34
BAB V “Bentuk yang Berasal dari Fungsi, Ruang, dan Analisa“
Bentuk dari sebuah bangunan baiknya bukanlah tanpa maksud dan tujuan dalam merancangnya. Hal ini dikarenakan setiap bentuk yang muncul harus mempunyai fungsi
dan berasal dari analisa – analisa dengan pertimbangan terhadap konteks yang akan
mempengaruhinya. Sesuai dengan pencip ta slogan “Form Follows Function” yaitu Louis
Sullivan, bentuk merupakan akibat dari pewadahan fungsi yang dapat memberikan ekspresi tertentu. Pewadahan dalam arti ini merujuk kepada manusia sebagai pelaku
utama. Hal ini dikarenakan fungsi merupakan gambaran dari kegiatan – kegiatan
manusia, dimana kegiatan tersebut membutuhkan fungsi dan suatu ruang untuk tempat melakukan kegiatan tersebut. Pengertian dari kata fungsi jika diartikan dalam pengertian
arsitekturalnya merupakan bentuk suatu bangunan harus diperoleh dari jenis kegiatan –
kegiatan yang diwadahinya. Aspek skematis dan teknis dari konteks modernisasi arsitektural rasionalisme kemudian akan membentuk pertanyaan filsafat, simbolik,
sosial ekonomi, dan politik. Tidak hanya fungsi yang berperan dalam suatu bentuk arsitektur, melainkan
ruang dan analisa juga berperan dalam unsur - unsur yang penting untuk mendapatkan suatu bentuk bangunan yang maksimal dan tanggap akan lingkungan sekitarnya.
Pengertian ruang menurut Lao Tzu yaitu, ruang adalah “kekosongan” yang berada di sekitar kita maupun di sekitar objek ataupun benda. Ruang yang berada di dalamnya lebih
bersifat hakiki dibandingkan materialnya ataupun massanya. Kekosongan yang terbingkaikan adalah sebagai area transisi yang memisahkan arsitektur dengan
fundamental, dimana ada 3 tahapan dalam sebuah hirarki ruang: 1.
Ruang merupakan hasil dari serangkaian hal secara tektonik; 2.
Ruang merupakan area yang dilingkupi bentuk;
Universitas Sumatera Utara
35
3. Ruang merupakan tempat peralihan yang membentuk suatu pola atau hubungan
antara dunia di dalamnya dengan dunia di luar. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, baik secara emosional,
dimensional, dan psikologi. Manusia berada di dalam ruang, menghayati, bergerak, berfikir dan juga menciptakan ataupun menyatakan bentuk dunianya. Dalam perancangan
bentuk bangunan yang akan dirancang oleh penulis ini, bentuk bangunan ini diharapkan dapat mendekatkan konteks manusia, bangunan, dengan lingkunganya menjadi suatu
ikatan yang padu dan saling bersinergi. Sebelum penulis merancang bentuk bangunan, penting halnya untuk memahami terlebih dahulu kondisi lingkungan dan fungsi apa yang
akan dirancang, serta pengertian dari area ruang publik yang berperan untuk mengisi kekurangan paru
– paru kota yang dikontribusikan untuk kota Medan nantinya. Ruang terbuka publik di pusat kota atau disebut sebagai Piazza pada zaman
Medieval merupakan jantung dari sebuah kota yang menjadikan tempat ini sebagai area untuk berkumpul masyarakat baik sebagai tempat perayaan, melakukan perdagangan,
mendegar dan mencari berita – berita yang baru, bertemu dengan teman atau hanya
sekedar melewatkan waktu. Konsep penataan suatu kota terhadap area ruang publik sangatlah penting. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa kota
– kota yang maju pada abad pertengahan di Eropa, tidak dapat maju dan berkembang tanpa adanya suatu ruang
terbuka publik atau town square. Pada beberapa negara yang maju, ruang terbuka publik juga berperan dalam perubahan politik seperti yang tertulis dalam sejarah
– sejarah bahwa momentum dari demonstrasi untuk terciptanya suatu perubahan politik di Eropa Timur,
Republik Baltik, dan Cina pada tahun 1980-an berlokasi di jalanan dan Main square kota besar. Ruang terbuka publik ini juga terbentuk akibat dari pemenuhan kebutuhan
– kebutuhan fungsi dari masyarakat ataupun keigninan dari penguasa
– penguasa.
Universitas Sumatera Utara
36
Pengertian dari ruang terbuka publik di pusat kota dalam isitlah Bahasa Inggris disebut “Place” yang berasal dari kata latin yaitu “ Platea” yang memiliki pengertian
ruang terbuka publik atau jalan – jalan yang diperlebar seperti pada “Plaza” di Spanyol
atau “ Piazza” di Italia dengan bahasa yang lebih khusus yaitu “Square”. Michael Webb 1990 memberikan pengertian bahwa square adalah mikrokosmos dari kehidupan yang
menawarkan daya tarik peristirahatan, upacara rakyat dan pasar, tempat untuk berjumpa teman, menghabiskan waktu. Kemudian, suatu tempat juga dapat dikatakan square jika
memenuhi kebutuhan – kebutuhan akan manusia dimana manusia dapat merasa takjub
ketika memasukinya, membangkitkan semangat mereka ketika berjalan – jalan ataupun
mengelilinginya, sebagai area bertemu teman, area meeting ataupun tempat memperhatikan tingkah pola perilaku orang lain. Dari pengertian yang dikemukakan
diatas dapat ditarik sebuah benang merah mengenai ciri – ciri dari area terbuka publik di
pusat kota antara lain : Terletak di pusat kota ;
Berupa ruang terbuka yang cukup luas Spiro Kostof ; 1992 ; Pilihan utama dari masyarakat kota untuk berkumpul, dimana di
sekitarnya terdapat bangunan – bangunan publik yang merupakan bagian
dari bentukan arsitektur yang ada disekelilinya Kostof ;1992 ; Mempunyai nilai history yang dapat mengakomodasi parkir dan
dimungkinkan untuk menjadi area kegiatan – kegiatan komersil non –
formal, bisa berbentuk patung, air mancur, ataupun monumen –
monumen bersejarah. Penulis kini harus memahami dan mengerti betul dasar dari terciptanya suatu bentuk yang
sangat erat kaitanya terhadap fungsi dari bangunan untuk manusia, ruang untuk kegiatan
Universitas Sumatera Utara
37
manusia di dalamnya, dan area terbuka publik yang turut menjadi pengaruh terhadap bentuk ataupun letak dari bangunan tersebut, karena letak dari bangunan akan
mempengaruhi keluasan area publik yang akan dirancang. Beranjak dari data – data
eksisting yang telah penulis dapat dari analisa kondisi eksisting yang berada di sekitar site, diketahui bahwa tapak berbentuk huruf L yang tepat terletak berbatasan dengan
kawasan tepi Sungai Deli. Dalam memenuhi kurangnya area publik dan paru – paru kota
di kota Medan, konsep perancangan yang akan penulis tuangkan dalam desain memiliki tujuan untuk turut berpartisipasi dalam memberikan sebuah kontribusi kepada masyarakat
kota Medan, sehingga penulis membutuhkan sebuah area publik yang besar, nyaman, dan memiliki view
– view yang berkualitas dan baik serta dapat berperan menjadi ruang terbuka publik di pusat kota. Beranjak dari hal tersebut, penulis melakukan berbagai
pertimbangan untuk meletakkan posisi bangunan yang dirancang ini karena hal tersebut akan mempengaruhi banyak aspek seperti, arah angin, terciptanya kawasan yang dapat
memenuhi kebutuhan – kebutuhan manusia yaitu area untuk berjalan – jalan atau
mengitarinya dengan suasana yang menarik, sebagai area pertemuan dengan klien atau meeting point, area untuk beristirahat, bercengkrama, mendapatkan informasi terbaru,
sebagai area rekreasi, hingga sebagai daerah yang bernilai tinggi atau komersil yang dapat menjadi area yang mengangkat taraf hidup manusia yang berada di sekitar kawasan tepi
Sungai Deli dimana pada saat ini banyak terdapat area pemukiman kumuh yang menggunakan Sungai Deli sebagai tempat pembuangan limbah harian.
Dalam perletakan bangunan yang dirancang oleh penulis ini memiliki beberapa kendala dalam perletakanya, sehingga memerlukan beberapa pertimbangan dalam
perletakan massa bangunan. Massa bangunan yang dirancang oleh penulis ini jika diletakkan di tepi sungai Deli, akan menjauhkan masyarakat untuk mendekati kawasan
tepi Sungai Deli dan hal ini akan sangat bertolak belakang dengan konsep perancangan
Universitas Sumatera Utara
38
dari penulis, dimana penulis mencoba untuk mendekatkan manusia dengan bangunan dan lingkunganya. Hal ini juga akan sama terjadi apabila massa bangunan diletakkan pada
posisi di tengah site center. Dengan posisi massa bangunan di tengah site, hal ini akan memperkecil area publik yang akan dirancang oleh penulis, sehingga area publik yang
akan dirancang nantinya akan terbagi dalam 2 zona ataupun 4 zona dan juga bertolak belakang dengan konsep perancangan dari penulis, dimana penulis ingin menciptakan
sebuah area publik yang luas dan dapat turut berperan menjadi paru – paru kota di kota
Medan. Masalah – masalah yang didapat tersebut kemudian dianalisis penulis untuk
mendapatkan posisi perletakan bangunan yang baik dan nyaman. Setelah melakukan analisis
– analisis tersebut, penulis kemudian meletakkan posisi bangunan pada sisi kanan yang tepat bersebelahan dengan bangunan Podomoro Deli Grand City. Hal ini
dikarenakan perletakan bangunan pada area tersebut akan membuat daerah publik yang sangat luas serta dapat mendekatkan manusia dengan bangunan dan lingkungan kawasan
tepi sungai menjadi sebuah daerah yang berpadu dan saling bersinergi antara satu dengan lainnya. Fungsi dari bangunan yang akan dirancang penulis kali ini adalah Hotel dan Mall
dengan peruntutan untuk daerah bisnis. Dengan site yang berbentuk huruf L, penulis mencoba untuk menerapkan bentuk tapak tersebut ke dalam bangunan dengan huruf L
yang terbalik di mana hal ini dimaksudkan agar menyerupai sebuah tangan manusia yang berwujud seperti menampung manusia dalam area publik yang luas. Selain itu, sisi
vertical huruf L ini juga penulis coba untuk merancang area mall rekreasi dengan harapan dapat menjadi sebuah area publik yang turut berpartispasi dan memberi kontribusi dalam
merevitalisasi kawasan tepi Sungai Deli. Sedangkan pada sisi horizontalnya, penulis mencoba untuk merancang sebagai area hotel bisnis, sehingga area mall di daerah depan
dengan harapan untuk mendekatkan bangunan dengan lingkungannya yang juga merupakan fungsi untuk publik. Sedangkan hotel berada di area belakang dengan fasilitas
Universitas Sumatera Utara
39
– fasilitas yang semi publik yang dapat diperuntukkan untuk pengguna hotel atau pun publik.
Bangunan yang akan dirancang penulis memiliki total 7 lantai podium dengan 2 lantai pada daerah basement yang berfungsi sebagai area retail, dan 5 lantai lainnya
dengan fasilitas yang berbeda – beda. Sedangkan pada area hotel, area basement
merupakan area drop off hotel dan area untuk melakukan registrasi untuk menghinap di kamar hotel. Pada daerah podium lantai 1 Mall yang akan dirancang menjadi area food
court, juga turut dipadukan dengan daerah meeting zone sehingga ketika selepas orang –
orang bekerja dari office di Podomoro Deli Grand City, karyawan – karyawan tersebut
dapat melepas lelah dengan duduk - duduk beristirahat ataupun bercengkrama dengan bertemu klien
– klien yang berada di hotel bisnis. Sedangkan lantai 1 pada area hotel merupakan area restoran yang memiliki view pada kawasan tepi Sungai Deli secara
langsung. Setelah lantai 1, lantai 2 Mall dirancang sebagai area bioskop dan beberapa retail. Bioskop di mall yang dirancang ini memiliki jumlah 4 studio dengan 2 studio besar
dan 2 studio kecil serta memiliki café dan area bermain game untuk anak – anak,
sedangkan lantai 2 pada area hotel dirancang sebagai area coffee shop yang diperuntukkan bagi tamu hotel. Kemudian, pada lantai 3 Mall dibuat sebagai area retail
dan supermarket brand ternama, sedangkan pada lantai 3 area hotel merupakan daerah Ballroom yang menggunakan setengah dari lantai 4 sebagai area void. Setelah itu, pada
lantai 4 Mall merupakan area gym yang dapat dipakai bersama baik pengunjung mall ataupun tamu dari hotel. Dalam hal ini, penulis merancang sedemikian dikarenakan pada
umumnya area gym pada hotel dan kolam renang jarang digunakan, sehingga akan mengurangi keuntungan ataupun benefit dari segi finansial dikarenakan biaya
maintenance tidak sebanding dengan orang yang menggunakan fasilitas tersebut yang akan merugikan owner dan investor hotel. Lantai 4 area hotel merupakan area meeting
Universitas Sumatera Utara
40
room atau function room yang dapat digunakan untuk acara seminar, rapat, dan beberapa acara kecil. Kemudian pada lantai 5 merupakan area Club house yang mempunyai kolam
renang, café indoor dan café outdoor untuk memenuhi kebutuhan hotel dan Mall. Penghuni hotel juga mempunyai area kolam renang yang khusus yang hanya dapat
digunakan oleh tamu hotel yang terletak pada puncak tower hotel. Area tersebut memiliki banyak fasilitas
– fasilitas eksklusif seperti swimming pool bar, infinity pool dengan view kota Medan, gym dan spa yang juga turut dipadukan dengan view kota Medan yang
menghadap area Merdeka Walk ataupun Kesawan. Bentuk bangunan yang akan dirancang ini menyerupai bentuk zig zag
dikarenakan gaya dari arsitektur Art Deco dan analisis penulis mengenai jalur angin pada daerah podium yang berdekatan antara Podomoro Deli Grand City dengan bangunan yang
akan dirancang ini mempunyai area terbuka publik yang akan dilalui oleh jalur angin yang sangat kuat sehingga menyebabkan daerah tersebut tidak mendapat cahaya dari sinar
matahari secara langsung. Dalam menanggapi hal tersebut, penulis merancangnya ber zig zag dengan tujuan untuk memecah arah angin yang masuk melalui celah antara kedua
bangunan tersebut dan untuk mendapatkan view yang menarik, karena apabila tidak di buat zig zag, view yang ditawarkan pada bangunan mall yang dirancang ini hanya dapat
melihat bangunan Podomoro Deli Grand City. Penulis juga melakukan pendekatan terhadap tema perancangan gaya arsitektur yang turut dipadukan yaitu gaya Arsitektur
Art Deco, dimana unsur – unsur zig zag dan Streamline Modern yang turut diterapkan
oleh penulis menjadi seperti sirip – sirip bangunan. Sirip – sirip ini dirancang guna untuk
menjadi buffer dari cahaya sinar matahari dan berguna untuk memecah cahaya sinar matahari yang langsung menyinari bangunan yang dirancang karena letak dari bangunan
yang dirancang berlokasi di sebelah timur dan cahaya matahari barat juga akan dapat langsung mengenai bangunan ini. Dengan mengadopsi gaya arsitektur Art Deco dan
Universitas Sumatera Utara
41
berusaha untuk menjawab tuntutan akan konteks - konteks yang mempengaruhi kondisi di sekitar lingkungan, penulis menciptakan bentuk bangunan menyerupai huruf L agar dapat
mewakili segala konteks – konteks yang mempengaruhinya, baik dari gaya arsitektur Art
Deco, fungsi dari bangunan yang akan dirancang yaitu hotel dan mall, konteks terhadap kawasan muka sungai, serta menciptakan sebuah area terbuka publik yang dapat berperan
menjadi paru – paru kota. Berikut gambar – gambar yang akan menjelaskan ide konsep
desain dari penulis ke dalam rancangan skematik, yaitu :
Gambar 5.1 Denah Podium Lantai 2 dan 3
Sumber :
Olah Data
Primer
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 5.2 Denah Basement Lantai 2
Sumber :
Olah Data
Primer
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 5.3 Denah Basement Lantai 1
Sumber :
Olah Data
Primer
Universitas Sumatera Utara
44
Gambar 5.4 Groundplan
Sumber :
Olah Data
Primer
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 5.5 Denah Podium Lantai 4, 5 dan Denah Kamar Lantai 6
– 13, 14 – 22, dan Lantai 25
Sumber :
Olah Data
Primer
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 5.6 Detail Kamar Family Suite
Sumber :
Olah Data Primer
Gambar 5.7 Detail Kamar Junior Suite
Sumber :
Olah Data Primer
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 5.9 Detail Kamar Executive Deluxe
Sumber :
Olah Data Primer Gambar 5.7 Detail Kamar Deluxe Room
Sumber :
Olah Data Primer
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 5.10 Tampak Bangunan dari Sungai Deli
Sumber :
Olah Data Primer
Gambar 5.11 Tampak Bangunan dari belakang
Sumber :
Olah Data Primer Gambar 5.12 Tampak Bangunan dari Depan
Sumber :
Olah Data Primer
Universitas Sumatera Utara
49
BAB VI “Masukan yang Melengkapi Kekurangan“