BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Komunikasi Terapeutik
1.1. Defenisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan merupakan alat mengimplementasikan proses keperawatan. Komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien
dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal Stuart dalam Suryani, 2006. Komunikasi yang diberikan perawat bertujuan memberi terapi maka
komunikasi keperawatan disebut komunikasi terapeutik. Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi. Perawat menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien dan dipimpin oleh seorang profesional Keltner Schwecke dan Bostrom,
1991. Komunikasi terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus, karena perawat
harus memperhatikan pada berbagai interaksi dan tingkah laku non verbal. Perawat dengan sengaja memberi informasi untuk kepentingan pasien dan
memaksimalkan rencana perawatan.
1.2.Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik sengaja dirancang agar hubungan perawat dan klien menjadi efektif dalam rangka mencapai kesembuhan.
a. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatkan kehormatan diri Perawat dan klien akan terlibat dalam hubungan yang intensif untuk
mencapai tujuan akhir dari proses pelayanan kesehatan. Perawat harus
Universitas Sumatera Utara
mengeksplorasi kemampuan komunikasinya dengan memiliki pengetahuan yang cukup, keterampilan yang memadai serta teknik dan etika komunikasi
yang baik. Perawat akan memberikan memberi kesan bermakna dan membawa dampak positif bagi klien.
Integritas yang tinggi dari perawat akan mampu meyakinkan klien akan kemampuan perawat. Klien akan percaya apa yang dilakukan perawat
merupakan tindakan yang akan membantu proses penyembuhan penyakit sehingga kooperatif dalam berkomunikasi, apa yang diinginkan untuk
terbebas dari keluhan yang dihadapi akan tercapai. Hal itu akan meningkatkan citra diri yang optimal dengan tetap menjaga kehormatan
dirinya. b. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan integritas pribadi
Komunikasi terapeutik antara perawat dan klien mendorong keduanya saling mamahami, menghargai dan mengetahui keperluan masing-masing.
Perawat berusaha membantu meningkatkan harga diri dan martabat klien, sebaliknya klien mengakui dan menghargai perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan tanpa memandang sebelah mata atau meremehkan kemampuannya.
c. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas memberi dan menerima.
Hubungan perawat dan klien merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Perawat dengan ikhlas memberikan
pelayanan keperawatan kepada klien dan klien dengan bebas mengutarakan
Universitas Sumatera Utara
keluhannya sesuai dengan apa yang dirasakan tanpa ada sesuatu yang mengganjal. Perawat dan klien tidak membawa ego masing-masing dan
mengenyampingkan adanya perbedaan sehingga terbentuk hubungan saling percaya.
Memberikan pelayanan kepada pasien merupakan upaya mengaplikasikan ilmunya sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat dan
menjadi sarana untuk mengembangkan ilmu keperawatan. Untuk mendapatkan pelayanan yang memuaskan dalam menyelesaikan
masalahnya, klien seharusnya mengutarakan keluhannya sesuai dengan apa yang dirasakan sehingga dapat dipakai sebagai acuan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Konsep Carl Roger yang dikembangkan Mundakir 2006 mengidentifikasi tiga faktor dasar dalam
mengembangkan hubungan yang saling membantu helping relationship, yaitu keikhlasan genuineness, empati empathy dan kehangatan
warmth. d.
Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan yang realistis.
Prinsip dalam pelayanan keperawatan dengan memperhatikan segala aspek yang dimiliki mempunyai sifat pelayanan yang cepat, tepat, tegas,
serta dengan suasana tenang dan humanistik. Harapan yang diinginkan seharusnya disesuaikan dengan kondisi sakitnya sehingga memerlukan
penerimaan yang tinggi dan komitmen yang tinggi untuk mau bekerja sama dalam melaksanakan tindakan. Harapan yang tidak realistis menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
menurunnya harga diri dan menjadikan hubungan menjadi sangat renggang sehingga timbul isolasi sosial: menarik diri. Individu akan merasa
kenyataan hidupnya jauh dari ideal diri akan merasa rendah diri. Hal ini sangat menyulitkan dalam hubungan terapeutik Suryani, 2006.
1.3. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik