarut yang digunakan antara lain: aquaeous (air, salin, larutan anastesi, dan larutan ringer), viscous (gliserin, polyethyleneglycol, dan propyleneglycol), dan oily (olive oil, silicone oil, camphor, dan metacresyl acetate). Pelarut aquaeous cepat berdisosiasi sehingga meningkatkan kelarutan ketika berkontak dengan cairan dan lebih mudah diresorbsi makrofag.Pelarut viscous memiliki kemampuan disosiasi ion yang lebih lambat daripada pelarut aquaeous, oleh karena itu dapat bertahan dalam saluran akar untuk periode yang lama. Sedangkan larutan oily kemampuan disosiasi ion dan daya larutnya sangat rendah.8

2.3 Minyak Atsiri Kayu Manis

Antimikroba dari tanaman minyak atsiri dan senyawanya dari beberapa tanaman telah ditinjau. Telah dijelaskan dari beberapa studi bahwa metabolisme sekunder tanaman memiliki efek yang potensial dalam bidang medis dan aplikasinya terhadap kosmetik, makanan dan industri farmasi.20 Salah satu tanaman yang mengandung minyak atsiri adalah kayu manis. Kayu manis (Cinnamommum burmannii ) merupakan


(26)

tumbuhan yang sudah dikenal lama sebagai obat tradisional. Termasuk dalam kingdo m Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, order Laurales, family Lauraceae dan genus Cinnamon. Cinnamon burmanii juga dikenal sebagai Cinnamon Indonesia, Padang cassia, atau Korintje.21

Gambar 2. Kayu manis 22

Minyak atsiri memiliki antiseptik dan antibakteri yang tinggi sering digunakan untuk bahan oral hygiene. The Journal of the American Dental Association melaporkan dari 100 studi kemampuan minyak atsiri dalam membunuh mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi dan penyakit gingivitis.23 Selain itu, penelitian di Universitas Illinois Chicago menyatakan bahwa kayu manis yang digunakan sebagai permen karet memiliki efek antibakteri di dalam mulut dan menghilangkan bau mulut.24 Pada tes laboratorium, menunjukkan pertumbuhan Candida yang resisten terhadap obat antifungal fluconazole dihambat melalui ekstrak kayu manis. Eugenol dan sinamaldehid merupakan 2 terpenoids yang sangat penting yang ditemukan pada kayu manis. Sinamaldehid dan minyak kayu manis bertindak sebagai agen antifungal.Kayu manis juga merupakan antiseptik yang membantu membunuh bakteri penyebab kerusakan gigi dan penyakit gingiva.25


(27)

Kayu manis diketahui memiliki efek yang lebih tinggi ketika dibandingkan dengan obat antifungal tioconazole. Minyak atsiri kayu manis merupakan minyak yang efektif dalam menghambat spesies jamur, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.11

Gambar 3 :Efek minyak esensial terhadap 5 spesies jamur yang dibandingkan dengan trosyd (tioconazole).11

Kandungan minyak atsiri kayu manis sebesar 1-3%. Dimana terdiri dari sinamaldehid (66-75%) dan eugenol (4-10%).11 Sinamaldehid merupakan senyawa yang paling kuat dalam menghambat jamur patogen dibandingkan senyawa lainnya.26 Sinamaldehid memiliki elektro negative yang tinggi. Komponen elektro negative ini mencampuri proses biologi mikroorganisme meliputi transfer elektron dan reaksi dengan nitrogen yang mengandung komponen seperti protein dan asam nukleat, dan oleh karena itu menghambat pertumbuhan mikroorganisme.27,28 Selain itu, interaksi dengan grup protein dan molekul biologi aktif seperti enzim yang menyebabkan inaktivasi kerja enzim dinding sel.29 Oleh karena itu menghambat sintesa enzim dinding sel, sehingga menyebabkan kerusakan pada β-1,3 glycan, β-1,6 glycan, dan kitin.27

Selain sinamaldehid, senyawa phenol juga aktif melawan mikroorganisme. Komponen phenol seperti thymol, carvacrol, dan eugenol menunjukkan aktivitas


(28)

antimikroba yang tinggi yang dilihat dari grup hidroksil pada struktur phenol.30 Mekanisme antimikroba eugenol adalah kerusakan pada membran bakteri dan jamur. Eugenol diketahui bersifat lipophilic, yang dapat menembus antara rantai asam lemak pada lapisan bilayer membran, yang mengubah permeabilitas dari sel membran. Perubahan permeabilitas terjadi bersamaan dengan kematian sel.31 Mekanisme ini paling tinggi terjadi pada siklus hidrokarbon oksigenasi, dan sebagian struktur phenol seperti thymol dan carvacrol, dimana grup hidroksilnya dan pemindahan ion memungkinkan terjadinya interaksi melalui ikatan hidrogen, sehingga memungkinkan phenol aktif menghambat mikroorganisme. Selain itu, mekanisme alternatif grup hidroksil dari phenol bertindak sebagai transmembran carrier dari kation monovalen dan proton, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 5.29

Gambar 4. Mekanisme carvacrol (senyawa phenol) pada membran sitoplasma

Carvacrol berdifusi menembus membran sitoplasma dan terpisah di dalam sitoplasma melepaskan proton yang dimilikinya ke dalam sitoplasma. Kemudian, carvacrol


(29)

kembali lagi ke membran luar sel dengan membawa ion potassium (ion lain) dari sitoplasma ke medium extraselular. Setelah itu, carvacrol melepaskan ion potassium di medium extraselular dan mendapatkan kembali ion hydrogen untuk menutup siklus.29 Jika eugenol bertindak sebagai transporter ion, maka diperkirakan akan menyebabkan penurunan ATP dari energi sel. Jika hal ini terjadi, penghambatan penggunaan glukosa akan terjadi, dan selanjutnya kemungkinan yang terjadi adalah penghambatan enzim yang melibatkan glikolisis.32


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kegagalan perawatan endodonti

Salah satu penyebab mikroorganisme yang resisten. Meyer Candida albicans resisten

Candida albicans resisten terhadap medikamen Ca(OH)2

Mampu tumbuh dalam lingkungan yang keras Rentang pH 5-9

Dressing saluran akar

Ca(OH)2 Minyak atsiri kayu

manis OH- Merusak membran sitoplasma dan struktur protein pH Menekan aktivitas enzim mengganggu metabolism, pertumbuhan dan pembelahan sel Pemecahan DNA

mencegah replikasi DNA

Ca2+ Bereaksi dengan

CO2

Substrat (CO2)

untuk pertumbuhan mikroorganisme Kehilangan pasokan nutrisi Sinamaldehid elektronegatif Reaksi dengan protein dan asam nukleat

β-1,3 glycan, β -1,6 glycan, dan kitin Eugenol Lipophilic Membran sel Merusak membran Kebocoran membran Ruptur Minyak atsiri kayu

manis + Ca(OH)2

( di halaman sebelah)

RNA

Pertumb. terhenti Enzim


(31)

Mikroorganisme untuk dapat bertahan di dalam saluran akar harus dapat melakukan dua hal, yaitu resisten terhadap prosedur desinfeksi saluran akar dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang drastis.2 Beberapa spesies mikroorganisme seperti Candida albicans menunjukkan resisten terhadap kalsium hidroksida, yang umumnya digunakan sebagai medikamen saluran akar. Selain itu, Candida albicans memilki rentang pH yang luas untuk dapat bertahan hidup antara 5-9.7,16

Sifat antimikroba kalsium hidroksidakarena mampu melepaskan ion hidroksil yang berperan menciptakan lingkungan alkalin yang tidak sesuai dengan perkembangan

Ca(OH)2 + minyak atsiri kayu manis

Ca(OH)2 + minyak atsiri kayu manis membentuk campuran

dengan daya antifungal (+ +)

minyak atsiri kayu manis bersifat oily

Ca(OH)2 + minyak atsiri kayu manis kelarutannya rendah

disosiasi ion dan kelarutannya pH Ca(OH)2= 12

Guenther minyak atsiri asam dan netral Ca(OH)2 + minyak atsiri kayu manis perubahan pH

Candida albicans

Sel lisis


(32)

mikroorganisme.2 Adanya peningkatan pH ini dapat menyebabkan kerusakan membran sitoplasma, denaturasi protein, penghambatan replikasi DNA dan aktivitas seluler dari mikroorganisme. Selain itu kalsium hidroksida juga mampu mengabsorbsi CO2 di dalam saluran akar sehingga mempengaruhi perlekatan Candida albicans ke permukaan dentin.8

Minyak atsiri yang terkandung dalam kayu manis bersifat antifungal dan aktif melawan Candida albicans. Mekanisme antifungal minyak atsiri kayu manis dijelaskan dari ketersediaan sinamaldehid dan eugenol. Secara struktural, dinding sel jamur terdiri dari protein dan polikarbohidrat. Kerusakan pada matriks ini menyebabkan dinding sel menjadi tidak efektif. Penghambatan sintetis enzim dinding sel jamur dilakukan oleh sinamaldehid yang dapat menghambat sintesis dari β-1,3 glycan, β-1,6 glycan, dan kitin.27 Selain bereaksi dengan protein yang menyebabkan terganggunya kerja enzim, sinamaldehid juga bereaksi dengan asam nukleat sehingga ikatan dengan RNA menyebabkan pertumbuhan terhenti. Senyawa phenol yang terdapat pada minyak atsiri juga memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi yang dilihat dari grup hidroksil dari struktur penol seperti eugenol. Mekanisme antimikroba dari eugenol adalah sifat lipophilic yang memungkinkan eugenol untuk menembus rantai asam lemak pada lapisan bilayer membran, yang menjadikan permeabilitas dari sel membran sehingga sel menjadi lisis.31 Dengan demikian baik sinamaldehid maupun eugenol menghambat pertumbuhan jamur dengan cara menghalangi síntesis dinding sel atau mengubah struktur dinding sel, sehingga dinding sel menjadi tidak berfungsi dan meningkatkan permeabilitas sehingga partikel-partikel luar dapat masuk ke dalam sel dan menyebabkan kematian sel.33


(33)

Telah diketahui bahwa kalsium hidroksida dan minyak atsiri kayu manis sama-sama memiliki efek antimikroba, sehingga apabila kedua bahan ini dikombinasikan, maka diharapkan efek antimikrobanya semakin meningkat. Adapun sifat minyak atsiri yang memiliki kelarutan dan viscositas yang rendah, sehingga apabila dicampurkan dengan kalsium hidroksida, maka akan mempengaruhi kelarutan serta disosiasi ionnya. Selain itu, pH yang berbeda antara kalsium hidroksida yang memiliki pH basa, sedangkan minyak atsiri menurut pernyataan Guenther bersifat asam dan netral, maka ketika keduanya dikombinasikan, kemungkinan akan terjadi perubahan pH.

3.2 Hipotesis Penelitian

1. Penambahan minyak atsiri kayu manis memberikan perubahan pH terhadap kalsium hidroksida.

2. Penambahan minyak atsiri kayu manis akan meningkatkan kemampuan antifungal kalsium hidroksida terhadap Candida albicans.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian : Posttest only control group design

Jenis Penelitian : Eksperimental laboratorium

4.2 Tempat dan Waktu

Tempat : Laboratorium Pusat Penyakit Tropis Surabaya Waktu : 6 bulan

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah koloni Candida albicans yang telah diisolasi dari penderita HIV dan diketahui bersifat patogen.

Sampel adalah koloni Candida albicans yang telah diisolasi, dibiakkan secara murni pada media Luria Berthani Agar.

4.4 Besar Sample

Penentuan besar sampel berdasarkan SOP yang ada di Laboratorium Pusat Penyakit Tropis, Universitas Airlangga. Adapun penentuan besar sampel dilakukan sebagai berikut:

a. Penentuan daya hambat minyak atsiri kayu manis, kalsium hidroksida, dan kombinasinya terhadap Candida albicans.

Sampel dibagi dalam 3 kelompok yaitu:

• Kelompok 1 : Minyak atsiri kayu manis 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25% (kontrol)


(35)

• Kelompok`2 : Ca(OH)2 0,3 gr/0,3 ml dengan pelarut air distilasi (kontrol)

• Kelompok 3 : Ca(OH)2 dikombinasikan dengan minyak atsiri kayu manis 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25%

Masing-masing kelompok dilakukan dengan replikasi 3 kali sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 33 sampel.

b. Penentuan nilai pH bahan coba minyak atsiri kayu manis dan kombinasinya dengan Ca(OH)2

Sampel dibagi dalam 3 kelompok yaitu:

• Kelompok 1 : Minyak atsiri kayu manis 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25% (kontrol)

• Kelompok 2 : Ca(OH)2 0,3 gr/0,3 ml dengan pelarut air (kontrol)

• Kelompok`3 : Ca(OH)2 dikombinasikan dengan minyak atsiri kayu manis 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25%


(36)

4.5. Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel Bebas

a. Minyak atsiri kayu manis 4%, 2%, 1%, 0.5%, 0,25%

b. Ca(OH)2 pasta0,3 gr bubuk kalsium hidroksida dalam 0,3 mL air distilasi Variabel Bebas

•Minyak atsiri kayu manis

•Ca(OH)2 pasta

•Kombinasi minyak atsiri kayu manis masing-masing

konsentrasi dengan kalsium hidroksida

Varibel Tergantung

Pertumbuhan Candida albicans dengan metode pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk pada masing-masing sampel (mm), dilihat dan diukur setelah 24 jam. • Perubahan pH pada

sediaan.

Variabel Terkendali

• Media pertumbuhan

Candida albicans

• Jumlah bahan percobaan yang diteteskan pada sumur

• Perbandingan antara Ca(OH)2

dengan minyak atsiri

• Suhu inkubasi

• Waktu inkubasi

• Teknik pengisolasian dan pengkulturan

• Sterilisasi alat, bahan coba, dan media

• Teknik pengadukan bahan

• Teknik pengukuran pH

• Waktu pengukuran pH

• Keterampilan operator

Variabel Tak Terkendali • Kandungan kimia

minyak atsriri komersial • Suhu dan lama

penyimpanan minyak atsiri sampai dilakukan uji antifungal

• Cara penyimpanan bahan coba sebelum perlakuan penelitian. • Kemampuan difusi

dan kelarutan dari masing-masing sediaan


(37)

c. Ca(OH)2 pasta dikombinasikan dengan minyak atsiri kayu manis 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25%

4.5.2 Variabel Tergantung

a. Pertumbuhan Candida albicans dengan metode pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk pada masing-masing sampel (mm), dilihat dan diukur setelah 24 jam.

b. Perubahan pH yang diukur pada waktu awal sedian terbentuk

4.5.3 Variabel Terkendali

a. Media pertumbuhan (Luria Berthani Agar)

b. Candida albicans yang berasal dari Universitas Airlangga yang merupakan sampel klinis diisolasi dari penderita HIV

c. Jumlah bahan percobaan yang diteteskan pada sumur (300 µl) d. Perbandingan antara Ca(OH)2 dengan minyak atsiri (1:1)

e. Suhu inkubator untuk menumbuhkan Candida albicans (370C) f. Waktu pembiakan di inkubator (24 jam)

g. Teknik pengisolasian dan pengkulturan h. Sterilisasi alat, bahan coba, dan media i. Teknik pengadukan bahan

j. Teknik pengukuran pH

k. Waktu pengukuran pH (mula-mula/ awal) l. Keterampilan operator


(38)

4.5.4 Variabel Tak Terkendali

a. Kandungan kimia minyak atsriri komersial

b. Suhu dan lama penyimpanan minyak atsiri sampai dilakukan uji antifungal

c. Cara penyimpanan bahan coba sebelum perlakuan

d. Kemampuan difusi dan kelarutan dari masing-masing bahan coba

4.6 Defenisi Operasional

a. Minyak atsiri kayu manis adalah minyak yang diperoleh dari CV.Aroma dan Co Jl. Timor no.113 Medan yang diambil secara stem distillation pada kulit batang kayu manis.

b. Larutan minyak atsiri 4%, 2%, 1%, 0,5%, dan 0,25% adalah minyak atsiri sebanyak 4 ml, 2ml, 1 ml, 0,5 ml, 0,25 ml masing-masing dilarutkan ke dalam 100 ml Luria Berthani Broth.

c. Kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida adalah minyak atsiri kayu manis pada konsentrasi 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25% sebanyak 0,3 ml dicampur dengan kalsium hidroksida pasta sebanyak 0,3 gram.

d. Ca(OH)2 pasta adalah bubuk Ca(OH)2 murni (Merk,Germany)

sebanyak 0, 3 gram yang telah dilarutkan dengan pelarut air distilasi 0,3 ml hingga berbentuk pasta kental.

e. Candida albicans adalah Candida albicans yang berasal dari Laboratorium Pusat Penyakit Tropis Universitas Airlangga yang merupakan


(39)

sampel klinis diisolasi dari penderita HIV dan diketahui bersifat patogen, lalu dibiakkan secara murni pada media Luria Berthani Agar

f. Pertumbuhan Candida albicans dengan metode pengukuran diameter zona hambat yaitu zona terang di sekitar hole pada masing-masing sampel yang diukur dengan menggunakan kaliper (ketelitian mm).

Diameter zona hambat = Ø vertikal + Ø horizontal 2

(mm)

g. Perubahan pH pada sediaan kalsium hidroksida, minyak atsiri kayu manis, dan kombinasinya adalah nilai pH yang diukur pada waktu mula-mula dengan memakai alat kertas lakmus indikator warna, dan warna kertas lakmus yang mendekati warna indikator dicatat sebagai nilai pH.

4.7 Bahan dan Alat Penelitian

4.7.1 Bahan Penelitian

a. Minyak atsiri ( 100 ml dari CV.Aroma dan Co Jl. Timor no,113 Medan) b. Akuades (Kimia Farma, Indonesia) 3 liter

c. Ca(OH)2 (Merk, Germany)

d. Candida albicans

e. Media Luria Berthani agar 12 gram ( OXOID, England) f. NaCl 0,9% (kimia farma, Indonesia) 1liter

: Diameter vertikal : Diameter horizontal : Zona hambat


(40)

4.7.2 Alat Penelitian

a. Inkubator CO2(Haraeus, Germany)

b. Kaca pembesar (Ootsuka ENV-CL, Japan) c. Vorteks (Iwaki TM-100, Japan)

d. Autoclaft (Tomy, Japan) e. Hole plate (8,05 mm) f. Petri dish

g. Pipet mikro (Gilson, France) h. Homogenizer

i. Lampu spiritus j. Ose

k. Kapas

l. Kaliper geser m. Gelas ukur n. Kertas lakmus o. Lumpang


(41)

Gambar 5. Inkubator (Haraeus, Germany)

Gambar 6. Pipet mikro (Gilson P20, France) yang digunakan untuk penetesan bahan percobaan pada petri.

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Pembuatan Media Bakteri

Sebelum spesimen dibiakkan, dibuatkan media Luria Berthani Agar (LBA). LBA sebanyak 12 gram dilarutkan kedalam akuades sebanyak 240 ml dan dipanaskan sampai mendidih. Kemudian dimasukkan kedalam 10 tabung reaksi (20ml/tabung). Selanjutnya disterilkan didalam autoklaf selama 2 jam. Setelah disterilkan media yang akan digunakan dipanaskan kembali dan dituangkan kedalam petri (20ml/petri) dan dibiarkan hingga dingin. Media diinkubasi selama 24 jam untuk melihat kontaminasi.


(42)

4.8.2 Pengenceran Bahan

Sebelum digunakan, dilakukan pengenceran bahan percobaan terlebih dahulu. Minyak atsiri sebanyak 4 ml dilarutkan ke dalam 100 ml Luria Berthani Broth dengan menggunakan homogenizer sehingga diperoleh konsentrasi minyak atsiri 4%. Selanjutnya minyak atsiri sebanyak 2 ml dilarutkan ke dalam 100 ml Luria Berthani Broth sehingga diperoleh konsentrasi minyak atsiri 2%, dan seterusnya untuk mendapatkan konsentrasi minyak atsiri 1%, 0,5%, dan 0,25%. Sedangkan untuk membentuk kalsium hidroksida pasta dibutuhkan sebanyak 0,3 gram yang dilarutkan kedalam 0,3 ml air distilasi. Selanjutnya untuk kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida dicampurkan minyak atsiri masing-masing konsentrasi sebanyak 0,3 ml dengan kalsium hidroksida pasta 0,3 gram.

4.8.3 Uji Efek Antifungal

Media yang telah memadat dilubangi dengan menggunakan hole plate Ǿ ± 8,05 mm (gambar 7a). Kemudian buat suspensi Candida albicans dengan mengambil 2-3 ose koloni Candida albicans yang telah dibiakkan secara murni, kemudian dimasukkan kedalam NaCl 0,9% dan disetarakan dengan standar MC Farland

8

CFU/ ml. Suspensi bakteri diambil dengan menggunakan kapas lidi dan buat goresan penuh pada media (gambar 7b). Kemudian minyak atsiri masing-masing konsentrasi sebanyak 300 µ l diteteskan dengan menggunakan pipet mikro untuk sediaan cair (gambar 7c), sedangkan untuk kalsium hidroksidapasta diambil dengan menggunakan spatula ke dalam media yang telah dilubangi.

Untuk mengevaluasi efek antifungal kombinasi minyak atsiri dengan kalsium hidroksida, maka dilakukan pengujian kalsium hidroksida pasta yang ditambahkan


(43)

minyak atsiri pada tiap-tiap konsentrasi. Bahan coba pada konsentrasi 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25% masing-masing dicampurkan dengan kalsium hidroksida dengan perbandingan 1:1, selanjutnya sediaan ini diambil dengan menggunakan spatula ke dalam media yang telah dilubangi. Kemudian petri dibungkus dan dimasukkan ke inkubator suhu 370C (gambar 7d) dan diamati setelah 24 jam. Diamati zona hambat yang terbentuk disekitar masing-masing hole, dilakukan pengukuran diameter yang bebas koloni dengan menggunakan kaliper geser (ketelitian dalam milimeter) dan kemudian dicatat.

A B

C D

Gambar 7. Prosedur uji efek entifungal (A. Pelubangan media dengan menggunakan hole plate, B. Penanaman Candida albicans dengan menggunakan kapas lidi, C. Peletakan bahan coba pada hole dengan menggunakan pipet mikro, D. Pembiakan Candida albicans di inkubator)


(44)

4.8.4 Pengukuran pH Minyak Atsiri, Ca(OH)2, dan Kombinasinya Pelepasan ion hidroksil dari sediaan yang telah dilakukan dipastikan dengan mengukur perubahan pH menggunakan kertas lakmus dengan indikator warna. Kertas lakmus yang sudah disediakan dimasukkan ke dalam lumpang. Setelah itu dimasukkan beberapa tetes larutan minyak atsiri pada masing-masing konsentrasi secara bergantian. Perubahan warna yang terjadi dicatat dan bandingkan dengan indikator warna pH. Warna pH yang mendekati indikator dicatat sebagai nilai pH larutan. Selanjutnya dilakukan hal yang sama pada kelompok berbeda yaitu kombinasi minyak atsiri dengan kalsium hidroksida dan kalsium hidroksida sendiri.

4.9 Analisis Data

Data dari setiap pemeriksaan dianalisis dengan memakai uji statistik sebagai berikut:

1. Uji Analisis Varians satu arah (ANOVA), untuk melihat perbedaan efek antifungal antara semua kelompok perlakuan.

2. Uji Least Significant Difference (LSD), untuk melihat perbedaan efek antifungal antara masing-masing perlakuan.


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Pengujian Efek Antifungal

Setelah 24 jam diinkubasi, diamati zona hambat yang terbentuk pada masing-masing hole. Zona bening disekitar hole inilah yang menunjukkan zona hambat yang dibentuk oleh bahan percobaan terhadap pertumbuhan Candida albicans (gambar 8)

A B


(46)

E F

Gambar 8. Diameter zona hambat (A.minyak atsiri 4%, B. minyak atsiri 2%, C. minyak atsiri 1%, D. minyak atsiri 0,5%, E.minyak atsiri 0,25%, F. kalsium hidroksida+air)

Zona hambat yang terbentuk pada masing-masing konsentrasi diukur dengan menggunakan kaliper geser (ketelitian mm). Berikut grafik rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri dengan konsentrasi 4%, 2%, 1%, 0,5%, dan 0,25%, kalsium hidroksida pasta, dan kombinasinya (Gambar 9)

Gambar 9. Hasil uji antifungal minyak atsiri pada masing-masing konsentrasi, kalsium hidroksida pasta, dan kombinasinya terhadap Candida albicans.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

4% 2% 1% 0,50% 0,25%

Ca(OH)2 M.atsiri Kombinasi


(47)

Rata-rata zona hambat paling besar ditunjukkan oleh minyak atsiri yang berdiri sendiri., lalu kalsium hidroksida, dan zona hambat paling kecil ditunjukkan pada kelompok kombinasi minyak atsiri dengan kalsium hidroksida. Pada kelompok kalsium hidroksida dan kombinasinya dengan minyak atsiri kayu manis tidak

menunjukkan perbedaan diameter zona hambat yang signifikan. Sedangkan pada minyak atsiri sendiri menunjukkan perbedaan diameter zona hambat yang signifikan (gambar 9).

5.1.2 Pengukuran pH

Perubahan warna yang terjadi pada kertas indikator dibandingkan dengan warna standar. Warna yang mendekati warna standar menunjukkan nilai pH dari bahan yang diujikan (gambar 10).

A B

C


(48)

E F

G H

Gambar 10. Pengukuran pH pada kertas indikator (A.minyak atsiri 4%, B. minyak atsiri 2% dan 1%, C. minyak atsiri 0,5%, D. minyak atsiri 0,25%, E.minyak atsiri 1%+Ca(OH)2, F.

minyak atsiri 0,5%+Ca(OH)2 air, G. minyak atsiri 0,25%+Ca(OH)2, air dan kalsium

hidroksida)


(49)

Hasil penelitian terhadap pH minyak atsiri pada berbagai konsentrasi, kalsium hidroksida, dan kombinasinya (table 2).

Tabel 2. TABEL PENGUKURAN pH CaOH)2, MINYAK ATSIRI, DAN KOMBINASI MINYAK ATSIRI DENGAN Ca(OH)2

Hasil yang didapat menunjukkan pH minyak atsiri sendiri bersifat netral kecuali pada minyak atsiri 2% yang bersifat asam. Pada kelompok kombinasi menunjukkan ketika minyak atsiri pada masing-masing konsentrasi dicampurkan

No. Bahan Sifat larutan Nilai

Asam Basa Netral

1.

Minyak atsiri 4% x 7

2.

Minyak atsiri 2% X 6

3.

Minyak atsiri 1% x 7

4.

Minyak atsiri 0,5% x 7

5..

Minyak atsiri 0,25% x 7

6.

Minyak atsiri 4%+Ca(OH2

x 12

7..

Minyak atsiri 2%+Ca(OH2

x 13

9.

Minyak atsiri 1%+Ca(OH2

x 14

10.

Minyak atsiri 0,5%+Ca(OH2

x 14

11.

Minyak atsiri 0,25%+

Ca(OH)2

x 11

12.


(50)

dengan kalsium hidroksida yang bersifat basa, maka rata-rata dapat mempertahankan pH diatas atau sama dengan 12 kecuali pada kombinasi 0,25% minyak atsiri dengan Ca(OH)2 yang memiliki nilai pH 11 (table 2).

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Data dari pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan koloni Candida albicans dianalisa secara statistik dengan derajat kemaknaan (α = 0,05). Perbedaan efek antifungal antara kelompok perlakuan dilihat dengan menggunakan uji ANOVA satu arah (table3 dan 4), dan untuk melihat perbedaan efek antifungal antara masing-masing perlakuan digunakan uji Least Significant Difference (LSD) (tabel 5 dan 6). Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3. HASIL UJI ANOVA EFEK ANTIFUNGAL MINYAK ATSIRI DAN Ca(OH)2,

Perlakuan N X ± SD Pb)

Minyak atsiri 4% 3 45,00 ± 0,00 0,014* Minyak atsiri 2% 3 44,28 ± 2,54

Minyak atsiri 1% 3 42,49 ± 2,29 Minyak atsiri 0,5% 3 40,32 ± 0,85 Minyak atsiri 0,25% 3 31,18 ± 1,68

Ca(OH)2 3 19,96 ± 4,20

Tabel 4 . HASIL UJI ANOVA EFEK ANTIFUNGAL KOMBINASI MINYAK ATSIRI DAN Ca(OH)2

Perlakuan N X ± SD Pb)

Minyak atsiri 4+KH 3 17,81± 1,24 0,009* Minyak atsiri 2+KH 3 15,36 ± 1,75

Minyak atsiri 1+KH 3 14,23 ± 0,90 Minyak atsiri 0,5+KH 3 15,56 ± 1,36 Minyak atsiri 0,2+KH 3 16,13 ± 0,79

Ca(OH)2 3 19,96 ± 4,20


(51)

Hasil uji ANOVA setelah 24 jam menunjukkan pemberian minyak atsiri 4%, 2%, 1%, 0,5%, dan 0,25%, kalsium hidroksida,dan kombinasinya (tabel 3 dan 4) memberikan pengaruh yang bermakna terhadap pertumbuhan koloni Candida albicans, dimana minyak atsiri yang berdiri sendiri menunjukkan zona hambat yang lebih besar (p<0,05) dibandingkan pada kelompok kalsium hidroksida dan kombinasinya (p<0,05).

Tabel 5. HASIL UJI LSD EFEK ANTIFUNGAL MINYAK ATSIRI KAYU MANIS 4%, 2%, 1%, 0,5%, DAN 0,25%

Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara minyak atsiri 4% dengan minyak atsiri 0,5%, minyak atsiri 4% dengan minyak atsiri 0,25%. Selanjutnya antara minyak atsiri 2% dengan minyak atsiri 0,25%, dan minyak atsiri 1% dengan minyak atsiri 0,25% juga terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05), namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara minyak atsiri 4% dengan minyak atsiri 2%, minyak atsiri 2% dengan minyak atsiri 1%, minyak atsiri 1% dengan minyak atsiri 0,5% (tabel 5)

Minyak atsri4% Minyak atsiri 2% Minyak atsiri 1% Minyak atsiri0,5% Minyak atsiri 0,25% Minyak atsiri4% * * Minyak atsiri2% * Minyak atsiri1% * Minyak atsiri0,5% * * Minyak atsiri0,25% * * * * *


(52)

Tabel 6. HASIL UJI LSD EFEK ANTIFUNGAL KOMBINASI MINYAK ATSIRI KAYU MANIS 4%, 2%, 1%, 0,5%, dan 0,25% DENGAN Ca(OH)2

Hasil uji LSD menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok kombinasi minyak atsiri kayu manis pada semua konsentrasi dengan kalsium hidroksida (tabel 6)

Minyak atsri4% KH

Minyak atsiri 2% +KH

Minyak atsiri 1% +Kh

Minyak atsiri0,5% +KH

Minyak atsiri 0,25% +KH Minyak

atsiri4%+KH Minyak atsiri2%+KH Minyak atsiri1%+KH Minyak

atsiri0,5%+KH Minyak


(53)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian tentang pengukuran pH minyak atsiri, kalsium hidroksida, dan perubahan pH pada preparat kalsium hidroksida dengan minyak atsiri adalah untuk membuktikan efek antifungal kalsium hidroksida karena pemecahannya ke dalam ion kalsium dan ion hidroksil. Aktivitas antimikroba dari ion hidroksil berhubungan dengan pembentukan dari media alkalin yang berpotensi menghancurkan lemak, komponen utama dari membran sel bakteri, dan penyebab kehancuran struktural pada protein bakterial dan asam nukleat.7

Ada beberapa teknik dalam pengukuran pH yaitu dengan menggunakan kertas lakmus dan menggunakan pH meter. Teknik pH meter memiliki keuntungan yaitu pemakaiannya bisa dilakukan berulang-ulang dan nilai pH terukur relatif cukup akurat. Sedangkan metode kertas lakmus penggunannya hanya sekali pakai dan nilai pH yang terukur hanya bersifat pendekatan. Pengukuran hanya bersifat kualitatif, hasil pengukuran tidak begitu akurat.34 Walaupun pH meter memberikan hasil yang akurat dibandingkan kertas lakmus, namun penelitian ini menggunakan metode kertas lakmus. Hal ini disebabkan karena metode pH meter hanya dapat mengukur zat yang bersifat larutan. Pada pengukuran zat yang bersifat pasta tidak dapat diukur dengan metode pH meter. Kertas lakmus yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis yang mengkombinasikan 4 indikator yang berbeda warna yang diberi skala 1-14.

Aktivitas antimikroba kalsium hidroksida berhubungan dengan penghancuran dinding sel bakteri, struktur membran, denaturasi protein, dan asam nukleat, serta


(54)

pengaktifan enzim alkalin posphatase. Kemampuan antimikroba kalsium hidroksida berhubungan dengan tingginya pH yang menyebabkan pelepasan ion hidroksil. Kalsium hidroksida pasta memiliki pH alkalin yaitu 12, yaitu sesuai dengan penelitian ini. Namun rendahnya kelarutan dan difusi dari kalsium hidroksida, serta kemampuan buffer dentin, mungkin akan sulit untuk mencapai pH yang mampu membunuh mikroorganisme di dalam tubulus dentin atau pada bentuk anatomi saluran akar yang kompleks. Ini juga telah dilaporkan dalam studi eksperimental bahwa ketika kalsium hidroksida mencapai dentin perifer, pH berubah menjadi sekitar 6,0-7,4, yang mungkin memiliki efek yang merugikan pada sel-sel penyembuhan periodontal.9

Hasil penelitian pengukuran pH menunjukkan bahwa kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida memberikan perubahan nilai pH, yaitu sesuai dengan hipotesa penelitian ini, dimana kombinasi keduanya memiliki nilai pH yang paling tinggi bila dibandingkan dengan minyak atsiri kayu manis sendiri maupun kalsium hidroksida sendiri. Kombinasi minyak atsri kayu manis dengan kalsium hidroksida menunjukkan nilai pH antara 11-14, pH kalsium hidroksida sebesar 12, sedangkan minyak atsiri sendiri memiliki nilai ph 6 dan 7 (tabel 2).

Menurut Guenther, minyak atsiri bersifat asam lemah atau netral10. Hasil penelitian menunjukkan pH minyak atsri sendiri sebagian besar didominasi oleh larutan netral yaitu sesuai dengan pernyataan Guenther (tabel 2). Oleh karena itu, ketika minyak atsiri dicampurkan dengan kalsium hidroksida yang bersifat basa, maka larutan ini akan melepaskan ion OH-. Teori asam basa menurut Arrhenius, basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-, sehingga apabila kedua bahan ini dicampur maka nilai pH nya menjadi basa yaitu sekitar 12. Adapun nilai pH yang


(55)

melebihi 12 mungkin disebabkan nilai pH yang terukur hanya bersifat pendekatan. Pengukuran menggunakan kertas lakmus indikator warna bersifat kualitatif, dan hasil yang diperoleh tidak begitu akurat.34 Nilai pH paling tinggi yaitu sebesar 14 ditunjukkan oleh konsentrasi masing-masing minyak atsiri kayu manis 1% dan 0,5% dengan kalsium hidroksida (tabel 2). Pada konsentrasi tersebut masih ditemukan pertumbuhan Candida albicans pada penelitian ini. Hal ini membukt ikan laporan yang menyatakan bahwa Candida albicans masih dapat bertahan pada lingkungan yang keras dan pH yang tinggi.

Penelitian daya hambat minyak atsiri kayu manis dan kombinasinya dengan kalsium hidroksida terhadap Candida albicans merupakan uji aktivitas antifungal secara in vitro yang bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan daya hambat kalsium hidroksida, minyak atsiri kayu manis, dan kombinasinya terhadap Candida albicans.

Kalsium hidroksida telah lama digunakan sebagai bahan dressing intrakanal karena memiliki sifat antimikrobial yang baik.17 Sifat antimikroba kalsium hidroksida karena kemampuannya melepaskan ion hidroksil yang berperan menciptakan lingkungan alkalin yang tidak sesuai dengan perkembangan mikroorganisme. Akan tetapi, beberapa mikroorganisme masih dapat bertahan ketika kontak langsung dengan kalsium hidroksida, seperti Candida albicans.1,2,5,16 Siquerra melaporkan bahwa Candida albicans merupakan spesies jamur yang paling banyak.1

Untuk menemukan aktivitas antimikroba dari ekstrak tanaman, ada 3 kondisi yang harus dipenuhi yaitu harus ada kontak antara ekstrak tumbuhan dengan dinding sel bakteri, kondisinya harus memungkinkan bagi bakteri untuk tumbuh dengan baik


(56)

jika tidak ada senyawa antibakteri, harus ada beberapa cara untuk menentukan jumlah pertumbuhan bakteri (Berghe 1991 cit. Rayi 2010). Suatu cara untuk menentukan efek antibakteri suatu bahan atau senyawa kimia adalah dengan metode difusi agar.35 Pada penelitian ini digunakan metode difusi agar dimana bahan coba berkontak langsung dengan media yang telah diinokulasi oleh mikroba, setelah diinkubasi, diameter zona bening yang terbentuk disekitar hole yang telah ditetesi bahan coba diukur.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap metode difusi agar yaitu konsentrasi senyawa dalam wadah harus dapat ditentukan, waktu difusi, kemampuan difusi senyawa tersebut ke dalam media agar. Meskipun senyawa tersebut sangat berpotensi sebagai mikrobia, tetapi bila tidak mampu berdifusi ke dalam media akan menghasilkan diameter daerah hambatan yang sempit. Kecepatan pertumbuhan mikrobia dan kecepatan difusi senyawa juga akan berpengaruh menghasilkan diameter daerah hambatan yang sempit.35

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pemberian minyak atsiri kayu manis, kalsium hidroksida, dan kombinasinya memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan koloni Candida albicans. Pada pengamatan setelah 24 jam rata-rata diameter zona hambat terbesar terlihat pada kelompok minyak atsiri kayu manis berdiri sendiri, yaitu 31,18 mm-45 mm, kemudian diikuti oleh kalsium hidroksida dengan diameter 19,96 mm, sedangkan kombinasinya memperlihatkan zona hambat terkecil yaitu 14,23 mm-17,81 mm (gambar 9).

Dalam penelitian ini telah terbukti bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki efek antifungal dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Efek antifungal minyak atsiri kayu manis yang berdiri sendiri paling besar dibandingkan bahan yang


(57)

lain (gambar 9). Hal ini mungin disebabkan karena minyak atsiri kayu manis memiliki senyawa sinamaldehid dan eugenol yang memiliki khasiat sebagai antifungal. Selain itu minyak atsiri memiliki kelarutan yang lebih baik dibandingkan kalsium hidroksida dan kombinasinya sehingga tidak begitu menggangu proses difusinya ke dalam media agar.

Efek antifungal minyak atsiri dilihat dari komponen sinamaldehid. Kayu manis sinamaldehid memiliki elektro negative yang tinggi. Komponen elektro negative ini mencampuri proses biologi mikroorganisme meliputi transfer elektron dan reaksi dengan nitrogen yang mengandung komponen seperti protein dan asam nukleat, dan oleh karena itu menghambat pertumbuhan mikroorganisme.27,28 Singh et al (2000), menyatakan bahwa sinamaldehid merupakan komponen antifungal yang kuat. Dalam penelitian ini, konsentrasi minyak atsiri kayu manis dimulai dari 4%, karena telah diketahui dari penelitian Elin bahwa nilai MIC kayu minyak atsiri kayu manis sebesar 1% sehingga konsentrasi yang digunakan sebesar 4%, 2%, 1%, 0,5%, dan 0,25%.

Dalam penelitian ini, kelompok kalsium hidroksida juga menunjukkan efek antifungal, tetapi diameter zona hambat yang dihasilkan lebih kecil daripada minyak atsiri kayu manis berdiri sendiri (gambar 9). Hal ini mungkin disebabkan karena kemampuan kelarutan bahan dan difusi dari kalsium hidroksida yang rendah sehingga menghambat proses difusi kalsium hidroksida ke dalam media agar dan mempengaruhi besar diameter zona hambat. Kebanyakan penelitian tentang aktivitas antimikroba kalsium hidroksida menggunakan metode difusi agar, yang hanya menunjukkan potensi bahan untuk membunuh mikroorganisme dan terkait langsung dengan disosiasi dan difusi medium. Oleh karena itu, zona hambatan mungkin lebih berkaitan dengan kelarutan bahan dan diffusibility dalam agar daripada kemampuannya membunuh


(58)

mikroorganisme. Aktivitas antimikroba dari kalsium hidroksida terkait dengan pH tinggi, yang akhirnya membentuk sedimen pada agar, sehingga mencegah proses difusi nya. Fakta-fakta ini dapat menjelaskan kinerja buruk kalsium hidroksida dengan menggunakan metode difusi agar.9

Walaupun minyak atsiri kayu manis menunjukkan efek antifungal yang paling tinggi, tetapi jika digabungkan dengan kalsium hidroksida, maka hasil yang didapat pada penelitian ini menunjukkan efeknya menjadi berkurang (gambar 9). Oleh karena itu, pernyataan hipotesa yang menyebutkan penambahan minyak atsiri kayu manis akan meningkatkan kemampuan antifungal kalsium hidroksida terhadap Candida albicans tidak dapat diterima. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena minyak atsiri bersifat oily dimana viscositas dan kelarutannya sangat rendah, sehingga ketika minyak atsiri dikombinasikan dengan kalsium hidroksida, maka campuran keduanya menyebabkan terbentuknya endapan yang lebih menggumpal daripada kalsium hidroksida sendiri, sehingga kemampuan dan kecepatan difusi keduanya ke dalam media agar paling rendah dibandingkan dengan minyak atsiri sendiri maupun kalsium hidroksida sendiri. Oleh karena itu diameter zona hampat yang diperoleh pada kelompok kombinasi paling sempit. Pada kelompok kombinasi, zona hambat terkecil ditunjukkan pada konsentrasi 1% (gambar 9). Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengadukan yang kurang tepat, sehingga tidak tercapai campuran homogen yang sempurna dan menghambat proses difusinya ke dalam media agar. Selain itu kemungkinan lain disebabkan jumlah bahan yang dimasukkan ke dalam hole lebih sedikit dibandingkan dengan kombinasi 0,5% dan 0,25% minyak atsiri dengan kalsium hidroksida, sehingga mempengaruhi diameter zona hambatnya.


(59)

Dibandingkan dengan antifungal minyak atsiri terhadap Candida albicans pada penelitian Kamal Rai Aneja et al, minyak atsiri kayu manis pada penelitian ini menunjukkan efektifitas antifungal yang lebih baik. Hal ini dikarenakan proses menghasilkan minyak atsiri pada penelitian ini menggunakan steam distillation sehinggga kualitas minyak atsiri yang didapat akan lebih baik daripada melalui ekstrak pada penelitian Kamal Rai Aneja. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Brenda Paula et al mengenai zona hambat kalsium hidroksida pasta terhadap Candida albicans juga berbeda dengan penelitian ini. Dibandingkan penelitan Brenda Paula et al, efek antifungal kalsium hidroksida pada penelitian ini menunjukkan efektifitas antifungal yang lebih baik. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah kalsium hidroksida yang digunakan pada penelitian Brenda Paula et al sebanyak 40 µ l, sedangkan pada penelitian ini menggunakan kalsium hidroksida sebanyak 300 µ l.

Berdasarkan hasil penelitian, walaupun pada kelompok kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida memiliki nilai pH yang paling tinggi (table 2), namun peningkatan pH ini ternyata tidak diikuti oleh peningkatan efek antifungalnya, dimana kombinasi keduanya menunjukkan diameter zona hambat yang paling kecil (gambar 9). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa meskipun senyawa tersebut sangat berpotensi sebagai mikrobia, tetapi bila tidak mampu berdifusi ke dalam media akan menghasilkan diameter daerah hambatan yang sempit. Kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida diketahui memiliki kelarutan yang rendah, sehingga menyulitkan dalam prosedur pengadukan bahan dan membentuk sedimen yang mencegah proses difusinya. Hal inilah yang mungkin menyebabkan kelompok kombinasi tidak menunjukkan peningkatan efek antifungal walaupun memiliki nilai pH


(60)

yang paling tinggi. Jadi, nilai pH yang dimiliki tidak mempengaruhi kekuatan antifungal suatu senyawa tersebut ke dalam media agar. Akan tetapi, zona hambatan lebih berkaitan dengan kelarutan bahan dan diffusibility dalam agar.9 Nilai pH yang diukur hanya menunjukkan perubahan pH kalsium hidroksida akibat penambahan minyak atsiri kayu manis.


(61)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Penelitian ini membuktikan bahwa minyak atsiri kayu manis, kalsium hidroksida, serta kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida memiliki efek antifungal terhadap Candida albicans. Minyak atsiri kayu manis sendiri memiliki diameter zona hambat yang paling besar dibandingkan dengan kalsium hidroksida sendiri maupun kombinasi kalsium hidroksida dengan minyak atsiri kayu manis. Penambahan minyak atsiri kayu manis dengan kalsium hidroksida rata-rata akan memberikan perubahan pH yang meningkat.

Pengaruh tingkat keparahan difusi yang berbeda pada setiap kelompok menyebabkan terjadinya bias dalam penelitian ini. Aktivitas antifungal pada masing-masing kelompok dievaluasi dengan meninjau ada atau tidaknya zona hambat yang dihasilkan, dimana semua kelompok menunjukkan adanya zona hambat. Oleh karena semua kelompok menunjukkan adanya zona hambat, maka penelitian ini menunjukkan bahwa minyak atsiri kayu manis dengan atau tanpa kalsium hidroksida, bila digunakan sebagai obat intrakanal memberikan sifat antifungal.


(62)

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat memberi masukan untuk penelitian berikutnya supaya diperoleh hasil yang lebih baik dan terarah.

1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang efek antimikroba minyak atsiri kayu manis terhadap mikroba patogen endodonti lain dalam usaha mengumpulkan informasi untuk pengembangan minyak atsiri sebagai medikamen saluran akar.

2. Menggunakan kayu manis dalam bentuk bubuk oleh karena kelarutan kayu manis dalam bentuk minyak sangat rendah atau menggunakan pelarut yang tepat seperti DMSO agar minyak atsiri dapat membentuk larutan yang sempurna. 3. Dilakukan penelitian yang sama dengan metode berbeda tanpa adanya pengaruh

difusi untuk dijadikan perbandingan efek antifungal.

4. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang efek antifungal minyak atsiri kayu manis dan kombinasinya dengan kalsium hidroksida secara biomolekuler.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ballal V, Kundabala M, Acharya S, Ballal M. Antimikrobial ction of calcium hidroxide, chlorhexidine and their combination on endodontic pathogens. Aust Dent J 2007; 52(1):118-21.

2. Siquera JF, Rocas I. Clinical implication and Microbiology of bacterial persistence after treatment procedures. J.Endodon 2008;34: (1291-301). 3. Ashraf H, Sammie M, Eslami G. Presence of Candida albicans in root canal

system of teeth requiring endodontic retreatment with and without periapical lesions. Iran Endod J 2007;2: 24-8

4. Lau H, Ballal V, Shenoy S, Acharya S. Evaluation of antifungal efficacy of 5% doxyxycline hydrochloride,2,5% sodium hypochlorite, 17% ethylenediamine tetraacetic acid and 0,2% chlorhexidine gluconate against Candida albicans- An in vitro study.Original research. India:Dept.of Conservatif Dentistry and Endodontics.

5. Waltimo TMT, Sen BH, Meurman JH, Orstavik D, Haapasalo MPP. Yeast in apical periodontitis. Crit Rev Bio Med 2003; 34: 429-34.

6. Pacios MG, Cassa ML, Bulacio M, Lopez ME. Influence of different vehicle on the pH of calcium hydroxide pastes. J Oral Sc 2004;46(2); 107-11.

7. Siquera JF,Lopes HP. Mechanism of antimicrobial activity of calcium hydroxide: a crtical review. Int Endod J 1999; 32: 361-9.

8. Gomez BPFA, Ferraz CCR, Vienna ME, et al. In vitro antimicrobial activity of calcium hydroxide pastes and their vehicles against selected microorganisms. Braz Dent J 2002; 13: 3-7.

9. Filho FJS, Soares AJ,Vianna ME. Antimicrobial effect and pH of chlorhexidine gel and calcium hydroxide alone and associated with other materials. Braz Dent J 2008;19(1):28-33

10. F Yanyan. Peningkatan kadar Patchouli alkohol dalam minyak nilam (Patchouli Oil) dan Usaha Derivatisasi Komponen Minornya. Perkembangan Teknologi Tro 2004;15(2):72-8

11. Mallek A, Bagy MMK, Hasan HAH. The in vitro anti-yeast activity of some essential oils. J Islamic Acad Sci 1994;7(1):10-2.


(64)

12. Elin Y, Asep G, Muslikhati. Efek minyak atsiri kulit kayu dan daun Cinnamon burmanni terhadap bakteri dan fungi 2005.Majalah Farmasi Indonesia 1999:10(1):31-9.

13. Valera MC, Maekawa LE. Antimicrobial activity of sodium hypochlorite associated with intracanal medication for Candida albicans and Enterococcus faecalis inoculated inr root canals. J appl Oral Sci 2009; 17(6): 555-9

14. Egan MW, Spratt DA. Prevalence of yeast in saliva and root canals of teeth associated with apical periodontitis. Int Endod J 2002;35(4); 321-9.

15. Siquera JF. Aetiology of root canal treatment failure: why well-treated teeth can fail. Int Endod J 2001;34:1-10.

16. Sique ira JF. Stategies to treat infected root canals. J California Dent Asc 2001:1-22.

17. Estrela C, Holland R. Calcium hydroxide: Study Base on Scientific Evidences. J Appl Oral Sci 2003; 11: 269-82

18. Estrela C, Pecora JD, Souza-Neto MD. Effect of vehicle on antimicrobial properties of calcium hydroxide pastes. Braz Dent J 1999; 10(2):63-72.

19. Tjampakasari CR. Karakteristik Candida albicans. Cermin Dunia Kedokteran 2006;151:33-6

20. Dorman, Deans. Antimicrobial agents from plants: Antibacterial activity of plant volatile oils. J Appl Microbiol 2000;88:308-16

21. United States geological Survey.2003. Cinnamomum burmannii. Hawai`i: Biological Resources Division.

22. Roy HJ. Cinnamon and type 2 diabetes. Pennington Nutrition Series 2009: 1-4.

23. Max H. A Seven-Step Process to Oral Health. Canada : Healing Food Institute, 1-39.

24. Chaudry NMSA, Tariq P. Anti-microbial activity of Cinamomum cassia against diverse microbial flora with its nutritional and medicinal impacts. Pak.J.Bot 2006;38(1):169-74.

25. Heller B. Nuttritional wellness. 2005.


(65)

26. Sheng YWS, Pin FCP, Shang TC. Antifungal activities of essential oil and their constituents from Indigenous Cinnamon (Cinnamon osmophelum) leaves againts wood decay fungi. J.Biotech 2005;813-8.

27. Gupta C, Garg AP, Uniyal R, Kumari A. Comparative analysis of the antimicrobial activity of Cinnamon oil and Cinnamon extract on somefood-borne icrobes. Afr J Microbiol Res 2008; 2(9): 247-51

28. Aneja KR, Joshi R, Sharma C. Antimicrobial activity of Dalchini (Cinnamomum zeylanicum Bark) extracts on some dental caries pathogens. J Pharm Res 2009:2(9):1387-90.

29. Calsamigila S, Busquet M, Cardozo. Invited review: Essential oils as modifiers of rumen microbial fermentation. Am Dairy Sci Assoc 2007;90:2580-95.

30. Benchaar,Chaves, Fraser. Effects of essential oils and their components on in vitro rumen microbial fermentation. Can J anim Sci 2007;413-8.

31. Wang C, Zhang J, Chen H. Antifungal activity of eugenol against Botrytis cinerea. Trop plant pathol 2010;35(3):1-14.

32. Gill O, Holley RA. Mechanisms of bacterial action of cinnamaldehyde against Listeria monocytogenes and eugenol against L.monocytogenes and Lactobacillus sakei. Appl Environ Microbiol 2004;70(10):5750-5

33. Tsair BY, Shang TC. Synergistic effect of cinnamaldehyde in combination with eugenol against wood decay fungi. Bioresource Technology 99 2008: 232-6

34. Agung R. Dasar teknik instrumentasi menggunakan pH meter. 2009.< 35. Rayi D. 2010.Skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri tanaman secang

(Caesalpinia sappan L.) terhadap E.coli. Salatiga:Kristen Satya Wacana University.


(1)

Oneway

[DataSet1] D:\skripsi\statistik gabungan nilai dan pH\konsentrasi

dan kombinasi.sav

Descriptives

nilai hasil uji

3 45.0000 .00000 .00000 45.0000 45.0000 45.00 45.00 3 44.2867 2.54372 1.46862 37.9677 50.6056 41.40 46.20 3 42.4900 2.29893 1.32729 36.7791 48.2009 40.04 44.60 3 40.3200 .85440 .49329 38.1976 42.4424 39.42 41.12 3 31.1833 1.68263 .97147 27.0035 35.3632 30.08 33.12 3 19.9667 4.20525 2.42790 9.5202 30.4131 15.14 22.84 18 37.2078 9.43056 2.22280 32.5181 41.8975 15.14 46.20 Minyak atsiri 4%

Minyak atsiri 2% Minyak atsiri 1% Minyak atsiri 0,5% Minyak atsiri 0,25% CaOH

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

nilai hasil uji

4.606

5

12

.014

Levene

Statistic

df1

df2

Sig.

ANOV A

nilai hasil uji

1445.901

5

289.180

52.577

.000

66.002

12

5.500

1511.903

17

Between Groups

W ithin Groups

Total

Sum of


(2)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: nilai has il uji

LSD

.71333

1.91488

.716

-3.4588

4.8855

2.51000

1.91488

.214

-1.6622

6.6822

4.68000*

1.91488

.031

.5078

8.8522

13.81667*

1.91488

.000

9.6445

17.9888

25.03333*

1.91488

.000

20.8612

29.2055

-.71333

1.91488

.716

-4.8855

3.4588

1.79667

1.91488

.367

-2.3755

5.9688

3.96667

1.91488

.061

-.2055

8.1388

13.10333*

1.91488

.000

8.9312

17.2755

24.32000*

1.91488

.000

20.1478

28.4922

-2.51000

1.91488

.214

-6.6822

1.6622

-1.79667

1.91488

.367

-5.9688

2.3755

2.17000

1.91488

.279

-2.0022

6.3422

11.30667*

1.91488

.000

7.1345

15.4788

22.52333*

1.91488

.000

18.3512

26.6955

-4.68000*

1.91488

.031

-8.8522

-.5078

-3.96667

1.91488

.061

-8.1388

.2055

-2.17000

1.91488

.279

-6.3422

2.0022

9.13667*

1.91488

.000

4.9645

13.3088

20.35333*

1.91488

.000

16.1812

24.5255

-13.81667*

1.91488

.000

-17.9888

-9.6445

-13.10333*

1.91488

.000

-17.2755

-8.9312

-11.30667*

1.91488

.000

-15.4788

-7.1345

-9.13667*

1.91488

.000

-13.3088

-4.9645

11.21667*

1.91488

.000

7.0445

15.3888

-25.03333*

1.91488

.000

-29.2055

-20.8612

-24.32000*

1.91488

.000

-28.4922

-20.1478

-22.52333*

1.91488

.000

-26.6955

-18.3512

-20.35333*

1.91488

.000

-24.5255

-16.1812

-11.21667*

1.91488

.000

-15.3888

-7.0445

(J) Minyak atsiri

Minyak atsiri 2%

Minyak atsiri 1%

Minyak atsiri 0,5%

Minyak atsiri 0,25%

CaOH

Minyak atsiri 4%

Minyak atsiri 1%

Minyak atsiri 0,5%

Minyak atsiri 0,25%

CaOH

Minyak atsiri 4%

Minyak atsiri 2%

Minyak atsiri 0,5%

Minyak atsiri 0,25%

CaOH

Minyak atsiri 4%

Minyak atsiri 2%

Minyak atsiri 1%

Minyak atsiri 0,25%

CaOH

Minyak atsiri 4%

Minyak atsiri 2%

Minyak atsiri 1%

Minyak atsiri 0,5%

CaOH

Minyak atsiri 4%

Minyak atsiri 2%

Minyak atsiri 1%

Minyak atsiri 0,5%

Minyak atsiri 0,25%

(I) Minyak atsiri

Minyak atsiri 4%

Minyak atsiri 2%

Minyak atsiri 1%

Minyak atsiri 0,5%

Minyak atsiri 0,25%

CaOH

Mean

Difference

(I-J)

Std. Error

Sig.

Lower Bound

Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is s ignificant at the .05 level.

*.


(3)

[DataSet0]

Descriptives nilai

3 17.8133 1.24617 .71948 14.7177 20.9090 16.74 19.18 3 15.3667 1.75742 1.01465 11.0010 19.7323 14.14 17.38 3 14.2333 .90914 .52489 11.9749 16.4918 13.64 15.28 3 15.5600 1.36074 .78562 12.1797 18.9403 14.02 16.60 3 16.1333 .79053 .45641 14.1696 18.0971 15.26 16.80 3 19.9667 4.20525 2.42790 9.5202 30.4131 15.14 22.84 18 16.5122 2.59868 .61251 15.2199 17.8045 13.64 22.84 minyak atsiri 4%+CaOH

minyak atsiri 2%+CaOH minyak atsiri 1%+CaOH minyak atsiri 0,5%+CaOH minyak atsiri

0,25%+CaOH CaOH Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

nilai

5.171

5

12

.009

Levene

Statistic

df1

df2

Sig.

ANOV A

nilai

63.546

5

12.709

2.975

.057

51.257

12

4.271

114.803

17

Between Groups

W ithin Groups

Total

Sum of


(4)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: nilai LSD

2.44667 1.68749 .173 -1.2301 6.1234 3.58000 1.68749 .055 -.0967 7.2567 2.25333 1.68749 .207 -1.4234 5.9301 1.68000 1.68749 .339 -1.9967 5.3567 -2.15333 1.68749 .226 -5.8301 1.5234 -2.44667 1.68749 .173 -6.1234 1.2301 1.13333 1.68749 .515 -2.5434 4.8101 -.19333 1.68749 .911 -3.8701 3.4834 -.76667 1.68749 .658 -4.4434 2.9101 -4.60000* 1.68749 .018 -8.2767 -.9233 -3.58000 1.68749 .055 -7.2567 .0967 -1.13333 1.68749 .515 -4.8101 2.5434 -1.32667 1.68749 .447 -5.0034 2.3501 -1.90000 1.68749 .282 -5.5767 1.7767 -5.73333* 1.68749 .005 -9.4101 -2.0566 -2.25333 1.68749 .207 -5.9301 1.4234 .19333 1.68749 .911 -3.4834 3.8701 1.32667 1.68749 .447 -2.3501 5.0034 -.57333 1.68749 .740 -4.2501 3.1034 -4.40667* 1.68749 .023 -8.0834 -.7299 -1.68000 1.68749 .339 -5.3567 1.9967 .76667 1.68749 .658 -2.9101 4.4434 1.90000 1.68749 .282 -1.7767 5.5767 .57333 1.68749 .740 -3.1034 4.2501 -3.83333* 1.68749 .042 -7.5101 -.1566 2.15333 1.68749 .226 -1.5234 5.8301 4.60000* 1.68749 .018 .9233 8.2767 5.73333* 1.68749 .005 2.0566 9.4101 4.40667* 1.68749 .023 .7299 8.0834 3.83333* 1.68749 .042 .1566 7.5101 (J) kons

minyak atsiri 2%+CaOH minyak atsiri 1%+CaOH minyak atsiri 0,5%+CaOH minyak atsiri

0,25%+CaOH CaOH

minyak atsiri 4%+CaOH minyak atsiri 1%+CaOH minyak atsiri 0,5%+CaOH minyak atsiri

0,25%+CaOH CaOH

minyak atsiri 4%+CaOH minyak atsiri 2%+CaOH minyak atsiri 0,5%+CaOH minyak atsiri

0,25%+CaOH CaOH

minyak atsiri 4%+CaOH minyak atsiri 2%+CaOH minyak atsiri 1%+CaOH minyak atsiri

0,25%+CaOH CaOH

minyak atsiri 4%+CaOH minyak atsiri 2%+CaOH minyak atsiri 1%+CaOH minyak atsiri 0,5%+CaOH CaOH

minyak atsiri 4%+CaOH minyak atsiri 2%+CaOH minyak atsiri 1%+CaOH minyak atsiri 0,5%+CaOH minyak atsiri

0,25%+CaOH (I) kons

minyak atsiri 4%+CaOH

minyak atsiri 2%+CaOH

minyak atsiri 1%+CaOH

minyak atsiri 0,5%+CaOH

minyak atsiri 0,25%+CaOH

CaOH

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is s ignificant at the .05 level. *.


(5)

Alur pikir

a

Mikrobiologi Endodontik

C.albicans salah satu mikroorganisme

penyebab kegagalan endodonti

Siquera dan Senn

C.albicans

prevalensi jamur yang paling banyak

Candida albicans ditemukan 5-20%

dari saluran akar yang terinfeksi.

(Waltimo, 2003)

C. albicans resisten terhadap

Ca(OH)

2.

(Ballal et al 2007, Waltimo et

al 1999)

Kunci virulensi C. albicans sekresi

enzim aspartil protease. (Waltimo, 2003)

Faktor virulensi C.albicans

Pembentukan hifa, tigmotropism, sekresi

protease dan fenomena phenotypic

switching (Waltimo, 2003)

Antifungal

Ca(OH)2 sifat antimikrobial yang

sangat baik,mengeliminasi

mikroorganisme setelah cleaning dan

shaping,menetralkan sisa2 toxin

Antimikroba Ca(OH)

2

aksi OH

-

lingkungan alkalin tidak sesuai

bagi perkembangan mikroorganisme.

(Athanassiadis et al, 2007)

pH>9

reversible maupun

irreversible mo kehilangan aktivitas

biologi

Minyak astiri

antifungal,antibakteri

Komponen terbesar antifungal minyak

atsiri sinamaldehid dan eugenol

Minyak atsiri kayu manis efektif

membunuh C.albicans

Menurut Guenther

minyak atsiri

bersifat asam lemah dan netral

Dari uraian diatas terlihat bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki efek antimikroba

dan bersifat asam lemah atau netral, tetapi sejauh ini belum ada penelitian mengenai

efek antifungal dan pH minyak atsiri kayu manis dan kombinasinya dengan kalsium

hidroksida terhadap Candida albicans.


(6)

Timbul permasalahan :

1)

Apakah minyak atsiri kayu manis memberikan perubahan pH terhadap

kalsium hidroksida?

2)

Apakah penambahan minyak atsiri kayu manis akan menambah daya

antifungal Ca(OH)2 terhadap Candida albicans?

Tujuan Penelitian :

1.

Untuk mengetahui perubahan pH akibat penambahan minyak atsiri kayu

manis terhadap kalsium hidroksida.

2.

Untuk mengetahui daya antifungal minyak atsiri kayu manis ketika

dikombinasikan dengan kalsium hidroksida terhadap Candida albicans.

Judul Penelitian :

Efek antifungal dan pH kombinasi minyak atsiri kayu manis dengan kalsium

hidroksida terhadap Candida albicans secara in vitro