Lokasi, Jenis dan Volume

39 Enim, Provinsi Kalimantan Barat Kab. Sanggau, Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Tengah Kab. Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Selatan Kab. Hulu Sunga Selatan, Provinsi Kalimantan Timur Kab. Kutai Barat. 4. Pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Dampak Perubahan Iklim. Kegiatan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Perubahan Iklim di tingkat daerah dilaksanakan di 9 Provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan. Lokasi dan Volume masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan untuk jenis dan volume masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

D. Simpul Kritis

1. Fasilitasi

Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan bencana Alam a. Lambatnya pengecekan lapangan terhadap data hot spot yang diaksesditerima, sehingga upaya pengendalian kebakaran seringkali terlambat. Dinas provinsi kabupaten kota agar secara harian mengakses 40 web site ASEAN Specialized Metereological Center ASMC pada situs: http:www.weather.gov.sgwipweb ASMC; LAPAN Indofire melalui situs- situs: http:www.lapan.go.idindofire;http :www.indofire.dephut.go.idindofir e.asp;http:www.lapan.go.idindofir e;http:indofire.landgate.wa.gov.au indofire.asp; atau melalui website www.ditjenbun.deptan.go.idperlindu ngan dan melakukan ground check serta melaporkan hasilnya ke Direktorat Jenderal Perkebunan, melalui email pgup_deptanyahoo. com. b. Lemahnya koordinasi antara provinsi dan kabupatenkota menyebabkan pemantauan kebakaran dan penanganannya tidak optimal. Dinas provinsi yang membidangi perkebunan secara proaktif menginformasikan dan mengkoordinasikan kegiatan fasilitasi pemantauan dan penanganan kebakaran kepada dinas kabupaten kota rawan kebakaran.

2. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

a. Pemilihan lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan syarat spesifikasi teknis 41 daerah rawan kekeringan sehingga kegiatan tidak tepat sasaran. Pemilihan lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan agar mengacu pada pedoman teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. b. Pengadaan benih unggul bermutu tahan kekeringan tidak sesuai dengan jadual waktu pelaksanaan kegiatan, sehingga kegiatan berpotensi terlambat. Untuk itu dinas perlu melakukan koordinasi dengan sumber benih karet, kakao, kopi, dan jambu mete dalam pengadaannya sejak awal.

3. Sosialisasi PLTB, Peraturan Perundang-

undangan dan Demplot PLTB. a. Penetapan CPCL tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai. Untuk itu pelaksana kegiatan Provinsi KabupatenKota wajib mempedomani kriteria CPCL yang telah ditetapkan dalam Pedum Teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. b. Waktu pelaksanaan sosialisasi dilakukan setelah musim kemarau, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai. Waktu sosialisasi agar memperhatikan edaran prakiraan cuaca dari BMKG.