Net profit margin adalah rasio tingkat profitabilitas yang dihitung dengan cara membagi keuntungan bersih dengan total penjualan rasio ini menunjukan keuntungan
bersih dengan total penjualan yang di peroleh dari setiap penjualan. Net Profit Margin =
X 100 X
I. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai: perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah.
74
Pertumbuhan ekonomi
mengukur prestasi
dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya
kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi
baik dalam jumlah dan kualitasnya
75
. Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan tersedianya barang untuk
dikonsumsi secara berkelangsungan, selain itu teknologi merupakan salah satu faktor yang juga turut menentukan seberapa banyak barang yang mampu diproduksi,
penggunaan teknologi secara tepat guna dapat menjadikan inovasi berkembang secara lebih baik. Menurut Mankiw: untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para ekonom
menggunakan data produk domestik bruto GDP yang mengukur pendapatan total
74
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2004, h. 9.
75
Deddy Rustino, Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa TengahSemarang:Thesis UNDIP, 2008, h. 12.
setiap orang dalam perekonomian
76
. Dalam menghitung pendapatan nasional setidaknya digunakan dua pendekatan, pertama: pendekatan total pengeluaran, dan
yang kedua dengan menggunakan total pendapatan.
J. Bagi Hasil
Transaksi bagi hasil yang telah dikenal sejak zaman romawi yang juga diadopsi oleh islam sebagai mudharabah akhirnya dengan alasan pragmatisme. Di
zaman Renaissance, bagi hasil dilakukan setengah hati dengan nama “triple
contract” yaitu aqad bagi hasil diikuti dengan dua akad lainnya sehingga terdiri dari tiga akad. Akad pertama adalah akad bagi hasil itu sendiri. Akad kedua pelaksana
menjamin segala kerugian tidak menjadi pemilik dana, dan akad ketiga adalah pelaksana menjamin tingkat bagi hasil yang tetap yaitu 5 sehingga akad ini dikenal
juga sebagai “five percent contracts”. Pada tahun 1567 secara tidak resmi Paus Pius
V membolehkan kontrak lima persen ini dan baru pada tahun 1012 Vatikan membolehkan bunga
77
. Namun demikian bagi Hasil yang ada pada zaman romawi berbeda bagi hasil dalam konsep islam, menurut usmani 1999 beberapa konsep bagi
hasil adalah
78
: 1.
Bagi hasil tidak berarti meminjamkan uang, tetapi merupakan partisipasi dalam usaha. Dalam hal musyarakah, keikutsertaan aset dalam usaha
hanya sebatas porsi pembiayaan masing-masing pihak.
76
N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, New York: Worth Publisher, 2006, h. 182.
77
Veitzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, h. 763.
78
Ascarya, Akad dan produk Bank Syariah, h. 49