Hasil pengujian validitas dan kelayakan video pembelajaran pembuatan

105 Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah tahap pengembangan produk yang terdiri dari tiga pokok pengembangan yaitu: pra produksi, produksi dan pasca produksi. Tahap pertama yaitu pra produksi meliputi penentuan ide, analisis sasaran, penyusunan draf garis besar isi materi video GBIMV, jabaran materi video JMV, penyusunan naskah video dan pengkajian naskah. Tahap kedua yaitu produksi meliputi rembuk naskah, penentuan tim produksi, casting, hunting, crue metting, dan shooting. Tahap ketiga atau yang terakhir adalah pasca produksi meliputi editing penggabungan dan pemilihan gambar, mixing pengisian suara musik dan narator. Pada setiap tahap pengembangan dikonsultasikan dan diawasi oleh ahli media pembelajaran dan ahli materi sehingga video yang dihasilkan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menghasilkan video pembelajaran yang menarik, mudah dipahami, dan layak digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa dan guru.

2. Hasil pengujian validitas dan kelayakan video pembelajaran pembuatan

batik tulis yang akan digunakan sebagai media pembelajaran Pada tahap validasi ahli materi dan ahli media, para ahli memberikan penilaian, komentar, dan saran terhadap video pembelajaran baik dari aspek kesesuian video pembelajaran dilihat dari relevansi materi, terhadap silabus. Maupun dari aspek kesesuaian video pembelajaran yang dilihat dari aspek kaidah dan manfaat, aspek peralatan produksi program, aspek prosedur pengembangan video pembelajaran, aspek tata laksana dan aspek pembuatan 106 naskah video pembelajaran. Berdasarkan penilaian ahli materi dan ahli media, video pembelajaran keterampilan membatik ini menunjukkan tingkat kevalidan yang tinggi sehingga bisa digunakan untuk uji coba peserta didik dalam proses pembelajaran setelah melalui proses revisi. Berdasarkan hasil penelitian pada kategori kelayakan menunjukkan bahwa video pembelajaran pembuatan batik tulis dilihat dari aspek materi sejumlah 3 orang responden diperoleh skor keseluruhan responden adalah 30 dan nilai meanrerata adalah 10, sehingga bila dilihat pada kategori kelayakan video pembelajaran pembuatan batik tulis ditinjau dari ahli materi termaksuk dalam kategori layak dengan presentase dari 3 orang responden adalah 100. Aspek materi mancakup relevansi materi dengan silabus sekolah, keruntutan materi, kejelasan materi, kelengkapan materi dan sistematika materi. Sedangkan tingkat kelayakan video pembelajaran dilihat dari aspek media sejumlah 3 orang responden, diperoleh skor keseluruhan responden adalah 48 dengan nilai meanrerata adalah 16 sehingga bila dilihat pada kategori kelayakan video pembelajaran pembuatan batik tulis yang ditinjau dari ahli media pembelajaran termaksuk dalam kategori layak dengan hasil presentase dari 3 orang responden adalah 100. Hal ini dapat menunjukkan bahwa berdasarkan aspek media, video pembelajaran pada standar kompetensi pembuatan batik tulis layak digunakan untuk proses pembelajaran. Aspek media pembelajaran juga mencakup tujuan media pembelajaran, karakteristik media pembelajaran, kriteria media, unsur suara, unsur visual, format naskah dan unsur 107 interaksi yang ada pada video pembelajaran. Penggunaan video pembelajaran ini dapat menjadi alat bantu pada proses pembelajaran, media digunakan sebagai sarana komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan perhitungan kelayakan media video pembelajaran pembuatan batik tulis dari uji coba skala kecil dengan jumlah responden 10 diperoleh skor dengan kategori sangat layak dicapai oleh 6 orang 60, layak dicapai oleh 3 orang 30 sedangkan kurang layak hanya dicapi oleh 1 orang 10. Data tersebut menunjukkan bahwa pada kategori kelayakan video pembelajaran pembuatan batik tulis pada uji coba kelompok kecil termasuk dalam kategori sangat layak. Sedangkan perhitungan kelayakan media video pembelajaran pembuatan batik tulis dari uji coba skala besar dengan jumlah responden 32 diperoleh skor pada kategori sangat layak dicapai oleh 12 orang 37.5, layak dicapai oleh 17 orang 53.13 sedangkan kurang layak hanya dicapi oleh 3 orang 9.37. Data tersebut menunjukkan bahwa pada kategori kelayakan video pembelajaran pembuatan batik tulis pada uji coba kelompok besar termasuk dalam kategori layak. Sehingga dari kesimpulan penelitian video pembelajaran pembuatan batik tulis merupakan media yang layak digunakan sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal membatik. Menurut hasil penelitian media video pembuatan batik tulis ini dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk 108 mempelajari proses membatik karena dari 32 peserta didik yang menyatakan sangat layaksangat menarik sejumlah 12 orang 37.5 dan layakmenarik sejumlah 17 orang 53.13. Dengan ini peserta didik menyatakan media video ini menarik dan membuat mereka lebih semangat untuk menyelesaikan tugas praktek membatiknya.

3. Tanggapan siswa terhadap video pembelajaran pembuatan batik tulis