Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik Sikap Perawat dalam Berkomunikasi

menurunnya harga diri dan menjadikan hubungan menjadi sangat renggang sehingga timbul isolasi sosial: menarik diri. Individu akan merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal diri akan merasa rendah diri. Hal ini sangat menyulitkan dalam hubungan terapeutik Suryani, 2006.

1.3. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik

Menurut Mundakir 2006 untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan bersifat terapeutik atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip berikut: 1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut. 2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai. 3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien. 4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental. 5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. 6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi. Universitas Sumatera Utara 7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistennya. 8. Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang bukan tindakan terapeutik. 9. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik. 10. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, sosial, spiritual dan gaya hidup. 11. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu. 12. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut. 13. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi. 14. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia. 15. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap orang lain tentang apa yang dikomunikasikan.

1.4. Sikap Perawat dalam Berkomunikasi

Perawat hadir secara utuh fisik dan psikologis pada waktu berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik Universitas Sumatera Utara komunikasi dan isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunikasi. 1. Kehadiran diri secara fisik Cara untuk menghadirkan diri secara fisik yaitu berhadapan, mempertahankan kontak mata, membungkuk ke arah klien, mempertahankan sikap terbuka dengan tidak melipat kaki atau tangan dan tetap releks. Sikap fisik dapat pula disebut sebagai perilaku non verbal yang perlu dipelajari pada setiap tindakan keperawatan. Beberapa perilaku non verbal yang dikemukakan Clum 1991 dalam Mundakir, 2006 yang perlu diketahui dalam merawat anak adalah: a. Gerakan mata Gerakan mata dapat dipakai untuk memberikan perhatian. Kontak mata dan ekspresi muka adalah alat pertama yang dipakai untuk pendidikan dan sosialisasi. anak sangat peka terhadap sikap perawat dalam memberikan pelayanannya, misalnya perawat melotot menunjukkan perawat tidak suka dengan perilaku pasien dan sikap ini menjadi ancaman bagi pasien. b. Ekspresi muka Ekspresi muka umumnya dipakai sebagai bahasa non verbal namun banyak dipengaruhi budaya. Orang yang tidak percaya pasti akan tampak dari ekspresi muka tanpa ia sadari. Perawat perlu menyadari dan menjaga tentang perubahan yang terjadi pada dirinya. Keberadaan Universitas Sumatera Utara perawat adalah sebagai penolong bagi klien sehingga selalu dituntut berekspresi yang sejuk dan hangat kepada klien. c. Sentuhan Sentuhan merupakan cara interaksi yang mendasar. Konsep diri didasari oleh asuhan ibu yang memperlihatkan perasaan menerima dan mengakui. Ikatan kasih sayang dibentuk oleh pandangan, suara dan sentuhan yang menjadi elemen penting dalam pembentukan ego, perpisahan dan kemandirian. Sentuhan sangat penting bagi anak sebagai alat komunikasi dan memperlihatkan kehangatan, kasih sayang yang pada kemudian hari diharapkan mampu mengembangkan hal yang sama baginya. 2. Kehadiran Diri Secara Psikologis Kehadiran diri secara psikologis dapat dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi respon dan dimensi tindakan. Dimensi respon merupakan sikap perawat secara psikologis dalam berkomunikasi dengan klien. Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, empati dan konkrit. Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan yang dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan pengertian. Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emotional chatarsis dan bermain peran Stuart dan Sundeen dalam Mundakir, 2006. Universitas Sumatera Utara 1.5.Tahap Komunikasi Terapeutik Hubungan terapeutik perawat-klien sebagaimana disebutkan Potter dan Perry 2005 terdiri dari empat fase yang masing-masing fase memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda. Adapun fase-fase hubungan terapeutik tersebut terdiri dari: 1. Fase Pra-Interaksi Fase ini dimulai sebelum perawat bertemu dengan klien untuk pertama kalinya dan merupakan fase dimana perawat merencanakan pendekatan terhadap klien. Pada fase ini perawat dapat melihat kembali catatan medik klien, mengantisipasi masalah kesehatan yang mungkin timbul pada interaksi pertama, mempersiapkan lingkungan yang nyaman dan merencanakan waktu yang cukup untuk interaksi. Pada fase ini juga perlu mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan yang ada di dalam dirinya serta menganalisis kekuatan dan keterbatasan yang dimiliki sebelum melakukan interaksi dengan klien. Perawat yang berhasil melalui fase ini dengan baik akan menampilkan sikap yang lebih percaya diri dan lebih siap menghadapi segala macam kemungkinan. 2. Fase Orientasi atau Perkenalan Fase ini dimulai saat pertama kali perawat bertemu dengan klien dan saling mengenal satu sama lainnya. Perawat perlu menampilkan sikap yang hangat, empati, menerima dan bersikap penuh perhatian terhadap klien. Hubungan pada fase ini masih bersifat superfisial, tidak pasti dan masih tentatif. Klien biasanya akan menguji kemampuan dan komitmen perawat dalam memberikan asuhan sesuai dengan harapan yang dimilkinya. Universitas Sumatera Utara 3. Fase Kerja Fase kerja merupakan dimana perawat dan klien bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah dan mencapai tujuan bersama. Perawat perlu memotivasi klien untuk berekspresi, mengeksplorasi dan menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Pada fase ini perawat dapat menunjukkan sikap caring dengan memberikan informasi yang dibutuhkan klien, melakukan tindakan yang sesuai dan menggunakan teknik komunikasi terapeutik. Perawat juga dapat membantu klien dalam menggali pikiran dan perasaannya, mengeksplorasi stressor, mendorong perkembangan kesadaran diri klien, mendukung pemakaian mekanisme koping yang adaptif dan merencanakan program selanjutnya yang sesuai dengan kemampuan klien. Perawat juga perlu mengatasi penolakan klien terhadap perilaku adaptif yang hendak diajarkan oleh perawat dengan teknik dan pendekatan yang sesuai. 4. Fase Terminasi Fase terminasi merupakan fase untuk mengakhiri hubungan. Perawat bersama klien dapat saling mengeksplorasi perasaan yang muncul akibat dari perpisahan yang akan dijalani. Pada fase ini baik perawat maupun klien dapat merasakan perasaan puas, senang, marah, sedih, jengkel dan perasaan lainnya yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan. Perawat perlu menghadirkan reaalitas perpisahan kepada klien dan melakukan evaluasi dari pencapaian tujuan setelah interaksi dilakukan. Pada fase ini perawat juga perlu menetapkan rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan klien terkait intervensi yang baru saja dilakukan pada fase kerja dan menetapkan kontrak untuk interaksi yang berikutnya. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Tahap komunikasi terapeutik Intan dalam Damaiyanti, 2008 1 Tahap prainteraksi Mengumpulkan data tentang klien. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri. Membuat rencana pertemuan dengan klien kegiatan, waktu, tempat. 2 Tahap orientasi Memberikan salam dan tersenyum pada klien. Melakukan validasi kognitif, psikomotor, afektif. Memperkenalkan nama perawat. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Menjelaskan tujuan. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melalukan kegiatan Menjelaskan kerahasiaan. 3 Tahap kerja Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya. Menanyakan keluhan utamakeluhan yang mungkin berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan. Memulai kegiatan dengan cara yang baik. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana. 4 Tahap terminasi Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi proses dan hasil. Memberikan reinforcement positif. Merencanakan tindak lanjut dengan klien. Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya waktu, tempat, topik. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik. Dimensi responperilaku non verbal minimal yang perlu ditunjukkan Berhadapan Mempertahankan kontak mata. Tersenyum pada saat yang tepat Membungkuk ke arah klien pada saat yang diperlukan. Mempertahankan sikap terbukatidak bersedekap, memasukkan tangan ke kantung atau melipat kaki 1.6.Teknik Komunikasi Terapeutik Menurut Natsir 2011 teknik-teknik komunikasi dengan cara: 1. Mendengarkan dengan Penuh Perhatian Kesan pertama ketika perawat mau mendengarkan keluhan klien dengan seksama adalah perawat akan memperhatikan klien. Keluhan yang disampaikan menjadi lebih lengkap dan lebih terperinci, serta sistematis Universitas Sumatera Utara sehingga memudahkan perawat mengelompokkan data sebagai sarana untuk menentukan diagnosis keperawatan. Klien yang didengarkan dalam pembicaraan merasa sangat dihargai apabila perawat mengaggap apa yang dikatakan oleh klien merupakan hal yang sangat penting. Bahasa nonverbal melalui kontak mata, menganggukkan kepala, senyum saat yang tepat membantu untuk mencapai maksimal dalam proses mendengarkan. 2. Menunjukkan penerimaan Perilaku yang ditampilkan oleh klien dan keluhan yang disampaikan merupakan masukan yang berharga bagi perawat, walaupun kadang apa yang diucapkan tidak sesuai dengan penyakit yang diderita atau tanda dan gejala masalah yang dihadapi klien. Perawat tidak perlu melakukan penolakan maupun keraguan terhadap apa yang disampaikan klien yang membuat klien tidak bebas mengutarakan perasaannya. Unsur yang harus dihindari adalah mengubah pikiran klien. Sebaiknya tidak ada unsur menilai, berdebat dan mengkritik. Perawat sebaiknya mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang menampilkan pengertian, menghindari ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju begitu juga dengan kata-kata yang yang menimbulkan keraguan atau ketidakpercayaan. 3. Menanyakan Pertanyaan yang Berkaitan Pertanyaan terbuka Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai kondisi riil dengan menggali penyebab klien datang ke tempat pelayanan kesehatan. Universitas Sumatera Utara Pertanyaan terbuka memberikan peluang maupun kesempatan klien untuk menyusun dan mengorganisir pikirannya dalam menggungkapkan keluhannya sesuai dengan apa yang dirasakan. Kesan yang didapatkan adalah tidak menginterogasi atau menyelidiki sehingga data yang diperoleh dapat dipakai menjadi acuan dasar untuk melaksanakan asuhan keperawatan. Hindari pertanyaan yang diawali dengan kata tanya kenapa atau mengapa. Jika dilihat lebih dalam pertanyaan itu adalah pertanyaan memvonis yang bisa menambah kecemasan klien. 4. Mengulang Ucapan Klien dengan Menggunakan Kata-kata Sendiri Stuart dan Sundeen 1995 mendefinisikan pengulangan adalah pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien. Pengulangan pikiran utama yang dimaksud bisa dimaknai sebagai pengulangan apa yang diucapkan dan pengulangan apa yang dimaksud. Tujuannya adalah memberikan penguatan dan memperjelas pada pokok bahasan atau isi pesan yang telah disampaikan oleh klien sebagai umpan balik. Perawat harus mengklarifikasi, validasi ataupun pengulangan kata yang disampaikan sesuai dengan maksud dan tujuan. 5. Klarifikasi Klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya. Klarifikasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan persamaan persepsi antara klien dan perawat tentang perasaan yang dihadapi dalam rangka memperjelas masalah untuk memfokuskan perhatian. Universitas Sumatera Utara 6. Memfokuskan Tujuannya untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang penting adalah konsisten dan berkesinambungan serta tidak menyimpang dari topik pembicaraan guna mencapai keseriusan dan pemaknaan yang kuat. 7. Menyampaikan Hasil Observasi Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien untuk menyatakan pemahamannya. Tindakan ini dianjurkan apabila terdapat konflik antara verbal dan nonverbal klien, serta saat tingkah laku verbal dan nonverbal nyata dan tidak biasa ada pada klien. Penyampaian hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan. 8. Menawarkan Informasi Tindakan ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaannya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Klien akan lebih percaya kepada perawat yang menguasai ilmu pengetahuan yang memadai tentang masalah yang dihadapi klien. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberi nasihat kepada klien ketika memberi informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan. 9. Diam Tujuan tindakan yang dilakukan perawat untuk menunggu respon klien mengungkapkan perasaannya. Ini merupakan teknik komunikasi yang Universitas Sumatera Utara memberikan kesempatan pada klien untuk mengorganisir dan menyusun pikiran atau ide sebelum diungkapkan kepada perawat. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu. 10. Meringkas Meringkas berarti mengidentifikasi poin-poin penting selama diskusi ataupun pembicaraan yang telah dilakukan sehingga terdapat kesatuan ide. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan. 11. Memberikan Penguatan Tindakan ini berupa pemberian penghargaan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi kepada klien untuk berbuat yang lebih baik lagi. Penghargaan dalam pelayanan keperawatan juga dapat berupa memberi salam sambil menyebut namanya. Hal ini menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi pada diri klien, menghargai klien sebagai manusia yang utuh sebagai individu merupakan bentuk dari pemberian penguatan positif yang mampu menggugah semangat klien. 12. Menawarkan Diri Klien yang belum siap berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Menawarkan diri merupakan kegiatan untuk memberikan respon agar seseorang menyadari perilakunya yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Universitas Sumatera Utara 13. Memberi Kesempatan kepada Klien untuk Memulai Pembicaraan Berikan kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam dalam memilih topik pembicaraan. Perawat bisa memberi stimulasi untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan. 14. Menganjurkan untuk Meneruskan Pembicaraan Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengidentifikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan daripada mengarahkan diskusi. 15. Menempatkan Kejadian secara Teratur akan Menolong Perawat dan Klien untuk Melihatnya dalam Suatu Perspektif Tindakan ini membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Perawat akan dapat menetukan pola kesukaran interpersonal dan memberi data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya. 16. Menganjurkan Klien untuk Menguraikan Persepsinya. Perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Perawat harus waspada akan gejala kecemasan ketika klien menceritakan pengalamannya. 17. Refleksi Teknik refleksi digunakan untuk mengembalikan ide, perasaan, dan pertanyaan kepada klien. Hal yang dilakukan perawat bukan untuk menilai pikiran dan perasaan klien, akan tetapi perawat mengembalikan lagi pikiran dan perasaan Universitas Sumatera Utara yang merupakan bagian dari dirinya sendiri sehingga klien mencoba untuk menilai lagi pikiran dan perasaan yang telah ada sebagai upaya untuk mengevaluasi dan menimbang-nimbang keputusan yang akan diambil.

1.7. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik