9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Status Gizi Balita
2.1.1 Status Gizi di Indonesia
Sehat didefinisikan sebagai keadaan sehat sempuran secara fisik, mental, dan sosial, dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan, adalah hak azasi
yang paling mendasar, dan pencapaian derajat kesehatan menjadi tujuan utama sosial yang sangat penting di seluruh dunia. Mengingat pentingnya peningkatan
status kesehatan dan gizi anak, Departemen Kesehatan Direktorat Bina Gizi Masyarakat telah melaksanakan berbagai program perbaikan gizi dalam upaya
menurunkan angka kematian bayi selama lebih dari tiga puluh tahun. Hal ini mengingat kelangsungan hidup anak pada awal kehidupannya sangat tergantung
pada pemenuhan hak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk imunisasi. Program gizi merupakan salah satu hal penting dalam kebijakan Paradigma Sehat
untuk menurunkan risiko kesakitan dan kematian bayi dan anak Indonesia Depkes RI, 1999:1.
Menurut Ali Khomsan pada tahun 2008, ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 anak balita Indonesia pendek SKRT 2004. Ukuran tubuh yang
pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak
tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.
10
Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman-temannya
sebaya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu. Penyebab utama kurang gizi pada
balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi diare, ketidaktahuan orang tua karena kurang pendidikan sehingga
pengetahuan gizi rendah, atau faktor tabu makanan dimana makanan bergizi ditabukan dan tak boleh dikonsumsi anak balita.
Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas
Posyandu, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan,
pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu Depkes RI, 1999:11.
Pada tahun 1986, Presiden RI mencanangkan Posyandu sebagai suatu strategi nasional pendukung Program Dasa Warsa Anak Indonesia 1986-1996.
setelah itu dalam waktu relatif singkat, ada berbagai kegiatan ini, karena pada waktu itu dianjurkan bahwa di tiap desa paling sedikit harus ada 5 Posyandu.
Cakupannya adalah bahwa tiap Posyandu diharapkan melayani kira-kira 100 bayi dan balita di wilayahnya Budioro, 2001:146.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi