Yogyakarta, 30 November 2016
247
c. Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks hidupnya sering mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka tentang pengalamannya,
observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian
sendiri kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam
wawancara.
e. Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh perspektif selektif individu yang diwawancara. Berbeda dengan wawancara, observasi memungkinkan peneliti
bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau
pihak-pihak lain.
f. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukannya. Impresi dan perasaan pengamat akan
menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat dimanfaatkannya untuk
memahami fenomena yang diteliti. Menurut Moleong 2000, berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati, observasi dapat
dibedakan menjadi: a. Observasi partisipan
Pengamatan berperan serta melakukan dua peran sekaligus yaitu sebagai dan
sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. b. Observasi non partisipan
Pengamat tidak berperan serta hanya melakukan fungsi yaitu mengadakan pengamatan. Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan bentuk observasi non
partisipan dimana peneliti tidak mengamati tingkah laku subjek dan tidak ikut
aktif dalam kegiatan subjek, karena peneliti hanya sebagai pengamat. e. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan analisis tematik dan analisis perbandingan antar subyek. Kredibilitas penelitian dilakukan dengan melakukan triangulasi data, yaitu mengambil
data dari sumber-sumber data yang berbeda.
HASIL dan PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan beberapa hal yaitu:
1. Gambaran subjek dalam
emptynest syndrome
Adapun gambaran salah satu subjek dalam penelitian ini yaitu :
248
Subjek 1 : Ibu SN berusia 66 tahun. Data yang didapatkan selama penelitian yaitu subjek memiliki 2 anak, salah satu anaknya merantau keluar pulau yaitu ke Kalimantan untuk
bekerja. Suami telah meninggal dunia kurang lebih 6 tahun yang karena sakit. Pekerjaan keseharian subjek yaitu petani. Subjek memiliki riwayat penyakit diabetes dan darah tinggi.
Subjek pernah harus mengalami perawatan intensif karena merasa tubuhnya lumpuh dibagian sebelah kiri. Dikarenakan hal tersebut, subjek tidak dapat bekerja seperti
kesehariannya hingga 3 hari. Subjek merasa dirinya berjuang seorang diri dalam kehidupannya tanpa dukungan dari siapapun sehingga pernah merasa putus asa. Subjek
merasa kurang semangat karena diusianya yang sudah memasuki usia lansia, subjek harus bekerja untuk terus bertahan hidup dan harus mengalami sakit hingga tidak dapat
beraktivitas. Subjek merasa kesepian kalau tidak memiliki teman untuk menjalani keseharian selain istri dari anaknya karena anaknya sibuk bekerja. Subjek menyatakan bahwa pasrah
untuk menjalani kehidupannya yang saat ini hingga tutup usia. Sedangkan data yang didapatkan dari subjek selanjutnya yaitu Ibu MR berusia 74 tahun. Data yang didapatkan
selama penelitian yaitu subjek tinggal berjauhan dengan tetangga lainnya. Subjek tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara lancar. Subjek hidup sendirian selama
kurang lebih 30 tahun. Suami saubjek meninggal dunia karena bunuh diri dengan alasan stress terhadap tekanan kehidupan. Subjek pernah merasa terpuruk karena kehilangan sosok
pendamping hidup hingga membuat dirinya sangat tertutup dengan orang disekitarnya. Subjek terbiasa hidup sendiri hingga memelihara seekor kucing dan menjadikannya teman
hidup sejak suami meninggal dunia. Aktivitas keseharian subjek yaitu bekerja sebagai pencari rumput untuk kambing. Subjek pernah sakit parah namun tidak mau tetangga
mengetahui keadaannya. Subjek hingga saat ini masih teringat dengan kisah hidup suaminya sehingga masih sering merasa sedih dan kesepian. Subjek menyatakan memiliki ketakutan
pada kematian karena kejadian yang menimpa suaminya dahulu. Berdasarkan data yang
diperoleh, terdapat beberapa hal yang dibahas diantaranya yaitu : bagi orang tua yang mengalami gejala-gejala emptynest syndrome biasanya perilaku yang terlihat yaitu terlihat
murung, tidak memiliki semangat untuk melanjutkan aktivitas, selalu merasa kesepian karena hidup sendiri dan terpisah dari orang yang disayangi, selalu merasa sedih karena
merasa tidak memiliki siapa pun dalam hidupnya, pasrah dengan keadaan hidup saat ini serta memiliki beberapa pemikiran buruk yang membuat diri menjadi cemas. Menindak lanjuti
data yang diperoleh, adapun tanda dan gejala sindrom sarang kosong menurut Dewi 2007 yaitu:
Yogyakarta, 30 November 2016
249
a. Ibu meneteskan airmata atau menangis tersedu-sedu, bila teringat anaknya.
b. Sering termenung menatap tempat tidur yang kosong. c. Menaruh pakaian anaknya di bawah bantalnya.
e. Diam-diam menciumi pakaian putra atau putrinya.
Selanjutnya adapun dampak dari adanya
emptynest syndrome
bagi orang tua baik wanita maupun laki-laki yaitu Kesedihan yang dialami usia lanjut dapat terus berlanjut, sering menangis sendirian karena merasa
bahwa hidupnya tidak berguna lagi setelah anaknya tidak serumah. Muncul keinginan untuk menyendiri, menjauhi pergaulan, dan tidak ingin bekerja lagi. Ini berarti sindrom
sarang kosong yang telah mengakibatkan depresi. Dalam keadaan ini perlu ditangani secara serius, dengan meminta nasihat orang tua atau seseorang yang dapat dipercaya
untuk memberi nasihat. Biasanya keadaan makin parah, bila bersamaan waktunya dengan saat memasuki menopause.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi