24
BAB IV “Harmonisasi 3 Pilar Utama“
Terdapat tiga elemen atau pilar utama dalam perancangan penulis terhadap proyek ini yaitu tema proyek arsitektur kontekstual, lokasi site riverfront, dan kasus
proyek yang akan dirancang yaitu hotel bisnis dan mall. Dalam mengintegrasikan ketiga unsur tersebut, penulis berusaha untuk menghubungkan bangunan baru dengan
lingkungan di sekitarnya, seperti yang dituturkan oleh Brent C Brolin dalam Architecture in Context. Adapun ciri
– ciri dari kontekstual menurut beliau adalah “ pengulangan terhadap motif dari desain bangunan sekitar, pendekatan baik dari bentuk pola, irama,
ornamen, dan lain – lain terhadap bangunan disekitar konteks lingkunganya “. Hal ini
dibuat dengan tujuan untuk tetap menjaga karakter suatu tempat, dan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup yang ada. Tanpa meninggalkan esensi utama dari Arsitektur
kontekstual yaitu mengharmonisasikan lingkungan, konteks preservasi dan modern pada lingkungan di sekitar site. Beberapa contoh dari Arsitektur kontekstual yang
mengharmonisasikan bangunan dengan lingkunganya seperti, Louvre Pyramid yang berada di kota Paris, dan Victorian Homes yang biasanya di kenal sebagai Poscard Row,
yang menarik dari pemukiman bergaya Victoria ini adalah walaupun pemiliknya mempunyai selera tersendiri terhadap gaya dari simbol
– simbolnya, namun bangunan ini tetap kontekstual terhadap bangunan disekitarnya. Sehingga yang terlihat adalah
bangunan yang bersifat harmoni dan selaras. Pendekatan terhadap Arsitektur Kontekstual yang memperhatikan bangunan baru
yang menciptakan keselarasan dan keharmonian terhadap kesan modern dengan bangunan preservasi di sekitar site dan lingkungannya membuat penulis memiliki ide
untuk mengharmonisasikan konteks modern dan preservasi menjadi sebuah gaya arsitektur yang mencerminkan pesatnya peradaban kota Medan yang tercermin dari
Universitas Sumatera Utara
25
beberapa bangunan di kawasan sekitar site, seperti bangunan Waren Huis AMPI Ex Depanker , Cornfield Magajin BATA , Mega Eltra Centrium , Lonsum, Bank of
China Bank Danamon mengadopsi gaya arsitektur modern tanpa melupakan unsur preservasinya yaitu gaya arsitektur Art Decoratif. Adapun gaya Arsitektur Art Decoratif
sebenarnya bermula dari keinginan warga Eropa untuk melupakan kenangan buruk pasca Perang Dunia I, sehingga dibangunlah bangunan bergaya Art Deco yang murni
merupakan sebuah seni yang yang mengadopsi unsur – unsur modern seperti
Modernisme, Bauhaus, Kubisme, Art Nouveau, dan Futurisme. Kepopuleran dari gaya ini bermula dari diselenggarakannya “ Exposition Internationale des Art Decoratif et
Industriels Modernes “ pada tahun 1925 di Paris, sehingga sejak saat itu nama Art Decoratif atau Art Deco menjadi populer seiring dengan munculnya beberapa artikel
dalam media cetak. Dalam mengharmonisasikan unsur Art Deco dengan tema utama Riverfront,
Hotel, dan Mall, peran dari Sungai Deli tidak dapat diabaikan karena dapat terlihat pada konteks sejarah kota Medan yang bermula dari Sungai Deli sebagai jalur transportasi air
hingga kedatangan J. Nienhuys, dan J. T. Cremer yang mendirikan kantor Deli Maatschappij dan DSM Deli Spoorweg Maatschappij yang disebabkan kurang
layaknya jalur raya pos Groute Pos Weg yang pada saat itu merupakan jalur perdagangan darat yang mengikuti aliran sepanjang Sungai Deli. Dengan berdirinya
perusahaan tersebut, kota Medan pun turut berkembang secara perlahan – lahan tetapi
pasti hingga membuat daerah Tanah Deli pernah disebut sebagai Het Dollar Land atau tanah uang. Atmosfer kota Medan yang dilalui oleh jalur raya pos Groute Pos Weg
membuat daerah – daerah disekitarnya terimbas oleh perkembangan ekonomi yang sangat
pesat, sehingga gaya arsitektur pada beberapa bangunan yang dilalui Groute Pos Weg seperti Mega Eltra ataupun Waren Huis AMPI atau Ex. Depnaker pun mengadopsi
Universitas Sumatera Utara
26
gaya arsitektur Art Deco sebagai lambang kejayaan peradaban kota Medan dalam jalur perdagangan international. Konteks Art Deco pada bangunan Waren Huis dapat dirasakan
pada bangunan tersebut, terlihat dari penggunaan material dan ornamen – ornamen yang
diterapkan pada bangunan tersebut. Dengan mengkaji konteks – konteks pada daerah di
sekitar site, penulis menyimpulkan bahwa proyek bangunan fungsi ganda Mixed Use yaitu Hotel Bisnis dan Mall rekreasi yang akan dirancang juga harus mengadopsi gaya
bangunan Art Decoratif yang kemudian akan diaplikasikan pada detail – detail ornamen
bangunan yang akan dirancang. Konsep perancangan pada Hotel dan Mall bermula dari hasil analisa penulis
terhadap kebutuhan bangunan pada daerah di sekitar site yang dapat terlihat pada analisa tata guna lahan dan hasil analisa terhadap bangunan Podomoro Deli Grand City yang
tepat berada di sebelah site. Pada bangunan Podomoro Deli Grand City, tidak terdapatnya fasilitas Hotel, membuat pembangunan hotel ini tidak akan bersaing terhadap proyek
Podomoro Deli Grand City. Kemudian, hasil dari analisa tata guna lahan yang dirangkum oleh penulis dan kelompok survey juga memperlihatkan kurangnya kebutuhan Hotel
untuk keperluan orang bisnis serta kurangnya fasilitas Mall rekreasi sebagai pendukung fungsi Hotel.
Konsep rancangan hotel bisnis dan mall akan menerapkan Art Deco sebagai gaya arsitektur bangunan. Penerapan Art Deco pada bangunan akan dirasakan pada detail
– detail bangunan, terutama pada ornament yang digunakan. Adanya menara pada puncak
bangunan, dan Streamline Modern melambangkan ciri khas dari gaya arsitektur Art Deco. Kurangnya fasilitas rekreasi yang terbuka dan hijau pada kawasan di sekitar mendorong
penulis untuk merancang sebuah ruang terbuka publik yang memiliki 3 karakter penting yakni: Memiliki makna meaningful, dapat mengakomodir kebutuhan para penggunanya
dalam kegiatan responsive, serta dapat menerima berbagai kegiatan masyarakat tanpa
Universitas Sumatera Utara
27
adanya diskriminasi democratic. Selain ketiga fungsi yang disebutkan diatas, tujuan utama dari ruang terbuka publik adalah dapat berperan sebagai paru
– paru kota. Setelah melakukan analisa terhadap gaya arsitektur bangunan dan sejarah
– sejarah kawasan kota Medan penulis kemudian melanjutkan studi banding terhadap proyek sejenis mengenai
hotel – hotel yang bergaya Art Deco dikarenakan studi banding itu penting sebelum
memulai konsep desain. Beberapa contoh karya bangunan Art Deco yang terkenal di dunia seperti Hotel Savoy Honmann Bandung dan Hotel Burj The Lake The Address,
Dubai memiliki beberapa kemriripan dalam penggunaan Stream Line Modern
[1]
yang merupakan ciri khas dari gaya arsitektur Art Deco
Savoy Honmann hotel merupakan hotel yang bertaraf internasional dengan kemewahan hotel
berbintang empat yang memiliki nilai history yang baik. Hotel ini terletak di Jl. Asia
– Afrika dahulu Jalan Raya Pos disebut juga sebagai
Groute Pos Weg No. 112, Cikawao, oleh Albert Aalbers. Bangunan ini dirancang dengan
konsep Art Deco yang menyerupai gelombang Samudera, lengkungan ini sering disebut
sebagai Stream Line Moderne. The Address Downtown Dubai, merupakan hotel pencakar
yang memiliki 63 lantai dengan tinggi 302 m 991ft . Hotel ini berfasilitas bintang 5 dengan 196 kamar dan 626
apartemen, Bangunan ini memiliki podium yang berlekuk - lekuk menyerupai gelombang
– gelombang air, dan memiliki puncak menara yang merupakan ciri khas gaya
4.1 Gambar Hotel Savoy Honmann Sumber : Hasil Olah Data Primer
4.2 Gambar Hotel The Address Dubai Sumber : Hasil Olah Data Primer
Universitas Sumatera Utara
28
arsitektur Art Deco. Pada daerah podium merupakan mall yang sangat mewah dan Megah dan pada bagian towernya merupakan area hotel dan apartemen. Bangunan ini dirancang
oleh aristek ternama yaitu Atkins dengan menggunakan developer yaitu Emaar Property. Pengembangan terhadap kawasan tepian sungai Waterfront development
merupakan trend yang sudah melanda kota – kota besar dunia sejak tahun 1980, dan tetap
akan digemari hingga masa – masa yang akan datang. Jenis pengembangan terhadap
kawasan tepian air mulai dirintis sejak tahun 60-an oleh kota – kota berpantai di Amerika
yang memanfaatkan lahan – lahan kosong bekas pelabuhan lama untuk dikembangkan
menjadi kawasan bisnis, hiburan, serta permukiman. Kesuksesan pada Amerika ini langsung ditiru oleh kota
– kota pelabuhan di Eropa dan kemudian menyebar ke segala penujuru dunia. Seperti yang dikemukakan oleh Wrenn 1983, waterfront development
didefinisikan sebagai “interfrace between land and water“. Kata “interface” sendiri memiliki pengertian terhadap adanya kegiatan aktif yang memanfaatkan pertemuan antara
daratan dan perairan menjadi sebuah simbiosis yang saling mendukung. Adanya kegiatan inilah yang membedakannya dengan kawasan lain yang tidak dapat disebut sebagai
waterfront development yaitu meskipun memiliki unsur air namun apabila konteks terhadap air tersebut tetap dibiarkan pasif dan tidak dikembangkan ataupun tidak adanya
sinergi antara daratan dan perairan, tetap tidak dapat disebut sebagai waterfront development walaupun terdapat unsur air dalam kasus tersebut. Dengan demikian,
pengertian terhadap waterfront development dapat diartikan sebagai pengolahan atau pengembangan terhadap kawasan tepian air yaitu kawasan pertemuan antara daratan dan
perairan dengan adanya generator aktivitas atau kegiatan aktif. Perairan yang dimaksud bisa berupa unsur air alami ataupun buatan, unsur air yang alami seperti laut, kanal,
danau, sungai dan unsur air buatan dapat berupa kolam ataupun danau buatan. Sedangkan pada generator kegiatan aktivitas dapat berupa promenade, ataupun esplanade
yang
Universitas Sumatera Utara
29
memanfaatkan pemandangan perairan sebagai objek pemadangan utama, serta adanya daerah bermain ataupun rekreasi untuk anak
– anak sebagai pengguna utama, ditambah lagi dengan daerah pertemuan untuk kebutuhan bisnis.
Pada zaman yang semakin modern ini, kecenderungan orang untuk meninggalkan air tidak lain dikarenakan tercemarnya atau terggangunya air sejak industri berkembang
pesat di kota – kota besar dunia, yaitu sekitar pertengahan abad 19. Dimana volume
kegiatan – kegiatan di sekitar pelabuhan menjadi berlipat ganda, dan gudang – gudang
yang besar bahkan pabrik didirikan di sekitar kawasan tepi sungai. Akibat dari didirikanya industri
– industri ini menyebabkan pemandangan ke arah perairan menjadi terhalang. Kawasan tepi sungai menjadi tempat yang tidak nyaman dan tidak aman bagi
warga kota untuk bersantai, berjalan – jalan menikmati keindahan pemandangan sungai,
dan kawasan luas di sekitar tepi sungai yang dibiarkan terbengkalai juga sering digunakan sebagai sarang dari beberapa kriminalitas. Tidak hanya itu, kecenderungan kota
– kota besar untuk membangun jalan raya bebas hambatan yang dibuat mengelilingi kota ring
road ikut memperburuk keadaan, sebab menjadikan kawasan tepi sungai dan pelabuhan semakin terisolasi dari bagian kota lainnya.
Dalam konsep perancangan landscape bangunan yang akan dirancang, penulis mengutamakan orang
– orang untuk cenderung kembali mendekati kawasan tepi sungai dengan membangun promenade ataupun esplanade. Hal ini dimaksudkan oleh penulis
dalam pengembangan terhadap kawasan tepi sungai akan memunculkan generator aktivitas baru yang tidak dimiliki di daerah sekitar kota Medan lainnya, karena ini
merupakan konsep pertama yang ada di kota Medan dengan menggunakan kawasan muka sungai sebagai salah satu generator aktivitas dan paru
– paru kota, juga kerinduan dari masyarakat sekitar terhadap atmosfer atau suasana kehidupan perairan yang telah lama
ditinggalkan juga akan dibangkitkan kembali. Konsep desain perancangan ini didasari
Universitas Sumatera Utara
30
oleh penulis yang bermula sejak Sungai Deli semakin tidak terjaga dan kumuh, dikarenakan pada masa dulunya Sungai Deli sangatlah bersih dan lebar hingga dapat
dilalui oleh beberapa kapal pengangkut barang. Pemikiran terhadap konsep rancangan ini kemudian penulis telusuri dari pengamatan terhadap hal serupa yang juga pernah dirintis
di Amerika Serikat dengan pembangunan kawasan eks – pelabuhan dengan proyek “
Inner Marbor “ di Baltimore, Marryland pada tahun 60-an dan disusul dengan proyek serupa di Boston serta kota
– kota pelabuhan lainnya. Proyek – proyek ini dianggap sebagai pelopor terhadap waterfront development yang kemudian menggejala di berbagai
belahan dunia sejak tahun 80-an. Terdapat beberapa studi kasus serupa sebagai bahan referensi terhadap pembangunan
promenade di dunia seperti : a.
Paskal Promenade Promenade yang memiliki pengertian
jalan di tepian sungai, mengadaptasi konsep ini ke dalam desainnya. Hal ini
merupakan arah baru untuk perancangan Mall dalam kota. Didesain dengan 2
bangunan yang terpisah dan disatukan oleh jembatan dengan aliran yang tidak
memiliki ujung,
sehingga para
pelanggan beranggapan bahwa Mall ini tidak memiliki ujung. Atriumnya didesain dengan open space yang bertindak sebagai
persimpangan menuju escalator atau jembatan antara gedung – gedung. Sehingga
membawa pelanggan untuk merasakan pengalaman “ Promenade “.
Gambar 4.3 Paskal Promenade Sumber : Olah Data Primer
Universitas Sumatera Utara
31
b. Sungai Cheonggyecheon, South Korean Korea Selatan
Sungai Cheonggyecheon merupakan salah satu sungai yang dikategorikan unik dari beberapa sungai yang berada di Korea Selatan. Hal ini dikarenakan Sungai
Cheonggyecheon merupakan aliran sungai di tengah kota Seoul. Sekitar 5 tahun yang lalu, sungai ini merupakan sebuah sungai yang kumuh di kota Seoul, dan pada masa yang
modern seperti sekarang, sungai yang kumuh ini telah beralih fungsi sebagai objek wisata dan menjadi salah satu tempat terkemuka di kota Seoul. Pada daerah selatan sungai ini
merupakan daerah yang cukup dalam dan menjadi tempat dimana warga – warga bisa
menangkap ikan. Warga kota Seoul memiliki kesadaran untuk menjaga kehidupan ikan –
ikan di sungai itu dan tetap memelihara kebersihan air dan lingkungannya. Selain itu, untuk menyeberang pun mereka tidak menggunakan jembatan beton, melainkan batu
– batuan agar terlihat lebih alami dan menyatu dengan alam. Detail dan desainnya sangatlah
memperhatikan keselarasan terhadap lingkungannya. Pada beberapa titik di daerah sekitar sungai ini juga menawarkan tempat bermain air untuk warga dan wisatawan. Di titik lain
dari sungai ini juga menawarkan suatu keindahan arsitektur kota yang menjadi kan kota Seoul merupakan salah satu kota terindah di Asia. Desain dan arsitekturnya sangat terasa
dan membuat warga hingga wisatawan yang berada di kota Seoul merasakan sebuah keajaiban kehidupan sungai di tengah kota.
Gambar 4.4 Sungai Cheonggyecheon Sumber : Olah Data Primer
Gambar 4.5 Sungai Cheonggyecheon Sumber : Olah Data Primer
Universitas Sumatera Utara
32
4.6 Gambar Sungai Cheonggyecheon setelah direnovasi, terdapat riverwalk Sumber
c. Paseo Del Rio Riverwalk, San Antonio USA
Gambar
4.6 Sungai Cheonggyecheon Setelah Direnovasi, Terdapat Riverwalk
Sumber : http:bylax.com
Gambar 4.7 Daerah Tepian Sungai, dan Area Bermain Air Water Zone
Sumber : http:bylax.com
Gambar 4.8 Sungai Paseo Del Rio Riverwalk, San Antonio USA Terdapat Daerah Wisata Kuliner Sebagai Salah Satu Generator Aktivitas Utama
Sumber : http:bylax.com
Universitas Sumatera Utara
33
Riverwalk San Antonio merupakan salah satu contoh pemanfaatan tepi sungai tertua yang mampu menjadi sebuah katalis revitalisasi kawasan untuk seluruh lingkungan
di sekitar masyarakat. Pada kawasan ini, keuntungan dan pemanfaatan ekonomi datang seiring dengan adanya perbaikan dan penyediaan terhadap ruang publik yang sangat
menarik sebagai atraksi bagi warga – warga kota maupun pengunjung lainnya. Kawasan
tepi sungai ini dirancang dengan variasi lansekap yang menyediakan area berjalan – jalan
santai, melihat kerumunan orang makan ataupun pemandangan, berbelanja, hingga area untuk sekedar duduk
– duduk untuk melepas kejenuhan yang membuat daya tarik tersendiri untuk kawasan ini.
Hasil dari studi banding terhadap proyek sejenis yang dipaparkan di atas akan dipadukan dan diterapkan oleh penulis dalam perancangan lansekap bangunan di kawasan
muka Sungai Deli. Menurut penulis terdapat beberapa fungsi yang dapat diciptakan di lansekap tersebut antara lain sebagai area makan dan minum, area duduk
– duduk ataupun berkumpul, area pertemuan, melihat pemandangan sungai, area bermain air water zone,
hingga merasakan suasana bangunan – bangunan Art Deco yang romantis dan megah.
Konsep perancangan ini hadir untuk pertama kali dan satu - satunya di kota Medan pada saat ini sehingga proyek ini akan mendatangkan berbagai keuntungan baik dari segi
ekonomi dan lainnya. Selain itu, proyek ini juga akan menciptakan area publik yang baru dengan suasana sungai yang sudah lama hilang dari kota Medan. Dari konsep
perancangan terhadap gaya arsitektur bangunan, akan dirancang Hotel dan Mall dengan lansekap bangunan yang memiliki kaitan yang erat dengan Sungai Deli. Konsep
perancangan ini juga telah menjawab keterkaitan proyek dengan 3 pilar utama dalam konsep perancangan penulis.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB V “Bentuk yang Berasal dari Fungsi, Ruang, dan Analisa“