Beberapa Faktor yang Mendukung Teknik Permainan

dalam posisi full barre lingkaran merah dan pada birama 16 dan birama 17 terdapat akor A Mayor dan akor Bes Mayor dalam posisi half barre.

C. Beberapa Faktor yang Mendukung Teknik Permainan

Pada pembahasan sebelumnya mengenai teknik permainan gitar klasik dalam lagu Grand Solo Op.14 sudah dijelaskan bahwa teknik permainan yang digunakan yakni Apoyando, Tirando, Tremolo, Damper, Slur, dan Barre. Teknik Slur menjadi ciri khas pada karya ini karena polanya yang unik.Di luar teknik permainan yang telah dijelaskan pada subbab pembahasan sebelumnya terdapat pula faktor-faktor yang menjadi pendukung teknik permainan gitar klasik yang mana hal ini sangat perlu diperhatikan oleh gitaris klasik.Adapun faktor-faktor pendukung tersebut yakni; 1 speed, 2 power, 3 tone colour, 4 economic movement, 5 kesehatan dan ketahanan fisik.Seorang gitaris klasik perlu memperhatikan ke 5 hal tersebut karena sangat erat kaitannya dengan teknik permainan gitar klasik. Pada Grand Solo Op.14 banyak ditemui beberapa bagian yang menggunakan speed, karena Grand Solo Op.14 termasuk ke dalam jenis lagu yang bertempo cepat. Terdapat dua bagian dalam Grand Solo Op.14 yakni bagian Introduction yang dimainkan dalam tempo sedang dan bagian Allegro yang dimainkan dalam tempo cepat. Bagian Allegro memiliki jumlah birama yang lebih banyak dari bagian sebelumnya sehingga Grand Solo lebih dominan dimainkan dalam tempo cepat. Biasanya pada sebuah lagu,speed berkaitan dengan penggunaan tempo, harga notasi, dan teknik permainan. Sementara itu pada Grand Solo Op.14speed digunakan sebagai perubah tempo pada bagian Allegro,sehingga terjadi perubahan tempo yang signifikan dari bagian sebelumnya. Selain sebagai perubah tempo, pada bagian Allegro speed juga digunakan pada pola permainan Slur dan Arpeggio dengan harga not seperenambelas. Speed digunakan dalam pola permainan Slur. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam Grand Solo Op.14 Sor banyak menerapkan pola permainan Sluryang sebagian besar dengan harga not seperenambelasan dan tanda hias acciacatura dengan harga not serupa. Birama 29 33 Gambar 24. Birama 29-36 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Seperti yang terlihat pada gambar 24, di birama 32 teknik slur yang digunakan menggunakan pola slur turun pull ofdescending slur yang dimainkan di senar 2 pada ketukan kedua dan ketiga, di senar 1 pada ketukan ke 3 dan ketukan keempat pada nada pertama dan kedua, dan kembali ke senar 2 pada nada ketiga dan keempat pada ketukan keempat, kemudian pada birama 33 teknik Slur dimainkan sebagai nada hias acciacatura pada nada pertama di birama tersebut. Pada wawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A menyatakan bahwa; “Dalam memainkan bagian sulit yang membutuhkan speed, yang terpenting itu pertama kita harus tahu dulu, perhatikan apakah pengoperasian jari yang digunakan itu sudah tepat belum, karena kalau jarinya aja gak tepat itu bisa menghambat permainan.” Menurut pendapat Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.Adalam memainkan bagian yang membutuhkan speed, hal pertama yang perlu diperhatikanadalah pengoperasian jari yang digunakan untuk bermain ataufingeringnya.Jika dilihat pada partitur yang digunakan, tidak ditemukan adanya petunjuk untukfingering, dengan kata lain gitaris bebas untuk menentukan fingering.Hal tersebut seperti yang diungkapkan Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 17 April 2015 sebagai berikut; “Hmm karena disini partitur Grand Solo tidak ada fingeringnya, jadi kamu harus mengolah sendiri. Nah sekarang fingering yang memungkinkan untuk disini itu gimana? Ada banyak cara ...” Pada birama 32, bagian tersebutdimainkan di senar kedua lingkaran berwarna biru dan ungu dan senar pertama lingkaran berwarna hijau, kuning, dan coklat. Adapun cara memainkanya dimulai dari senar ke dua lingkaran biru. Terdapat nada E yang ditekan dengan jari ke 2, nada Dis yang ditekan dengan jari ke 1 , nada Fis yang ditekan dengan jari ke 4 ,nada E yang ditekan dengan jari ke 2, nada G yang ditekan dengan jari ke 2, nada Fis yang ditekan dengan jari ke 1, nada A yang ditekan dengan jari ke 4, dan nada G yang ditekan dengan jari 2 dimainkan secara horizontal pada satu senar dan dipetik menggunakan teknik Tirando dengan urutan jari m, i, m, i.Sementara itu, teknik Slur terdapat diantara nada E-Dis, Fis-E, G-Fis, dan A-G dimainkan dengan jari yang telah digunakan untuk menekan nada-nada sebelumnyadengan urutan fingering yakni jari 2, 4, 2, dan 4. Terdapat nada E dalam posisi open string pada senar pertama lingkaran hijau, nada Cis yang ditekan dengan jari ke 4, nada B yang ditekan dengan jari ke 2, dan nada A yang ditekan dengan jari 1 lingkaran kuning dipetik dengan Tirando menggunakan jari a, m, a, kemudian nada G ditekan dengan jari ke 3 dan nada Fis ditekan dengan jari ke 2 dimainkan pada senar 2 lingkaran ungu dipetik dengan Tirando menggunakan jari i dan nada E pada pertama dalam posisi open string lingkaran coklat dipetik dengan Tirando menggunakan jari m. Slur terdapat diantara nada Cis-B dan G-Fis yang dimainkan menggunakan jari 4 dan 3. Posisi ini memanfaatkan nada E senar pertama dalam posisi open string sebagai manuver pada jari ketika bermain speed sehingga akan lebih mudah untuk pindah pada posisi berikutnya.Sementara itu pada birama 33 Slur digunakan sebagai nada hias acciacaturapada nada D di senar ke dua yang dimainkan menggunakan jari 2, 4, 2, 1, 2. Untuk melatih bagian tersebut mulailah bermain dengan tempo yang lambat dengan memperhatikan pengoperasian jarinya. Apabila sudah tidak ada kendala pada fingering, kemudian tambahkan temponya secara perlahan. Birama 85 89 Gambar 25. Birama 85-90 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Speeddalam pola permainan Slur juga terdapat padabirama 88 hingga birama 91lingkaran merah. Berbeda dengan birama 32 dan 33, pada bagian ini teknikSlurdimainkan dengan pola descending ke arah open string lingkaran berwarna biru. Adapun fingering yang digunakan untuk memainkan bagian ini yakni, pada birama 88 diketukan kedua dan ketukan ketiga, jari ke 1 digunakan untuk menekan nada Fis di senar 1, jari 3 digunakan untuk menekan nada Dis di senar 2, posisi open string pada nada E di senar 1, jari 1 digunakan untuk menekan nada Gis pada senar 1, posisi open string pada nada E di senar 1, jari 4 digunakan untuk menekan nada B di senar 1, jari 1 kembali digunakan untuk menekan nada Gis di senar 1, posisi open string pada nada E di senar 1 dipetik menggunakan teknik Tirando dengan urutan jari i, i, m, i, m, i. Kemudian pada birama 89 diketukan kedua dan ketukan ketiga, jari 1 digunakan untuk menekan nada Fis di senar 1, jari 3 digunakan untuk menekan nada Dis di senar 2, posisi open string pada nada E di senar 1, jari 1 digunakan untuk menekan nada A di senar 1, posisi open string pada nada E di senar 1, jari 4 digunakan untuk menekan nada Cis pada senar 1, jari 1 kembali digunakan untuk menekan nada Gis di senar 1, posisi open string pada nada E di senar 1 dipetik menggunakan teknik Tirando dengan jari i, i, m, i, m, i. Pada birama 88 Slur terdapat diantara nada Fis-E, Gis-E, B-Gis. Pada nada Fis-E Slurdimainkan dengan jari 1 yang ditarik ke bawah setelah digunakan untuk menekan nada Fis sehingga Slur digunakan untuk memainkan nada E pada posisi open string.Pada nada Gis-E fingering untuk memainkan Slur sama dengan nada sebelumnya akan tetapi pada nada Gis-E jari 1 digunakan untuk menekan nada Gis pada senar 1. Sementar itu pada nada B-Gis Slur digunakan untuk memainkan nada Gis di senar 1. Slur dimainkan dengan jari 4 yang ditarik ke bawah setelah jari tersebut digunakan untuk menekan nada B di senar 1. Lalu pada birama 89 Slur terdapat diantara nada Fis-E, A-E, Cis-A. Pada nada Fis-E dan nada A-Efingeringyang digunakan untuk memainkan Slur sama dengan yang digunakan pada nada Fis-E dan nada Gis-E di birama 88. Pada nada Cis-A fingering yang digunakan untuk memainkan Slur pun sama dengan yang digunakan pada nada B-Gis di birama 88. Sementara itu birama 90-91 merupakan pengulangan dari birama-birama sebelumnya. Untuk melatih bagian ini, mainkanlah dalam tempo lambat terlebih dahulu agar bunyi yang dihasilkan jelas terutama pada bagian Slurke arah senar terbuka. Mainkanlah bagian tersebut denganberulang-ulang untuk membiasakan pergerakan jari tangan kiri dalam melakukan perpindahan posisi serta sinkronasi antara pergerakan jari tangan kiri dan tangan kanan dalam memainkan bagian ini kemudian tambahkan temponya secara bertahap. Speed digunakan dalam pola permainan Arpeggio. Dalam lagu Grand Solo Op.14 terdapat banyak pola permainan Arpeggio dalam not seperenambelasanyang harus dimainkan dengan cepat. Seperti pada gambar 26 pola permainan Arpeggio terdapat di birama 141 sampai 148 lingkaran merah. Birama 141 144 147 Gambar 26. Birama 141-148 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Di birama 141 sampai 148 terdapat progresi akor yang terdiri dari akor A Mayor, G diminished, D minor dalam posisi pembalikan kedua, dan E dimished yang dimainkan dalam pola permainan Arpeggio dengan nilai not seperenambelas lingkaran merah. Dibagian ini kemampuan tangan kanan dalam bermain speed sangat dibutuhkan, karena jari tangan kanan digunakan dalam memainkan pola Arpeggio sementara jari tangan kiri yang digunakan untuk memainkan akor. Di bagian ini pola Arpeggio yang digunakan adalah pola dengan gerakan Arpeggio turun, yaitu gerakan jari dalam memainkan Arpeggio hanya bergerak turun dari posisi senar atas ke senar paling bawah. Adapun fingering yang digunakan yakni jari p, i, m, a. Sama seperti bagian-bagian yang membutuhkan speed lainnya, untuk melatih bagian inimulailah bermain dengan tempo lambat terlebih dahulu agar tangan kanan dapat memainkan Arpeggio dengan bersih dan intonasi yang jelas dan melatih jari tangan kiri dalam berpindah akor, kemudian naikkan temponya secara bertahap. Faktor berikutnya yang mempengaruhi teknik permainan gitar klasik ialah power. Power adalah besar kecilnya kekuatan yang digunakan dalam bermain musik, sehingga dapat menghasilkan variasi padavolume sesuai dengan besar kecilnya power yang digunakan. Biasanya pada sebuah lagu,power identik dengan penggunaan tanda ekspresi dan dinamik seperti piano, forte, cressendo, decressendo, sforzando, rinforzando, molto, grazioso dan sebagainya.Seorang gitaris klasik sangat perlu memiliki kemampuan dalam mengontrol power dengan baik karena dengan memiliki kemampuan tersebut seorang gitaris dapat memainkan sebuah lagu dengan baik pula. Padawawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A menyatakan bahwa; “Dalam memainkan bagian sulit tiap gitaris punya caranya masing- masing ...” Berdasarkan pernyataan tersebut telah diketahui bawah tiap-tiap gitaris memiliki cara atau pendekatan dalam mengolah sesuatu hal yang berkaitan dengan permainan. Maka jika pernyataan tersebut hubungkan dengan power, dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya power yang digunakan tergantung pada penginterpretasian tiap gitaris dalam membawakan sebuah lagu. Birama 1 5 Gambar 27. Birama 1-7 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Penggunaanpower sudah terlihat sejak di awal lagu yakni pada bagian Introduction. Seperti yang terlihat pada gambar di atas yakni di birama 1 sampai dengan ketukkan pertama di birama 2 dan di birama 3 sampai dengan birama 5 merupakan frase antiseden yang berupa rangkaian chord melody yang harus dimainkan dengan lembut karena terdapat tanda ekspresi piano pada birama- birama tersebut. Sedangkan pada birama 2 dan 6 lingkaran merah merupakan frase konsekuen dari frase antiseden pada birama-birama sebelumnya yang harus dimainkan dengan keras karena terdapat tanda ekspresi forte. Birama 26 Gambar 28. Birama 26 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Kemudian pada saat masuk ke bagian Allegro permainan power makin lebih terasa dari bagian sebelumnya. Seperti tampak pada gambar di atas pada birama 26 yang merupakan frase antiseden pertama pada bagianAllegro yang harus dimainkan keras forte. Bagian ini hanya dimainkan pada dua senar yakni senar ke 5 dan senar ke 6, yang mana bagian melodi terdapat pada senar 5 lingkaran merah dan senar 6 lingkaran biru sebagai iringannya. Kesan megah terasa ketika memainkan bagian ini, karena merupakan pembuka pada bagian Allegro yang bernuansa kontras dari bagian sebelumnyayang bertempo sedang dan dimainkan dalam tangga nada minor. Adapun cara memainkan bagian ini adalah menggunakan teknik petikan Apoyando dengan jari p ibu jari tangan kanan agar bunyi yang dihasilkan lebih keras dan jelas. Namun, seorang gitaris sebaiknya tetap mengontrol power yang digunakan untuk menghindari buzzing pada senar 6dalam posisi open stringdengan tuningdrop D. Kemudian faktor pendukung teknik permainan berikutnya ialah tone colour. Tone colourmerupakan cara untuk memberikan karakter bunyi yang beragamsesuai dengan kehendak pemain musik. Sementara itu pada gitar klasik tone colour dapat dimainkan dengan berbagai cara, seperti cara gitaris dalam membentuk kuku yang digunakan untuk memetik senar, penggunaan teknik petikan, posisi dalam memetik senar, dan posisi penjarian dalam memainkan suatu bagian yang sama pada sebuah lagu dengan senar yang berbeda pada posisi sebelumnya. Dengan kata lain tone colour digunakan untuk memberikan roh pada musik yang sedang dimainkan memalui berbagai cara yang telah disebutkan di atas. Pada Grand Solo Op.14 tone colour lebih sering digunakan untuk memberikan perbedaan dalam memainkan bagian sama yang diulang dan sebagai pembeda antar frase.Tone color sering dimainkan dengan cara penggunaan teknik petikan yang berbeda dan merubah posisi tangan kanan pada posisi sulponticelo memetik senar yang berada dekat dengan bridge maupun sul tasto memetik senar yang letaknya berada dekat dengan lubang resonansidalam memetik senar pada bagian sama yang diulang. Faktor pendukung teknik permainan lainnya ialah economic movement. Mengingat Grand Solo Op.14 tergolong lagu yang memiliki tingkat kesulitan yang terbilang tinggi sehingga sulit untuk dapat memainkannya dengan baik. Terdapat beberapa bagian yang dianggap memiliki posisi lebih sulit dari bagian lainnya dan menjadi titik rawan dalam memainkan karya ini, sehingga pada bagian-bagian tersebut perlu perhatian khusus dalam latihan. Economic movement tidak selalu merupakan bagian dengan jumlah birama yang banyak, terkadang hanya terdapat pada beberapa birama bahkan beberapa ada saja dalam satu birama. Hal yang membuat menjadi sulit biasanya karena adanya kombinasi teknik permainan, perubahan posisi penjarian yang ekstrim, perpindahan posisi dengan jarak yang jauh dari posisi sebelumnya. Birama 74 Gambar 29. Birama 74 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Seperti yang terlihat pada gambar 29, terdapat kombinasi teknik antara pola permainanArpeggio dan teknik Slur yang membutuhkan sinkroninasi yang baik antara jari tangan kanan dan jari tangan kiri lingkaran merah dalam memainkan bagian tersebut. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 sebagai berikut; “Nah dibagian ini juga ada kombinasi teknik antara arpeggio dan slur, hati-hati disini rawan cross pergerakan jarinya terutama jari tangan kanan. Cara latihannya ya pelan dulu pake metronome sampe kamu bisa cepet, perhatikan pergerakan jarinya jangan sampai ada yang cross.” Nada E pertama pada ketukkan pertama yang dimainkan di senar 4dan nada Fis pada ketukkan kedua yang dimainkan di senar 1 lingkaran biru, kedua nada tersebut ditekan menggukanan jari 1 secara bergantin. Setelah jari 1 menekan nada E pada senar 4 kemudian jari tersebut langsung berpindah senar untuk menekan nada Fis, hal tersebut menjadi sangat sulit ketika dimainkan dengan tempo cepat. Untuk melatih bagian sulit tersebut mulailah memainkannya dengan tempo lambat dan perhatikan pergerakan jari pergerakan jari tangan kanan dalam bermain Arpeggiojangan sampai terjadi gerakan jari yang cross karena akan menghambat permainan. Birama 94 Gambar 30. Birama 94-95 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Bagian lain yang dianggap lebih sulit untuk dimainkan dari bagian lainnya terdapat pada birama 94 dan birama 95. Terlihat pada gambar di atas pada birama- birama tersebut kesulitan terdapat pada perpindahan posisinya, yakni pada akor E Mayor dalam posisi barre berpindah ke akor A Mayor yang disambung dengan permainan pattern scale pada akor tersebut. Adapun cara untuk mengatasi bagian tersebut adalah dengan memainkan trik,dengan cara sedikit agak melebarkan tempo dibagian sulit tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A pada wawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 sebagai berikut; “Dalam mengatasi bagian sulit tiap gitaris punya caranya masing-masing misalnya dibagian ini bisa dibuat semacam trik, misal khusus dibagian ini temponya agak dilebarin sedikit, tapi inget jangan sampai merubah tempo secara drastis karena dapat mempengaruhi interpretasi lagu secara keseluruhan, jadi khusus dibagian sulit aja agak dikasih perubahan itu gak masalah.” Jika dilihat pada gambar 30,progresi akor E Mayor dan akor A Mayor pada birama 94 dan 95 merupakan half cadence dari rangkaian frase padabagian sebelumnya, sementara itu permainan pattern scale pada akor A Mayor adalah awal dari frasebaru.Sehingga apabila pada bagian tersebut temponya agak sedikit diturunkan tidak jadi masalah selama tidak merubah interpretasi lagu secara keseluruhan sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A di atas. Birama 216 Gambar 31. Birama 216-217 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Bagian terakhir yang dianggap lebih sulit dari bagian lainnya terdapat pada birama 216-217. Tampak pada gambar di atas terdapat posisi yang sulit dimainkan dengan tempo cepatyaitu pada perpindahan posisi antara nada C, E, dan A di kolom V ke akor B7 di kolom ke II lingkaran merah, kedua posisi ini sama-sama dimainkan menggunakan teknik barre sehingga apabila dimainkan dalam tempo yang cepat pergerakan tangan kiri sulit berpindah posisi dengan tepat. Serupa dengan birama 216 dan birama 217, khusus pada bagian ini sebaiknya tempo agak sedikit dilambatkan, untuk memberi kesempatan jeda waktu pada jari 1 untuk berpindah posisi dengan teknik barre dari kolom V ke kolom II dengan lebih halus. Pada saat jari 1 sudah berada di kolom II ketika memainkan pola Arpeggio dalam akor B7 tempo harus sudah kembali seperti semula. Selanjutnya faktor yang terakhir ialah kesehatan fisik. Kesehatan fisik mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam berbagai hal tak terkecuali dalam bermain gitar klasik. Oleh karena dengan memiliki kesehatan fisik yang baik seorang gitaris akan lebih mampu memainkan sebuah lagu dengan baik. Dalam bermain gitar klasik kesehatan fisik lebih mengacu pada staminaatau daya tahan tubuh. Grand Solo Op.14 adalah lagu yang berdurasi cukup panjang sehingga untuk dapat memainkannya seorang gitaris harus memiliki stamina yang baik. Stamina dapat dilatih yaitu dengan cara rutin melakukan pemanasan sebelum bermain lagu. Adapun pemanasan yang dimaksud ialah melakukan gerakan ringan pada anggota tubuh seperti pada leher, padakedua lengan,pada kedua pergelangan tangan, dan pada pinggang dan melatih teknik-teknik dasar seperti teknik petikan Apoyando dan Tirando, Slur maupun bermain tangga nada. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A pada wawancara yang dilakukan pada tanggal 17 April 2015; “Gak cuma kalau mau olahraga aja sih, mau main gitar juga perlu pemanasan dan gak cuma fingering dalam hal ini pemanasan anggota tubuh kita kayak pergelangan tangan, pinggang dan sebagainya. Cara kita duduk dan bermain gitar juga mempengaruhi ketahanan tubuh juga, kalau gak nyaman atau ada yang salah posisi nanti bisa cedera jadi hal- hal semacam ini perlu diperhatikan.” Sesuai dengan yang diungkapan oleh Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A di atas bahwa selain melakukan pemanasan untukmelatihstamina,seorang gitaris pun sangat perlu untuk memperhatikan hal- hal pendukung dalam berlatih sepertisikap duduk dan posisi tangan dalam bermain gitar. Kedua hal tersebut berpengaruh pada kesehatan fisik gitaris karena jika tidak dilakukan dengan baik dapat menimbulkan cedera. Selain itu latihan yang terlalu lama dan berlebihan pun tidak baik karena dapat menimbulkan cedera terutama pada otot-otot jemari. Cedera pada jemari merupakan masalah besar bagi pemain gitar oleh karena jemari merupakan bagian tubuh paling vital yang digunakan untuk bermain gitar. Penyakit tremor adalah penyakit syaraf yang biasa menyerang pemain gitar akibat latihan yang terlalu over sehingga menyerang syaraf-syaraf terutama pada jemari, penyakit ini menjadi momok yang menakutkan bagi para pemusik yang bermain instrument termasuk gitaris. Mengingat betapa pentingnya kesehatan dalam bermain gitar sudah seharusnya gitaris selalu menjaga kesehatan fisiknya dengan cara selalu melakukan pemanasan sebelum bermain lagu, memperhatikan sikap duduk dan posisi tangan dalam bermain gitar, dan tidak berlebihan dalam berlatih demi kelancaran dalam bermain musik.

D. Pembahasan