ANALISIS TEKNIK DAN GAYA PERMAINAN GITAR KLASIK PADA LAGU SIPATOKAAN DAN BUBUY BULAN ARANSEMEN IWAN TANZIL
ANALISIS TEKNIK DAN GAYA PERMAINAN GITAR KLASIK PADA LAGU SIPATOKAAN DAN BUBUY BULAN ARANSEMEN IWAN TANZIL SKRIPSI SARJANA OL H KRISRENDI MASDEO SIREGAR NIM: 090707012 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
ANALISIS TEKNIK DAN GAYA PERMAINAN GITAR KLASIK PADA LAGU SIPATOKAAN DAN BUBUY BULAN ARANSEMEN IWAN TANZIL SKRIPSI SARJANA OL H KRISRENDI MASDEO SIREGAR NIM: 090707012
Disetujui Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Prikuten Tarigan, M.Si. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 19195804021987031003
NIP 196512211991031001
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana seni dalam bidang Etnomusikologi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014
DISETUJUI OLEH: FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Medan,29 April 2014
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA DEPARTEMEN
Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D NIP. 196512211991031001
PENGESAHAN
Diterima oleh: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.
Hari : Tanggal :
FAKULTAS ILMU BUDAYA USU DEKAN
Dr. Syahron Lubis, M.Si.,Ph.D. NIP. 195110131976031001
PANITIA UJIAN
No. Nama Tanda Tangan
KATA PENGANTAR
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13). Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yesus karena atas kekuatan yang diberikan-Nya lah maka skripsi ini bisa terwujud.
Skripsi yang berjudul Analisis Teknik dan Gaya Permainan pada Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan Aransemen Iwan Tanzil ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (S1) di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berpikir dalam penulisan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Hal ini dikarenakan penulis masih dalam tahap pembelajaran dan peningkatan pengetahuan serta keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak baik dari proses awal penulisan sampai penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua penulis, yaitu Fitriyani Magdalena Sembiring dan Zul Arfan Siregar (makasih ma, yah, atas dukungan doa, dana, dan nasehat-nasehat yang selama ini kalian berikan) dan juga adik penulis, Christy, yang menjadi motivator secara tidak langsung bagi penulis.
2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.Si.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D selaku Ketua Departemen Etnomusikologi sekaligus Dosen Pembimbing II penulis yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Prikuten Tarigan, M.Si selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah begitu banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk mengarahkan pembahasan skripsi ini ke arah yang lebih baik.
5. Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A yang telah bersedia melakukan “diskusi dadakan” sebagai cikal bakal lahirnya judul skripsi ini.
6. Bapak Prof. Mauly, M.A., Ph.D atas pertanyaan-pertanyaan sederhananya yang merubah cara berpikir penulis tentang skripsi ini ke arah yang lebih baik.
7. Bapak Drs. Muhammad Fadlin, M.A, ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd, dan ibu Arifni Netrirosa, SST yang telah memberikan saran dan kritik sebagai dosen penguji pada saat seminar proposal.
8. Bapak/Ibu Staf Pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah berjasa dalam memberikan banyak bekal ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan kepada penulis selama penulis menimba ilmu pengetahuan di USU.
9. Mas Iwan Tanzil, selaku informan penulis yang telah berbaik hati mengijinkan penulis untuk meneliti karya-karyanya dan meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang skripsi ini.
10. Bang Wonter dan Bang Michael yang telah membantu penulis saat awal pengerjaan skripsi ini sehingga penulis mendapatkan informan yang tepat.
11. Bang Ogan dan Bang Susan, guru-guru gitar yang mengajarkan dasar bermain gitar klasik kepada penulis. Sebagian besar dari tulisan pada skripsi ini merupakan pengetahuan penulis yang didapatkan dari ajaran mereka.
12. Sridewi Sartika Bakara, teman terdekat penulis yang tidak pernah merasa lelah memberikan semangat dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini (sksdsb).
13. Anak-anak Etno ’09, teman-teman satu perjuangan penulis saat menimba ilmu di USU yang saling mendukung dalam pengerjaan skripsi ini (trutama leng mania yg sukak ngmpl di DT, “ada bagong klen?” dan bwt yg blum siap skripsinya, cepatkan itu weeee....).
14. Monang, Itok, Riki, dan Dapit, teman-teman penulis semasa remaja (skses bwt kita ya genk....). Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Medan, 29 April 2014 Penulis
Krisrendi Masdeo Siregar
4.3.3.1 Analisis Ritem pada Lagu Sipatokaan .... 114
4.3.3.2 Analisis Ritem pada Lagu Bubuy Bulan ... 116
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 125 DAFTAR INFORMAN ............................................................................ 126 LAMPIRAN .......................................................................................... 127
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan 1.1
Analisis Teknik dan Gaya Permainan Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan Aransemen Iwan Tanzil .................................. 17
25
Tabel 2.1
Proporsi Jumlah Suku di Indonesia ......................................
36
Tabel 2.2
Lagu Daerah di Tiap Provinsi Indonesia ..............................
55
Tabel 3.1
Key Signature dan Nada Dasarnya ......................................
57
Tabel 3.2
Nama, Nilai, Bentuk Not dan Tanda Istirahat ......................
58
Tabel 3.3
Jenis-Jenis Tempo dan Angkanya pada Metronom ..............
ABSTRAKSI
Gitar klasik merupakan salah satu jenis gitar yang proses evolusinya berasal dari Spanyol sehinggga jenis gitar ini sering juga disebut spanish guitar. Gitar jenis ini dapat dimainkan dalam bentuk permainan solo tanpa didukung oleh pengiring instrumen lainnya. Adapun bentuk penyajian dari jenis gitar ini telah memiliki perkembangan yang dilihat dari perbendaharaan lagu yang dimainkan mulai dari jenis lagu yang diciptakan dari zaman klasik hingga zaman modern, bahkan dalam konsep musik daerah. Sehingga dalam kesempatan ini, penulis akan membahas bagaimana lagu daerah dimainkan dalam gitar klasik yang notabenenya memainkan lagu klasik..
Penulis telah menentukan lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan karya Iwan Tanzil sebagai objek penelitian dalam skripsi ini. Dalam konsep gitar tunggal, penulis tertarik untuk menganalisis teknik permainan yang disajikan oleh Iwan Tanzil sebagai arranger. Juga akan dilakukan analisis terhadap gaya permainan pada lagu-lagu tersebut setelah diaransemen.
Adapun tulisan ini dimanfaatkan untuk menambah informasi tentang gitar klasik. Selain aturan-aturan dasar dalam instrumen ini, teknik-teknik dan gaya permainan dalam dua lagu yang menjadi objek penelitian di atas akan dijelaskan dalam tulisan ini. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk membahasnya dalam bentuk kajian ilmiah.
Metode yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji objek penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang akan melihat objek penelitian secara subjektif dalam mengumpulkan informasi-informasi yang didukung dengan observasi dan wawancara. Untuk itu dalam membantu metode tersebut penulis menggunakan disiplin lapangan dan disiplin laboratorium dalam proses pembahasannya.
Adapun bahan kajian dalam skripsi ini dikerjakan berdasarkan teori dan metode dalam etnomusikologi. Kemudian hasil data tersebut menghasilkan kesimpulan yang menjadi penyelesaian masalah dalam skripsi ini.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa, sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan--terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian (KBBI, 2011). Berbicara tentang musik, tidaklah lengkap jika belum membicarakannya dalam konteks kebudayaan. Alasannya adalah karena musik merupakan bagian dari budaya dan mencerminkan aspek sosial kemasyarakatan di mana musik itu tumbuh, hidup, dan berkembang. Hal ini dikarenakan musik mampu mengekspresikan hal-hal yang terjadi dalam sistem sosial.
Dalam menghasilkan musik, diperlukan instrumen yang dengan cara tertentu bisa diatur untuk memproduksi suatu suara oleh musisinya. Salah satu instrumen musik adalah gitar. Gitar merupakan instrumen musik yang populer dan umum dijumpai di dunia. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya orang di dunia yang bisa memainkan gitar dibandingkan dengan instrumen musik lainnya. Mudah untuk dipelajari dan harga yang terjangkau, membuat gitar menjadi instrumen musik favorit untuk memulai dalam mempelajari musik. Instrumen ini biasa digunakan sebagai pengiring karena kemampuannya memainkan lebih dari satu nada secara bersamaan (harmonis). Alat musik yang termasuk ke dalam
klasifikasi lute 1 berleher panjang ini, relatif ringan, sehingga mudah dibawa ke
1 Salah satu jenis klasifikasi kordofon (baca Bab II) 1 Salah satu jenis klasifikasi kordofon (baca Bab II)
Gitar merupakan alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari maupun plektrum. 2 Secara umum dilihat dari sumber penghasil
bunyi, gitar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu gitar akustik dan gitar elektrik. Gitar akustik adalah jenis gitar yang menghasilkan bunyi dari hasil getaran senar
dengan lubang resonatornya 3 sedangkan gitar elektrik menghasilkan bunyi dari hasil penguatan elektrik. Gitar akustik ini kemudian dapat disubkategorikan ke
dalam beberapa jenis yaitu gitar klasik yang menggunakan senar nilon, gitar folk yang menggunakan senar baja, gitar flamenco, dan lain-lain.
Gitar klasik biasa disebut juga dengan spanish guitar atau gitar Spanyol. Ini dikarenakan proses perubahan evolusi alat musik ini lebih intens terjadi di Spanyol. Abad ke-11 banyak bermunculan jenis alat musik mirip gitar di Eropa. Gittern adalah yang pertama berkembang di benua ini. Dikembangkan dari desain instrumen petik Asia, gittern sudah mendekati bentuk gitar modern. Hanya saja
4 senarnya masih terbuat dari catgut 5 dan jumlah course yang bervariasi antara 3-4 course . Setelah gittern, banyak proses pengembangan pada instrumen ini yang
melahirkan alat-alat petik baru. Contohnya adalah quitarra, guiterre, guitare, lute,
2 Plektrum, yang biasa disebut pick, adalah alat bantu dalam memetik senar gitar yang dipegang dengan jempol dan telunjuk berbahan utama plastik, tulang, kayu, logam, atau
tempurung kura-kura. 3 Lubang resonator adalah lubang di tengah badan gitar yang berfungsi memperbesar suara
yang dihasilkan oleh getaran senar. 4 Kendati secara harfiah berarti usus kucing, namun sebenarnya catgut merujuk kepada
istilah yang digunakan untuk usus domba. 5 Course adalah jumlah jalur/senar yang dipakai dalam alat musik petik.
dan lainnya. Banyaknya jenis pengembangan gittern tidak membuat alat musik ini sepenuhnya lenyap. Berganti nama menjadi vihuela, gittern masih populer di kalangan masyarakat Spanyol. Sementara itu lute terus berkembang di benua Eropa. Karena desain kedua instrumen ini yang semakin estetis dan fungsional, diciptakanlah instrumen-instrumen serupa yang memiliki course yang lebih banyak dan lebih baik kualitas suaranya.
Pada akhir abad ke-16, vihuela digantikan oleh gitar barok. Pada masa inilah banyak gitaris dan komposer bermunculan. Namun desain gitar yang dipakai tiap gitaris tidaklah sama. Tiap gitaris bisa saja memakai desain gitar yang berbeda dari gitaris yang lainnya. Hal inilah yang membuat Antonio Torres Jurado
(1817-1892), seorang luthier 6 Spanyol, menciptakan standar anatomi gitar (dimensi, rangka, panjang, dan sebagainya) yang masih diterapkan pada dasar
pembuatan gitar klasik hingga sekarang (kecuali jenis senar yang dipakai). 7 Walaupun para luthier pada masa sekarang mempunyai kekhasan masing-masing,
ada patokan tertentu dalam gitar modern yang masih berpegang pada desain Torres. Inovasi-inovasi oleh para pembuat gitar yang menghasilkan jenis gitar bersenar logam, termasuk penemuan teknologi listrik yang berdampak pada ditemukannya gitar elektrik, memunculkan istilah gitar klasik. Istilah “gitar klasik” membedakan gitar standar buatan Torres dengan gitar lainnya.
6 Dahulunya luthier adalah istilah untuk pembuat gitar klasik. Namun sekarang tidak hanya gitar klasik, tapi juga jenis gitar lainnya. Bahkan juga dipakai untuk pembuat instrumen musik
yang berdawai dan mempunyai fret. 7 Tahun 1946 adalah pertama kalinya senar berbahan nilon digunakan sebagai pengganti
catgut . Ditemukan pertama kali oleh Albert Agustine, seorang pembuat instrumen musik dari Amerika. Karena tidak mampu memperoleh bahan catgut akibat pembatasan yang diberlakukan pada Perang Dunia II, Agustine membuat senar berbahan nilon karena berlebihnya jumlah persediaan nilon untuk militer.
Pada awalnya, gitar klasik memainkan repertoar yang dibuat khusus untuk instrumen ini oleh komposer gitar klasik seperti Fransesco Tarrega, Aguado, Carcassi, Carulli, Coste, dan banyak komposer lainnya, dan juga komposisi musik klasik yang ditranskripsi ke gitar tunggal. Andres Segovia (1893-1987), yang merupakan bapak gitar klasik dunia, banyak memainkan karya-karya dari sang guru, Fransesco Tarrega. Recuerdos de Alhambra, Capricho Arabe, dan Lagrima adalah sedikit dari komposisi-komposisi yang dimainkannya untuk menghormati Tarrega. Karya Tarrega banyak yang masih dimainkan oleh gitaris klasik hingga sekarang, selain dari musik-musik literatur Eropa yang “disulap” menjadi komposisi bagi gitar tunggal. Pentranskripsian musik klasik ke gitar tunggal ini pertama kali dilakukan oleh Fransesco Tarrega (1852-1909). Granados, Albeniz, Chopin, Bach, adalah para komposer yang karyanya digubah oleh gitaris dan komposer kelahiran Spanyol ini.
Mengikuti jejak sang guru, Segovia pun melakukan hal yang sama dengan karyanya yang paling terkenal, Chaconne in D Minor karya J.S. Bach untuk solo biola. Komposisi mereka inilah yang masih dimainkan oleh para gitaris klasik hingga sekarang.
Saat musik literatur Eropa sepertinya mendominasi komposisi lagu yang dimainkan untuk gitar klasik, beberapa dekade belakangan di Amerika lahir istilah finger-picking style , yang sekarang lebih dikenal sebagai fingerstyle. Fingerstyle bisa dikatakan teknik memetik gitar yang menggunakan jari, bukan plektrum yang biasa dipakai oleh pemain dengan gitar bersenar logam. Bermula ketika sebagian Saat musik literatur Eropa sepertinya mendominasi komposisi lagu yang dimainkan untuk gitar klasik, beberapa dekade belakangan di Amerika lahir istilah finger-picking style , yang sekarang lebih dikenal sebagai fingerstyle. Fingerstyle bisa dikatakan teknik memetik gitar yang menggunakan jari, bukan plektrum yang biasa dipakai oleh pemain dengan gitar bersenar logam. Bermula ketika sebagian
berkembangnya teknik dan perbendaharaan lagu, para gitaris fingerstyle mulai bermain solo di tiap penampilannya. Mereka memainkan bass, pengiring (akor), dan melodi pada saat yang bersamaan dengan satu gitar. Selain senar yang digunakan, komposisi lagu yang berupa lagu-lagu rakyat atau lagu-lagu populer pada masa itu adalah salah satu pembeda gitaris fingerstyle dari gitaris klasik yang hanya memainkan musik literatur Eropa.
Lagi-lagi perkembangan teknologi mempengaruhi gitar klasik. Kalau sebelumnya dengan penemuan listrik mendorong terciptanya gitar elektrik, kemudahan dalam berkomunikasi lewat internet mempengaruhi perbendaharaan lagu pada gitar klasik. Pertukaran informasi melalui media ini menyebabkan batas antara gitar klasik dan fingerstyle menjadi kabur. Banyak gitaris klasik yang menyerap teknik-teknik dalam permainan fingerstyle yang sebelumya tidak ada dalam teknik lagu-lagu yang dimankan di literatur Eropa seperti teknik efek perkusi yang membuat lagu menjadi lebih ritmis. Begitu juga dengan gitaris fingerstyle . Mereka mengadaptasi variasi arpeggio dan detail harmoni dari komposisi-komposisi gitar klasik yang lebih kompleks. Dalam hal penyajian musik, gitaris klasik banyak yang menyertakan musik rakyat atau lagu-lagu populer ke dalam perbendaharaan lagunya. Fenomena ini menyebabkan inovasi- inovasi dalam bermain gitar klasik seperti mengaransemen ataupun juga mentranskripsi lagu-lagu yang bukan merupakan musik literatur Eropa. Repetitif
8 Arpeggio berasal dari kata arpa/harpa karena gaya petikan yang mirip dengan harpa, yaitu bentuk akor yang dimainkan not per not secara berurutan dalam pola tertentu.
dan terkesan “itu-itu saja” (monoton) juga faktor yang mempengaruhi gitaris klasik mulai memainkan lagu-lagu non klasik. Bayangkan lagu Asturias karya Isaac Albeniz yang selama hampir seabad tidak mengalami perubahan yang berarti dan telah dimainkan di ribuan panggung dengan gitaris yang berbeda-beda, serta banyak pengulangan dan durasi memainkannya yang cukup lama. Lambat laun semakin banyak perbendaharaan lagu gitar klasik yang berasal dari lagu yang populer di tengah masyarakat di tiap belahan dunia dan tidak sedikit yang melakukan eksperimen dengan lagu daerah. Menjamurnya lagu-lagu non klasik untuk dimainkan di gitar klasik membuat banyak gitaris mengtranskripsikan atau bahkan mengaransemen lagu daerahnya sendiri untuk dimainkan secara solo.
Di Indonesia, banyak gitaris klasik ternama yang memainkan komposisi lagu non klasik karya aransemen mereka sendiri. Sebut saja Iwan Tanzil, Benny M Tanto, Jubing Kristianto, Sie Tjen Lie, dan masih banyak lagi. Dalam skripsi ini, yang menjadi fokus kajian penulis adalah Iwan Tanzil. Beliau adalah seorang gitaris dan komponis untuk instrumen gitar, warga negara Indonesia yang bertaraf internasional. Ia banyak menimba ilmu dari para gitaris tingkat nasional dan dunia seperti Johny Legoh, Rainer Wildt, Mariangeles Sanchez Benimeli (murid Andres Segovia dan Emilio Pujol). Masih banyak lagi pengalaman internasional Iwan Tanzil ini di bidang musik gitar ini. Secara lebih rinci dideskripsikan biografi kesenimanannya di Bab II skripsi ini.
Walaupun ia memiliki pengalaman dan reputasi secara internasional sebagai gitaris dan komponis untuk instrumen gitar, ia tidak melupakan akar budaya dirinya sebagai warga negara Indonesia. Justru dengan semua pengalamannya Walaupun ia memiliki pengalaman dan reputasi secara internasional sebagai gitaris dan komponis untuk instrumen gitar, ia tidak melupakan akar budaya dirinya sebagai warga negara Indonesia. Justru dengan semua pengalamannya
Secara etnomusikologis, karya beliau ini menarik untuk dikaji. Seperti diketahui bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam kebudayaan. Dalam hal ini sebagai seorang gitaris dan komponis untuk instrumen gitar yang berpengalaman secara internasional beliau tidak melupakan akar kebudayaan Indonesia. Sisi lain yang menarik adalah bagaimana beliau mengaransemen lagu- lagu daerah Indonesia (dengan fokus kajian penulis pada dua lagu tersebut)? Teknik-teknik permainan seperti apa yang diterapkan dalam komposisinya? Semua ini menjadi bagian dari studi estetika dalam etnomusikologi.
Etnomusikologi merupakan sebuah disiplin ilmu yang merupakan fusi dari musikologi dan antropologi (etnologi). Secara eksplisit apa itu etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan manusia, didefinisikan oleh Merriam, sebagai berikut.
Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of
a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in
Apa yang dikemukakan oleh Merriam seperti kutipan di atas, bahwa para pakar atau ahli etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada benih-benih pembagian ilmu, yaitu musikologi dan antropologi. Selanjutnya dalam memfusikan kedua disiplin ini, akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan munculnya masalah besar dalam rangka menggabungkan kedua disiplin itu. Oleh karena itu setiap etnomusikolog akan berada dalam fokus keahlian ilmu pada salah satu bidangnya saja, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut.
Sifat dualisme lapangan studi etnomusikologi ini, dapat ditandai dari bahan- bahan bacaan yang dihasilkannya. Katakanlah seorang sarjana etnomusikologi menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri. Di lain sisi, sedangkan sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik sebagai suatu bagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan. Di dalam masa yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengasumsikan kembali suatu reaksi terhadap aliran-aliran
9 Dalam aplikasi disiplin etnomusikologi di Indonesia dan dunia, terdapat sebuah buku yang terus populer sampai sekarang ini, dalam realitasnya menjadi “bacaan wajib ” bagi para pelajar
dan mahasiswa etnomusikologi seluruh dunia, dengan pendekatan kebudayan, fungsionalisme, strukturalisme, sosiologis, dan lain-lainnya. Buku yang diterbitkan tahun 1964 oleh North Western University di Chicago Amerika Serikat ini, menjadi semacam “karya utama” di antara karya-karya yang berciri khas etnomusikologis.
yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Dalam kerja yang seperti ini, penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan kajian struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas.
Hal tersebut telah disarankan secara bertahap oleh Bruno Nettl yaitu terdapat kemungkinan karakteristik "aliran-aliran" etnomusikologi di Jerman dan Amerika, yang sebenarnya tidak persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi ini dengan tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori, metode, pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-masalah yang bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana Amerika telah mempersembahkan teknik analisis suara musik.
Dari kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin ilmu dasar yaitu antropologi dan musikologi. Walaupun terdapat variasi penekanan bidang yang berbeda dari masing-masing ahlinya, namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari musik dalam konteks kebudayaannya.
Secara khusus, mengenai beberapa definisi tentang etnomusikologi telah dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Pada tulisan edisi berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah Secara khusus, mengenai beberapa definisi tentang etnomusikologi telah dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Pada tulisan edisi berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah
mengemukakan 42 definisi etnomusikologi dari beberapa pakar, menurut kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai Elizabeth Hesler tahun 1976.
Berdasarkan kepada keberadaan etnomusikologi yang merupakan fusi dari dua bidang telaah, yaitu musikologi dan antropologi, maka sangatlah relevan digunakan untuk mengkaji dua lagu tradisi (daerah) di Indonesia yang diaransemen (secara musikologis) oleh Iwan Tanzil. Jadi musikologi penulis gunakan untuk mengkaji bagaimana teknik dan gaya permainan gitar klasik pada kedua lagu aransemen ini. Sementara di sisi lain, aspek kebudayaan (antropologis) digunakan dalam melihat kedudukan lagu aransemen ini dalam konteks masyarakat seni pendukung peradaban gitar klasik dunia, serta nilai-nilai tradisi yang bagaimana yang terdapat dalam lagu ini, khususnya nilai tradisi Sulawesi Utara dan Sunda.
10 Buku ini diedit oleh R. Supanggah, diterbitkan tahun 1995. Diterbitkan di Surakarta oleh Yayasan bentang Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini merupakan
kumpulan enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti: Barbara Krader, George List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang dialihbahasakan oleh Santosa dan Rizaldi Siagian. Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga artikel, yaitu: (a) “Beberapa Definisi tentang ‘Musikologi Komparatif’ dan ‘Etnomusikologi’: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,” (b) “Meninjau Kembali Disiplin Etnomusikologi,” (c) “Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi.” Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk “Etnomusikologi.” Selanjutnya George List menulis artikel “Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.” Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul “Perumusan Kembali Peran Etnomusikolog di dalam Penelitian.” Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog (Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi lainnya oleh para pakar generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi Omas Ihromi, Parsudi Suparlan, Budi Santoso, dan lain-lainnya.
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menuliskannya ke dalam bentuk tulisan ilmiah berupa skripsi, dengan judul:
“Analisis Teknik dan Gaya Permainan Gitar Klasik pada Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan Aransemen Iwan Tanzil”.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang tertera di atas, pokok permasalahan mengenai tulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Teknik permainan apa sajakah yang digunakan dalam lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan aransemen Iwan Tanzil tersebut?
2. Bagaimana gaya permainan lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan aransemen Iwan Tanzil tersebut?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Secara umun penelitian bertujuan untuk mengetahui atau mengungkapkan objek yang diteliti yang bertujuan untuk menemukan sebuah kesimpulan dari sebuah masalah. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui teknik permainan yang digunakan dalam aransemen lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan aransemen Iwan Tanzil.
2. Untuk mengetahui gaya lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan yang telah diaransemen ke dalam bentuk gitar tunggal.
1.3.2 Manfaat
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk penulis pribadi maupun masyarakat luas pada saat membaca penulisan karya ilmiah ini. Adapun manfaat tersebut antara lain:
1. Sebagai perbendaharaan dan dokumentasi bagi para gitaris klasik.
2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dikemudian hari.
3. Memberikan sumbangsih pemikiran kepada gitaris klasik agar memperluas perbendaharaan lagunya.
4. Sebagai bahan motivasi bagi pembaca tulisan ini, secara khusus gitaris klasik, agar dapat melestarikan lagu daerahnya masing-masing.
5. Sebagai syarat akhir penyelesaian studi penulis di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005 hal 588).
Dalam penulisan konsep ini, penulis akan menerangkan kata-kata kunci dalam judul tulisan yaitu: Analisis Teknik dan Gaya Permainan pada Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan Aransemen Iwan Tanzil. Hal ini dimaksudkan agar pembaca memahami maksud dari judul tulisan ini.
Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian itu untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia , Balai Pustaka 2005 hal 43). Analisis yang dimaksudkan penulis pada tulisan ini adalah penguraian teknik dan gaya permainan lagu daerah yang telah ditetapkan sebagai objek penelitian dari sisi teknik dan gaya permainannya.
Teknik adalah cara membuat sesuatu atau melakukan sesuatu, sedangkan permainan adalah suatu pertunjukan dan tontonan (Kamus Bahasa Indonesia 2008). Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa teknik permainan merupakan gambaran mengenai pola atau cara yang dipakai dalam suatu pertunjukan. Yang dimaksud dengan teknik permainan dalam tulisan ini adalah teknik permainan gitar klasik, yaitu cara memproduksi nada yang biasa dipakai oleh pemain gitar klasik.
Gaya permainan yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah bagaimana komposisi lagu disusun oleh unsur-unsur musik baik dalam dimensi ruang dan waktu. Antara dimensi ruang yang akan dikaji adalah tangga nada, progresi akord (harmoni), bentuk lagu setelah diaransemen, dan aspek-aspek sejenis setelah lagu tersebut diaransemen. Untuk dimensi waktu akan dikaji tempo, tanda birama, durasi nada, dan lain-lainnya.
Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan disini merupakan jenis lagu yang dikategorikan ke dalam lagu daerah. Lagu daerah adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Biasanya pencipta lagu daerah Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan disini merupakan jenis lagu yang dikategorikan ke dalam lagu daerah. Lagu daerah adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Biasanya pencipta lagu daerah
Aransemen adalah upaya kreatif menata dan memperkaya sebuah lagu atau komposisi, ke dalam format dan gaya yang baru. Mediumnya bisa apa saja, mulai dari instrumen tunggal hingga orkestra. Mengaransemen lagu lebih mudah daripada membuat komposisi karena tinggal mengutak-atik bahan yang sudah ada. Perbendaharaan lagu yang bisa diaransemen pun banyak, mulai dari klasik, lagu- lagu pop, atau lagu daerah. Untuk memperkaya aransemen, kita bisa melakukan “bongkar-pasang” pada elemen-elemen dasar musik. Pola ritmik, melodi, timbre, dan dinamika dengan racikan yang baru dapat membuat aransemen akan lebih menarik. Tapi tentu saja tidak terlalu banyak mengubah esensi musik asli yang akan dibawakan karena akan mengubah nilai dari arti aransemen yang sebenarnya, yaitu memperkaya dan menata, bukan mengubahnya secara keseluruhan.
1.4.2 Teori
Teori merupakan bagian terpenting dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada pengetahuan (Koentjaraningrat,1973:10). Teori sangat dibutuhkan dalam penelitian untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan informasi (data) Teori merupakan bagian terpenting dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada pengetahuan (Koentjaraningrat,1973:10). Teori sangat dibutuhkan dalam penelitian untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan informasi (data)
Untuk menganalisis teknik permainan gitar klasik yang digunakan dalam dua lagu aransmen Iwan Tanzil seperti diurai di atas, maka penulis menggunakan teori teknik permainan gitar klasik dalam budaya Barat. Salah satu buku yang memuat teori ini adalah pada Classic Guitar Course (T. Koizumi, 1974). Pendekatan etnosains orang-orang Eropa dalam bermain gitar diantaranya adalah: scordatura , mano izquerda sola, glissando, dan lain-lain.
Dalam menganalisis aspek gaya musik pada lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan yang telah diaransemen Iwan tanzil, penulis melakukan identifikasi terhadap hal-hal mendasar pada musik menurut Felix Salzer dalam bukunya yang berjudul Structural Hearing Tonal Coherence In Music (1962:35).
The Rudiments of Music, a) Notation; scales; church modes; overtones series. b) Major, minor, diminished, and augmented intervals; triads and seventh chords; non harmonic tones (neighbour and passing tones, appogiaturas, suspensions, anticipations); roman numerals and figured bass numerals. c) Chord grammar (ability to write and identify any chord). Listening Approach: a) Aural recognition of the material listed above. b) Meter (duple, triple, and compound); rhythmic design of melodies. c) Melodic dictation of folk tunes and themes from instrumental music; two-part dictation of as preparation for two-part counterpoint.
Teori ini memberikan gambaran bagaimana mengidentifikasi melalui pengalaman mendengar musik, menentukan melodi, akor, dan ritem lagu, juga kemampuan untuk mengidentifikasi semua bentuk-bentuk akor.
Dalam kaitannya menganalisis gaya dua lagu daerah Indonesia yang telah diaransemen oleh Iwan Tanzil, maka penulis akan menganalisis: (1) dimensi ruang yaitu melodi dan akor/harmoni; (2) dimensi waktu yaitu ritem.
Untuk mengkaji dua aspek komposisi dua lagu aransemen Iwan Tanzil di atas, sesuai dengan teori dasar musikal yang ditawarkan oleh Salzer, maka penulis menggunakan notasi balok yang ditulis sendiri oleh Iwan Tanzil. Kedua notasi lagu ini dikirimkannya secara langsung melalui email.
Adapun notasi dalam etnomusikologi, menurut Charles Seeger (1971:24-34) dibedakan dalam dua jenis notasi menurut tujuannya. Pertama adalah notasi preskriptif, yaitu notasi untuk seorang penyaji (bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik). Notasi ini berfungsi tidak lebih dari membantu penyaji untuk mengingat aspek musikal pada saat melakukan pertunjukan. Kedua adalah notasi deskriptif, yaitu notasi yang menuliskan semua karakter musikal secara rinci dari suatu komposisi musik.
Berdasarkan pemahaman yang dikemukakan Seeger tersebut, maka notasi yang dihasilkan oleh Iwan Tanzil dalam mengkomposisikan aransemennya dapat dikategorikan sebagai notasi deskriptif. Notasi aransemen ini, bisa dikatakan sangat detil dan rinci, termasuk teknik-teknik yang digunakan bagian per bagian.
Bagan 1.1
Analisis Teknik dan Gaya Permainan Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan Aransemen Iwan Tanzil
Iwan Tanzil
Gitaris dan Arranger Internasional
Warga Negara Indonesia
Gitaris Arranger Lagu-Lagu Daerah Klasik
Indonesia
Sipatokaan
& Bubuy Bulan
Analisis Teknik Analisis Gaya
Teori Etnosains Teori Gaya Musik Barat
Nettl
Etnomusikologi
1.5 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian terhadap bahan tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004:3), metode kualitatif dijadikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Dalam rangka kerja penelitian ini, penulis juga berpedoman pada disiplin etnomusikologi. Seperti yang dikemukakan Curt Sachs dalam Nettl (1964:62) yaitu penelitian etnomusikologi dibagi dalam dua jenis pekerjaan yakni kerja lapangan (field work) dan kerja laboraturium (desk work). Kerja lapangan meliputi studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan perekaman lagu. Sedangkan kerja laboratorium meliputi pembahasan dan penganalisisan data yang telah diperoleh selama penelitian.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan bisa diartikan sebagai segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik.
Beberapa bahan tertulis yang dijadikan sumber untuk menghimpun informasi oleh penulis antara lain:
1. Buku Gitarpedia oleh Jubing Kristianto (2007). Buku ini dijadikan sebagai sumber informasi tentang gitar klasik mulai dari sejarah, organologi, perbendaharaan lagu, dan unsur yang mendukungnya.
2. Buku Theory and Method in Ethnomusicology oleh Bruno Nettl. Tulisan ini membahas tentang apa itu etnomusikologi baik itu tentang kajiannya, metode, teori, pemahaman, maupun pembahasan tentang etnomusikologi.
3. Buku Guitar Course Fundamental, 1, 2, dan 3 oleh T. Koizumi. Buku ini berisi tentang dasa-dasar bermain gitar klasik dan teori-teori teknik permainan dalam gitar klasik.
4. Pengetahuan Dasar Musik, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1982). Buku ini dijadikan pedoman dalam mendeskripsikan unsur- unsur pendukung dalam musik yang berkaitan dengan judul penulis.
1.5.2 Observasi
Sebelum melakukan penelitian, penulis mencari informasi tentang pemain gitar yang banyak mempunyai karya aransemen dalam bentuk gitar tunggal yang berbahan dasar lagu daerah, dengan tujuan menjadikannya informan kunci. Agar dapat melakukan kerja laboraturium dengan mudah, penulis mencari gitaris klasik yang sudah mentranskripsi hasil aransemennya. Informasi mengenai Iwan Tanzil ini penulis peroleh dari beberapa informan pangkal, yaitu para gitaris-gitaris, guru, dan pengajar gitar klasik di Medan untuk dapat lebih menjelaskan secara mendalam tentang gitar klasik dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tulisan ini.
Mereka umumnya memang mengakui dan menyarankan untuk mengkaji lagu-lagu aransemen Iwan Tanzil yang pengalaman dan kekaryaannya bertaraf internasional, dan telah diketahui secara baik oleh para informan pangkal ini.
1.5.3 Wawancara
Berhubung saat melakukan penelitian informan sedang berdomisili di Jerman, wawancara dilakukan penulis dengan menggunakan sarana teknologi komunikasi yaitu email (gmail.com). Penulis selama tiga kali menanyakan seputar karya aransemen dan ilmu pengetahuan musik kepada Bapak Iwan Tanzil. Ia pun sangat merespons dengan baik dan bijaksana. Melalui email ini juga beliau mengirimkan notasi dua lagu tersebut, serta data-data kehidupannya.
1.5.4 Perekaman Lagu
Perekaman lagu dilakukan sebagai bentuk antisipasi jika penulis tidak mendapatkan partitur yang cukup dari informan kunci. Setelah direkam, barulah penulis mentranskripsikannya menjadi sebuah notasi agar lebih mudah untuk mendeskripsikannya. Selain itu, teknik permainan dan sistem penjarian akan lebih terlihat jika dilakukan perkaman lagu secara visual.
Dalam hal ini penulis lebih dahulu mendapatkan notasi langsung melalui email dari Iwan Tanzil. Untuk membantu penulis dalam aspek audiovisualnya, penulis kemudian mencari dua lagu aransemen beliau ini. Akhirnya penulis mendapatkannya di situs www.youtube.com. Selanjutnya sebagai bahan kajian Dalam hal ini penulis lebih dahulu mendapatkan notasi langsung melalui email dari Iwan Tanzil. Untuk membantu penulis dalam aspek audiovisualnya, penulis kemudian mencari dua lagu aransemen beliau ini. Akhirnya penulis mendapatkannya di situs www.youtube.com. Selanjutnya sebagai bahan kajian
1.5.5 Kerja Laboraturium
Seluruh data yang telah dikumpulkan penulis, baik itu dalam bentuk partitur atau rekaman lagu, akan diolah dalam kerja laboraturium. Dalam kerja laboratorium ini penulis mendengar, melihat, dan membandingkannya dengan notasi lagu yang telah didapat. Ternyata secara deskriptif apa yang tertulis bisa dikatakan “sama” dengan notasi yang terlihat. Notasinya dikerjakan dengan amat detail dan rinci.
Kemudian setelah itu, penulis menganalisisnya berdasarkan dua pokok masalah yang telah ditentukan. Yang pertama adalah menganalisis teknik-teknik permainan gitar klasik yang digunakan untuk memainkan aransemen dua lagu di atas. Yang kedua adalah menganalisis gaya musik hasil arasmen Iwan tanzil untuk dua lagu tersebut dengan melakukan identifikasi terhadap melodi, akor, dan ritem.
BAB II BIOGRAFI RINGKAS IWAN TANZIL DAN GAMBARAN UMUM LAGU-LAGU DAERAH DI INDONESIA
2.1 Pengenalan
Pada Bab II ini akan dijelaskan tentang dua hal yaitu: (a) biografi ringkas Iwan Tanzil sebagai warga negara Indonesia, yang kemudian memiliki reputasi internasional sebagai gitaris dan arranger lagu-lagu untuk gitar klasik, terutama lagu-lagu daerah Indonesia, (b) gambaran umum lagu-lagu daerah di Indonesia dimulai dengan membahas letak geografis Indonesia yang mempengaruhi kebudayaan di dalamnya. Lalu akan dilakukan deskripsi terhadap lagu daerah yang merupakan bagian dari unsur kebudayaan. Hingga pada akhir bab, penulis akan fokus terhadap dua lagu daerah (yaitu Sipatokaan dan Bubuy Bulan) yang merupakan objek penelitian tulisan ini dengan membahas hal-hal non-musikal yang berkaitan dengan lagu-lagu tersebut.
Bab ini sebenarnya ingin menerangkan secara umum bahwa Iwan Tanzil sebagai gitaris dan arranger lagu-lagu daerah Indonesia untuk intrumen gitar adalah bagian yang integral dalam konteks “internasionalisasi” kebudayaan Indonesia. Bagi penulis, Iwan Tanzil memiliki kecerdasan menyiasat zaman dan juga mampu mengenalkan kebudayaan Indonesia dalam konteks globalisasi. Pada masa ini setiap kelompok manusia harus kreatif dalam memperkenalkan kebudayaanya secara internasional, dan sekaligus tetap teguh mempertahankan identitas kebudayaannya, baik itu budaya etnik maupun nasionalnya.
2.2 Biografi Ringkas
Nama Iwan Tanzil menjadi pilihan penulis untuk menganalisis teknik permainan dan struktur musik dari lagu yang telah diaransemen. Pria kelahiran 1963 ini memulai perjalanan musiknya dalam bergitar pada umur 14 tahun.
Iwan Tanzil pernah berguru kepada gitaris Indonesia antara lain Johny Legoh dan Rainer Wildt. Selesai SMA tahun 1983, ia melanjutkan studi musik di Hochschule der Kuenste Berlin (Sekolah Tinggi Seni Berlin) di bawah bimbingan Mariangeles Sanchez Benimeli (murid Andres Segovia dan Emilio Pujol) dan Prof. Martin Rennert. Selama belajar dia juga aktif mengikuti masterclass dari gitaris-gitaris top dunia antara lain Javier Hinojosa (spesialis musik Renaisance dan Barok), Vladimir Mikulka, Angelo Gilardino, Roberto Aussell, dan Manuel Barrueco.
Tahun 1988 ia menyelesaikan studinya di bidang Concert Guitar dan melanjutkannya ke jenjang "Kuenstlerische Reifeprüfung" (Ujian kematangan seorang artis / Concert Diploma) yg diselesaikan tahun 1991. Keduanya lulus dengan pujian (with Honour).
Setahun berikutnya, dalam usia 26 tahun ia menjuarai kompetisi gitar internasional Concorso Internazionale La Conquista della Chitarra Classica di Milano, Italia. Sejak itu ia aktif konser berkeliling Jerman, Polandia, Italia, Spanyol, Korea Selatan, Jerman, dan juga Indonesia. Di konsernya ia juga memainkan musik Renaisance dan Barok dengan menggunakan instrumen aslinya seperti vihuela dan gitar Barok/Renaisance.
Ia telah membuat 5 CD, di antaranya album karya lengkap Heitor Villa- lobos. Pujian untuk konser dan rekamannya mengalir dari dari majalah Gitarre und Laute (Jerman dan edisi Jepang), Classical Guitar London (Inggris), Les Cahier de la Musigue (Perancis), Guitar Aktuel (Jerman), Seicorde (Italia), juga dari berbagai kritikus musik di surat-surat kabar di banyak negara Eropa, Afrika, dan Asia. Sebagai gitaris konser, Tanzil bekerja sama dengan banyak komposer terkenal seperti Nikita Koshkin (Rusia), Bredemeyer, Von Schweinitz, Stahmer (Jerman), Carlo Domeniconi (Italia), Jaime M. Zenamon (Brazil), Ryun Chung (Korea), dan masih banyak lagi. Dari kerja sama ini lahir berbagai karya untuk gitar yang khusus ditulis (dedication) untuknya. Iwan Tanzil juga menjabat sebagai editor di perusahaan penerbitan musik terkemuka Edition Margaux /Verlag Neue Musik (Berlin), AMA Verlag (Brühl), dan Musik Verlag Vogt und Fritz (Schweinfurt).
Gambar 2.1 Iwan Tanzil
Sumber: www.facebook.com
2.3 Letak Geografis Indonesia dan Hubungannya dengan Kebudayaan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar. Sekitar 17.504 pulau (Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, 2004) merupakan bagian dari NKRI. Secara geografis, Indonesia diapit oleh 2 benua dan 2 samudera. Pada barat laut Indonesia terdapat benua Asia dan di tenggara Indonesia berbatasan dengan benua Australia. Letak Indonesia yang berada pada posisi silang ini menjadikan Indonesia sebagai persimpangan lalu lintas dunia, baik darat, udara, ataupun laut. Negara kepulauan dan berada di pusat posisi lintas dunia adalah alasan yang cukup kuat untuk menjawab pertanyaan tentang kekayan kultur di negeri ini.
Jumlah suku di Indonesia juga tidak sedikit. Ada sekitar 1.128 suku yang terdaftar oleh BPS (Badan Pusat Statistik) melalui sensus penduduk terakhir (2000). Tabel di bawah ini hanya mencantumkan suku-suku inti yang ada di Indonesia, belum termasuk pecahan/pembagiannya.
Tabel 2.1 Proporsi Jumlah Suku di Indonesia
Suku Bangsa Populasi
Persentasi
Kawasan Utama
(ribu)
Suku Jawa 86,012
Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung
Suku Sunda 31,765
Jawa Barat
Tionghoa- 7,776
Jabodetabek, Bandung, Kalimantan Indonesia Barat, Surabaya, Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, Medan, Bagan Siapi- api, Jambi, Palembang, Makassar,
Manado
Suku Melayu 7,013
Pesisir timur Sumatera , Kalimantan
Barat
Suku Madura 6,807
Pulau Madura
Suku Batak 6,188
Sumatera Utara
Sumatera Barat, Riau Minangkabau
Suku 5,569
Suku Betawi 5,157
Jakarta
Suku Bugis 5,157
Sulawesi Selatan
Arab-Indonesia 5,000
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah
Suku Banten 4,331
Banten