Tindakan Invasif Komunikasi Terapeutik Perawat pada Anak Usia Sekolah yang Mendapatkan

Perubahan yang penting dalam perkembangan emosi pada masa ini yaitu adanya peningkatan kemampuan untuk memahami emosi kompleks, misalnya kebanggaan dan rasa malu Kuebli, 1994. Emosi-emosi ini menjadi lebih terinternalisasi Self-generated dan terintegrasi dengan tanggung jawab personal. Anak usia sekolah mengalami peningkatan pemahaman sehingga terdapat lebih dari satu emosi dalam situasi tertentu. Terjadinya peningkatan kecenderungan untuk lebih mempertimbangkan kejadian-kejadian yang menyebabkan reaksi emosi tertentu. Dengan adanya peningkatan kemampuan guna dalam menekan atau menutupi reaksi emosional yang negatif. Anak usia sekolah menggunakan strategi personal untuk mengalihkan perasaan tertentu, seperti mengalihkan atensi atau pikiran ketika mengalami emosi tertentu Santrock, 2007.

3. Tindakan Invasif

Tindakan invasif adalah tindakan medis yang melibatkan tindakan memasukkan alat dan sifatnya merusak jaringan tubuh Berman dkk, 2009. Tindakan dapat berupa pembedahan, penyuntikan, pemeriksaan dengan radioaktif, pemeriksaan dengan cairan kontras, memasukkan selang NGT, kateter, infus dan pengambilan cairan dan jaringan tubuh Nadesul, 2006. Tindakan ini memerlukan pertimbangan emosi karena dapat menimbulkan gangguan sistem kerja tubuh seperti metabolisme, meningkatkan stimulasi kelenjar adrenal, denyut jantung dan kecemasan Weinstein, 2001. Universitas Sumatera Utara

4. Komunikasi Terapeutik Perawat pada Anak Usia Sekolah yang Mendapatkan

Tindakan Invasif Anak yang ditinggalkan di rumah sakit, merasa dirinya tidak aman, karena itu anak perlu dibantu mengatasi perasaan tersebut. Perawat harus membantu pasien anak mengatasi perasaan tidak aman dengan sedapat mungkin memperoleh kepercayaan pasien anak itu terlebih dahulu. Anak pada usia ini senang berbicara dan dapat diajak bicara untuk mengalihkan perhatian anak. Dalam hubungan perawat dan pasien anak perlu dijaga agar anak tidak terlalu bergantung dengan perawat tertentu, sehingga ia tidak mau dirawat oleh perawat lain. Anak usia sekolah memiliki perkembangan komunikasi dan pola pikir tentang pemahaman sebab-akibat. Anak mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada yang mereka ketahui bila dihadapkan pada masalah baru. Situasi hati dapat berubah dengan tiba-tiba. Anak usia sekolah memiliki sifat egois yang tinggi. Anak gampang frustasi untuk itu hindari kritikan Allen, 2010. Anak memahami penjelasan sederhana dan mendemostrasikannya. Anak harus diizinkan utuk mengekspresikan rasa takut dan keheranannya PotterPerry, 2005. Perawatan rumah sakit dan tindakan invasif akan menimbulkan kecemasan pada anak dan mungkin sedikit takut menghadapi tindakan invasif tersebut. Perawat harus mengobservasi secara ketat untuk mengetahui apakah adanya gejala distres sebelum dilakukannya tindakan invasif. Perawat mengkaji tingkat kecemasan dengan mengkomunikasikan secara interpersonal guna memberi dukungan kepada anak. Anak usia sekolah berhenti mengkhayalkan ketakutan Universitas Sumatera Utara secara perlahan dan menggantinya dengan takut bahaya badaniah. Perawat harus memberikan penjelasan prosedur tindakan dan dapat mendemonstrasikannya pada mainan anak. Anak usia sekolah mengendalikan rasa nyeri dengan cara mengajak perawat untuk berkomunikasi selama prosedur tindakan invasif dilakukan, ada yang ikut berpartisipasi dalam prosedur dan sebagian lagi memilih untuk tidak melihat apa yang sedang terjadi. Perawat dapat memberikan kesempatan kepada anak bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin serta menggunakan bahasa sederhana dalam memberi penjelasan atau petunjuk prosedur. Perawat tidak boleh berbohong tentang prosedur yang menyakitkan karena dapat menimbulkan kemarahan pada anak. Perawat harus jujur kepada anak hal apa yang akan terjadi untuk mengurangi tingkat kecemasan PotterPerry, 2005. Tindakan invasif sifatnya menimbulkan nyeri dan terkadang menimbulkan bekas. Perawat harus mengingat konsep mengetahui ekspresi nyeri yang diharapkan atau bahkan diterima dan mendengrkan pengalaman anak. Kunci untuk berkomunikasi dengan pasien yang merasakan nyeri adalah penilaian dan intervensi cepat dan kemudian penilaian ulang yang seiring terhadap gejala dan pereda nyeri untuk menentukan keefektifan intervensi dan perubahan kondisinya. Bila perawat melakukan prosedur yang menyakitkan maka perawat bisa meminta bantuan kepada perawat lain untuk menenangkan atau menurunkan kecemasan anak Sheldon, 2010 Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep