Pengalaman Anak Usia Sekolah dengan Penyakit Kronis di RSUP H Adam Malik Medan

(1)

Lampiran 1

INFORM CONSENT

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Nama Peneliti : Ella Novita Sari

NIM : 121101138

Judul Penelitian : Pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan

Peneliti adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saudara dan anak dengan penyakit kronis yang merupakan anggota keluarga anda, telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi ini sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara sebagai orang tua boleh memutuskan anak saudara untuk berpartisipasi dan saudara boleh mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun saudara inginkan tanpa ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum Saudara memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk mengizinkan anak saudara ikut serta dalam penelitian, sebagai berikut:

1. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di rumah sakit. 2. Jika saudara mengizinkan anak saudara ikut dalam penelitian ini, peneliti

akan melakukan wawancara kepada anak saudara yang merupakan anak dengan penyakit kronis pada waktu dan tempat sesuai kesepakatan. Jika saudara mengizinkan, peneliti akan menggunakan alat perekam suara untuk merekam yang anak saudara katakan. Wawancara akan dilakukan minimal satu kali selama lebih kurang 60 menit.

3. Penelitian ini tidak menimbulkaan resiko. Apabila Saudara dan anak saudara merasa tidak aman saat wawancara, anak saudara boleh tidak menjawab atau mengundurkan diri dari penelitian ini.

4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin kerahasiannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada saudara jika saudara menginginkannya. Hasil penelitian akan diberikan


(2)

kepada institusi tempat peneliti belajar dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas.

5. Jika ada yang belum jelas, silahkan saudara tanyakan kepada peneliti. 6. Jika saudara sudah memahami dan mengizinkan anak saudara ikut

berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan saudara menandatangani lembar persetujuan yang akan dilampirkan.

Terimakasih atas partisipasi saudara dan anak saudara dalam penelitian ini.

Peneliti,


(3)

INFORMED CONSENT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama (Inisial) : ………..

Umur : ………..

Pekerjaan : ... Alamat : ...

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dari peneliti, maka saya sebagai orang tua dari partisipan memahami bahwa penelitian ini menjunjung tinggi hak-hak saya dan anak saya yang merupakan anak dengan penyakit kronis sebagai partisipan.

Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan anak saya menjadi partisipan pada penelitian ini sangat besar manfaatnya sebagai masukan dan sumber pengetahuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dengan menandatangani lembar persetujuan ini, berarti saya mengizinkan anak saya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan dari siapapun.

Medan, 2016

Partisipan, Peneliti,


(4)

Data Demografi Partisipan

Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar Data Anak

Nama anak :………..…

Jenis kelamin :………...

Usia :……….

Agama :……….……


(5)

KUISIONER PENELITIAN

Pengalaman Anak Usia Sekolah dengan Penyakit Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan

1. Kuisioner Data Demografi (KDD)

Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia, atau dengan mengisi titik-titik sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu jawaban yang sesuai menurut Saudara.

Kode (diisi oleh peneliti) :

1. Nama Orang tua (Inisial) :

2. Nama Anak (Inisial) :

3. Jenis Kelamin anak :

4. Usia anak :

5. Pendidikan orang tua :

6. Agama : Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lain-lain,….

7. Suku : Batak Melayu

Jawa Lain-lain,….. 8. Lama menderita penyakit kronis :

9. Lama dirawat di rumah sakit : 10. Frekuensi dirawat di rumah sakit :


(6)

Panduan Wawancara

Pengalaman Anak Usia Todder dengan Postoperasi di RS Medan

1. Sebelum menjalani operasi, apakah anda mengalami ketakutan akan merasakan nyeri?

2. Apakah saudara merasakan nyeri setelah menjalani operasi ? 3. Dimana lokasi nyeri yang anda rasakan?

4. Seberapa berat intensitas nyeri yang anda rasakan? (mengkaji skala nyeri menggunakan skala wajah)

5. Apa yang anda lakukan ketika anda merasakan nyeri?

6. Apa yang anda lakukan untuk mengurangi nyeri yang anda rasakan? 7. Apakah anda takut nyeri yang dirasakan akan berulang ?


(7)

Panduan Wawancara

Pengalaman Anak Usia Sekolah dengan Penyakit Kronis di RSUP H Adam Malik Medan

1. Apa yang dirasakan anak selama dirumah sakit? 2. Apa yang menyebabkan anak sedih?

3. Apa yang menyebabkan anak takut? 4. Apa yang menyebabkan anak senang? 5. Apa yang menyebabkan anak bosan 6. Apa yang menyebabkan anak cemas? 7. Apakah yang menyebabkan anak marah? 8. Apakah ada pengobatan lain selain medis?

9. Apakah yang sering dilakukan anak selama mengalami sakit? 10. Apakah anak merasakan stress?

11. Faktor yang menyebabkan stress selama dirawat di rumah sakit? 12. Kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi stres?

13. Apakah anak merasakan nyeri? 14. Kaji lokasi nyeri yang dirasakan

15. Siapa yang biasa mengunjungi ke rumah sakit? 16. Siapa yang biasa menemani di rumah sakit?


(8)

(9)

JADWAL TENTATIF PENELITIAN Jenis Kegiatan

September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengajukan judul

Menetapkan judul

Menyiapkan proposal

Mengajukan sidang proposal

Sidang proposal

Revisi proposal

Pengumpulan data dan analisa data

Penyusunan laporan skripsi

Ujian skripsi Revisi

Mengumpulkan skripsi


(10)

(11)

Riwayat Hidup Nama : Ella Novita Sari

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 26 September 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Karya Wisata, Rispa 4 Kelapa 3 no.35, Medan johor

Riwayat Pendidikan :

1. TK St. Ignatius Medan Tahun 1998 - 2000 2. SD St. Yosef Sidikalang Tahun 2000 - 2006 3. SMP St. Paulus Sidikalang Tahun 2006 - 2009 4. SMAN 2 Sidikalang Tahun 2009 - 2012 5. Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012 - Sekarang


(12)

Dana Penelitian

1. Proposal

a. Biaya print kertas skripsi Rp 50.000

b. Biaya internet Rp 50.000

c. Perbanyak proposal Rp 100.000

d. Konsumsi Rp 150.000

2. Pengumpulan Data

a. Transportasi Rp 50.000

b. Suvenir penelitian Rp200.000

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan perbaikan

a. Biaya print Rp 200.000

b. Penjilidan Rp 50.000

4. Biaya Tak Terduga Rp 95.000


(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Analisa Data Lanjutan Partisipan 1-9

“Pengalaman Anak Usia Sekolah dengan Penyakit Kronis” No Pernyataan

Signifikan

Line Koding Kategori Sub Tema

Tema 1. Nangis P1

L.155 Respon terhadap tindakan Anak merasakan sedih saat hospitalisas i Mengalam i masalah psikologis Mengalam i masalah psikologis 1.1. Nangis P2

L.111

Respon terhadap sakit 1.2. Sedih P2

L.279 Sedih karena rindu dengan teman-teman 1.3. Rindu P2

L.281

Hal yang menyebabk an anak sedih 1.4. Disuntik P3

L.169

Hal yang menyebabk an anak sedih 1.5. Sedih P4

L.56

Respon terhadap tindakan pengobatan 1.6. Nangis P4

L.58

Respon terhadap tindakan pengobatan 1.7. Sedih P5

L.96 Sedih karena rindu degan teman-teman


(18)

1.8. Karena ga sekolah P5 L.98 Hal yang menyebabk an sedih 1.9. Karena ga

main-main sama teman P5 L.100 Hal yang menyebabk an sedih 1.10 .

Rindu P5

L.138 Hal yang menyebabk an sedih 1.11 . Diva minta pulang belum dikasi P6 L.49 Hal yang menyebabk an sedih 1.12 . Hari rabu itu sebenarnya mau pulang, dokternya udah janji. Terus ga dibolehin pulang karena kata dokter darahnya infeksi P6 L.131 -132 Hal yang menyebabk an sedih 1.13 . Mau disuntik P7 L.136 Hal yang menyebabk an sedih 1.14 .

Nangis P7 L.138 Respon terhadap tindakan 1.15 . Pas awal puasa nangis P8 L.50 Hal yang menyebabk an sedih 1.16 . Karena ingat puasa. Biasa kalau sahur itu rame-rame P8 L.52 Hal yang menyebabk an sedih


(19)

sama keluarga. Jadi Firza nangis 1.17 . Mau minta pulang P8 L.54 Hal yang menyebabk an sedih 1.18 .

Nangis P9 L.40 Respon terhadap tindakan pengobatan 1.19 .

Disuntik P9 L.91 Hal yang menyebabk an nangis 1.20 .

Rindu P9

L.161 Hal yang menyebabk an sedih 1.21 . Nanti naik darahnya P1 L.115 Ketakutan anak melakukan kegiatan Anak merasa takut saat menjalani pengobatan 1.22 .

Takut P2

L.43 Respon terhadap tindakan perawatan 1.23 . Gara-gara disuntik P2 L.98 Hal yang menyebabk an pasien takut 1.24 Takut P4

L.142 Respon terhadap tindakan pengobatan 1.25 . Takut disuntik P5 L.146 Hal yang menyebabk an pasien takut


(20)

1.26 . Perawat suka marah-marah P5 L.158 Hal yang menyebabk an pasien takut 1.27 . Kalau di tusuk di bagian tangan P7 L.154 Hal yang menyebabk an takut 1.28 .

Takut P9

L.44 Respon terhadap tindakan pengobatan 1.29 .

Bosan P1

L.25 Tidak memiliki kegiatan Anak merasa bosan karena tidak ada hiburan dan teman bermain 1.30 . Ga ada mainan P1 L.27 Hal yang menyebabk an bosan 1.31 .

Capek P1

L.192

Dampak dari bosan 1.32

.

Malas P1

L.194

Dampak dari bosan 1.33

.

Bosan P2

L.52 Tidak memiliki kegiatan 1.34 . Enggak ada tv P2 L.70 Hal yang menyebabk an bosan 1.35 . Ga ada kawan P3 L.18 Hal yang menyebabk an anak bosan 1.36 . Karena ga main game P3 L.20 Hal yang menyebabk an anak bosan 1.37 Bosan P3 Dampak


(21)

. L.29 dari tidur terus 1.38

.

Tidur terus P4 L.190 Hal yang menyebabk an bosan 1.39 . Karena ga bisa main-main P4 L.194 Hal yang menyebabk an bosan 1.40 . Enggak main-main P5 L.202 Hal yang menyebabk an bosan 1.41 .

Ga enak, ga bisa jumpa adik di rumah P6 L.90 Hal yang menyebabk an bosan 1.42 .

Bosan P6

L.227 Dampak dari tidak ada tv 1.43 . Ga pernah main game P7 L.94 Hal yang menyebabk an anak bosan 1.44 .

Bosan dikit P7 L.191 Dampak perubahan aktifitas 1.45 .

Tidur terus P7 L.203 Hal yang menyebabk an bosan 1.46 .

Tidur terus P8 L.64 Hal yang menyebabk an anak bosan 1.47 . Di tempat tidur aja, terpenjara P8 L.74 Hal yang menyebabk an anak bosan 1.48 .

Tidur terus P9 Hal yang menyebabk


(22)

L.127 an bosan

1.49 .

Capek P9

L.145 Respon terhadap kegiatan 1.50 . Karena demam P1 L.218 Hal yang menyebabk an gelisah Anak merasakan cemas sebelum menjalani pengobatan 1.51 kedinginan P1

L.220 Dampak dari demam 1.52 . Takut disuntik P3 L.47 Hal yang menyebabk an cemas 1.53 . Karena di tinggal mama pergi P4 L.204 Hal yang menyebabk an anak cemas 1.54 . Mama pergi ke yoam lama baliknya P5 L.220 Hal yang menyebabk an anak cemas 1.55 . Disuruh mama diamlah P7 L.217 Hal untuk menghilang kan cemas 1.56 .

Cemas P9

L.165 Respon terhadap tindakan pengobatan 1.57 . Karena disuntik P3 L.106 Hal yang menyebabk an stres Anak mengalami stress saat hospitalisas i 1.58 . Karena ga main P4 L.230 Hal yang menyebabk an stres


(23)

1.59 . Karena belum pulang P6 L.212 Hal yang menyebabk an stress 1.60 . Kayak digigit semut P1 L.151 Perasaan setelah diinfus Anak merasakan sakit akibat tindakan pengobatan 1.61 . Kalau habis disuntik P2 L.129 Hal yang menyebabk an pasien kesakitan 1.62 . Baru-baru, sakit disuntik. Sekarang ga sakit lagi P2 L.157 Respon terhadap pengobatan 1.63 .

Pegal P3

L.131

Dampak dari sakit 1.64

.

Kecapekan P3 L.133 Hal yang menyebabk an sakit 1.65 .

Sakit P3

L.173 Dampak dari pengobatan 1.66 . Karena kemo P4 L.238 Hal yang menyebabk an sakit 1.67 . Pening bawaan kemo P4 L.272 Hal yang menyebabk an kemo 1.68 .

Sakit P5

L.76 Dampak dari pengobatan 1.69 .

Terkilir P5 L.302 Dampak dari lari-larian 1.70 .

Lari-lari P5 L.304

Hal yang menyebabk


(24)

an terkilir 1.71

.

Sakit P6

L.248 Respon terhadap pengobatan 1.72 . Nusuk-nusuk P7 L.166 Perasaan terhadap penyakit 1.73 . Kelamaan jalanlah P7 L.172 Hal yang menyebabk an pegal 1.74 . Naik tangga baru turun lagi P7 L.174 Hal yang menyebabk an pegal 1.75 .

Sakit P9

L.46 Dampak dari pengobatan 1.76 .

Diam aja P9 L.97 Hal yang dilakukan untuk berhenti nangis

2. Bobo P1

L.190 Pengalihan rasa bosan Pengalihan rasa bosan Melakuka n kegiatan untuk pengaliha n masalah psikologis Melakuka n kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis

2.1. Jalan-jalan

ketahuan satpamnya, karena pakai gelang P3 L.35 Pengalihan rasa bosan

2.2. Main-main P3 L.31

Hal untuk mengurangi kebosanan 2.3. Karena

main sama kawan P5 L.172 Pengalihan rasa bosan

2.4. Main puzzel, main becak-P5 L.178 , 180 Pengalihan rasa bosan


(25)

becakan

2.5. Main hp P5 L.204

Pengalihan rasa bosan 2.6. Main piano,

main kejar-kejaran P5 L.206 Pengalihan rasa bosan

2.7. Kalau ga main, tidur

P5 L.214

Pengalihan rasa bosan 2.8. Main game P6

L.124

Pengalihan rasa bosan 2.9. Kalau lagi

suntuk jalan P6 L.156 Pengalihan rasa bosan 2.10 . Di dekat-dekat sini aja. ga boleh jauh-jauh P6 L.162 Pengalihan rasa bosan 2.11 .

Tidur aja P7 L.118 Pengalihan rasa bosan 2.12 . Ngambil buku gambar, main mewarnai P7 L.193 Pengalihan rasa bosan 2.13 . Kalau bosan, kadang-kadang buka sama baca buku juga P8 L.100 Pengalihan rasa bosan 2.14 .

Tidur aja P9 L.182

Pengalihan rasa bosan 2.15

.

Ketawa P2 L.104 Hal yang dilakukan untuk Pengalihan rasa cemas


(26)

mengurangi cemas 2.16 . Main-main jadi lupa disuntik P3 L.51 Pengalihan rasa cemas 2.17 .

Main hp P9 L.167 Pengalihan cemas 2.18 . Di bujuk mama sama main hp P9 L.169 Pengalihan cemas 2.19 .

Nonton tv P3 L.111 Pengalihan stress Pengalihka n stress 2.20 . Teriak, nangis, main game, nonton tv P4 L.242 Pengalihan stress 2.21 . Main-main sama nonton P1 L.159 Pengalihan rasa sakit Pengalihan rasa sakit 2.22 .

Main hp P5 L.227

Pengalihan rasa sakit 2.23

.

Istighfar P6 L.258 Hal yang dilakukan mengurangi sakit 2.24 . Bobo biar ga sakit lagi

P6 L.260 Hal yang dilakukan untuk mengurangi sakit

3. MTX, dokso P3 L.194 , 196 Tindakan pengobatan Mengetahu i jenis obat yang dikonsumsi Mengetah ui pengobata n yang dijalani Mengetah ui pengobata n yang dijalani


(27)

3.1. Lecoporine, mtx, dokso P5 L.385 Tindakan pengobatan 3.2. Bitnat,

ovobitin

P6 L.321

Tindakan pengobatan 3.3. Senin pesan

kamar sama periksa darah, rabunya disini P7 L.32 Tindakan pengobatan Mengetahu i jadwal pengobatan

3.4. Pagi, siang, malam P7 L.209 Pengetahua n waktu minum obat

3.5. Karena

masuk obat ga selera makan P5 L.395 Tindakan pengobatan Mengetahu i dampak pengobatan

3.6. Kalau mau

masang capd agak lama sedikit P6 L.286 Tindakan pengobatan Mengetahu i prosedur pengobatan

3.7. Kebanyakan

minum. Kan Diva ga boleh kebanyakan minum air putih. Kalau banyak minum Diva sesak P6 L.215 -216 Pembatasan asupan Mengetahu i pembatasan asupan Mengetah ui asupan nutrisi yang diterima selama di rumah sakit

3.8. Tapi ga

boleh banyak-banyak P6 L.366 Pembatasan asupan

4. Bapak sama mama P4 L.276 Dukungan keluarga Orangtua menemani dirumah Mendapat dukungan dari Mendapat dukungan dari orang


(28)

4.1. Sama ayah P5 L.233

Dukungan keluarga

sakit orangtua terdekat

4.2. Nanti kalau

mama kerja, bapak yang jaga P6 L.112 Dukungan keluarga

4.3. Sama mama P7

L.126

Dukungan keluarga

4.4. Sama ayah P9

L.135

Dukungan keluarga

4.5. kata mama

gini kalau disuntik obat ga usah dibius biar cepat P3 L.185 Peran keluarga dalam tindakan pengobatan Orangtua membantu memilih tindakan pengobatan yang sesuai untuk anak

4.6. Mama yang

ngusap-ngusap P4 L.248 Respon keluarga terhadap pengobatan Orangtua membantu mengurang i rasa nyeri pada anak

4.7. Di diamin

mama

P5 L.82

Dukungan keluarga

4.8. Diusap-usap

mama aja

P5 L.86

Dukungan keluarga

4.9. Disuruh

mama diam lah P7 L.217 Pengalihan rasa cemas 4.10 . Di bujuk mama P9 L.169 Pengalihan cemas 4.11 . Ditemani adik P2 L.212 Hal yang menyebabk an pasien senang Sanak keluarga mengunjun gi anak di rumah sakit

Mendapat dukungan dari sanak keluarga


(29)

4.12 Saudara, adik, mama, ayah P3 L.153 Kunjungan keluarga 4.13 .

Sama adik P4 L.100

Kunjungan keluarga 4.14

.

Saudara P4 L.174 Kunjungan keluarga 4.15 . Uwo, ayah, kakak P7 L.276 Kunjungan keluarga 4.16 . Bude-bude, adik pernah datang, tapi sekali aja P8 L.128 , 130 Kunjungan keluarga 4.17 . Balon, boneka, baru 2 kali itu, yang satu susun puzzle P1 L.103 Hal yang menyebabk an anak senang Mendapat hadiah Mendapat dukungan dari orang terdekat 4.18 . Dibawain kado P4 L.184 Hal yang menyebabk an senang 4.19 . Dapat buku gambar P5 L.334 Hal yang menyebabk an senang 4.20 . Main warna-warnai aja P7 L.100 Hal yang menyebabk an senang 4.21 . Yang semalam main. Malam-malam juga sering mainnya

P7 L.106

Hal yang menyebabk an senang


(30)

4.22 .

Main bongkar pasang sama mewarnai

P7 L.114

Hal yang menyebabk an senang

4.23 .

Karena bawa mainan senang

P8 L.144

Hal yang menyebabk an senang


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Boyse, dkk. (2012). Children with Chronic Conditions. Diakses pada tanggal 24

Februari 2016 dari

Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.S.D. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hatfield, N. (2007). Boardribb’s Introductory Pediatric Nursing. 7ed. New mexico: Lippincott William and Wilkins.

Kyle, T. & Carman, S. (2013). Essentials of Pediatric Nursing. 2ed. Florida: Lippincott William and Wilkins.

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey Bass Publisher.

O’Halloran, J., Miller, G.C., Britt, H. (2004). Defining chronic conditions for primary care with ICPC-2. Oxford University Press.

Polit, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Principle and methods. 7ed. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins.

Purwandari, H. (2009). Pengaruh Terapi Seni terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah selama Hospitalisasi di RSMS. Skripsi. Tidak diterbitkan. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Rudolph, A. M. (2006). Buku Ajar Pediatrik, alih Bahasa A. Samik Wahab &Sugiarto volume 2. Jakarta: EGC.

Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC. Vickers, dkk. (2008). Working and Caring for a child with Chronic Illness:

Barriers in Achieving Work-Family Balance. Journal of Management and Organization, Pg:59-72.


(32)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Fenomenologi adalah metode yang berusaha untuk menemukan esensi dan makna fenomena seperti yang dialami, terutama melalui wawancara secara mendalam dengan orang-orang yang memiliki pengalaman relevan. Fokus dari studi fenomenologi adalah bagaimana orang mengalami suatu pengalaman hidup dan merealisasikan pengalaman tersebut kedalam tindakan (Polit & Beck, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan. Teknik wawancara pada penelitian ini menggunakan teknik content analysis. Content analysis adalah suatu model yang dipakai untuk meneliti dokumentasi data yang berupa teks, gambar, simbol, dan sebagainya. Dalam fenomenologi ini diharapkan peneliti memperoleh pemahaman tentang pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis . 3.2 Partisipan

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian (Polit & Beck, 2012). Jumlah partisipan dari penelitian ini kurang atau sama dengan 10 orang (Polit & Beck, 2012). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah: 1) Anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan, 2) Anak usia sekolah dengan penyakit kronis non infeksi di RSUP H Adam Malik Medan, 3) Bersedia menjadi partisipan dan mengikuti


(33)

penelitian dari awal hingga akhir penelitian, dan 4) Dapat memberikan informasi dengan baik dan benar.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan yaitu terdapat partisipan yang sesuai dengan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti pada kriteria inklusi.

3.3.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan Juni 2016, mulai dari pengumpulan data sampai dengan seleksi pengumpulan data.

3.4 Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian. Dalam penelitian ini juga dilakukan ethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian, baik kepada orang tua maupun anak yang akan menjadi partisipan. Apabila calon partisipan bersedia berpartisipasi dalam penelitian, maka orang tua partisipan dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.


(34)

Peneliti tidak memaksa jika partisipan menolak untuk diwawancarai dan menghormati hak-haknya sebagai partisipan dalam penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan maka peneliti tidak mencantumkan nama dari partisipan (anonymity). Nama partisipan dibuat dengan inisial. Selanjutnya identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality) dimana hanya informasi yang diperlukan saja yang akan dituliskan dan dicantumkan dalam penelitian. 3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian. Pertama merupakan Kuesioner Data Demografi (KDD) yang berisi pernyataan mengenai data umum partisipan yang meliputi nama, jenis kelamin, usia, agama, dan nama penyakit yang diderita.

Instrumen kedua merupakan panduan wawancara yang berisi pertanyaan yang diajukan kepada partisipan, dimana pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Panduan wawancara ini berisi pertanyaan yang akan diajukan seputar pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medandi. Panduan wawancara dibuat berdasarkan landasan teori yang relevan dengan masalah yang akan digali dalam penelitian. Panduan wawancara dibuat untuk memudahkan peneliti supaya jalannya wawancara terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Instrumen panduan wawancara akan divalidasi oleh dosen pakar Fakultas Keperawatan USU. Hasil dari validasi tersebut harus jelas, dapat dipercaya dan berkaitan dengan judul penelitian yang akan dilakukan.


(35)

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan memperoleh ethical

clearance dari komisi etik Penelitian Keperawatan. Selanjutnya peneliti

menyerahkan surat etik dan penelitian ke bagian Diklit RSUP H Adam Malik Medan dan menyelesaikan seluruh administrasi. Setelah surat ijin penelitian dari Adam Malik keluar, saya langsung menyerahkan surat tersebut kepada kepala instalasi dan karu yang ada di RB 4. Pada saat bertemu, karu menjelaskan tentang persyaratan penelitian dan mengarahkan saya ke ruangan anak dengan penyakit non infeksi. Setelah data diperoleh, peneliti melakukan pendekatan dengan tehnik

prolonged engagement yaitu pendekatan dengan pertemuan beberapa kali agar

memiliki keterkaitan, saling akrab, terbuka dan saling percaya sehingga partisipan memberikan semua informasi tanpa ada yang disembunyikan. Peneliti memperkenalkan diri serta maksud dan tujuan dari penelitian.

Sebelum melakukan pengumpulan data secara langsung pada partisipan, peneliti melakukan pilot study. Pilot study pada penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah peneliti sebagai instrumen sudah cukup baik dalam melakukan wawancara dan melakukan analisa data kualitatif (Polit & Beck, 2012). Pilot study dilakukan dengan mewawancarai anak usia sekolah dengan penyakit kronis maupun di RSUP H Adam Malik Medan.

Langkah selanjutnya, setelah partisipan bersedia untuk diwawancarai maka orang tua dari partisipan diminta membaca dan menandatangani informed concent serta mengisi data demografi untuk mendapatkan data dasar, kemudian peneliti melakukan wawancara berstruktur atau structured interview. Structured


(36)

interview adalah hal-hal yang akan ditanyakan telah terstruktur, telah ditetapkan sebelumnya secara rinci (Polit & Beck, 2012). Peneliti menggunakan gambar sebagai instrumen untuk menggali pengalaman anak dengan penyakit kronis. Setiap item pertanyaan akan diwakili pilihan gambar. Anak diminta memilih gambar yang sesuai dengan apa yang dirasakannya. Sebelum menanyakan jawaban anak, terlebih dahulu peneliti akan menjelaskan tentang arti setiap gambar yang diberikan. Setelah wawancara selesai dilakukan, peneliti akan memberikan hadiah berupa alat tulis dan puzzle untuk partisipan.

Pada penelitian ini, peneliti dan partisipan bertemu secara langsung untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Dalam hal ini wawancara akan dilakukan di tempat yang disetujui oleh partisipan.

Peneliti menggunakan alat perekam untuk merekam wawancara dan mencatat bahasa non verbal partisipan selama wawancara atau disebut juga catatan lapangan atau field note. Catatan lapangan (field note) merupakan catatan tertulis tentang apa yangdidengar dan dilihat dari ekspresi partisipan yang didapat selama wawancara berlangsung. Catatan lapangan berupa dokumentasi respon non verbal selama proses wawancara berlangsung (Polit & Beck, 2012). Hasil catatan lapangan partisipan ini berisi nama partisipan (inisial), kode partisipan, tanggal, waktu, tempat, lama wawancara, posisi partisipan, situasi lingkungan, serta respon nonverbal partisipan selama proses wawancara.

3.7 Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan


(37)

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Polit & Beck, 2012).

Proses analisa data dilakukan setelah selesai setiap satu proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip wawancara, kemudian transkrip tersebut dibaca berulang kali atau dilakukan seleksi data satu persatu (kata perkata). Peneliti menggunakan metode (Colaizzi, 1978) dalam menganalisa data karena metode ini memberikan langkah-langkah yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana. Ini adalah salah satu metode yang umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi. Proses analisa data dalam penelitian ini meliputi:

1. Membaca berulang-ulang seluruh pernyataan-pernyataan partisipan, hal ini dilakukan untuk menemukan pernyataan-pernyataan atau informasi tentang pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan.

2. Meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini, frase dan kalimat signifikan yang menyinggung tentang pengalaman anak usiasekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan.

3. Menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini pernyataan yang signifikan dipelajari untuk diambil pengertiannya.

4. Mengelompokkan makna-makna tersebut ke dalam kelompok-kelompok tema. Dalam langkah ini, peneliti mengidentifikasi tema dari makna yang diformulasikan kedalam kelompok sub tema dan kategori.


(38)

5. Mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi. Dalam analisis ini, deskripsi mendalam tentang pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh, yaitu integrasi narasi dari semua tema, sub tema dan kategori.

6. Memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin.

7. Memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir. Dalam langkah ini peneliti memvalidasi hasil matriks tema yang didapat kepada perwakilan partisipan. Dari hasil validasi, partisipan menyatakan hasil yang didapat pada penelitian ini sudah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh partisipan.

Untuk memastikan data yang diperoleh dapat dipercaya, maka akan dilakukan member checking. Menurut Lincoln & Guba (1985, dalam Polit & Beck 2012) member checking adalah sebuah teknik sangat penting untuk membangun kredibilitas data kualitatif. Dalam member checking, peneliti memberikan umpan balik kepada partisipan tentang interpretasi yang muncul, dan mendapatkan reaksi peserta. Argumennya adalah jika interpretasi peneliti merupakan representasi yang baik dari realitas, peserta harus dapat mengkonfirmasi ketepatan mereka. Member checking dapat dilakukan pada saat proses pengumpulan data, atau setelah data telah dianalisis sepenuhnya. Member checking kadang-kadang dilakukan secara tertulis tetapilebih sering dilakukan dalam diskusi langsung dengan partisipan. 3.8 Keabsahan data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu credibility (dapat dipercaya),


(39)

transferability (bisa digunakan pada konteks lain), dependability (konsisten) dan confirmability (persetujuan relevansi) (Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit & Beck, 2012).

Credibility (uji tingkat kepercayaan) merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan dengan melakukan member checking dan prolonged engangement.

Confirmability pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa seluruh transkrip wawancara dan tabel analisis tema kepada ahli di kualitatif. Dalam hal ini dilakukan oleh pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif. Kemudian peneliti menentukan tema dari hasil penelitian dalam bentuk matriks tema.

Dependability merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini, beberapa catatan yang dapat digunakan untuk menilai kualitas dari proses penelitian adalah data mentah yang diperoleh melalui pengumpulan transkrip-transkrip wawancara, hasil analisa data, membuat koding-koding (pengkodean), dan draft hasil laporan penelitian untuk menunjukkan adanya kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.

Transferability mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat

diterapkan dalam situasi atau kelompok yang lain. Kriteria ini digunakan untuk melihat bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki karakteristik yang sama. Transferability pada penelitian ini dapat diterapkan jika kelompok lain dalam hal ini rumah sakit lain memiliki kesamaan mengenai perawatan paliatif.


(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian.

4.2 Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang. Kesembilan partisipan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Jumlah partisipan pada penelitian adalah 9 orang anak usia sekolah yang sedang menjalani rawat inap di RSUP H Adam Malik Medan. Karakteristik partisipan pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, agama, dan jenis penyakit pasien. Dari kesembilan partisipan mayoritas partisipan yang berusia 8 tahun sebanyak 3 orang (33,3%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang (77,7%), beragama islam sebanyak 8 orang (88,8%), dan penyakit yang diderita leukemia sebanyak 4 orang (44,4%). Data demografi partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(41)

Tabel 4.1.

Karakteristik Partisipan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia

8 tahun 3 33,3

9 tahun 2 22,2

10 tahun 1 11,1

11 tahun 2 22,2

12 tahun 1 11,1

Jenis kelamin

Laki-laki 7 77,7

Perempuan 2 22,2

Agama

Islam 8 88,8

Kristen protestan 1 11,1

Penyakit yang diderita

Leukemia 4 44,4

Anemia aplastic 1 11,1

Limfoma 1 11,1

Penyakit ginjal 2 22,2

Jantung rematik 1 11,1

4.3 Pengalaman Anak Usia Sekolah dengan Penyakit Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian ini mendapatkan 4 tema terkait pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan meliputi: 1) Mengalami masalah psikologis, 2) Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah


(42)

psikologis, 3) Mengetahui pengobatan yang dijalani, dan 4) Mendapat dukungan dari orang terdekat

4.3.1 Mengalami masalah psikologis

Selama anak mengalami hospitalisasi di rumah sakit, anak mengalami masalah psikologis. Masalah psikologis anak seperti: 1) Merasakan sedih saat hospitalisasi, 2) Merasa takut saat menjalani pengobatan, 3) Merasa bosan karena tidak ada hiburan dan teman bermain, 4) Merasakan cemas sebelum menjalani pengobatan, 5) Mengalami stres saat hospitalisasi, dan 6) Merasakan sakit akibat tindakan pengobatan.

1. Merasakan sedih saat hospitalisasi

Sembilan partisipan pada penelitian ini menyatakan perasaan sedih yang dialami saat hospitalisasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Rindu”

(Partisipan 2) “Karena ga main-main sama teman…”

(Partisipan 5) “Hari rabu itu sebenarnya mau pulang, dokternya udah janji. Terus ga dibolehin pulang karena kata dokter darahnya infeksi.”

(Partisipan 6) “Karena ingat puasa. Biasa kalau sahur itu rame-rame sama keluarga.

Jadi Firza nangis,,,”

(Partisipan 8) 2. Merasa takut saat menjalani pengobatan

Enam partisipan pada penelitian ini menyatakan tentang ketakutan anak saat menjalani pengobatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Nanti naik darahnya”


(43)

“Gara-gara disuntik”

(Partisipan 2)

“Perawat suka marah-marah”

(Partisipan 5) 3. Merasa bosan karena tidak ada hiburan dan teman bermain

Sembilan partisipan dalam penelitian ini menyatakan tentang perasaan bosan anak karena tidak ada hiburan dan teman bermain. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Ga ada mainan”

(Partisipan 1) “Enggak ada tv”

(Partisipan 2) “Ga enak, ga bisa jumpa adik di rumah”

(Partisipan 6) “Di tempat tidur aja, terpenjara”

(Partisipan 8) “Tidur terus”

(Partisipan 9) 4. Merasakan cemas sebelum menjalani pengobatan

Enam partisipan dalam penelitian ini menyatakan tentang perasaan cemas sebelum menjalani pengobatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan: “ Karena demam”

(Partisipan 1) “Takut disuntik”

(Partisipan 3) “Karena di tinggal mama pergi”


(44)

5. Mengalami stres saat hospitalisasi

Tiga partisipan dalam penelitian ini menyatakan tentang stres yang dialami saat hospitalisasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Karena disuntik”

(Partisipan 3) “Karena ga main”

(Partisipan 4) “Karena belum pulang”

(Partisipan 6) 6. Merasakan sakit akibat tindakan pengobatan

Delapan partisipan dalam penelitian ini menyatakan tentang hal yang menyebabkan sakit selama di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Kayak digigit semut”

(Partisipan 1) “Baru-baru, sakit disuntik. Sekarang ga sakit lagi”

(Partisipan 2) “Pening bawaan kemo”

(Partisipan 4) 4.3.2 Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis

Saat merasakan masalah psikologis selama hospitalisasi, partisipan biasanya melakukan beberapa kegiatan untuk mengalihkan perasaan tersebut. Kegiatan yang dilakukan seperti: 1) Pengalihan rasa bosan, 2) Pengalihan rasa cemas, 3) Pengalihan stres, dan 4) Pengalihan rasa sakit.

1. Pengalihan rasa bosan

Tujuh partisipan dalam penelitian ini menyatakan tentang pengalihan rasa bosan selama di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:


(45)

“Bobo”

(Partisipan 1) “Kalau ga main, tidur”

(Partisipan 5) “Kalau lagi suntuk jalan”

(Partisipan 6) “Kalau bosan, kadang-kadang buka sama baca buku juga”

(Partisipan 8) 2. Pengalihan rasa cemas

Empat partisipan dalam penelitian ini menyatakan tentang hal yang dilakukan sebagai pengalihan cemas selama di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Ketawa”

(Partisipan 2) “Main-main jadi lupa disuntik”

(Partisipan 3) “Main hp”

(Partisipan 9) 3. Pengalihan stress

Dua partisipan dalam penelitian ini menyatakan tentang hal yang dilakukan sebagai pengalihan stress selama di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Nonton tv”

(Partisipan 3) “Teriak, nangis, main game, nonton tv”


(46)

4. Pengalihan rasa sakit

5. Tiga partisipan dalam penelitian ini menyatakan tentang hal yang dilakukan sebagai pengalihan rasa sakit selama di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Main-main sama nonton”

(Partisipan 1) “Main hp”

(Partisipan 5) “Bobo biar ga sakit lagi”

(Partisipan 6) 4.3.3 Mengetahui pengobatan yang dijalani

Berdasarkan analisa data didapat pengetahuan anak usia sekolah tentang pengobatan yang dijalani seperti: 1) Mengetahui pengobatan yang dijalani, dan 2) Mengetahui asupan nutrisi yang diterima selama di rumah sakit.

1. Mengetahui pengobatan yang dijalani

Anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi, tidak lepas dari pengobatan. Saat ditanya tentang pengobatan yang diterima, beberapa partisipan mengetahui tentang hal tersebut. Pengetahuan tentang pengobatan yang diterima antara lain: mengetahui jenis obat yang dikonsumsi, mengetahui jadwal pengobatan, mengetahui dampak pengobatan dan mengetahui prosedur pengobatan.

a. Mengetahui jenis obat yang dikonsumsi

Tiga partisipan pada penelitian ini mengetahui tentang obat yang dikonsumsi selama hospitalisasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan: “MTX, dokso”


(47)

“Lecoporine, mtx, dokso”

(Partisipan 5) “Bitnat, ovobitin”

(Partisipan 6) b. Mengetahui jadwal pengobatan

Satu partisipan pada penelitian ini mengetahui tentang jadwal pengobatan . hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Senin pesan kamar sama periksa darah, rabunya disini”

(Partisipan 7) “Pagi, siang, malam”

(Partisipan 7) c. Mengetahui dampak pengobatan

Satu partisipan pada penelitian ini mengetahui tentang dampak pengobatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Karena masuk obat ga selera makan”

(Partisipan 5) d. Mengetahui prosedur pengobatan

Satu partisipan pada penelitian ini mengetahui tentang prosedur pengobatan yang diterima. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Kalau mau masang capd agak lama sedikit”

(Partisipan 6) 2. Mengetahui asupan nutrisi yang diterima selama di rumah sakit

Partisipan pada penelitian ini mengatakan tentang asupan nutrisi yang diterima selama di rumah sakit. Hal yang diketahui partisipaan yaitu tentang pembatasan asupan.


(48)

a. Pembatasan asupan

Satu partisipan dalam penelitian ini mengatakan tentang pembatasan asupan selama di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Kebanyakan minum. Kan Diva ga boleh kebanyakan minum air putih. Kalau banyak minum Diva sesak”

(Partisipan 6) “Tapi ga boleh banyak-banyak”

(Partisipan 6) 4.3.4 Mendapat dukungan dari orang terdekat

Dukungan dari orang terdekat sangat dibutuhkan untuk kesembuhan pasien. Dukungan orang terdekat seperti: 1) Dukungan orangtua, 2) dukungan dari sanak keluarga, dan 3) Mendapat dukungan lingkungan sekitar.

1. Mendapat dukungan orangtua

Dukungan orangtua sangat penting bagi kesembuhan anak. Dukungan yang dibutuhkan seperti: orangtua menemani anak di rumah sakit, membantu memilih tindakan pengobatan yang sesuai untuk anak, dan membantu mengurangi rasa nyeri pada anak.

a. Orangtua menemani di rumah sakit

Lima partisipan mengatakan bahwa ditemani orangtua selama di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Bapak sama mama”

(Partisipan 4) “Nanti kalau mama kerja, bapak yang jaga”

(Partisipan 6) “Sama mama”


(49)

b. Orangtua membantu memilih tindakan pengobatan yang sesuai untuk anak Satu partisipan mengatakan bahwa orangtua membantu memilih tindakan pengobatan yang sesuai. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Kata mama gini kalau disuntik obat ga usah dibius biar cepat”

(Partisipan 3) c. Orangtua membantu mengurangi rasa nyeri pada anak

Empat partisipan mengatakan tentang orangtua yang membantu mengurangi rasa nyeri pada anak. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan: “Mama yang ngusap-ngusap”

(Partisipan 4) “Diusap-usap mama aja”

(Partisipan 5) “Dibujuk mama”

(Partisipan 9)

2. Mendapat dukungan dari sanak keluarga

Dukungan sangat dibutuhkan bagi kesembuhan anak. Seperti dukungan sanak keluarga untuk kesembuhan anak. Dukungan sanak keluarga pada anak yang mengalami hospitalisasi seperti kunjungan sanak keluarga di rumah sakit.

a. Sanak keluarga mengunjungi anak di rumah sakit

Lima partisipan mengatakan bahwa dikunjungi sanak keluarga selama di rumah sakit. Hal itu sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Saudara, adik, mama, ayah”

(Partisipan 3) “Uwo, ayah, kakak”

(Partisipan 7) “Bude-bude, adik pernah datang, tapi sekali aja”


(50)

3. Mendapat dukungan lingkungan sekitar

Dukungan bagi kesembuhan sangat dibutuhkan oleh anak, baik dari keluarga maupun dari lingkungan sekitar. Dukungan lingkungan sekitar pada anak yang mengalami hospitalisasi seperti mendapat hadiah dari lingkungan sekitar.

a. Mendapat hadiah

Lima partisipan mengatakan bahwa mendapat hadiah dari lingkungan sekitar. Hal itu sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Balon, boneka, baru 2 kali itu, yang satu susun puzzle”

(Partisipan 1) “Dibawain kado”

(Partisipan 4) “Dapat buku gambar”

(Partisipan 5) Tabel 5.1

Matriks Tema

Pengalaman Anak Usia Sekolah

dengan Penyakit Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan No

1. Tema 1: Mengalami masalah psikologis

Sub Tema: Kategori:

1. Mengalami masalah psikologis a.Anak merasakan sedih saat hospitalisasi

b.Anak merasa takut saat menjalani pengobatan

c.Anak merasa bosan karena tidak ada hiburan dan teman bermain

d.Anak merasakan cemas sebelum menjalani pengobatan e.Anak mengalami stress saat


(51)

hospitalisasi

f.Anak merasakan sakit akibat tindakan pengobatan

2.

Tema 2:Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis Sub Tema:

1. Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis

Kategori

a. Pengalihan rasa bosan b. Pengalihan rasa cemas c. Pengalihan stress d. Pengalihan rasa sakit

3. Tema 3: Mengetahui pengobatan yang dijalani

Sub Tema: Kategori:

1. Mengetahui pengobatan yang dijalani

2. Mengetahui asupan nutrisi yang diterima selama di rumah sakit

a.Mengetahui jenis obat yang dikonsumsi

b.Mengetahui jadwal pengobatan

c.Mengetahui dampak pengobatan

d.Mengetahui prosedur pengobatan

a.Mengetahui pembatasan asupan

4. Tema 4: Mendapat dukungan dari orang

terdekat


(52)

1. Mendapat dukungan dari orang tua

2. Mendapat dukungan dari sanak keluarga

3. Mendapat dukungan orang sekitar

a. Orangtua menemani di rumah sakit

b. Orangtua membantu memilih tindakan pengobatan yang sesuai untuk anak c. Orangtua membantu mengurangi rasa nyeri pada anak

a. Sanak keluarga mengunjungi anak di rumah sakit

a. Mendapat hadiah

4.4 Pembahasan

Dalam pembahasan ini diuraikan 4 tema yang telah dijelaskan oleh peneliti, meliputi: 1) Mengalami masalah psikologis, 2) Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis, 3) Mengetahui pengobatan yang dijalani, dan 4) Mendapat dukungan dari orang terdekat.

4.4.1 Mengalami masalah psikologis

Anak memiliki keterbatasan pengetahuan dan mekanisme koping dalam menghadapi berbagai stressor yang mungkin terjadi selama hospitalisasi. Seluruh proses selama hospitalisasi yang memungkinkan terjadinya gangguan fisik, luka dan nyeri dapat memberikan efek secara psikologis kepada anak (Kyle, 2013). Beberapa hal yang dirasakan anak usia sekolah dengan penyakit kronis yang mengalami hospitalisasi adalah perasaan sedih, takut, bosan, cemas, marah, stress, dan merasakan kesakitan pada beberapa bagian tubuh.

Perasaan sedih anak usia sekolah dengan penyakit kronis disebabkan oleh perasaan rindu kepada teman-teman dan tindakan pengobatan yang dijalani. Anak usia sekolah mungkin merasa rindu pada sekolah dan teman-teman ketika


(53)

mereka menyesuaikan diri pada lingkungan rumah sakit yang asing (Kyle, 2013). Lamanya perawatan di rumah sakit dan jarak antara rumah dan rumah sakit yang jauh menyebabkan anak kehilangan waktu bermain dengan teman-temannya. Keseluruhan partisipan merupakan pasien dari luar kota Medan sehingga teman-teman partisipan tidak bisa mengunjunginya ke rumah sakit. Menurut Wong (2013) masalah psikologis yang dialami anak lebih diakibatkan oleh perpisahan daripada berfokus pada penyakit, pengobatan dan lingkungan rumah sakit.

Mayoritas partisipan mengalami rasa takut selama di rumah sakit akibat tindakan pengobatan yang dijalani, misalnya pemberian obat melalui suntikan. Selain itu, sikap perawat yang suka marah-marah juga menyebabkan ketakutan pada anak. Menurut Boyse et al., (2012) hospitalisasi dapat menjadi tempat yang menakutkan dan menimbulkan rasa kesepian pada dirinya.

Perasaan bosan yang dirasakan anak usia sekolah disebabkan oleh tidak adanya kegiatan seperti, tidak memiliki teman untuk diajak bermain dan tidak adanya hiburan seperti televisi dan permainan. Tugas perkembangan anak pada usia 6 tahun seperti: bermain, menggunting, melipat, menempel kertas dan suka bermain kasar. Tugas perkembangan anak usia 7 tahun seperti: anak laki-laki lebih suka bermain dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih suka bermain dengan anak perempuan. Tugas perkembangan anak 8-9 tahun seperti: bermain dengan teman sesama jenis, tetapi mulai bermain dengan teman lawan jenis (Wong, 2013).

Perasaan cemas yang dirasakan anak usia sekolah biasanya muncul saat akan dilakukannya tindakan pengobatan dan saat ditinggal oleh orangtuanya. Hal yang menyebabkan anak cemas saat ditinggal orangtua adalah karena tidak ada


(54)

yang menemani anak selain orangtua. Menurut Wong (2013) anak mengalami cemas sebelum dilakukannya prosedur pengobatan karena ketidaktahuan anak tentang prosedur yang akan dijalani.

Perasaan stress yang dialami partisipan selama hospitalisasi diakibatkan oleh beberapa faktor seperti: tindakan pengobatan, tidak bisa bermain, terlalu lama di rumah sakit dan belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Tindakan pengobatan yang menyebabkan partisipan stres misalnya seperti pemberian obat melalui suntikan, pemasangan infus, dan pengambilan sampel darah.

Tindakan pengobatan yang dijalani menyebabkan anak merasakan sakit pada beberapa bagian tubuh. Anak usia sekolah biasanya dapat menceritakan tipe, lokasi dan intensitas nyeri yang dirasakan. Anak diatas usia 8 tahun dapat menggunakan kata yang lebih spesifik untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya, misalnya seperti: “tajam seperti pisau”, “terbakar”, dan “sakit seperti ditarik-tarik” (Kyle, 2013). Saat proses wawancara anak mampu menunjukkan lokasi nyeri, dimana mayoritas partisipan menunjukkan lokasi nyeri pada bagian tangan dan kaki akibat suntikan, nyeri pada bagian punggung akibat prosedur BMP (Bone Marrow Puncture). Beberapa partisipan menggambarkan rasa sakit akibat suntikan seperti digigit semut, sedangkan untuk nyeri yang lebih hebat, misalnya akibat prosedur BMP, partisipan menggambarkan rasa sakit seperti digigit harimau.

Dalam sebuah penelitian kualitatif pada anak berusia 5-9 tahun, anak menggambarkan hospitalisasi dalam pengalaman merasa takut, sedih, atau marah dan sendirian. Anak juga mendeskripsikan kebutuhan akan perlindungan dan ditemani selama hospitalisasi (Wilson, Megel, Enenbach et al., 2010 dalam Wong


(55)

2013). Sedangkan menurut Wong (2013) penyakit yang diderita anak mungkin juga dapat menyebabkan perasaan anak lepas control. Salah satu masalah yang paling signifikan pada anak usia sekolah adalah kebosanan.

4.4.2 Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis Saat merasakan masalah psikologis selama hospitalisasi, partisipan biasanya melakukan beberapa kegiatan untuk mengalihkan perasaan tersebut. Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anak saat mengalami masalah psikologis misalnya seperti: bermain, jalan-jalan, tidur, menangis, nonton tv dan berteriak.

Pengalihan rasa bosan yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah bermain, tidur dan jalan-jalan disekitar rumah sakit. Pada saat dilakukan wawancara, salah satu partisipan mengatakan terkadang membaca buku jika sedang merasa bosan.

Pengalihan rasa cemas yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah bermain dan tertawa. Saat proses wawancara, salah satu partisipan mengatakan untuk menghilangkan cemas saat akan dilakukan penyuntikan, partisipan bermain untuk melupakan rasa sakit saat penyuntikan.

Pengalihan stres yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah bermain, menonton, menangis, dan berteriak. Saat dilakukan proses wawancara, salah satu partisipan mengatakan untuk menghilangkan stres hal yang dilakukan menonton televisi, bermain, menangis dan berteriak.

Pengalihan rasa sakit yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah istighfar, bermain, menonton tv dan tidur. Saat dilakukan proses wawancara, salah satu partisipan mengatakan hal untuk menghilangkan rasa sakit adalah dengan tidur.


(56)

Menurut Hatfield et al., (2007) bermain adalah kegiatan anak dan merupakan hal yang penting dimana mereka belajar bertumbuh, berkembang dan dapat mengalihkan anak dari masalah dan perasaan yang tidak menyenangkan. Bermain dapat membantu anak menghilangkan rasa sakit, kecemasan, dan perpisahan yang biasa terjadi selama hospitalisasi. Perawat harus meyakinkan keluarga untuk membawa mainan anak seperti boneka favorit anak dan mainan binatang sebagai hiburan anak di rumah sakit sehingga akan mengurangi perasaan kesepian dan kebosanan (Hatfield et al., 2007).

4.4.3 Mengetahui pengobatan yang dijalani

Anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi tidak lepas dari pengobatan. Menurut Boyse et al., (2012), anak dengan penyakit kronis akan lebih sering menjalani hospitalisasi, pengobatan, dan kunjungan untuk kunjungan pemeriksaan kesehatan dengan paramedik. Pengobatan yang diterima mulai dari pengambilan darah, memasukkan obat melalui suntikan, BMP, memasukkan selang kedalam tubuh pada prosedur pemasangan NGT dan kateter urin. Anak usia sekolah lebih mampu untuk mengerti tentang penyakit dan pengobatan yang mereka jalani (Boyse et al., 2012).

Saat ditanya tentang pengobatan yang diterimanya, beberapa partisipan dapat menyebutkan jenis obat yang dikonsumsi, jadwal pengobatan, dampak pengobatan dan prosedur pengobatan. Mereka juga dapat menjelaskan tentang asupan yang diterima, misalnya seperti pembatasan asupan cairan bagi partisipan yang menderita gagal ginjal kronik untuk mencegah rasa sesak. Mayoritas partisipan memperoleh informasi tentang penyakit yang diderita, pengobatan dan asupan yang diterima dari orangtua. Menurut Kyle (2013) biasanya, anak usia


(57)

sekolah memiliki pemahaman yang realistis tentang alasan penyakitnya dan dapat memahami penjelasan yang diterima dengan lebih baik. Mereka ingin tahu mengapa mereka harus menjalani berbagai prosedur dan tes serta dapat mengerti sebab dan akibat dan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan penyakit yang mereka alami.

Usia, tingkat kognitif dan tingkat perkembangan akan mempengaruhi persepsi anak tentang keadaan yang dialaminya dan hal tersebut juga mempengaruhi reaksinya terhadap penyakit dan hospitalisasi (Kyle, 2013).

Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah sudah mulai memandang secara realistis terhadap dunianya dan mengetahui tujuan rasional tentang kejadian (Hurlock, 2004).

4.4.4 Mendapatkan dukungan dari orang terdekat

Anak dengan hospitalisasi sangat membutuhkan dukungan dari orang terdekat, seperti dukungan dari orangtua dan dukungan dari sanak keluarga. Menurut Wong (2013) dukungan keluarga seperti: perawatan, dan kunjungan dari keluarga dapat mengurangi efek buruk dari hospitalisasi pada anak. Keluarga harus menyesuaikan diri dengan perawatan pada anak dengan penyakit kronis, misalnya dengan mempelajari bagaimana melakukan perawatan dan memberikan obat (Hatfield et al., 2007). Dukungan dari orangtua seperti: orangtua menemani di rumah sakit, dan membantu mengurangi rasa nyeri pada anak.

Beberapa dukungan orang terdekat yang diterima partisipan selama di rumah sakit antara lain dengan menemani selama di rumah sakit. Sesuai dengan pernyataan partisipan ”apabila mama kerja, bapak yang menjaga”. Peran keluarga dalam membantu mengurangi rasa sakit seperti orangtua mengusap bagian yang


(58)

nyeri. Dukungan yang didapatkan partisipan dari sanak keluarga misalnya seperti dikunjungi di rumah sakit, serta mendapatkan motivasi untuk sembuh.

Dukungan dari lingkungan sekitar selama anak mengalami hospitalisasi sangat diperlukan. Salah satu contoh dukungan dari lingkungan sekitar adalah anak mendapatkan hadiah berupa permainan seperti puzzle dan buku mewarnai. Menurut Purwandi (2009) melalui bermain dan mewarnai, perhatian anak dapat teralih yang menyebabkan ketegangan anak berkurang. Pada kondisi tubuh rileks, tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin yang bersifat menenangkan dan memberikan pengaruh terhadap rangsang emosi di sitem limbic yang menimbulkan perasaan senang.

Ada banyak manfaat positif yang didapatkan anak jika menerima dukungan orang terdekat. Menurut Hatfield et al., (2007) dukungan keluarga, teman sebaya dan teman sekolah dapat mempengaruhi adaptasi anak selama hospitalisasi. Seringnya melakukan interaksi dengan keluarga, tenaga medis dan teman-teman anak akan mengurangi rasa terisolasi yang dirasakan anak.


(59)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap sembilan partisipan, penelitian ini menemukan 4 tema terkait pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan, yaitu: 1) Mengalami masalah psikologis, 2) Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis, 3) Mengetahui pengobatan yang dijalani, dan 4) Mendapat dukungan dari orang terdekat.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sembilan partisipan terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti menemukan masalah pada partisipan seperti terhambatnya pertumbuhan, perkembangan mental, kognitif dan psikososial anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi.

5.2 Saran

Hasil penelitian ini merupakan pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan. Dalam penelitian ini ditemukan hal yang menyebabkan anak takut salah satunya karena petugas kesehatan yang suka marah. Untuk itu, disampaikan saran-saran sebabgai berikut:

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam ilmu keperawatan khususnya bidang keperawatan untuk pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis.


(60)

5.2.2 Bagi Praktik Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan menjadi sumber pengetahuan dan masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif pada anak usia sekolah dengan penyakit kronis.

5.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti selanjutnya, dan sebagai data tambahan untuk memperkaya pengetahuan khususnya mengenai asuhan keperawatan anak usia sekolah dengan penyakit kronis.

5.2.4 Bagi Orangtua yang Memiliki Anak Penyakit Kronis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman kepada orangtua dalam mengasuh anak usia sekolah dengan penyakit kronis.


(61)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Usia Sekolah

2.1.1 Defenisi Anak Usia Sekolah

Menurut Wong (2013) anak usia sekolah adalah periode kehidupan antara usia 6 tahun-12 tahun memiliki berbagai macam label, dimana masing-masing label menggambarkan karakter penting pada setiap periode.

Menurut Gunarsa (2006) anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya.

2.1.2 Pertumbuhan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan pada anak usia 6 tahun meliputi: 1) Tinggi dan kenaikan berat badannya lambat; 2) Berat 16-26,3 kg (35,5-58 pound); 3) Tinggi 106,7-122 cm (42-48 inci); 4) gigi seri rahang bawah tengah tanggal; 5) lepasnya gigi pertama; 6) peningkatan ketrampilan secara bertahap; 7) aktivitas konstan; 8) sering kembali menghisap jari; 9) lebih sadar tangan sebagai alat; dan 10) suka menggambar, membentuk, mewarnai, dan penglihatan semakin matur.

Pertumbuhan pada anak usia 7 tahun meliputi: 1) tinggi mulai tumbuh minimal 5 cm (2 inci) per tahun; 2) berat 17,7-30 kg (39-66,5 pon); 3) memiliki tinggi rata-rata 112-130 cm (44-51 inci); 4) gigi seri tengah pada rahang atas dan lateral gigi seri rahang bawah tanggal; 5) lebih berhati-hati dalam memilih


(62)

penampilan; dan 6) rahang mulai membesar untuk mengakomodasi gigi permanen.

Pertumbuhan pada anak usia 8-9 tahun meliputi: 1)pertambahan tinggi 5 cm (2 inci) per tahun; 2) berat badan 19,5-39,5 kg (43-87 pon); 3) tinggi badan 117-142 cm (46-56 inci); 4) gigi seri lateral (rahang atas) dan gigi taring pada rahang bawah tanggal; 5) selalu aktif bergerak, melompat, dan mengejar; 6) lancar dan cepat dalam kontrol motorik halus; 7) menggunakan penulisan sambung; 8) sudah bisa menggunakan pakaian dengan baik; 9) cenderung berlebihan, sulit untuk tenang setelah bermain, lebih lentur; dan 10) pertumbuhan tulang lebih cepat dari pada pertumbuhan ligamen.

Pertumbuhan pada anak usia 10-12 tahun meliputi: 1) berat badan 24,5-58 kg (54-128 pounds); tinggi badan 127-162,5 cm (50-64 inci); 2) postur lebih mirip dengan orang dewasa; 3) gigi akan tanggal dan cenderung perkembangan menjadi baik (Kecuali gigi bungsu); 4) pada remaja putri, yang mengalami pubertas bentuk tubuh sudah mulai terlihat; dan 5) pada remaja putra, pertumbuhan tinggi lambat; dan berat badan cepat meningkat sehingga memungkinkan menjadi obesitas pada periode ini.

2.1.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah 2.1.3.1 Perkembangan Mental

Perkembangan mental pada anak usia 6 tahun meliputi: 1) mengembangkan konsep bilangan; 2) dapat menghitung 13 uang receh; 3) dapat membedakan pagi atau sore; 4) dapat mendefinisikan kegunaan objek umum seperti garpu dan kursi; 5) mampu menaati beberapa perintah yang diberikan secara bersamaan; 6) mampu membedakan tangan kanan dan kiri; 7) mampu


(63)

membedakan yang cantik dan yang jelek dalam serangkaian gambar wajah; 8) mampu menjelaskan objek dalam gambar bukan sekedar menyebutkan; dan 9) mengikuti sekolah pertama kali.

Perkembangan mental pada anak usia 7 tahun meliputi: 1) dapat memberitahu beberapa item yang hilang dari gambar; 2) peniru yang baik; 3) dapat mengulangi 3 bilangan secara mundur; 4) mengetahui waktu, membaca waktu hampir tepat;

5) menggunakan waktu untuk tujuan yang tepat; 6) bersekolah di kelas dua; 7) lebih mekanik dalam membaca; dan 8) sering tidak berhenti di akhir kalimat, melewati kata-kata seperti "itu", dan "dia".

Perkembangan mental pada anak usia 8-9 tahun meliputi: 1) memberikan persamaan dan perbedaan antara dua hal dari ingatannya; 2) dapat menghitung mundur dari 20 sampai 1; 3) memahami konsep reversibilitas; 4) dapat mengulangi hari dalam minggu dan bulan sesuai urutan, mengetahui tanggal; 5) menjelaskan benda-benda umum secara detail tidak hanya benda yang mereka gunakan; 6) bersekolah di kelas tiga dan empat; 7) lebih sering membaca; 8) berencana untuk bangun pagi hanya untuk membaca; 9) membaca buku-buku klasik tapi juga menikmati komik; 10) lebih sadar waktu, dapat diandalkan untuk sampai ke sekolah tepat waktu; 11) dapat memahami konsep-konsep dari bagian dan keseluruhan; 12) Memahami konsep ruang, sebab dan akibat; 13) menggolongkan objek dengan lebih dari satu fungsi; menghasilkan lukisan atau gambar yang sederhana.

Perkembangan mental pada anak usia 10-12 tahun meliputi: 1) dapat menulis laporan singkat suatu kejadian; 2) bersekolah dikelas 5 hingga kelas 7; 3)


(64)

menulis surat-surat pendek sesekali ke teman atau kerabat atas inisiatif sendiri; 4) menggunakan telepon untuk tujuan praktis; 5) merespon majalah, radio, atau iklan lainnya; dan 6) membaca cerita atau buku perpustakaan, misalnya tentang petualangan, cerita romantis atau cerita binatang untuk informasi praktis atau untuk kesenangan sendiri.

2.1.3.2 Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada anak usia 6 tahun meliputi: 1) Di meja, menggunakan pisau untuk mengoleskan mentega atau selai pada roti; 2) Bermain, menggunting, melipat, menempel kertas; 3) mampu menjahit secara kasar; 4) mampu mandi secara mandiri; 5) tidur sendirian; 6) dapat mengulang kembali informasi dari memori; 7) menyukai papan permainan, seperti catur dan permainan kartu sederhana; 8) sering cekikikan, kadang-kadang mencuri uang atau benda-benda menarik; 9) sering tidak mengakui kesulitan kelakuan buruk; dan 10) melakukan sesuatu diluar kemampuannya.

Perkembangan kognitif pada anak usia 7 tahun meliputi: 1) menggunakan pisau untuk memotong daging, membutuhkan bantuan untuk pekerjaan susah; dan 2) bisa menyisir rambut tanpa bantuan; suka membantu; keras kepala.

Perkembangan kognitif pada anak usia 8-9 tahun meliputi: 1) bisa menggunakan alat-alat umum seperti palu, gergaji, obeng; 2) menggunakan peralatan rumah tangga dan memperbaiki perabot; 3) membantu tugas rutin rumah tangga seperti membersihkan debu, menyapu; 4) bertanggung jawab dalam pekerjaan rumah tangga; 5) membeli yang berguna, latihan beberapa pilihan dalam melakukan pembelian; 6) mengerjakan tugas yang berguna; 7) menyukai


(65)

majalah bergambar; 8) menyukai sekolah, ingin menjawab semua pertanyaan; 9) takut tidak naik kelas, malu memiliki nilai buruk; 10) lebih kritis kepada diri sendiri; dan 11) mengikuti pelajaran musik dan olah raga.

Perkembangan kognitif pada anak usia 10-12 tahun seperti: 1) membuat alat yang berguna dan mempermudah pekerjaan; 2) memasak sesuatu yang sederhana; 3) memelihara hewan peliharaan; 4) mencuci dan mengeringkan rambut sendiri; 5) bertanggung jawab dalam melakukan suatu pekerjaan, seperti mencuci rambut sendiri, tetapi masih perlu diingatkan untuk melakukannya; 6) kadang-kadang ditinggalkan sendirian di rumah untuk satu jam atau lebih; 7) berhasil dalam menjaga kebutuhan diri sendiri atau beberapa anak lain yang dipercayakan padanya untuk dijaga.

2.1.3.3 Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial pada anak usia 6 tahun meliputi: 1) dapat berbagi dan bekerja sama lebih baik; 2) memiliki kebutuhan besar sesuai anak; 3) akan menipu untuk menang; 4) sering bermain kasar; 5) sering cemburu pada adik atau saudara; 6) melakukan apa yang dilihatnya dari orang dewasa; 7) memiliki temperamen lebih membanggakan; 8) lebih mandiri, mungkin merupakan pengaruh sekolah; dan 9) memiliki cara sendiri dalam melakukan sesuatu meningkatkan sosialisasi.

Perkembangan psikososial pada anak usia 7 tahun meliputi: 1) menjadi anggota keluarga yang baik; 2) mengambil bagian dalam kelompok bermain; 3) anak laki-laki lebih suka bermain dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih suka bermain dengan anak perempuan; 4) menghabiskan banyak waktu sendirian; dan 5) tidak memerlukan banyak persahabatan.


(66)

Perkembangan psikososial pada anak usia 8-9 tahun meliputi: 1) betah berada di rumah; 2) suka diberi imbalan untuk sesuatu yang telah dilakukan ; 3) suka melebih-lebihkan; 4) lebih ramah; 5) lebih baik dalam berperilaku; 6) tertarik pada lawan jenis tapi tidak menjalani hubungan serius; 7) sering keluar rumah sendiri atau dengan teman-temannya; 8) suka bersaing dan bermain game; 9) menunjukkan kehebatan pada teman-teman dan kelompok; 10) bermain dengan teman sesama jenis, tetapi mulai bermain dengan teman lawan jenis; 11) membandingkan diri dengan orang lain; dan 12) menikmati organisasi, klub, dan kelompok olahraga.

Perkembangan psikososial pada anak usia 10-12 tahun meliputi: 1) mencintai teman; 2) sering berbicara tentang mereka; 3) lebih selektif dalam memilih teman; 4) kemungkinan memiliki sahabat menikmati percakapan ketertarikan terhadap lawan jenis mulai berkembang; 5) lebih pandai, keluarga sangat berarti menyukai ibu dan ingin menyenangkannya dengan berbagai cara menunjukkan kasih sayang; 6) menyukai, mengagumi dan mengidolakan ayah; dan 7) menghormati orangtua.

2.2 Penyakit Kronis pada Anak Usia Sekolah 2.2.1 Defenisi penyakit kronis

Menurut Vickers (2008), penyakit kronis didefenisikan sebagai suatu keadaan sakit, atau ketidakmampuan baik itu psikis, kognitif dan emosi, dan berlangsung minimal 6 bulan yang memerlukan intervensi medis terus-menerus untuk merawat episode akut atau masalah kesehatan yang timbul berulang. Menurut Boyse et al., (2008) penyakit kronis adalah masalah kesehatan yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan, yang memengaruhi aktifitas normal anak, sering mengalami


(67)

hospitalisasi, dan memerlukan tindakan medis yang lebih luas serta memerlukan peralatan di rumah.

Penyakit kronis terbagi 2 yaitu penyakit kronis infeksi dan non infeksi. Penyakit kronis non infeksi adalah suatu keadaan sakit yang tidak menular dan berlangsung minimal 6 bulan yang memerlukan intervensi medis terus menerus (Vickers, 2008). Contoh penyakit kronis non infeksi adalah penyakit jantung bawaan, kegagalan jantung kongestif, distrimia jantung, hyperlipidemia, diabetes,

hiperplasia adrenal kongenital, short bowel syndrome, atresia bilier, celiac

disease, sickle cell anemia, thalassemia, aplastic anemia, hereditary anemias, hemophilia, defisiensi imun, penyakit ginjal, cerebral palsy, ataxia telangiectasia, distrofi otot, seizure disorder, traumatic brain injury, tumor otak, leukemia, limfoma, solid tumors, bone tumors, rare tumors, dan asma.

2.2.2 Masalah yang terjadi pada anak dengan penyakit kronis

Peyakit kronis adalah suatu kondisi yang berlangsung lama atau perlahan-lahan, menunjukkan perubahan yang sedikit, dan sering mengganggu fungsi sehari-hari. Setiap jenis penyakit kronis membutuhkan manajemen yang berbeda sesuai dengan proses penyakit dan kemampuan anak dan keluarga untuk memahami dan mematuhi aturan dalam pengobatan. Semua masalah kesehatan kronis menyebabkan masalah bagi anak dan keluarga, antara lain: 1) Kekhawatiran keuangan, seperti biaya untuk perawatan, biaya hidup di fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh, pengasuh yang menjaga anak kehilangan pekerjaan karena tidak bekerja akibat harus menemani anak di pelayanan kesehatan, 2) Mengurus perawatan dan obat-obatan di rumah, 3) Menganggu kehidupan keluarga, seperti liburan, tujuan keluarga, karir, 4) Mengganggu


(68)

pendidikan anak, 5) Isolasi sosial karena kondisi anak, 6) Adaptasi keluarga karena akibat penyakit kronis, 7) Reaksi saudara kandung, 8) Stres antara pengasuh, 9) Rasa bersalah dan penerimaan kondisi penyakit kronis, dan 10) Pengganti pengasuh anak ketika anggota keluarga yang biasa mengasuh anak tidak dapat lagi memberikan perawatan.

2.2.3 Dampak yang terjadi pada anak akibat penyakit kronis

Anak dengan penyakit kronis mungkin menghadapi banyak masalah yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan normal. Misalnya, anak usia sekolah yang harus immobilisasi selama tahap pengobatan merasa rendah diri karena tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya, seperti membantu pekerjaan rumah tangga atau kegiatan lain dengan saudara atau teman sebaya. Sikap anak terhadap kondisi adalah elemen penting dalam pengelolaan jangka panjang dan penyesuaian keluarga. Tanggapan anak dengan kondisi kronis dipengaruhi oleh respon dari anggota keluarga keluarga. Beberapa tanggapan yang khas telah diidentifikasi: perlindungan berlebihan, penolakan, dan penerimaan secara bertahap (Hatfield et al., 2007).

Anggota keluarga yang bereaksi dengan memberikan perlindungan yang berlebihan mencoba untuk melindungi anak di semua hal: mereka membatasi, sehingga mencegah anak dari belajar keterampilan baru; mereka gagal untuk menggunakan disiplin; dan mereka menggunakan segala cara untuk mencegah anak mengalami frustrasi apapun. Anggota keluarga yang berada dalam tahap penolakan menjauhkan diri secara emosional dari anak. Meskipun mereka memberikan perawatan fisik, mereka cenderung memarahi dan mengkoreksi anak terus menerus. Anggota keluarga yang berada dalam tahap penolakan merasa


(69)

seolah-olah kondisi kritis tidak ada, dan mereka mendorong anak untuk mengkompensasi segala ketidakmampuan secara berlebihan. Anggota keluarga yang berada pada tahap penerimaan berekasi biasa terhadap kondisi anak, mereka membantu anak untuk menentukan tujuan yang realistis untuk perawatan diri dan kemandirian, daan mendorong anak untuk mencapai keterampilan sosial dan fisik sesuai kemampuannya (Hatfield et al., 2007).

Anak-anak sering menganggap penyakit yang dialaminya sebagai hukuman karena memiliki pikiran atau tindakan yang buruk. Persepsi anak tentang penyakit kronis yang dialaminya tergantung pada tahap perkembangan anak saat didiagnosis. Persepsi ini juga dipengaruhi oleh sikap orang tua dan teman sebaya dan bagian tubuh mana yang mengalami disfungsi yang terlihat. Masalah seperti asma, alergi, dan epilepsi sulit dimengerti oleh anak-anak karena masalahnya berada di dalam tubuh, bukan di luar (Hatfield et al., 2007).

Keluarga, teman sebaya, dan teman sekolah anak merupakan pemberi dukungan yang dapat mempengaruhi anak dalam beradaptasi. Kadang-kadang, akibat upaya dan waktu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fisik anak begitu besar, anggota keluarga dan system pendukung lainnya mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan emosional anak. Anak yang lebih tua dengan penyakit kronis juga telah mengalami perkembangan kebutuhan seksual yang tidak boleh diabaikan tetapi harus diakui dan disediakan. Tekanan tambahan terus terjadi selama proses penyakit berlangsung. Misalnya, penyakit Hodgkin dapat berhasil diobati dengan kemoterapi dan terapi radiasi, tetapi hal ini menimbulkan efek samping dari pengobatan (steroid-induced acne, edema, dan alopecia) seperti berkeringat malam, kelelahan kronis, pruritus, dan perdarahan


(70)

gastrointerstinal. Anak dengan Duchenne muscular dystrophy mengalami kelemahan secara bertahap, sehingga pada masa remaja anak harus menggunakan kursi roda, ketika teman-teman yang aktif melakukan olahraga dan mengeksplorasi hubungan seksual (Hatfield et al., 2007).

Beberapa perawatan akan membuat anak-anak takut atau merasa kesakitan sehingga menimbulkan trauma pada dirinya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih besar dari keluarga untuk mengatasinya (Boyse et al., 2012). Anak usia sekolah dapat merasa khawatir karena pembatasan, kebutuhan pengobatan dan disabilitas yang terlihat nyata yang berhubungan dengan kondisi mereka yang dapat membuat mereka berbeda dari teman sebayanya. Keterbatasan yang dibawa kondisi kronis tersebut dapat bertentangan dengan kebutuhan meningkatkan kemandirian dan hal ini dapat mengganggu hubungan dengan teman sebaya (Rudolph, 1999).

Kesulitan penyesuaian dan perilaku diantara anak yang menderita penyakit kronis adalah sekitar dua kali lebih sering dibandingkan pada anak sehat semua usia. Berdasarkan penelitian pada anak dengan kondisi kronis adalah anak yang paling mungkin menunjukkan keadaan rendah diri, ansietas, depresi serta penarikan diri secara sosial (Rudolph, 1999). Diskriminasi dapat dialami oleh anak dan keluarga dengan penyakit kronis. Diskriminasi dapat terjadi dalam hubungan antara anak-anak, dan pengucilan sosial pada anak dengan penyakit kronis biasa terjadi. Hambatan fisik dapat menimbulkan masalah dan keluarga harus berjuang dalam membantu anak untuk mengatasinya. Kadang-kadang diskriminasi menyakitkan adalah hal sederhana seperti ditatap banyak orang di tempat umum (Hatfield et al., 2007).


(71)

2.3 Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah 2.3.1 Defenisi Hospitalisasi

Hospitalisasi anak merupakan suatu proses yang karena suatu alasan tertentu mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah (Supartini, 2004). Menurut Wong (2013) hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999).

Hospitalisasi hampir secara universal mengakibatkan stress karena berbagai faktor yang berkaitan dengan stress perpisahan, perubahan rutinitas, kondisi tidak familiar dengan orang dan lingkungan, ketakutan dengan nyeri yang berhubungan dengan keadaan sakit dan pengobatannya (Rudolph, 1999).

2.3.2 Perilaku Maladaptif Anak Usia Sekolah selama Hospitalisasi Salah satu bentuk kecemasan anak usia sekolah akibat hospitalisasi adalah perpisahan dengan orang tua dan teman sebaya. Hal-hal yang menunjukkan kecemasan akibat perpisahan, serta rasa takut lainnya yaitu dengan anak merasa kesepian, bosan, isolasi, menarik diri, depresi, marah, frustasi dan bermusuhan. Sedangkan mekanisme pertahanan diri yang digunakan yaitu regresi mengacu pada kecenderungan untuk kembali pada tahap perilaku yang lebih dini dan lebih primitif (Wong, 2013).

Anak usia sekolah mengalami stress selama hospitalisasi akan menunjukkan ciri-ciri yang maladaptif yaitu anak menjadi tidak kooperatif, tidur tidak nyenyak,


(72)

tidak mau makan serta mungkin ditunjukkan dengan reaksi regresi yang diekspresikan secara verbal maupun non verbal (Wong, 2013).

Biasanya anak juga menanggapi perawatan dirumah sakit dengan reaksi misalnya menjerit-jerit, mengompol atau perilaku lain yang lebih pantas untuk tahap usia yang lebih awal. Namun bentuk perilaku ini menunjukkan bukannya kerewelan yang harus ditangani dengan tegas tetapi kecemasan yang membutuhkan kesabaran dan pengertian (Mc Gie, 2003). Karena perawat biasanya terlibat sejak tahap awal diagnosis, dan anak serta keluarga membutuhkannya secara berkelanjutan dalam jangka waktu lama, maka perawat memiliki peran penting dalam membantu keluarga menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang terjadi (Hatfield et al., 2007).

2.4 Studi Fenomenologi

Riset fenomenologi didasarkan pada falsafah fenomenologi yang didukung oleh Edmen Husserl. Husserl menyatakan bahwa “makna” merupakan pengalaman pribadi yang dapat dibagikan atau disampaikan kepada orang lain secara objektif dan diambil intinya saja agar orang lain lebih dapat memahami. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup seseorang. Penelitian fenomenologi berusaha untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu hal atau sejumlah situasi (Polit & Beck, 2012).

Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena dalam bentuk pengalaman hidup. Penggunaan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi bertujuan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, mendalam, credible dan bermakna. Selain itu,


(73)

pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa dan memberikan gambaran terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami beberapa individu dalam situasi yang dialami. Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali definisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti. Fenomenologi berfokus pada apa yang dialami oleh manusia pada beberapa fenomena dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut. Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Beck, 2012).

Didalam studi fenomenologi ini, hal-hal yang akan ditanyakan telah terstruktur, telah ditetapkan sebelumnya secara rinci(structured interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).

Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak. Jumlah partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit (Polit & Beck, 2012). Partisipan yang terlibat dalam penelitian akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck, 2012).


(74)

Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses analisis data. Fenomenologist dalam proses analisis data yang terkenal adalah Collaizi, Giorgi dan Van Kaam. Ketiga tokoh tersebut berpedoman pada filosofi Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena (Polit & Beck, 2012). Colaizzi (1978, dalam Polit & Beck 2012) menyatakan bahwa ada tujuh langkah yang harus dilalui untuk menganalisa data. Proses analisa tersebut meliputi: 1) membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka, 2) meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan, 3) menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan, 4) mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema, 5) mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi, 6) memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin, dan 7) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir .

Menurut Lincoln & Guba (1985, dalam Polit & Beck 2012) untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (trustworthiness) maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, seperti Credibility, Confirmability, Dependability, dan. Transferability.

Credibility (uji tingkat kepercayaan) merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan dengan melakukan member checking dan prolonged engangement.

Confirmability pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa seluruh transkrip wawancara dan tabel analisis tema kepada ahli di kualitatif. Dalam hal ini dilakukan oleh pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif.


(1)

7.

Sahabat-sahabat terbaik saya yang setia berdiskusi dengan saya, membantu

saya dalam proses pembuatan skripsi ini.

8.

Serta semua pihak yang telah membantu saya dalam menempuh pendidikan

dan penyusunan skripsi penelitian ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya dan

peneliti juga menerima saran yang membangun dari semua pihak untuk hasil yang

lebih baik. Akhir kata peneliti sampaikan terimakasih.

Medan, 2016


(2)

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pernyataan Orisinalitas ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Prakata…... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... x

Abstrak… ... xi

Abstract……….. . xi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. 1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Pendidikan Keperawatan……… 4

1.4.2 Praktik Pelayanan Keperawatan……… 4

1.4.3 Penelitian Keperawatan……….. 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 5

2.1 Anak Usia Sekolah ... 5

2.1.1 Defenisi Anak Usia Sekolah ... 5

2.1.2 Pertumbuhan Anak Usia Sekolah.. ... 5

2.1.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 6

2.1.3.1 Perkembangan Mental ... ... 6


(3)

2.1.3.3 Perkembangan Psikososial ... ... 9

2.2 Penyakit Kronis pada Anak Usia Sekolah ... ... 10

2.2.1 Defenisi Penyakit Kronis……… ... 10

2.2.2 Masalah yang terjadi pada anak dengan penyakit kronis….. 11

2.2.3 Dampak yang terjadi pada anak akibat penyakit kronis…… 12

2.3 Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah... ... 15

2.3.1 Defenisi Hospitalisasi ... ... 15

2.3.2 Perilaku Maladaptif Anak Usia Sekolah selama Hospitalisasi ... ... 15

2.4 Studi Fenomenologi ... ... 16

Bab 3. Metodologi Penelitian ... 20

3.1 Desain Penelitian ... 20

3.2 Partisipan ... 20

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.3.1 Lokasi Penelitian ... ... 21

3.3.2 Waktu Penelitian ... ... 21

3.4 Pertimbangan Etik ... 21

3.5 Instrumen Penelitian... 22

3.6 Pengumpulan Data ... 23

3.7 Analisa Data ... 24

3.8 Keabsahan Data ... 26

Bab 4. Hasil dan Pembahasan……….. 28

4.1 Hasil Penelitian ... 28


(4)

viii

4.3 Pengalaman Anak Usia Sekolah dengan Penyakit Kronis di RSUP H

Adam Malik Medan ... 29

4.3.1 Mengalami Masalah Psikologi ... 30

4.3.2 Mengalami Perasaan Senang saat Hospitalisasi ... 32

4.3.3 Melakukan Kegiatan untuk Pengalihan Masalah Psikologis ... 34

4.3.4 Mengetahui Pengobatan yang Dijalani ... 36

4.3.5 Mendapat Dukungan dari Orang Terdekat ... 38

4.4 Pembahasan ... 41

4.4.1 Mengalami Masalah Psikologis ... 42

4.4.2 Mengalami Perasaan Senang saat Hospitalisasi ... 44

4.4.3 Melakukan Kegiatan untuk Pengalihan Masalah Psikologis 45

4.4.4 Mengetahui Pengobatan yang Dijalani ……… 46

4.4.5 Mendapat Dukungan dari Orang Terdekat ……….. 47

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

………

49

5.1 Kesimpulan……….. 49

5.2 Saran……… 49

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan……… 50

5.2.2 Bagi Praktik Pelayanan Keperawatan……….. 50

5.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan………... 50

Daftar Pustaka………. 51

Lampiran 1. Inform Consent

Lampiran 2. Data Demografi Lampiran 3. Panduan Wawancara Lampiran 4. Jadwal tentatif penelitian Lampiran 5. Surat ijin penelitian Lampiran 6. Surat etik


(5)

Lampiran 8. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 9. Dana Penelitian


(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 KarakteristikPartisipan……….. ... 29 Tabel 5.1 MatriksTema……….... ... 39