Tahapan Menjadi Perokok Tipe Perokok

c Teori Tingkat Perubahan Perilaku Stage of Change Prochaska Awal tahun 1980-an James Prochaska memperkenalkan konsep SCM Stage of Change Model untuk memahami perubahan perilaku. Selanjutnya teori ini dikembangkan oleh beberapa pakar menjadi konsep yang lebih spesifik menjadi kerangka untuk menghentikan kebiasaan merokok Smoking Cessation konsep ini dinamakan transtheoretical Model karena merupakan penggabungan dari konsep yang diteliti oleh masing-masing pakar. Secara bertahap konsep ini membentuk sebuah kerangka bagi seorang pecandu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya, berikut penjelasannya: 1. Proses Perubahan “Experiental” a. Consciousness Raising Increasing Awareness b. Dramatic Relief Emotional Arousal c. Environmental Reevalution Social Reapprisal d. Social Liberation Environmental Opportunities e. Self Reevaluation Self Reappraisal 2. Proses Perubahan “Behavioral” a. Stimulus Control Re-engineering b. Helping Relationship Supporting c. Counter Conditioning Substituting d. Reinforcement Management Rewarding e. Self Liberation Committing

C. Larangan Merokok

1. Peraturan Larangan Merokok Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Sejak tahun 1999, melalui PP 192003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Peraturan Pemerintah tersebut, memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian enam pasal 22 – 25. Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Kesehatan merupakan hak fundamental masyarakat, dan negara berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan termasuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan diantaranya masalah rokok. Mengingat asap rokok tidak hanya membahayakan perokok, tetapi membahayakan orang disekitarnya yang menghirup asap rokok atau perokok pasif. Berkaitan dengan itu pemerintah melalui Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan Pemerintah Daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya.

2. Kawasan Tanpa Rokok

Kawasan yang bebas dari asap rokok merupakan satu-satunya cara efektif dan murah untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok orang lain. Menurut WHO cost effectiveness akan naik apabila kawasan tanpa asap rokok dilaksanakan secara komprehesif dengan strategi pengendalian tembakau lainnya. Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, danatau mempromosikan produk tembakau. KTR meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat lain yang ditetapkan. Namun belum menerapkan 100 Kawasan Bebas Asap Rokok karena masih dibolehkan membuat ruang khusus untuk merokok dengan ventilasi udara di tempat umum dan tempat kerja. Dengan adanya ruang untuk merokok, kebijakan kawasan tanpa rokok nyaris tanpa resistensi. Pada kenyataannya, ruang merokok dan ventilasi udara kecuali mahal, kedua hal tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif untuk melindungi perokok pasif, disamping rawan manipulasi dengan dalih hak azasi bagi perokok. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, juga mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Bagian Ketujuh Belas, Pengamanan Zat Adiktif, pasal 115. Menindak lanjuti pasal 25 PP 192003, beberapa pemerintah daerah telah mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. a. Surabaya Surabaya merupakan kota pertama yang mempunyai Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok secara ekskusif, yaitu Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok. Perda ini membagi 2 kawasan yaitu