Deskripsi Penggunaan Teknik Permainan Gitar Klasik Pada Grand Solo

d. Coda

Bagian coda pada lagu ini berjumlah 30 birama, dimulai dari birama 245 hingga birama 274. Berikut ini adalah penjelasan mengenai bagian coda pada lagu Grand Solo Op.14: Tabel 6. Coda pada lagu Grand Solo Op.14. No. Bagian Birama Keterangan

1. Coda

245-274 30 Birama. Dimainkan dalam tangga nada D mayor

B. Deskripsi Penggunaan Teknik Permainan Gitar Klasik Pada Grand Solo

Op.14 Karya Fernando Sor Teknik permainan merupakan komponen utama dari serangkaian komponen pembentuk lagu lainnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya pada gitar klasik terdapat beraneka macam teknik permainan dan telah banyak mengalami perkembangan. Sementara itu, Grand Solo Op.14 Sor menerapkan teknik permainan gitar klasik yang standar seperti teknik Apoyando, Tirando,Tremolo, Damper, Slur, dan Barre namun meskipun demikian Sor sangat pandai dalam mengolah teknik-teknik tersebut sehingga sulit untuk dimainkan dengan baik.Hal ini diungkapkan Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 April 2015; A mayor. “Kalau saya ditanya teknik apa saja yang digunakan disitu ya seperti yang kamu bilang slur, tremolo, apoyando, tirando, barre yang jelas kalau tangan kanan ya ada permainan arpeggio, arpeggio ada macam- macam, ada yang model tremolo, ada yang model interval, ada yang model scale ya sedikit. Kalau tangan kiri ada barre terus ada damper juga, hmm kurang lebih begitu.” Adapun teknik permainan gitar klasik yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 adalah : 1Apoyando, 2Tirando,3Tremolo, 4Damper, 5Slur,dan 6Barre. Dalam bermain gitar klasik untuk memproduksi nada terdapat beberapa cara dengan menggunakan teknik petikan, salah satunya adalah menggunakan teknik Apoyando. Teknik Apoyando biasanya digunakan untuk memainkan melodi-melodi tunggal tanpa iringan akor maupun harmoni.Adapun cara memainkan teknik ini adalah dengan menyandarkan jari yang telah digunakan untuk memetik senar pada senar yang ada di atas maupun di bawahnya. Dalam karya ini teknik Apoyando terbilang jarang digunakan karena sebagian besar melodinya terdapat diantara pola permainan akor, sehingga apabila dimainkan menggunakan teknik ini akan mematikan bunyi akor sebagai pengiring dari melodi. Birama 26 27 28 Gambar 12. Birama 26, 27, dan 28 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Seperti yang terlihat pada gambar 12, pada birama 26teknik Apoyando lingkaran merah digunakanuntuk menghasilkan bunyi yang lebih keras dan jelas karena birama tersebut adalah bagian pembuka ketika masuk ke dalam tema I pada bagian Allegro. Teknik inisecara otomatis digunakan ketika memainkan nada pertama pada birama ini lingkaran biru karena dimainkan secara bersamaan di dua senar berbeda yang berdekatan jaraknya double stroke yaitu di senar 6 dan senar 5. Walaupun terdapat satu nada sebagai iringan, melodi tersebut dapat dimainkan dengan teknik Apoyando tanpa mematikan sustain dari nada pengiringnya, karena melodi terdapat disenar ke 5 sementara pengiringnya terdapat pada senar ke 6. Jari yang digunakan untuk memainkan teknik ini adalah ibu jari dengan gerakan mengarah ke arah bawah, dengan kata lain ibu jari digerakkan dari senar 6 ke arah senar 5 sehingga tidak akan mematikan sustain dari senar 6 yang lebih dahulu dibunyikan. Bagian ini merupakan pembuka pada bagian Allegro, menurut Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 April 2015 sebagai berikut; “Nah misalkan yang ini, karena ini kan bagian pembuka dari bagian yang baru, dimainkannya beda dari bagian sebelumnya, salah satu caranya ya misal tone colournya dibuat beda, misal lebih ke ponticello biar kerasa megah juga.” Dari ungkapan tersebut bagian iniakan lebih baik apabila dimainkan pada posisi sul ponticelloyaitu memetik senar pada posisi dekat dengan bridge untuk memberikan karakter bunyi bass yang lebih keras dan memberikan kesan megah pada frase antiseden pembuka pada bagian Allegro tersebut. Di bagian lain dalam Grand Solo Op.14 teknik Apoyandodigunakan sebagai awal dari permainan pola Arpeggio. Seperti yang terlihat pada gambar 13, pada birama131, 132, 135, 136 dan birama 141 hingga 148. Birama 129 130 131 132 135 Gambar 13. Birama 129-137 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Sama seperti padabirama 26,di birama-birama tersebut teknik Apoyando yang digunakan bersifat double stroke lingkaran berwarna merah,akan tetapi pada bagian ini setelah memainkan teknik Apoyandolangsung disusul dengan pola permainan Arpeggiosehingga sulit untuk menjaga artikulasi nada ketika dimainkan dalam tempo cepat.Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 menyatakan bahwa; “Apoyando itu kan berat gitu ya kalau dimainin, sementara arpeggio dimainin pake tirando yang gerakannya ringan, ada kombinasi teknik dibagian ini jadi kalau untuk melatihnya ya pelan dulu pake metronome biar bersih dan artikulasi nadanya jelas.” Kombinasi teknik antara Apoyando dan Tirando menjadi tantangan bagi gitaris klasik untuk dapat memainkan bagian tersebut dengan baik. Sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Rahmat Raharjo, S.Sn., M.S.n, L.Mus.Auntuk mengatasi bagian sulit tersebut dapat dilakukan dengan cara melatihnya dalam tempo lambat terlebih dahulu dan memainkannya secara berulang-ulang agar bunyi yang dihasilkan mempunya clarity yang baik, terutama pada nada yang dimainkan menggunakan teknik Apoyando. Teknik petikan lain yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 ialah teknik Tirando.Cara memainkan teknik ini adalah dengan tidak menyentuhkan jari yang digunakan untuk memetik pada senar yang ada di atasnya. Dengan kata lain setelah digunakan untuk memetik senar jari tersebut tidak menyentuh pada senar berikutnya. Dalam memainkan Grand Solo Op.14 dapat dikatakan teknik ini sangat sering digunakan untuk bermain Akor dan Arpeggio. Birama 123 Gambar 14. Birama 123-128 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Seperti yang terlihat pada birama 123 hingga birama 128 lingkaran merah, teknik Tirando digunakan untuk memainkan akor-akor pada bagian Development tersebut. Sementara itu masih pada bagian yang sama, di birama 131 dan 132 lingkaran merahteknik Tirando digunakan untuk memainkan pola permainanArpeggioseperti yang terlihat pada gambar 15. Birama 129 132 Gambar 15. Birama 129-134 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Selain Apoyando dan Tirando masih terdapat satu teknik petikan lagi yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 yakni teknik Tremolo. Teknik Tremolo merupakan pengembangan dari Tirando yang dimainkan secara berulang-ulang dalam tempo cepat di senar yang sama.Tremolodapat dikatakan juga teknik ilusi untuk menghasilkan nadabersustain panjang, dikarenakan gitar klasik merupakan instrumen yang memiliki sustain bunyi yang pendek sehingga untuk memproduksi bunyi yang seolah memiliki sustain bunyi yang panjang maka digunakanlah teknik Tremolo. Tremolo dimainkan dengan menggunakan jari a, m, i yang dipetik dengan cepat dan berulang-ulang menggunakan Tirandosehingga nada yang dimainkan seolah memiliki sustain panjang. Birama 50 Gambar 16. Birama 50-53 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Tremolo digunakan pada birama 50 sampai dengan birama 53 lingkaran merah. Seperti yang terlihat pada gambar 16, teknik ini dimainkan tepat setelah permainan akor lingkaran biru sehingga jari a pada ketukan ke 1 dan ketukkan ke 4 pada birama 50 sampai 52 dan ketukkan ke 1, 2, 3 dan 4 pada birama 53 lingkaran hijau digunakan untuk memainkan akor bersama dengan jari p, i, m yang kemudian disusul jari m dan i untuk bermain Tremolo. Kemudian teknik permainan gitar klasik lainnya yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 ialah teknik Damper.Damperadalah teknik mematikan nada atau muting yang digunakan untuk memainkan tanda diam dan tanda hias seperti staccato. Damperdapat dikatakan teknik yang fleksibel karena teknik inidapat dimainkan menggunakan tangan kanan maupun tangan kiri sesuai dengan kebutuhan dalam memainkan lagu. Dalam Grand Solo Op.14 teknik ini sering digunakan. Seperti yang terlihat pada birama 142 dan 143, teknik Damper digunakan untuk memainkan tanda diam. Birama 141 Gambar 17. Birama 141-143 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Tanda diam terdapat pada nada bass dalam posisiopen string lingkaran merah, untuk dapat memainkannya maka digunakanlah teknik Damper. Adapun cara mematikan bunyi nada bass tersebut adalah dengan menggunakan jari 4 jari kelingking pada tangan kiri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara pada tanggal 24 April 2015; “Hmmm sebentar-sebentar kalo yang sebelah sini bisa pake tangan kiri nih, manfaatin jari tangan kiri yang gak dipake buat mencet, nah ini lebih efisien ...” Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa untuk memainkan tanda diam akan lebih efisien dengan menggunakan jari 4 yang sedang tidak digunakan untuk menekan senar. Masih pada bagian yang sama namun pada birama selanjutnya yakni birama 144 hingga birama 148, teknik Damper masih digunakan untuk memainkan tanda diam. Sama seperti birama sebelumnya tanda diam terdapat pada nada bass dalam posisi open string. Birama 144 147 Gambar 18. Birama 144-148 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Seperti yang terlihat pada gambar 18,terdapat tanda diam pada ketukan pertama di birama 144 hingga 148 lingkaran merah,kemudian pada ketukan ke empat di birama-birama tersebutterdapat pola permainan Arpeggiolingkaran biru. Dengan kata lain setiap berpindah birama bunyi nada bass harus dimatikan,karena pada ketukan pertama adalah awal dimainkannya pola Arpeggio. Pada birama-birama ini teknik Damper dimainkan menggunakan ibu jari tangan kanan. Adapun cara memainkannya adalah dengan menempelkan ibu jari tangan kanan sesaat setelah nada terakhir dalam pola permainan Arpeggio dibunyikan lingkaran kuning, sehingga memberikan jeda waktu selama beberapa detik untuk mematikan nada bass. Untuk melatih bagian ini mulailah dari tempo lambat terlebih dahulu agar ibu jari dapat memainkan teknik Damper dengan akurat, kemudian naikkan temponya secara bertahap. Selain digunakan untuk memainkan tanda diam, dalam Grand Solo Op.14 teknik Damper juga digunakan untuk memainkan staccato. Nada-nada dengan staccato harus dimainkan pendek, dalam Grand Solo Op.14 nada-nada tersebut terdapat di birama 13 hingga birama 15 pada bagian Introduction dan untuk dapat memainkannya digunakanlah teknik Damper. Birama 12 15 Gambar 19. Birama 12-17 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Seperti yang terlihat pada gambar 19, nada dengan tanda staccato terdapat pada birama 13 hingga birama 15 lingkaran merah. Pada birama-birama tersebut teknik Damper dimainkan dengan tangan kanan, adapun jari yang digunakan untuk memetik senar yakni jari m, i dan p.Nada E yang sebelumnya telah dibunyikan menggunakan jari m kemudian nada tersebut dimatikan menggunakan jari i, sementara untuk nada D dimainkan dan dimatikan menggunakan jarip. Fernando Sor menggubah Grand Solo Op.14 untuk dimainkan dalam tempo yang cepat.Kecepatan tersebut terindikasi dari banyaknya penggunaan teknik Sluryang Sor terapkan dalam Grand Solo Op.14. Slur adalah teknik memainkan nada secara bersambung dengan satu kali petikan. Ada tiga macam jenis Sluryang masing-masing memiliki cara berbeda dalam memainkannya. Pertama adalah Hammer onascending slur memainkan nada yang dimulai dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi secara bersambung dengan cara mengetukkan jari yang sedang tidak digunakan untuk menekan senar ke arah nada yg akan dimainkan, jenis Slur ini terdapat pada birama 7.Birama 5 Gambar 20. Hammer on sumber partitur Grand Solo Op.14 second version. Hammer onascending slur terdapat pada birama 7 yakni terlihat dari penggunaan busurlegato pada nada hias acciacatura lingkaran merah. Nada pertama dari acciacatura tersebut adalah nada yang lebih rendah dari nada berikutnya maka bagian tersebut harus dimainkan menggunakan hammer onascending slur. Kemudian jenisSlur yang kedua adalah pull ofdescending slur memainkan nada yang dimulai dari nada tinggi ke nada yang lebih rendah secara bersambung dengan cara menarik jari yang sedang digunakan untuk menekan senar ke arah bawah. Pull ofdescending slur terdapat pada birama 1 dan 3. Birama 1 Gambar 21. Birama 1-4 sumber partitur Grand Solo Op.14 second version. Seperti yang terlihat pada gambar 21, terdapat nada dengan acciacatura yang dimulai dari nada yang lebih rendah lingkaran merah, sehingga nada tersebut harus dimainkan menggunakan pull ofdescending slur. Jenis Slur yang ketiga adalah hammer on and pull ofascending- descending slur memainkan nada yang dimulai dari nada rendah yang kemudian disambung dengan mengetukkan jari yang sedang tidak digunakan untuk menekan senar ke arah nada yang lebih tinggi dan setelah menekan senar jari tersebut langsung ditarik ke arah bawah tanpa memetik senar kembali. Birama 37 41 Gambar 22. Birama 37-45 sumber partitur Grand Solo Op.14 second version. Seperti yang terlihat pada gambar 22, hammer on and pull ofascending- descending slur terdapat pada birama 40, 42 dan birama 43 lingkaran merah. Jenis Slur ini adalah kombinasi dari kedua jenis Slur sebelumnya. Fernando Sor menerapkan ketiga jenis Slur tersebut ke dalam Grand Solo Op.14. Dapat dikatakan teknik Slur menjadi ciri khas pada Grand Solo Op.14, karena dalam karya ini banyak digunakan teknik Slur yang oleh Sor diolah dengan cerdas sehingga menjadi unik. Kemudian teknik permainan gitar klasik yang terakhir yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 adalah teknik Barre. Barremerupakan teknik yang dimainkan menggunakan tangan kiri. Cara memainkan teknik ini adalah dengan menggunakan jari telunjuk untuk menekan lebih dari satu nada pada senar berbeda secara vertikal pada saat yang bersamaan. Terdapat dua jenisBarre, yakni half barre jari telunjuk digunakan untuk menekan beberapa senar dan full barre jari telunjuk digunakan untuk menekan seluruh senar.Teknik Barre sering digunakan untuk bermain akor, baik dalam posisi full barre maupun half barre,tak terkecuali dalam Grand Solo Op.14. Seperti yang terlihat pada gambar 23, teknik Barre digunakan di birama 13 sampai dengan birama 17. Birama 12 15 Gambar 23. Birama 12-17 sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version. Birama-birama tersebut terdapat pada bagian Intruduction yang mana pada bagian ini masih banyak akor yang dimainkan secara berulang-ulang masih pada akor yang sama dan akor yang dimainkan dalam durasi yang agak lama yakni dengan not seperempat yang keduanya dimainkan dalam posisi Barre Chord.Seperti pada birama 13 sampai birama 15 terdapat akor yang Bes Mayor dalam posisi full barre lingkaran merah dan pada birama 16 dan birama 17 terdapat akor A Mayor dan akor Bes Mayor dalam posisi half barre.

C. Beberapa Faktor yang Mendukung Teknik Permainan