Fasilitasi ketercukupan pangan, asupan gizi, dan pola konsumsi seimbang. Fasilitasi peningkatan pendapatan dan lapangan pekerjaan, Program Kegiatan : Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, Program Kegiatan : Pelayanan akses pendidikan

149 Dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Kota Surakarta tahun 2009, prioritas pertama untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, dan didukung dengan prioritas, kebijakan dan program kegiatan lain untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sinkron dan sinergi dengan upaya penanggulangan kemiskinan. Kebijakan dan program kegiatan tersebut dalam lingkup prioritas : peningkatan kualitas pendidikan; peningkatan derajat kesehatan masyarakat; pembangunan ekonomi; dan peningkatan kualitas pelayanan publik, peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan pembangunan. Tabel 9 Prioritas, Kebijakan, dan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Kota Surakarta Tahun 2009 Prioritas Kebijakan, Program Kegiatan 1.Peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin a. Peningkatan kualitas hunian dan lingkungan pemukiman. ProgramKegiatan : 1 Bantuan Perbaikan Rehap RTLH, instalasi listrik dan air bersih. 2 Pembangunan hidrant umum dan MCK berbasis komunitas. 3 Pembangunan saluran dan sanitas lingkungan SANIMAS. 4 Pembangunan dan pengoperasian rusunawa. 5 Penataan dan penegasan kepemilikan lahan LC. 6 Penyuluhan perilaku hidup sehat dan penembangan pilot project komunitas berpola hidup sehat pada kawasan yang telah ditata. 7 Pengembangan Lingkungan sehat.

b.Fasilitasi ketercukupan pangan, asupan gizi, dan pola konsumsi seimbang.

Program Kegiatan : 1 PMT pemulihan bagi 180 gizi buruk, 65 bumil dan 4000 anak sekolah. 2 Pembelajaran dan penguatan pemahaman pentingnya pemberian ASI eksklusif, bagi bumil dan 75 kader posyandu. 3 Perawatan 20 balita Gizi Buruk di Rumah Sakit. 150 1.Peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin 4 Intervensi 150 ibu hamil anemia. 5 Pemberian Vit A bagi balita 2 kalitahun, ibu nifas dan balita sakit. 6 Pasar murah bahan pokok dan bahan bakar untuk rakyat miskin. 7 Pemenuhan kebutuhan standar nutrisi, dan vitamin.

c. Fasilitasi peningkatan pendapatan dan lapangan pekerjaan, Program Kegiatan :

1 Diklat keterampilan aplikatif. 2 Diklat praktis kewirausahaan. 3 Pembangunan tempat usaha. 4 Pemberian bantuan modal bergulir untuk koperasi usaha kecil dan mikro. 5 Penjaminan kredit bagi koperasi usaha kecil dan mikro

d. Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, Program Kegiatan :

1 Pemberian jaminan askeskin biaya perawatan dan obat bagi msyarakat miskin yang ditangani Puskesmas dan RS = 26.526 KK 100.019 jiwa. 2 Pemberian stimulan Operasional Posyandu = 590 Posyandu Balita; 267 Posyandu Lansia. 3 Pemberian bantuan Desolin di 51 kelurahan. 4 Pemberian paket bantuan bagi ibu hamil resiko tinggi.

e. Pelayanan akses pendidikan yang berkualitas

Program Kegiatan : 1 Beasiswa bagi siswa dari Rumah tangga miskin langsung pada siswa by name-by adress dan pada sekolah, untuk tingkatan SDMI; SMPMTs; SMA MA dan SMK. 2 Penyediaan BOS dan pendamping BOS. 3 Penyelenggaraan sekolah plus SD, SMP, SMK. 4 Bantuan pendidikan non formal diklat untuk anak pemuda usia kerja dari keluarga miskin.

f. Pelibatan dalam pengambilan keputusan, melalui pelibatan dalam

proses Musrenbang, dialog publik, kunjungan ke kantong-kantong kemiskinan. 2. Peningkatan kualitas pendidikan, 1 Rehabilitasi dan revitalisasi gedung sekolah, Pengadaan perlengkapan sekolah dan pendidikan. 2 Pengembangan sekolah unggulan. 3 Peningkatan kualitas jalur pendidikan non formal. 4 Pembangunan Solo Techno Park. bersambung lanjutan 151 5 Pembangunan Perpustakaan Kota dan Kelurahan. 6 Pembangunan Taman Cerdas. 3. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat, 1 Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta PKMS. 2 Stimulan operasional Posyandu. 3 Peningkatan Pelayanan Puskesmas, Puskesmas Sore Hari dan Rawat Inap. 4 Gerakan Sayang Ibu. 5 Penyehatan lingkungan pemukiman. 6 Penyuluhan kesehatan dan pemasyarakatan pola hidup sehat. 7 Kelurahan Siaga. 8 Penanggulangan penyakit menular dsb. 4. Pembangunan ekonomi, 4. Pembangunan ekonomi. 1 Pelatihan SDM dan calon tenaga kerja. 2 Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri : Terdidik, Profesional; Wira Usaha Baru, Penyandang Cacat, serta bantuan usaha dan peralatan. 3 Pemberian bantuan modal untuk UMKM dan Koperasi. 4 Revitalisasi Pasar Tradisional. 5 Bantuan untuk pedagang pasar dan PKL. 6 Pengembangan Galabo. 7 Pengembangan kluster industri dan pedagang. 5. Peningkatan kualitas pelayanan publik dan Kapasitas Pemerintah Daerah, Pembangunan Politik, Hukum dan Ketertiban Masyarakat 1 Alokasi Dana Pembangunan Kelurahan DPK. 2 Revitalisasi data gakin. 3 Musrenbang. Sumber : Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Tahun 2009. Sararan, arah kebijakan, program dan kinerja penanggulangan kemiskinan tahun 2005 – 2010 digambarkan dalam tabel berikut. bersambung lanjutan 152 Tabel 10 Sasaran, Arah Kebijakan, Program dan Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Di Kota Surakarta Tahun 2005 - 2010 : Sasaran Arah Kebijakan dan Program Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau. 1 Pemenuhan hak atas pangan bagi gakin dan orang-orang terlantar. 2 Fasilitasi dan Pengembangan kelembagaan sosial masyarakat dalam meningkatkan pelayanan pangan. 1 Meningkatkan kapasitas kelembagaan Pemkot dalam ketahanan pangan; 2 Menyempurnakan sistem penyediaan, distribusi, dan harga pangan; 3 Menjamin kecukupan pangan masyarakat miskin dan kelompok rentan; 4 Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kualitas pangan; 5 Kewaspadaan terhadap rawan pangan. o Perbaikan gizi masyarakat, melalui pemberian makanan tambahan bagi balita, pemberian makanan tambahan bagi anak TK dan sekolah dasar serta pemberian makanan bagi ibu hamil. Terpenuhinya Pelayanan Kesehatan yang bermutu. 1 Pemenuhan hak atas kesehatan bagi gakin dan orang-orang terlantar. 2 Fasilitasi dan Pengembangan kelembagaan sosial masyarakat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. 1 Pelayanan khusus keluarga miskin; 2 Pelayanan Puskesmas sore hari; 3 Pelayanan Puskesmas Rawat Inap; 4 Bantuan Dana Ibu Bersalin dari Gakin; 5 Askeskin dana dari Pusat; 6 Jaminan Pemeliharaan o Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, melalui : rehabilitasi puskesmas, pengadaan mobil puskesmas keliling, peningkatan alat-alat kedokteran, reagensia laboratorium, jaringan TowerWireless Area Network untuk online Sistem Informasi Manajemen Puskesmas SIMPUS . o Peningkatan pelayanan berupa 3 puskesmas rawat inap di Puskesmas Pajang, Sibela dan Banyuanyar. Ketiganya dilengkapi pelayanan poliklinik, gawat darurat, pertolongan persalinan dan perawatan, serta ditunjang dengan sarana prasarana yang canggih seperti ECG, USG, Photometer dan lain-lain. Kualitas pelayanannya telah disesuaikan dengan standar internasional, yaitu dengan diraihnya sertifikat ISO 9001:2000 oleh 7 puskesmas yakni Puskesmas Banyuanyar, bersambung 153 Kesehatan Masyarakat Miskin JPKM bagi anggota masyarakat miskin yang tidak masuk dalam daftar askeskin. 7 Revitalisasi Posyandu; 8 Bantuan berobat dan ibu hamil bagi masyarakat miskin. 9 Pemberian makanan tambahan. 10 Penanggulangan balita kurang gizi 11 Pemeriksaan lansia dari Gakin. Sibela, Pajang, Ngoresan, Sangkrah, Manahan dan Nusukan. o Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta PKMS. Program ini bertujuan memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat Surakarta yang belum termasuk dalam program ASKESKIN, ASKES PNS dan ASKES sosial lainnya. Fasilitas yang diberikan dalam program ini antara lain pelayanan kesehatan dasar di seluruh puskesmas dan jaringannya, pelayanan kesehatan rujukan di puskesmas rawat inap, rumah sakit daerah dan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kota Surakarta. PKMS terdiri dari 2 jenis, yakni PKMS Silver dan PKMS Gold. PKMS Silver adalah untuk masyarakat umum, sedangkan PKMS Gold adalah fasilitas bagi masyarakat tidak mampu dimana apabila mendapatkan perawatan inap, pengobatannya ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Kota. Masyarakat Kota Surakarta yang terdaftar dalam PKMS adalah 175.691 : terdiri dari 168.894 orang PKMS Silver dan 6.897 orang PKMS Gold. o Meningkatkan kualitas hidup bersih dan sehat, melalui program promosi kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah, tuberculosis, pelaksanaan imunisasi dan surveillance, pencegahan dan penyehatan lingkungan serta untuk pemeliharaan kesehatan telah dibangun area merokok di lingkungan perkatoran. o Perbaikan gizi masyarakat, melalui pemberian makanan tambahan bagi balita, anak TK dan sekolah dasar serta ibu hamil. Perhatian terhadap kecukupan gizi ini juga diberikan kepada 3.500 anak sekolah dasar dan 2.148 anak TK yang mengalami gizi kurang pada tahun 2009. Selain itu juga telah dilaksanakan penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium, kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya; perawatan berkala bagi ibu hamil keluarga kurang mampu serta pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga kurang mampu. bersambung lanjutan 154 Terpenuhinya pelayanan pendidikan dasar yang bermutu 1 Pemenuhan hak atas pendidikan bagi Gakin dan orang- orang terlantar. 2 Fasilitasi Pengembangan Kelembagaan sosial masyarakat dalam meningkatkan pelayanan pendidikan. 1 Bea siswa Keluarga miskin; 2 Revitalisasi sekolah-sekolah di perbatasan sekolah plussekolah bebas biaya bagi gakin; 3 Perpustakaan Kelurahan dan Perpustakaan keliling; 4 Wajar 9 tahun; 5 Kejar Paket B dan C dan pendidikan non formal bagi siswa putus sekolah dari Gakin.  Memeratakan pendidikan, khususnya bagi masyarakat kurang mampu = Sekolah Plus dan Beasiswa bagi keluarga tidak mampu.  Sekolah Plus dimulai tahun 2007 untuk memberikan pelayanan pendidikan bermutu bagi penduduk yang tidak mampu. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi jumlah anak putus sekolah dalam mendapatkan pendidikan yang berkelanjutan. Dana bantuan sekolah plus digunakan untuk pembayaran SPP, penyediaan seragam sekolah, buku pelajaran, LKS, alat tulis ekstrakurikuler serta pengembangan diri life skill. Pada tahun 2007, Sekolah Plus melayani 510 anak, yang kemudian meningkat pada tahun 2008 mencakup 1.106 siswa dan tahun 2009 mencakup 2.423  Beasiswa bagi yang memenuhi kriteria dan diberikan melalui sekolah, yakni siswa dari keluarga penerima Sumbangan Langsung TunaiBantuan Langsung Tunai; siswa dari keluarga pemilik kartu Askeskin; serta siswa tidak mampu menurut pengamatan guru. Alokasi beasiswa pada tahun 2007 adalah Rp.8.173.360.000,- untuk 20.637 siswa. Pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp.9.982.960.000,- untuk 30.632 siswa dan pada tahun 2009 telah dialokasikan anggaran Rp.8.388.270.000,- untuk 108.040 siswa dengan rincian penggunaan pendampingan Bantuan Operasional Sekolah BOS sebesar Rp. 6.390.270.000,- bagi 68.117 siswa SD MISDLB dan 36.223 siswa SMP MTsSMPLB dan biaya sebesar Rp. 1.998.000.000,- bagi 3700 siswa SMAMASMALB.  Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan : merehabilitasi gedung-gedung sekolah dari tingkat SD sampai Sekolah Menengah, pengembangan sekolah rintisan, pengadaan meubelair, pengadaan alat praktek, laboratorium dan alat peraga, pelaksanaan kegiatan pelatihan dengan peralatan yang diletakkan di Mobile Training Unit serta TV Pendidikan. Atas peningkatan ini, Kota Surakarta mendapat sertifikasi ISO bersambung lanjutan 155 9001:2000 atas 3 tiga SMAMA dan 10 sepuluh SMK.  Dikembangkan program Manajemen Berbasis Sekolah, penyelenggaraan sekolah Imersi, sekolah akselerasi dan school development and investment. Saat ini, sekolah imersi telah dilaksanakan di SMPN 4 dan SMAN 4. Sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI dilaksanakan di SMPN 1, SMAN 1, SMAN 3, SMA MTA, SMA Regina Pacis, SMKN 2, SMKN 5, SMKN 6 dan SMK Mikael. School development and investment, sebagai peningkatan kompetensi siswa sekolah kejuruan di bidang teknologi manufaktur sesuai standar internasional telah dilaksanakan di SMKN 2, SMKN 5, SMKN 6, SMKN 8.  Selain pendidikan formal, pendidikan non formal = Solo Techno Park STP. STP adalah pusat vokasi dan inovasi teknologi di Kota Surakarta yang dibangun dari sinergi dan hubungan yang kokoh antara dunia pendidikan, bisnis dan pemerintah the triple helix. STP memberikan layanan pendidikan dan pelatihan bidang industri, inkubator bisnis, jasa produksi serta penelitian dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan daya saing dan kinerja dunia usaha dan dunia industri, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan memperluas lapangan pekerjaan melalui pembangunan ekonomi berkelanjutan. Jumlah lulusan STP 558 orang dimana 550 orang diantaranya telah terserap dunia kerja pada bidang industri manufaktur, perusahaan tekstil, jasa konstruksi, trading dan jasa permesinan.  Kota Layak Anak, salah satunya melalui pembangunan 6 Taman Cerdas di Kelurahan Sumber, Kadipiro, Joyotakan, Gandekan, pajang dan Mojosongo. Dipadukan dengan Perpustakaan Kampung. Terbukanya kesempatan 1 Peningkatan keterampilan 1 Revitalisasi pasar-pasar tradisional;  Renovasi Pembangunan Pasar Tradisional. Pedagang tidak dipungut biaya. Tujuan : Mempertahankan keberadaan Pasar bersambung lanjutan 156 kerja dan berusaha masyarakat miskin untuk meningkatkan kesempatan atas pekerjaan dan berusaha. 2 Fasilitasi Pengembangan Kelembagaan sosial masyarakat dalam dalam mendukung kesempatan bekerjaberusaha bagi gakin 2 Penataan dan pemberian tempat usaha bagi PKL; 3 Pasar murah; 4 Pelatihan; 5 Job market; 6 Penjaminan kredit bagi koperasi dan UKM. 7 Pengembangan pasar malam kuliner; 8 Penyediaan dana pinjaman bergulir untuk diklat SCTC bagi pemuda dari Gakin. Tradisional, meningkatkan daya saing. Renovasi pembangunan pasar diantaranya : Sidodadi, Kembang, Mojosongo, Nusukan, Gading, Windujenar, Klithikan Notoharjo, Panggung Rejo Kentingan.  Penataan Pemberdayaan PKL : Tujuan : Memberi kepastian usaha bagi PKL, memberdayakan ekonomi masyarakat, mewujudkan tata ruang kota yang harmonis, tersedianya fasilitas umum dan sosial. Program : 1 Pembangunan Pasar Klithikan Notoharjo untuk 989 PKL. 2 Kantong-Kantong Selterisasi PKL : Pasar Minggu Pagi di Manahan, Selter Timur DKT, Selter PKL Jurug, Selter PKL Kreteg Gantung, Selter PKL Kerten. 3 Bantuan Gerobak 80 buah untuk PKL di Jl. Slamet Riyadi Bantuan Tenda 200 buah untuk PKL di Jl Adi Sucipto Jl. Slamet Riyadi. 4 Pemberian Kios 96 buah untuk PKL Belakang UNS.  Pembangunan Ketenagakerjaan : penyebarluasan Informasi Pasar Kerja, kursus 10 ketrampilan kejuruan, pelatihan keahlian dan ketrampilan calon TKI, Bursa Pasar Kerja, pembangunan Terminal TKI, diklat akses reform, medical representatif, finishing mebel dan las, Job Market Festival dan otomatisasi kartu kuning, serta Balai Latihan Tenaga Kerja Otomotif , Las dsb , Solo Techno Park Mesin Industri, Las Dalam Air dsb  Pemberdayaan koperasi UKM : perkuatan modal, diklat manajemen kewirausahaan dan akuntasi, diklat kerajinan, promosi produk UKM dalam pameran dagang INACRAFT, IFFINA, Smesco, Jateng Expo, APEKSI, Gelar Batik Nusantara, Pameran Produk Ekspor.  Pembuatan Tempat Usaha : Galabo, Ngarsopuro;  Mengembangkan Kampung Batik : Laweyan dan Kauman.  Penanaman Modal Investasi untuk Memperluas Kesempatan Kerja.  Memberdayakan Kelompok Usaha Bersama KUBE di tiap Kelurahan : Pinjaman Bergulir, Bantuan Peralatan : Peralatan Batik, Mesin Jahit, Alat Masak dsb. bersambung lanjutan 157 Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha  Kemudahan pelayanan kredit usaha kecil, berkembangnya potensi unggulan daerah serta terciptanya jaminan hukum atas hak cipta dari hasil-hasil produksi Kota Surakarta, pengembangan potensi unggulan daerah; Terpenuhinya kebutuhan perumahan dan sanitasi yang layak sehat serta tersedianya kebutuhan air bersih bagi masyarakat miskin. 1 Pengembangan upaya pemenuhan atas perumahan bagi keluarga miskin. 2 Pemenuhan atas pelayanan sanitasi dan sumber air bersih bagi gakin. 3 Fasilitasi Pengembangan Kelembagaan sosial masyarakat dalam mendukung tersedianya perumahan dan penyediaan sumber air bersih 1 Pembangunan rusunawa; 2 Sanimas; 3 Bantuan rehab rumah sehat, 4 Air bersih bagi lingkungan kumuh dan gakin; 5 Penataan hunian liar dan kampung kumuh; 6 Bantuan bagi PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.  Pembangunan Rusunawa di Begalon, Semanggi dan Jebres.  Bantuan perbaikan rumah tak layak huni RTLH yang dikelola oleh kelompok kerja bentukan masyarakat. Pemberian bantuan Rp.1.500.000,- per-KK dilaksanakan tahun 2006 kepada 225 RTLH, tahun 2007 kepada 1.000 RTLH. Pada tahun 2008 dan 2009 diberi bantuan Rp.2.000.000,- dua juta rupiahper-KK kepada 3000 RTLH.  Dalam program ini Pemerintah Kota Surakarta bekerja sama dengan UN-Habitat, bersama-sama meningkatkan kemampuan masyarakat menyediakan hunian yang layak.  Hasil : pembangunan sarana air bersih di Kelurahan Jebres, Mojosongo dan Joyontakan; peningkatan pengelolaan sanitasi di 30 tiga puluh tempat, implementasi Sanimas yang dapat dikembangkan sebagai energi alternatif Biogas; penyediaan sarana dan prasarana Rumah Sehat Sederhana, Terjaminnya rasa aman dari berbagai tindak kekerasan 1 Pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan social. 2 Pengembangan dan keserasian kebijakan kesejahteraan sosial. 3 Pemberdayaan fakir miskin dan penyandang masalah kesejahteraan social. Arah kebijakannya adalah pemberdayaan masyarakat miskin dibidang ekonomi, penanganan PMKS, pendataan sosial serta fasilitasi peningkatan pelayanan difabel. Sebagai perwujudan dukungan terhadap Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial, maka disalurkan bantuan keuangan untuk beberapa yayasan, organisasi perempuan, LSM bidang sosial.  Hasil pendataan PMKS dan PSKS tahun 2006, sebagai salah satu indikator penyandang masalah kesejahteraan sosial adalah keluarga dengan rumah tak layak huni, telah terdata 6.612 keluarga.  Pada akhir tahun 2007, terjadi musibah banjir Bengawan Solo yang menggenangi kawasan 12 kelurahan dengan kerugian 3.761 rumah penduduk rusak berat-sedang serta 2.607 rusak ringan. Pada masa tanggap darurat, dibentuk Posko pelayanan korban banjir yaitu: Posko Induk di Loji Gandrung, Posko pengungsian, Posko-posko di 12 Kelurahan dan masyarakat di bersambung lanjutan 158 4 Pengembangan sistem perlindungan sosial. 5 Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan. 6 Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak. Agar terwujud norma keluarga yang sejahtera, maka perlu pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk melalui program peningkatan kesehatan reproduksi, peningkatan kualitas keluarga sejahtera dan usaha ekonomi. memberikan perlindungan bagi anak dan perempuan, wilayah banjir serta dapur-dapur umum. Posko induk menerima bantuan berupa bahan makanan, selimut, baju, tenda, obat-obatan dan lain-lain. Bantuan tersebut disalurkan melalui Posko-posko Kelurahan dan didistribusikan kepada korban banjir.  Penanganan paska banjir adalah relokasi dan renovasi. o Program relokasi diberlakukan bagi hunian di bantaran sungai. o Program renovasi diberlakukan bagi yang tidak termasuk program relokasi, untuk rumah rusak ringan dibantu melalui program tanggap darurat dari Kementerian Sosial, sedangkan rumah rusak berat- sedang, mendapatkan bantuan dari Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat dan APBD Kota Surakarta. Sampai tahun 2009, pemberian hibah untuk renovasi telah disalurkan bantuan kepada 2.110 warga penerima hibah wph. o Untuk program relokasi, sampai tahun 2009 telah disalurkan bantuan 970 wph status tanah negara, dari total korban 1.571 rumah, sehingga masih ada sisa 601 rumah. Sampai saat ini relokasi sebagian korban banjir yang berstatus tanah negara, telah terlaksana dan tersebar dibeberapa tempat, yaitu di Solo Elok Kedung Tungkul, Sabrang Lor, Ngemplak Sutan dan di Mojolaban Sukoharjo.  Keluarga berencana dan keluarga sejahtera : Kegiatan yang dilaksanakan : penyuluhan dan pembinaan bagi usia subur, advokasi dan KIE tentang reproduksi sehat, pelayanan kontrasepsi dan KB Mandiri, pengembangan kelompok KB Pria dan Kesehatan Reproduksi Remaja. Pelaksanaan kegiatan tersebut juga didukung 31 tiga puluh satu sepeda motor kendaraan petugas penyuluh KB dan alat medis pelayanan KB yang didanai dari BKKBN. bersambung lanjutan 159  Terkait dengan sasaran terwujudnya keluarga sejahtera= bantuan untuk modal usaha, pengadaan sarana prasarana usaha bagi kelompok perempuan, peningkatan kemampuan capacity building petugas dan pendampingan sosial pemberdayaan fakir miskin, pelatihan tenaga pendamping bina keluarga di kecamatan, bimbingan sosial pelatihan ketrampilan anak terlantar luar panti serta bimbingan kepada diffabel untuk menghasilkan peningkatan perekonomian bagi diffabel sekaligus membentuk jiwa yang mandiri.  fasilitas perlindungan dan rehabilitasi korban tindak kekerasan, khususnya anak dan perempuan, yaitu Graha Yoga Pertiwi, sebagai sarana perlindungan anak korban kejahatan seksual. Sumber : RPJMD Kota Surakarta Tahun 2005-2010, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Walikota Surakarta Periode Tahun 2005-2010. lanjutan 160 Dalam aspek kebijakan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan Pro Poor Budget di Kota Surakarta, Pemerintah Kota Surakarta mempunyai kemauan politik dan menunjukkan kepedulian dalam penanggulangan kemiskinan. Merujuk materi workshop penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta, berjudul : “Kemiskinan Berdimensi Sosial Budaya : Upaya Mencari Model Pengentasan Kemiskinan Berbasis Participatory Poverty Assesment “ Ahmad Alamsyah, 2009:18, anggaran kemiskinan di Kota Surakarta : tahun 2006 sekitar 16.5 dari APBD, tahun 2007 turun menjadi 7.3 dari APBD. Angka-angka ini setidaknya di atas rata-rata kota lain yang umumnya di bawah 3 . Direncanakan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan pada tahun 2010 akan dinaikkan. Dalam harian Solopos, tanggal 4 Januari 2010, dinyatakan bahwa Anggaran kemiskinan Kota Solo pada tahun 2010 meningkat senilai Rp 11,587 miliar. Peningkatan itu, terutama disokong naiknya untuk sektor kesehatan dan pendidikan. Data sekretariat Bappeda Solo menyebutkan sepanjang tahun 2009 anggaran kemiskinan mencapai Rp 44,394 miliar. Sedangkan untuk tahun 2010, total anggaran kemiskinan dipatok senilai Rp 55,982 miliar. Tabel 11 Anggaran Penanggulangan Kemiskinan di Kota Surakarta No Program Anggaran Rp 1 Beasiswa dan Pendamping BOS 23,314 miliar 2 Hibah pembangunan RTLH 2,5 miliar bersambung 161 3 Bantuan sosial kemasyarakatan sebanyak 3 miliar 4 Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta PKMS 16 miliar 5 Program peningkatan Puskesmas sebanyak 3,14 miliar 6 Sanimas 4,43 miliar Sumber : Bappeda Kota Surakarta, 2010. Menurut Anggota TKPKD Kota Solo, Widdi Srihanto saat sosialisasi dan launching TKPKD di Balaikota Rabu 30 Desember 2009 menyatakan peningkatan anggaran kemiskinan Kota Bengawan didasarkan pada banyak faktor, termasuk mengenai kondisi warga miskin di lapangan dan ketersediaan anggaran anggaran Pemerintah Kota Solo dan diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat Solopos, 4 Januari 2010. Walikota Surakarta, Bapak Joko Widodo dalam kesempatan yang sama, menegaskan : “Program penanggulangan kemiskinan di Solo lebih ditujukan untuk mendorong pemberdayaan masyarakat. Program yang telah berjalan sebelumnya, seperti Bantuan operasional sekolah, program Pemeliharaan kesehatan Masyarakat Surakarta, rehap rumah tidak layak huni, dan program pemberian makanan tambahan, akan diteruskan. Namun disamping itu, program lain yang lebih mendorong pemberdayaan masyarakat, seperti bantuan peralatan produksi juga perlu lebih ditingkatkan. Branding Solo, dengan menarik wisatawan, juga salah satu cara penanggulangan kemskinan Solopos, 4 Januari 2010”. Terkait pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta, merujuk materi workshop penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta, berjudul : “Kemiskinan Berdimensi Sosial Budaya : Upaya Mencari Model Pengentasan Kemiskinan Berbasis Participatory Poverty Assesment “ Ahmad Alamsyah, 2009:19-30, ada beberapa hal : Pertama, lanjutan 162 Belum ada model pengentasan kemiskinan melalui pilot Project di kantong- kantong kemiskinan, seperti di Banjarsari atau Jebres sebagai laboratorium sosial. Model seperti ini penting disamping untuk mengetahui seluk-beluk dimensi kemiskinan non-agregat, juga terbukti lebih produktif dalam menurunkan kemiskinan. Kedua, Program pengentasan kemiskinan di Surakarta nampaknya belum memiliki database yang lengkap yang berkaitan dengan : uraian yang rinci tentang kondisi sandang, papan dan pangan tingkat pendapatan orang miskin, keluarga miskin yang bekerja dan tidak bekerja, angkatan kerja dan pekerjaan orang miskin, aset yang dimiliki, status kepemilikan tempat tinggal, kemampuan memberi makan anggotanya, kemampuan membeli pakaian, dan permasalahan kemiskinan berdasar pendidikan. Demikian juga, tidak ada uraian yang rinci tentang karakteristik sosial-budaya yang non-agregat seperti pemetaan: social capital trust, reciprocity, solidarity, network and cultural capital sebagai landasan pemberdayaan empowering. Kedua data ini merupakan modal utama dalam membangun cetak biru dan strategi pengentasan kemiskinan yang lebih komprehensif. Ketiga, Secara keseluruhan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan relatif berhasil dalam melakukan penurunan angka-angka kemiskinan yang bersifat agregat, tetapi ”kurang berhasil” dalam mendorong kemandirian masyarakat miskin dalam menegakkan harga dirinya. Model pemberdayaan yang dilakukan cenderung baru sebatas menjalankan prosedur 163 dalam menjalankan community development tetapi belum menjalankan proses subtansial yang secara sungguh-sungguh menempatkan masyarakat miskin sebagai subyek pembangunan. 2. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dari Pemerintah yang dilaksanakan di tingkat kelurahan yaitu : PNPM Mandiri Perkotaan dan BLPS P2FM KUBE. Program-program pemberdayaan masyarakat dari Pemerintah Kota Surakarta yang dilaksanakan di tingkat kelurahan antara lain : 1 Bantuan perbaikanrehap Rumah Tidak Layak Huni RTLH, dan Sanitasi Lingkungan Masyarakat SANIMAS, pembangunan MCK dan hidran umum. 2 Pendidikan dan pelatihan ketrampilan, bantuan modal bergulir untuk koperasi dan usaha mikro kecil. 3 Bantuan operasional Posyandu, penyuluhan kesehatan, Gerakan Sayang Ibu, Penanggulangan Penyakit Menular. 4 Alokasi Dana Pembangunan Kelurahan DPK Blockgrant. Program DPK tidak difokuskan pada penanggulangan kemiskinan, tetapi beberapa kegiatan didalamnya dapat mendukung upaya pengurangan tingkat kemiskinan di masyarakat, misalnya pembangunanperbaikan saluran, MCK, pelatihan SDM, bantuan kegiatan PKKPosyandu, bantuan peralatan sekolah untuk anak-anak dari keluarga miskin dan sebagainya. 6 Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Gender P2MBG. 164 1 PNPM Mandiri Perkotaan PNPM Mandiri Perkotaan PNPM MP salah satu bagian dari PNPM Mandiri dan merupakan pengembangan dari Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP. Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi PNPM MP. Program ini secara subtansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep pemberdayaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya. Program ini berupaya menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial social capital masyarakat di masa mendatang, serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat kelurahan didanai dari alokasi Bantuan Langsung Masyarakat BLM. Distribusi alokasi dana BLM per kelurahan sebagai berikut : Tabel 12 Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan Kategori Ukuran Kelurahan Kecil Sedang Besar Jml Penduduk Kelurahan 3000 jiwa 3000-10.000 jiwa 10.000 jiwa Pagu dana BLM Kelurahan Lanjutan PNPM Mandiri P2KP Tahun 2007 Rp 200 juta Rp 300 juta Rp 500 juta Pagu dana BLM lokasi lama P2KP lokasi baru Rp 150 juta Rp 200 juta Rp 300 juta bersambung 165 Tahap Pencairan lokasi berjalan 2007 : Tahap 1 : 20, 2008 : Tahap 2: 50, Tahap 3 : 30 Tahap Pencairan lokasi lama 2008 : Tahap 1 : 30, Tahap 2: 50, 2009 : Tahap 3 : 20 Tahap Pencairan lokasi baru 2008 : Tahap 1 : 30, 2009 : Tahap 2: 50, Tahap 3 : 20 Sumber : Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan,2009. Pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan PNPM Mandiri Nasional, Organisasi penyelenggaraan PNPM Mandiri Perkotaan berada di bawah kendali Tim Pengendali PNPM Mandiri Nasional. Gambaran model PNPM Mandiri Perkotaan dalam table berikut. lanjutan 166 Tabel 13 Model PNPM Mandiri Perkotaan Tujuan Sasaran Komponen Program Lingkup Kegiatan Organisasi dan Manajemen Program Sumber Daya  Sasaran Pelaksanaan : 1. Terbangunnya Lembaga Keswadayaan Masyarakat LKM untuk mendorong berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat; 2. Tersedianya PJM Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat; 3. Terbangunnya forum LKM tingkat kecamatan dan kota untuk mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah; 4. Terwujudnya kontribusi pendanaan dari pemerintah kota dalam PNPM MP sesuai dengan kapasitas fiskal daerah.  Komponen program : 1. Pengembangan masyarakat, 2. Bantuan Langsung Masyarakat 3. Peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal, 4. Bantuan pengelolaan dan pengembangan program.  Ruang lingkup kegiatan : 1. Penyediaan dan perbaikan prasarana sarana lingkungan permukiman, sosial dan ekonomi; 2. Penyediaan dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin; 3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs; 4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.  Tahapan Kegiatan PNPM MP : 1. Sosialisasi awal di Kelurahan. 2. Rembug Kesiapan Masyarakat. Organisasi Di tingkat Kota :  Di tingkat KabupatenKota, diangkat Koordinator Kota Korkot yang dibantu beberapa asisten korkot di bidang manajemen keuangan, teknik infrastruktur, manajemen data dan penataan ruang untuk pengendalian pelaksanaan kegiatan dibawah koordinasi Team Leader KMW.  TKPKD Kota dalam PNPM MP berperan mengkoordinasikan Korkot dari berbagai program penanggulangan kemiskinan.  Pelaksana administratif ditingkat Kota ditunjuk Satker Non Vertikal Tertentu SNVT.  Di tingkat kecamatan, unsur utama pelaksanaan PNPM MP adalah Camat dan perangkatnya, dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PJOK.  Tingkat KelurahanDesa : 1. Lurah dan perangkatnya, 2. Relawan masyarakat, 3. LKM, 4. KSM Kelompok Swadaya Masyarakat.  Dukungan kebijakan dari Pusat.  Dukungan dana : APBN DPU.  Pemkot Surakarta sharing program : Perbaikan RTLH, Keramikisasi, Posyandu.  SDM : Konsultan, Korkot dan Fasilitator yang berkompeten.  Di masyarakat didukung personil- personil relawan.  Pedoman dan juknis yang sistematis dan rigid. bersambung 167  Kelompok sasaran program ini yaitu : 1. Masyarakat, melalui bantuan teknik pendampingan, LKM dan KSM; dan bantuan dana Bantuan Langsung Masyarakat BLM; 2. Pemerintah Kota, TKPKD, melalui bantuan teknik pendampingan; 3. Para pemangku kepentingan terkait Perorangan, LSM, Perguruan Tinggi, dsb melalui bantuan teknik pendampingan.  Kecamatan dan Kelurahan sasaran : 5 kecamatan dan 51 kelurahan di Kota Surakarta.  Nilai-nilai dan prinsip-prinsip : kejujuran, keadilan, kesetaraan, kerelawanan, demokrasi, partisipasi, transparansi,akuntabilitas, dan desentralisasi.  Substansi dana BLM bersifat stimulan bagi masyarakat untuk lebih memprioritaskan kepentingan bersama dan keberpihakan pada masyarakat miskin. 3. Sosialisasi intensif dan pembentukan Relawan. 4. Refleksi Kemiskinan penyebab kemiskinan, kriteria kemiskinan, profil keluarga miskin, dan upaya penanggulangan. 5. Pemetaan Swadaya Profil Keluarga Miskin, Peta profil persoalan potensi setempat ekonomi, sosial, lingkungan, SDM, prasarana permukiman, dll, peta profil lembaga setempat, peta profil kebutuhan masyarakat. 6. Pembentukan LKM. 7. Pembentukan Forum LKM di tingkat kecamatan. 8. Penyusunan Perencanaan Jangka Menengah PJM dan Rencana Tahunan Penanggulangan Kemiskinan. 9. Sosialisasi, pengorganisasian dan pembinaan KSM. 10. Pelaksanaan BLM  Untuk Lokasi PNPM MP baru, cakupan bantuan berupa pendampingan dan BLM.  Di Kota Surakarta, tahap pencairan BLM dan hampir semua kelurahan sudah melaksanakan tahap dua.  Penggunaan dana BLM : 70 fisik infrastruktur, 20 untuk kegiatan sosial, dan 10 untuk ekonomi  LKM Lembaga Keswadayaan Masyarakat, sebagai “dewan amanah” atau “pimpinan kolektif” organisasi masyarakat warga setempat kelurahandesa.  KSM Kelompok Swadaya Masyarakat, adalah nama jenerik untuk kelompok warga masyarakat pemanfaat dana BLM PNPM MP.  Di tingkat kelurahan, akan didampingi oleh Tim Fasilitator.  Tim Fasilitator. Tugas utama Tim fasilitator adalah melaksanakan tugas KMW di tingkat komunitasmasyarakat : sebagai pelaksana proyek; sebagai pendamping masyarakat termasuk mensosialisasikan masyarakat tentang PNPM-MP, melakukan intervensi dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan membantu masyarakat merumuskan serta melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Sumber : diolah dari Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan, 2009 dan Hasil Wawancara lanjutan 168 Di Kota Surakarta, Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan PNPM MP dilaksanakan di 5 lima kecamatan dan 51 kelurahan. Program ini sudah dipersiapkan dan disosialisasikan sejak tahun 2008, pada tahun 2009 sudah berjalan pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan PNPM MP, rata-rata hampir semua Kelurahan telah melaksanakan BLM dan sebagian besar digunakan untuk pembangunan fisik infrastruktur. Dalam acara Sosialisasi Pedoman Penyelenggaraan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musrenbang Kota Surakarta Tahun 2010, tanggal 3 Desember 2009, Bapak Bagus-Asisten Korkot Bidang Infrastruktur, menyampaikan koridor pelaksanaan PNPM bidang infrastruktur yaitu : “Jalan dan bangunan pelengkapnya, drainase, prasarana irigasi, prasarana air bersih, mck, prasarana persampahan, prasarana pendidikan, prasarana pemukiman, prasarana perdagangan. Negatif list dana pnpm asbes tidak boleh, pembangunan atau rehabilitasi gedung pemerintah, rumah ibadah, kegiatan yang berkaitan politik praktis, kegiatan militer, kegiatan yang merusak lingkungan”. wawancara tanggal 3 Desember 2009. Bapak Bagus menambahkan pendapatnya : “Berangkat dari PJM Pronangkis, musrenbangkel tahun duaribu sepuluh 2010 untuk dua ribu sebelas 2011. Kegiatan fisik seperti drainase harus terintegrasi dengan sistem drainase kota, termasuk jalan, sampah” Terkait dengan perencanaan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Sangkrah dan Sudiroprajan telah disusun Program Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan PJM Pronangkis dan Rencana Tahunan Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2009 lampiran. 169 Untuk kelancaran pelaksanaan PNPM MP, perlu dikembangkan konvensi konsensus seperti yang disampaikan Bapak Hari-Korkot PNPM MP Surakarta : “Dalam kegiatan pinjaman bergulir..ada foto peminjam yang dipasang beserta jumlah pinjaman. Masyarakat bisa membuat peraturan.. dilarang memakai sandal saat masuk mck”. Terkait pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Surakarta, merujuk materi workshop penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta, berjudul : “Kemiskinan Berdimensi Sosial Budaya : Upaya Mencari Model Pengentasan Kemiskinan Berbasis Participatory Poverty Assesment “ Ahmad Alamsyah, 2009:25-26, ada beberapa hal : Pertama, Salah satu program yang paling mendekati model PPA participatory poverty assessment adalah PNPM. PNPM telah berhasil melakukan pendidikan demokrasi dalam cara merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program atas kesepakatan mayoritas. Kedua, Namun dengan besarnya orientasi pada pembangunan infrastruktur ada beberapa hal yang perlu ditinjau kembali: 1 dari segi perencanaan prioritas penguatan program kemiskinan, PNPM kurang sejalan dengan perencanaan Pemkot, yang menempatkan pembangunan insfrastruktur sebagai prioritas ke-4. Jika PNPM ingin sejalan dengan prioritas program Pemkot, maka program penguatan ekonomi yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat sebagai program prioritas-1, sedangkan pembangunan 170 ekonomi melalui kemandirian prioritas-2 harus diutamakan. 2 dengan penetapan plafon yang mengutamakan intrastruktur 70, menekankan pemenuhan ketepatan administrasi, tetapi cenderung mengabaikan penguatan ekononomi rakyat miskin serta ketakutan mengambil risiko untuk melibatkan secara langsung orang miskin dalam membantu bekerjasama guna menolong diri sendiri, dikhawatirkan program ini akan gagal membantu menurunkan angka kemiskinan dan memandirikan masyarakat miskin secara signifikan. 3 dengan struktur pendampingan yang paling mapan dan berkelanjutan PNPM harus berani mengambil risiko mengutamakan penguatan ekonomi kelompok miskin, terutama dalam revolving fund yang merupakan sisi terlemah kelompok miskin perkotaan. 2 Program PPFM-BLPS KUBE Direktorat Pemberdayaan fakir Miskin pada tahun 2007 melaksanakan Program Pemberdayaan Fakir Miskin P2FM melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial BLPS KUBE di 33 Provinsi dan 99 Kabupaten Kota termasuk Kota Surakarta. Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin memberikan jaminan permodalan usaha yang mampu memfasilitasi kelompok fakir miskin yang telah diwadahi dalam Kelompok Usaha Bersama KUBE untuk mengelola Usaha Ekonomi Produktif UEP melalui Bantuan Usaha Langsung Pemberdayaan Sosial BLPS . Dalam pelaksanaan di lapangan 171 Departemen Sosial RI akan bekerjasama dengan pihak PT. Bank BRI Persero Tbk. Untuk memfasilitasi KUBE untuk mendapatkan modal usaha dengan berbagai kemudahan-kemudahan atau fasilitas tertentu. Usaha Ekonomi Produktif UEP yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang ditunjukkan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi, meningkatkan kemampuan usaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan penghasilan, tabungan dan menciptakan kemitraan usaha yang saling menguntungkan. Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial PPFM-BLPS Kelompok Usaha Bersama KUBE dilaksanakan di beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta sejak tahun 2007. Saat ini hampir semua kelurahan telah menerima program KUBE. Menurut Bapak Budi, Pendamping KUBE di Kelurahan Sudiroprajan dan Kelurahan Jagalan : “KUBE berjalan di Solo sejak tahun 2007. Dilaksanakan di Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Kelurahan di Jebres yang mendapat KUBE yaitu Sudiroprajan, Sewu, Mojosongo, Jebres, Pucang Sawit, Jagalan, Purwodiningratan. Alokasi dana untuk masing- masing kelurahan tujuh puluh dua juta. Pada tahun 2008 dilaksanakan di Kecamatan Pasar Kliwon, Serengan dan Laweyan. Alokasi dana untuk tahun 2008 tiga puluh juta per kelurahan. Saat ini hampir semua kelurahan ada program KUBE”. wawancara tanggal 18 Februari 2010. Merujuk pada pedoman pelaksanaan program KUBE, gambaran model program KUBE dalam tabel berikut : 172 Tabel 14 Model Program KUBE Tujuan Sasaran Komponen Program Lingkup Kegiatan Manajemen Program Sumber Daya  Tujuan Program, yaitu : 1. Meningkatkan Pendapatan Anggota KUBE fakir miskin. 2. Meningkatkan kemampuan KUBE fakir miskin dalam mengakses berbagai pelayanan sosial dasar dan pasar, perbankan untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. 3. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat dan dunia usaha dalam penanggulangan kemiskinan. 4. Memperluas peluang dan kesempatan pelayanan kepada fakir miskin.  Tujuan KUBE : 1. Meningkatkan kemampuan anggota KUBE di dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidup sehari-hari, di tandai dengan : meningkatnya pendapatan keluarga; meningkatnya kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan, tingkat pendidikan.  Konsep kegiatan : Pemberdayaan Sosial, Pendampingan Sosial dan Penguatan Modal Usaha.  Pemberdayaan Sosial adalah proses pemberian penguatan dan kemampuan kepada anggota KUBE dalam mengelola Usaha Ekonomi Prduktif yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraanya.  Pendampingan Sosial adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara pendamping dengan KUBE, LKM, dan masyarakat sekitarnya dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan public lainnya.  Pendamping adalah perorangan, kelompok, atau lembaga yang memiliki kompetensi di bidang usaha kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi produktif melalui KUBE  Tahapan pemberdayaan fakir miskin : 1. Penetapan KUBE produktif oleh Pemerintah Kota  Pelaksana :  Depsos RI  PT Bak BRI,Tbk  Dinas Sosial Provinsi  Dinas Sosial Kota  KUBE  Pendamping Provinsi, Kota, Desa Kelurahan  Konsultan  Struktur Pengurus  Ketua  Sekretaris  Bendahara  Urusan-urusan  Sumber Dana . berasal dari DIPA Direktorat Pemerdayaan Fakir Miskin APBN  Dana sharing APBD dapat digunakan untuk kegiatan : Seleksi Calon KUBE dan Pendamping, Sosialisasi Bimbingan Sosial, Penambahan jumlah KUBE yang dikembangkan, Menunjang operasional kegiatan KUBE yang dikembangkan, Pembinaan KUBE, Monitoring dan Evalusi serta Pelestarian program.  Status Sifat Dana. Dana penguatan Modal program pemberdayaan fakir miskin melalui bersambung 173 2. Meningkatnya kemampuan anggota KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarga maupun dengan lingkungan sosialnya, 3. Meningkatkan kemampuan anggota KUBE dalam menampilkan peranan- peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.  Sasaran pelaksanaan program : kelompok masyarakat miskin yang masih produktif dan telah memiliki usaha ekonomi produktif. Mereka di wadahi dalam Kelompok Usaha Bersama KUBE dan telah diseleksi oleh Pemerintah Kota yang telah di tetapkan melalui SK Walikota  Kriteria sasaran : 1. Masyarakat miskin 2. Kube Fakir Miskin 3. Kube Produktif 2. Seleksi Rekruitmen Pendamping. 3. Pelatihan Pendamping 4. Penjajagan Lokasi dan Pemetaan Kebutuhan. 5. Sosialisasi. 6. Usulan Kegiatan UEP. 7. Pembinaan UEP. Kegiatan ini dilakukan dengan pembuatan proposal usulan perolehan UEP yang akan diajukan kepada bank untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan. 8. Monitoring dan Evaluasi  Peruntukkan Dana. upaya penguatan modal usaha atau pengemabangan jaringan usaha yang memiliki prospek dan peluang pasar yang baik. Penggunaan dana ini tidak dapat dipakai untuk kegiatan konsumtif, kegiatan politik praktis, perjudian,dll. mekanisme BLPS ini yang bersumber dari dana APBN yang merupakan Bantuan Langsung Kepada Masyarakat BLM Sumber : diolah dari Pedoman Pelaksanaan P2FM-BLPS KUBE, 2006. lanjutan 174 Implementasi KUBE di Sudiroprajan, Bapak Gendro – Ketua KUBE Sudiroprajan menuturkan : “ Kube di sudiroprajan besarnya dana tujuh puluh dua juta, kelompok satu sejumlah dua belas orang, masing-masing mendapat pinjaman tiga juta rupiah, separo dibentuk kelompok-kelompok yang anggotanya lima orang per kelompok, masing-masing kelompok dipinjami tiga juta rupiah. jumlahnya lebih dari seratus orang. Yang didahulukan yang punya usaha, yang tidak punya usaha minta akhirnya dibagi. Pinjaman dari sepuluh bulan sampai satu tahun. Kelompok bayar sendiri-sendiri, tapi kalo ada yang tidak bayar diminta ketua kelompok yang mengingatkan gandheng renteng...Respon lebih bagus dari peminjam dan bergulir. Pengurus mentargetkan delapan puluh persen harus lancar pengembaliannya, dua puluh persen tidak apa-apa kalo tidak lancar dua puluh lima peminjam agak bermasalah.. Pendapatan dari kube separo untuk pengembangan separo untuk operasional. Kelancaran kube tergantung peminjam,...setiap bulan nilai angsuran sekitar empat sampai lima juta. Yang mendapat rapor bagus, bisa dinaikkan pinjamannya. Kalo akan menaikkan modal, pinjaman harus ditutup dahulu. Penambahan modal dapat digunakan untuk ekonomi dan kegiatan lain. wawancara tanggal 17 Juli 2009. Terkait implementasi KUBE Cita Rasa di Sudiroprajan, Bapak Budi, menyampaikan : “Eksistensi KUBE Citarasa sampai saat ini masih eksis. Walaupun terjadi penurunan, dari 105 anggota, eksis 80 anggota, macet 20”. Bapak Hidayat, Pendamping Sosial menambahkan : “ Kube di Sudiroprajan termasuk pilot project. Dari 12 anggota menjadi 105 anggota. Di daerah lain tidak ada yang berkembang dari 30 sampai 40 anggota”. 175 Gambaran implementasi KUBE di Sangkrah, Bapak Sukono, Pendamping KUBE Kelurahan Sangkrah menuturkan : “Bentuk program Kube pinjaman bergulir dengan bunga lunak, kalau benar-benar tidak bisa mengembalikan tidak apa-apa, bunga lima persen untuk jangka waktu bisa dua tahun. Program ini dilaksanakan sejak awal tahun dua ribu sembilan. Sasaran warga miskin yang punya usaha, yang tidak punya usaha dicover di PNPM. Sasaran merasa diuntungkan, sebab kalau pinjam di Bank ada jaminan, di kube tidak, jaminan cuma moral. Di Sangkrah terdiri dari dua kelompok, dari dua puluh anggota menjadi empat puluh anggota, besarnya pinjaman tidak sama. Ketua Kelompok satu ibu Surono, Ketua kelompok dua ibu Kasidi. Kelompok bukan usaha yang sejenis, tapi yang penting punya usaha seperti katering, konveksi, kelontong, angkutan. Selain itu penekanan untuk sosial, misal anggota yang sakit. Pengembalian tiap tanggal lima setiap jam sebelas. Sumber dana total enam puluh juta, setiap kelompok tiga puluh juta. wawancara tanggal 18 Juli 2009. Untuk memperlancar implementasi KUBE di Sangkrah, Bapak Sukono mengungkapkan : “Sosialisasi dari DKRPP, pengurus memahami bukan uang hibah, pendamping memberikan saran dan petunjuk, peminjam dikumpulkan diberi pengarahan. Di Sangkrah tidak disosialisasi secara meluas, diarahkan pada PKK, sebab PKK eksis, teliti dan sabar menagih. Yang pinjam kebanyakan ibu-ibu PKK, bapaknya juga bekerja sehingga bisa membantu membayar angsuran. Pendamping memberi saran peminjam harus menganggap bahwa uang tersebut uang sendiri, yang dikelola oleh pengurus, untuk mereka nantinya, kalau merasa handarbeni akan berlanjut. Selain itu juga agak diancam kalau tidak mau mengembalikan besok tidak akan diberi bantuan lagi karena ini dana dari pemerintah. Kelancaran pelaksanaan jiwa wirausaha, orang yang ulet, kalau modal tiga juta, kalau menyisihkan lima ribu per hari pasti bisa membayar..sebulan bisa seratus lima puluh ribu rupiah. wawancara tanggal 18 Juli 2009. 176 Terkait pelaksanaan KUBE di Kota Surakarta, merujuk materi workshop penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta, berjudul : “Kemiskinan Berdimensi Sosial Budaya : Upaya Mencari Model Pengentasan Kemiskinan Berbasis Participatory Poverty Assesment “ Ahmad Alamsyah, 2009:25-26, disebutkan : Dalam program penguatan ekonomi, nampaknya belum banyak ditekankan sebagai prioritas pemberdayaan. Padahal program ini merupakan pintu utama kemandirian bagi keluarga miskin. KUBE yang merupakan himpunan dari keluarga yang tergolong fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, nampaknya belum banyak digarap secara maksimal. Keengganan untuk mengambil risiko pendampingan bagi orang miskin dalam revolving fund, merupakan dimensi terlemah dalam program pengentasan kemiskinan di Solo. 3 Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Gender Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Gender P2MBG dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui leading sector Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Bapermas PPPA dan KB. Program ini dilatar belakangi oleh kondisi bahwa kemiskinan sangat berpengaruh pada rumah tangga dan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Dalam kondisi 177 semakin berkekurangan, maka perempuan menanggung beban lebih berat karena harus menangani konsumsi dan produksi rumah tangga agar terus survive. Kemiskinan yang disandang perempuan berhubungan langsung dan ditandai dengan tidak adanya kemandirian dan peluang-peluang ekonomi, kurangnya akses pada sumber daya ekonomi, termasuk kredit, pemilikan dan pelatihan-pelatihan, termasuk kurangnya akses pada pendidikan formal, pelayanan kesehatan dan pelayanan pendukung lainnya, maupun partisipasi dalam pengambilan keputusan. Selain itu, kemiskinan juga dapat memaksa perempuan masuk dalam situasi buruk yang membuat mereka rawan terhadap eksploitasi seksual, terutama bagi kepala rumah tangga yang dikepalai perempuan. Dalam konteks asset sebuah pembangunan masyarakat, Perempuan merupakan investasi yang sangat produktif karena perempuan merupakan penduduk terbesar di negeri ini dan itu sebuah sumber potensi yang mampu diperdayakan dengan pemberian bekal pengetahuan dan ketrampilan yang kompetitif. Berdasarkan Keputusan Walikota Nomor 411.458I2007 tentang Penetapan Lokasi P2MBG Kota Surakarta, Tahun 2007-2008 adalah Kelurahan Joyotakan dan Kadipiro, Tahun 2008-2009 adalah Kelurahan Sangkrah dan Jebres, Tahun 2009-2010 adalah Panularan. Pemilihan lokasi berdasarkan kriteria kelurahan yang mempunyai tingkat kemiskinan yang paling tinggi dan di daerah terpencil pinggiran. 178 Terkait pelaksanaan P2MBG di Sangkrah, Bapak Narno Ketua P2MBG Sangkrah menyatakan : P2MBG mulai tahun dua ribu delapan 2008, tahapan..pendataan, sosialisasi, pelaksanaan. Semua ditangani Bapermas. Ketua saya Narno, Sekretaris ibu Tyas Harsoyo, Bendahara ibu Warsiki, bidang ekonomi..Endang Susilowati, bidang pendidikan Sri Sutarmi, bidang perlindungan anak, bidang pertanian lele ibu Hartati. Kegiatan pelatihan jahit oleh bapermas, sasaran RW satu, dua, tiga. Pelatihan jahit diimuti enam belas orang, memasak empat puluh sembilan orang, salon lima orang, menghias baki lamaran dan payet enam orang. Ternak lele dari unisri enam orang. Leading sektor dari bapermas, fasilitasi untuk pertemuan dari bapermas. Provinsi memberi bantuan tiga juta untuk lele. wawancara tanggal 13 Desember 2009. Dalam hal kemanfaatan dan dukungan antar SKPD, menurut Lurah Sangkrah : ”semua SKPD diharapkan programnya diarahkan di masyarakat mitra. Misalnya Dinas Koperasi dan UMKM memberi utangan. Disperindag..memberi mesin jahit”. Berdasarkan pengamatan dan wawancara serta merujuk dokumen Laporan Pelaksanaan P2MBG di Kelurahan Sangkrah, gambaran pelaksanaan P2MBG di Kelurahan Sangkrah dalam tabel berikut : 179 Tabel 15 Model P2MBG di Kelurahan Sangkrah Tujuan Sasaran Komponen Program Lingkup Kegiatan Manajemen Program Sumber Daya  Tujuan P2MBG adalah untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga masyarakat mitra menuju pada kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan melalui kegiatan lintas bidang pembangunan dalam upaya penanganan kemiskinan dengan fokus peningkatan kondisi, status, kedudukan, dan partisipasi perempuan.  Sasaran : Masyarakat mitra di Kelurahan Sangkrah sebanyak 100 orang,  Untuk kelurahan Sangkrah menjadi lokasi berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta No 411.45812007 tentang Penetapan lokasi P2MBG Kota  Langkah-Langkah Pelaksanaan: 1. Permasalahan hasil survey lokasi. 2. Rapat Koordinasi Lokasi P2MBG. 3. Pemilihan Kelurahan Lokasi P2MBG. 4. Pendataan Masyarakat Mitra P2MBG 5. Survey Lokasi cros cek data untuk mengecek keadaan masyarakat mitra. 6. Pembahasan hasil survey lokasi. 7. Penyampaian masalah kepada Tim Pendamping P2MBG tingkat Kota, Kecamatan, Kelurahan. 8. Sosialisasi P2MBG kepada Masyarakat mitra dan tokoh masyarakat. 9. Pelatihan Pendekatan Partisipatif Participatory Rural apraisalPRA . 10. Musyawarah masyarakat mitra. 11. Penyuluhan pembinaan. 12. Pelaksanaan kegiatan terkait dengan bidang pembangunan.  Tingkat Kota Surakarta : 1. Walikota Surakarta adalah Penanggung Jawab P2MBG 2. Tim Pendamping P2MBG Kota Surakarta. terdiri dari Badan Dinas Kantor Organisasi Masyarakat Lembaga Masyarakat di Tingkat Kota dan dikoordinasikan oleh Bapermas, PP,PA KB ditetapkan melalui SK Walikota Nomor 411.4173I2004. 3. Tim Pendamping P2MBG Kota Surakarta dalam melaksanakan program kegiatan bermitra dengan lembaga-lembaga lain yang bersifat formal maupun non formal seperti LSM, Lembaga kemasyarakatan, Perguruan Tinggi, Organisasi masyarakat Perempuan.  Tingkat Kecamatan 1. Tim Pelaksanaan P2MBG Kecamatan.  Peran Lintas Bidang sebagai Tim Pendamping, dari Tiingkat Kota, Kecamatan.  Fasilitator  Sumber Biaya : berasal dari : 1. APBD Kota Surakarta melalui SKPD masing- masing 2. Swadaya masyarakat sangkrah, 3. DPK kelurahan Sangkrah, 4. APBD Provinsi Jawa Tengah melalui SKPD masing-masing, APBN. bersambung 180 Surakarta P2MBG Kota Surakarta tahun 2008-2009.  2 Berdasarkan SK Walikota Nomor : 4709812007 tanggal 24 September tahun 2007 tentang ”Kriteria Masyarakat Miskin sebagai Masyarakat Mitra Kriteria BPS.  Untuk KK miskin di Kelurahan Sangkrah sebanyak 1010 KK yang terdiri dari 3.879 jiwa. Dari jumlah masyarakat miskin di Kelurahan Sangkrah yang mengkikuti P2MBG sebanyak 100 KK berada di Lokasi RW I, III, dan XIII. 13. Pelatihan ketrampilan. 14. Pemberian modal usaha. 15. Penerapan usaha melalui kelompok usaha bersama. 16. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.  Sosialisasi P2MBG : 1. Peserta sosialisasi P2MBG ini berjumlah 250 orang yang terdiri dari Masyarakat Mitra, Tokoh Masyarakat Kecamatan Pasar Kliwon, Tokoh Masyarakat Kelurahan Sangkrah, LPMK, PKK, Kecamatan pasar Kliwon dan Kelurahan Sangkrah, RW dan RT se Kelurahan Sangkrah. 2. Sosialisasi diadakan dengan tujuan supaya masyarakat Kecamatan Pasar Kliwon dan Kelurahan Sangkrah mengetahui tentang P2MBG serta keterkaitannya adalah Gender dalam keluarga. 3. Materi dan narasumber sosialisasi P2MBG adalah : 1 Program P2MBG oleh Bapermas, PP, PA, dan KB Kota Surakarta. 2 Gender dalam Keluarga oleh P3G UNS. 2. Dalam melaksanakan program kegiatan bermitra dengan lembaga-lembaga lain yang bersifat formal maupun non formal, melalui Surat Keputusan Camat pasar Kliwon di Lokasi P2MBG Nomor 411.1 tentang Tim Pendamping P2MBG Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.  Tingkat Kelurahan 1. Kepala Kelurahan Sangkrah adalah Penanggung Jawab pelaksanaan P2MBG di tingkat kelurahan. 2. Dalam pelaksanaan P2MBG oleh Kelurahan Sangkrah, dibantu oleh Lembaga Kemasyarakatan dan fasilitator kelurahan yang ditetapkan melalui SK Kepala Kelurahan Sangkrah. 3. Dibentuk fasilitator kelurahan terdiri dari warga masyarakat. bersambung lanjutan 181  Pemberian modal usaha : Pemberian modal usaha ini berupa barang dan uang, baik melalui kelompok kerja dan barang yang langsung ke masyarakat Mitra.  Pemberian modal usaha : 1. Uang sebesar Rp 3.000.000,- yang dikelola oleh kelompok Masyarakat Mitra sebagai modal budi daya lele dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2. Pemberian barang yang sesuai dengan kebutuhan usaha Masyarakat Mitra. Alat Masak blender, mixer, oven dan Loyang; Alat Salon haurdryer, catok paket gunting cacah dan potong, cape, sikat rambut, jepit rambut; dan Mesin Jahit beserta Alat Jahit pres kancing, bahan cetakan, alat cetakan ukuran 22, 28, 32. Sumber : Laporan P2MBG Kelurahan Sangkrah, 2009. lanjutan 182 Kegiatan penyusunan Data Dasar P2MBG menggunakan tehnik-tehnik partisipatif yang difasilitasi oleh fasilitator Kelurahan. Adapun kegiatan penyusunan data dasar meliputi : 1 Identifikasi Masyarakat Mitra. Identifikasi masyarakat mitra dengan menggunakan pendekatan partisipatif guna untuk menunjuk masyarakat miskin yang mau mengikuti P2MBG. Identifikasi dilakukan melalui kegiatan pendataan, survey lokasi. 2 Identifikasi Masalah. Identifikasi masalah untuk mengetahui permasalahan apa saja yang sedang dihadapi masyarakat mitra dan dikelompokkan sesuai keinginan dan kemampuannya. Identifikasi ini dilakukan melalui kegiatan pelatihan PRA, musyawarah Masyarakat Mitra. 3 Identifikasi Kebutuhan. Identifikasi kebutuhan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat mitra dan disesuaikan situasi dan kondisi yang ada di wilayahnya. 4 Identifikasi Potensi. Identifikasi potensi untuk mengetahui potensi apa yang ada di wilayah kelurahan sangkrah. Potensi yang ada dapat berupa potensi alam dan potensi sumber daya manusia guru, tutor. 5 Inventarisasi dan Pemecahan Masalah P2MBG Sangkrah. Tabel 16 Inventarisasi dan Masalah P2MBG Sangkrah Masalah Pemecahan Masalah 1. Sebagian masyarakat mempunyai rumah tidak layak huni. 2. Sebagian masyarakat menginginkan. ketrampilan menjahit dan ketrampilan salon. 3. Masyarakat ingin berwirausaha membuat kue. 4. Usaha kecil-kecilan masyarakat tidak didasari manajemen usaha yang baik. 1. Kerja bhakti kebersihan. 2. Pelatihan menjahit dan stimulan oleh Disperindag. 3. Pelatihan memasak dan stimulan peralatan masak. 4. Pelatihan manajemen berwirausaha 5. Membentuk PAUD. 6. Penertiban dan Relokasi hunian liar bersambung 183 5. Anak-anak usia dini sebagian sulit mendapatkan pendidikan formal. 6. Beberapa masyarakat diresahkan adanya hunian liar, sehingga lingkungan kumuh dan mengganggu lingkungan kesehatan. dikoordinir oleh Tim SKPD terkait. 7. Pelatihan ketrampilan salon dan stimulan peralatan salon merias dan memotong rambut. Sumber : Laporan P2MBG Kelurahan Sangkrah, 2009. Dalam penyusunan perencanaan kegiatan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat mitra dengan menggunakan tehnik-tehnik partisipatif dengan difasilitasi oleh Fasilitator Kelurahan, adapun kegiatan meliputi : Tabel 17 Program, Tujuan dan Bentuk Kegiatan P2MBG Sangkrah Program dan Tujuan Bentuk Kegiatan 1 Peningkatan Akses pada pendidikan Tujuan : 1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat mitra khususnya dan masyarakat kelurahan pada umumnya. 2. Meningkatkan akses masyarakat mitra pada pendidikan dasar. 1. Kejar paket dan keaksaraan fungsional. 2. Pemberian bea siswa bagi anak-anak laki-laki dan perempuan khususnya masyarakat mitra. 3. Penyelenggaraan Taman Bacaan. 4. Penyelenggaraan Sanggar Belajar. 5. Tersedianya tempat bermain anak-anak melalui Taman Cerdas. 2 Peningkatan Produk Pertanian, Perikanan dan Peternakan Tujuan : Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan masyarakat mitra, terutama yang berpenghasilan rendah dalam upaya meningkatkan produksi pertanian, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan keluarga. 1. Pelatihan tentang ketrampilan produksi, penanganan pasca panen, pengelolaan hasil pertanian perikanan peternakan, intensifikasi pekarangan, diversidikasi tanaman, pemasaran hasil pertanian perikananpeternakan, ketersediaan pangan bagi rumah tangga dan lain sebagainya. 2. Mengadakan demplot pertanian, sesuai dengan jenis pertanian yang menjadi andalan di Kelurahan Sangkrah. 3. Mengadakan studi banding ke daerah yang mempunyai pertanian perikanan peternakan yang sudah dianggap baik. 4. Mengadakan fasilitasi pada lembaga keuangan untuk permodalan bagi masyarakat mitra yang membutuhkan. 3 Peningkatan Kualitas Permukiman Tujuan : 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mitra tentang perumahan dan pemukiman sehat. 2. Meningkatkan kualitas perumahan masyarakat mitra. Bentuk kegiatan : 1. Pemugaran rumah tidak layak huni. 2. Pengadaan dan pemeliharaan sanitasi. 3. Penyediaan, distribusi, dan pengelolaan air bersih. 4. Perbaikan, pemeliharaan dan pelestarian lingkungan . bersambung lanjutan 184 3. Terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi masyarakat mitra. 4. Menciptakan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat, bebas dari polusi. 5. Mengembangkan manajemen pengelolaan sanitasi dan air bersih. 6. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup. 5. Pemanfaatan pekarangan dan penghijauan. 6. Pemberian bantuan uang stimulan untuk memugar rumah setiap KK Rp 2.000.000,- 4 Peningkatan Status Kesehatan Masyarakat Tujuan : 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mitra tentang hak-hak dan kesehatan reproduksi. 2. Menurunkan kasus anemia pada wanita Usia Subur WUS dan ibu hamil. 3. Mneingkatkan kesadaran masyarakat mitra tentang kehamilan sehat dan persalinan aman. 4. Menurunnya kasus kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Bentuk kegiatan : 1. Peningkatan Gizi. 2. Bantuan tablet Fe besi untuk WUS dan ibu hamil. 3. Pendidikan Pra Nikah bagi calon pengantin 4. Sosialisasi tentang partisipasi KB laki-laki. 5. Sosialisasi tentang hak individu untuk ber KB. 6. Sosialisasi menjadi Ayah bagi laki-laki anggota masyarakat mitra. 7. Belajar bersama tentang pengasuhan anak. 8. Belajar bersama tentang kehamilan sehat serta persalinan aman. 9. Diskusi melalui kelompok setara tentang penyakit seksual menular. 10. Diskusi tentang HIVAIDS. 11. Sosialisasi tentang kehamilan sehat serta persalinan aman bagi suami istri. 12. Menumbuhkan Bank Darah di kalangan masyarakat. 13. Menumbuhkan model Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. 14. Advokasi tentang hak-hak reproduksi. 5 Mewujudkan Kelurahan Sehat Tujuan : 1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mitra tentang pola-pola hidup sehat dan kesadaran untuk hidup sehat. 2. Meningkatkan kualitas lingkungan sanitasi dan hygiene. 3. Mengembangkan pelayanan kesehatan dasar. 1. Peningkatan pengetahuan tentang pola makan sehat, melalui sosialisasi dan pelatihan. 2. Kebersihan tubuh sendiri melalui sosialisasi dan kampanye. 3. Pemberantasan sarang nyamuk, melalui sosialisasi, pemberantasan sarang nyamuk, gerakan kebersihan lingkungan. 4. Gerakan kebersihan sanitasi dan pembuangan air limbah. 5. Pencegahan penyakit menular. 6. Deteksi dini kecacatan, melalui sosialisasi dan kampanye. 7. Pencegahan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan bahaya obat adiktif. 8. Sosialisasi tentang pengobatan dini. 6 Peningkatan Kesadaran Hukum Tujuan : 1. Menumbuhkan kepekaan dan kepedulian pada persoalan kekerasan terhadap 1. Identifikasi dan melakukan analisis kepada masyarakat tentang kasus-kasus kekerasan berbasis gender yang ada di sekitar mereka. 2. Sosialisasi dan pelatihan penghapusan bersambung lanjutan 185 perempuan dan anak, dan peraturan perundang-undangannya. 2. Mneumbuhkan kesadaran hukum di kalangan masyarakat laki-laki dan perempuan, terutama berkaitan dengan produk hukum yang Anti Diskriminasi dan UU Perlindungan Anak. kekerasan berbasis gender kepada masyarakat dan UU No 23 Tahun 2004 tentang penghapusan KDRT. 3. Pembentukan sistem penanganan korban kekerasan di masyarakat. 7 Peningkatan Pendapatan Keluarga Tujuan : 1. Menumbuhkan motivasi berusaha dan kemampuan manajemen usaha dan manajemen keuangan. 2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan berusaha dan menjual. 1. Pelatihan tentang motivasi dan kepercayaan diri dalam berusaha, manajemen usaha, penggunaan tehnologi pendukung usaha, ketrampilan menjual, manajemen keuangan usaha. 2. Fasilitasi pada lembaga permodalan. 3. Membuka akses pada informasi pasar. Sumber : Laporan P2MBG Kelurahan Sangkrah, 2009. Ada beberapa kegiatan pemecahan masalah yang belum bisa diselesaikan di tahun anggaran 2009, antara lain : Pavingisasi jalan rusak, Bantuan MCK, Porselinasi MCK, Perencanaan daerah Bebas Banjir, Relokasi TPS, dan Pengerukan sedimen Sungai. 4 Program Bantuan Rehap Rumah Tidak Layak Huni RTLH Program Bantuan Rehap RTLH merupakan salah satu bentuk program pengentasan kemiskinan berupa perbaikan rumah tempat tinggal bagi warga miskin. Berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 5A Tahun 2008 Tentang Pedoman pelaksanaan pemberian bantuan pembangunan perbaikan rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin Kota Surakarta, Program RTLH untuk memberikan bantuan pembangunanperbaikan rumah tidak layak huni diberikan pada masyarakat miskin yang menempati rumah tidak layak huni dengan tujuan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup derajat 186 kesehatan masyarakat miskin Kota Surakarta. Bantuan yang diberikan dalam bentuk uang sebesar Rp 2.000.000,- setiap rumah RTLH. Program ini melibatkan Pemerintah Kota Surakarta Bapermas, PP, PA, dan KB, UN Habitat, UNS, Camat, Kelurahan, LPMK, dan Kelompok Kerja di masing- masing Kelurahan. Program ini sudah dilaksanakan di wilayah Kota Surakarta sejak tahun 2006. Sasaran program ini adalah warga miskin yang memiliki tempat tinggal tidak layak huni dan perlu segera dilakukan pemugaran. Tentang program perbaikan RTLH, Bapak Agus Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat- Bapermas PPPA dan KB, menuturkan : “Bantuan langsung dari Pemkot, rekomendasi Bapermas, yang berdasar usulan kelurahan. Yang mengambil bantuan adalah pokja. Pokja mendapat data kebutuhan dari penerima bantuan, misal lawang, lantai. Dalam pelaksanaan bisa dilakukan subsidi silang..dilaksanakan oleh Pokja untuk menyesuaikan kebutuhan. RTLH...Memupuk rasa kegotong royongan..dikerjakan bareng-bareng, dan transparansi kebutuhan, kebersamaan, meningkatkan kesadaran masyarakat hidup sehat. Transparansi direncanakan sendiri, dibelikan sendiri, dibiayai sendiri, dilaksanakan sendiri. Permasalahan dalam RTLH rebutan dhisik ingin didahulukan dan menyewa tetapi yang punya rumah tidak memperbolehkan“. wawancara tanggal 22 Juni 2009. Sedangkan pengalaman di Kalurahan Sangkrah, menurut Bapak Narno- Ketua LPMK Sangkrah : RTLH di Sangkrah sudah memperbaiki dua ratus sepuluh rumah. Sebenarnya kebutuhan perbaikan rumah di Sangkrah kurang lebih 1000. Pendataan dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana PLKB. Bentuk kegiatannya renovasi sesuai dengan kondisi rumah, misal atap, dinding, lantai untuk mendekati rumah 187 sehat. Tujuan program untuk membuat rumah lebih sehat, atap tidak bocor, ventilasi udara. Kelompok sasaran...rumah sertifikat, kalau yang magersari atau kontrak, harus disertai surat pernyataan dari pemilik rumah untuk bersedia mengontrakkan sampai beberapa tahun. Mekanisme sosialisasi dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan LPMK, RW, RT. Terhadap keterbatasan jumlah yang diperbaiki penyuluhan pada RT bahwa program RTLH masih berkelanjutan, dan pak RT yang akan menjelaskan ke warga. Kadang juga diundang mengisi pertemuan RT. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam program mufakat, demokrasi, partisipasi. Sumber daya yang dibutuhkan Tenaga tukang, pembantu dari masyarakat, Ada yang membangun sendiri, Ada yang bersedia tombok, Ada yang dipaskan sesuai kecukupan bantuan. Hambatan yang terjadi dalam RTLH, kekurangan anggaran, persyaratan yang harus mensyaratkan sertifikat, pada rumah yang berdiri di atas tanah negara tidak bisa dibangun, tetapi sebenarnya kasihan juga. Faktor-faktor penentu keberhasilan..Ada ikatan-ikatan kekerabatan yang membantu. Tokoh-tokoh masyarakat menjadi key person. Perubahan pemerintahan yang dulu dari atas ke bawah, sekarang yang menentukan masyarakat. wawancara tanggal 23 Juni 2009. Bapak Mahendra, Kepala kalurahan Sangkrah menambahkan : “RTLH secara program cukup bagus, memenuhi kriteria, kk miskin, dan ada penilaian. Tombok dua juta tidak masalah manfaatnya rumah bisa lebih layak”. Dalam program RTLH... sebagian anggota LKM masuk pokja. LKM berfungsi sebagai verifikasi dan pencairan. Pokja yang menangani. Pengajuan seratus dua puluh, yang dapat delapan puluh, saat ini masih proses pengajuan”. wawancara tanggal 23 Juni 2009. Perkembangan pelaksanaan RTLH di Kelurahan Sangkrah disampaikan oleh Bapak Narno, sebagai berikut : “RTLH tahun ini sudah berjalan..kurang 15 lima belas rumah. Panitia hanya memberikan dana kepada sasaran. Dana yang diberikan satu koma sembilan 1,9 juta. Mereka yang membelanjakan...kalau kurang mereka mengajukan ke panitia. Mereka mencari tukang 188 sendiri, kebetulan di tiap RW ada tukang. Tenaga kerja dibayar tiga ratus ribu Rp 300.000,- untuk empat hari atau tujuh puluh lima ribu per hari.. untuk dua orang tukangnya empat puluh ribu Rp 40.000,- dan pembantu tiga puluh lima ribu Rp 35.000,-.. Kalau ada kekurangan penerima hibah yang nomboki menutup kekurangan biaya”. wawancara tanggal 22 Januari 2010. Gambaran model dan TujuanSasaran, Lingkup Kegiatan, Manajemen Program dan Sumber Daya dalam Pelaksanaan Program Bantuan Rehap RTLH dalam tabel berikut : Tabel 18 Model Program Rehap RTLH Tujuan Sasaran Komponen Program Lingkup Kegiatan Struktur dan Manajemen Program Sumber Daya  Tujuan : memberikan bantuan pembangunan perbaikan RTLH diberikan pada masyarakat miskin yang menempati rumah tidak layak huni dengan tujuan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup derajat kesehatan masyarakat miskin Kota Surakarta.  Sasaran : 1. Masyarakat miskin yang menempati RTLH hasil pendataan Bapermas, PP, PA, KB Kota Surakarta. 2. RTLH yang belum terdaftar dalam hasil  Program Perbaikan RTLH secara umum ada dua bentuk : 1. Dilaksanakan langsung di tiap kelurahan oleh Panitia dan Pokja berdasarkan usulan masyarakat, penentuan lokasi oleh Panitia. 2. Pengembangan RTLH model Kluster, penentuan lokasi oleh Pemkot Surakarta. Pilot project : Ketelan, Kratonan, Setabelan.  Hibah Bantuan yang diberikan dalam bentuk uang sebesar Rp 2.000.000,- setiap rumah RTLH.  Persyaratan pengajuan bantuan rehap RTLH : 1. Diajukan secara kolektif oleh Kepala kelurahan.  Panitia Pembangunan Perbaikan RTLH Tingkat Kota terdiri dari unsur Bapermas, Bappeda, DPU, DTK, DKP, Dinas Komunikasi dan Informatika, Kantor Pertanahan, LSM.  Di tingkat kelurahan dibentuk Panitia RTLH dan Kelompok Kerja.  Panitia 5 orang terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota.  Panitia terdiri dari unsur-unsur : Kelurahan, LPMK, Bendahara kelurahan, Tokoh Masyarakat dan PLKB.  Sumber Dana : dari APBD dan Sawadaya Masyarakat.  Tenaga Kerja : Tukang dan masyarakat penerima.  RTLH- Kluster melibatkan beberapa SKPD dan stakeholders, termasuk dari segi pelaksana dan sumber dana. bersambung 189 pendataan yang ditetapkan oleh Kepala kelurahan setempat setelah mendapat pertimbangan dari Panitia Pelaksana Perbaikan RTLH Tingkat Kelurahan.  Kriteria RTLH : 1. Kondisi rumah : o luas lantai rumah rata-rata per penghuni kurang dari 4 m2; o sumber air tidak sehat; o tidak mempunyai akses MCK; o bangunan tidak permanen; o tidak memiliki pencahayaan matahari dan ventilasi udara; o tidak memiliki pembagian ruangan; o lantai dari tanah dan rumah lembab atau pengap; o kondisi rusak. contohnya lantai dari tanah, bangunan dinding setengah plester sebagian besar dari bambu atau kayu yang kondisinya sudah tidak bagus, 2. Calon penerima bantuan diutamakan rumahnya yang berkelompok berdekatan. 3. Persyaratan bagi calon penerima bantuan : o Penduduk setempat dibuktikan dengan KTPKK. o Menyerahkan fc Bukti Kepemilikan Tanah atau menyerahkan surat ijin pembangunan pemugaran rumah bila tanah rumah yang ditempati bukan milik sendiri.  Kegiatan dalam program RTLH : o Sosialisasi o Pembentukan Panitia o Inventarisasi RTLH o Pengajuan Proposal o Pembentukan Pokja o Pelaksanaan Pembangunan Perbaikan RTLH o Pembuatan Laporan  Sosialisasi : Dalam proses pelaksanaan program RTLH diadakan beberapa kali pertemuan yang dilakukan oleh kalurahan berkaitan dengan sosialisasi. Dalam pertemuan tersebut diundang tokoh masyarakat, perangkat RT dan RW, kelompok perempuan dan perwakilan masyarakat miskin. Beberapa hal  Dalam pelaksanaan perbaikan membentuk Kelompok Kerja Pokja.  Pokja 5 orang terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota  Dalam program pengembangan RTLH Kluster melibatkan dukungan lintas SKPD semi top down.  Mekanisme pengajuan : 1. Panitia Pembangunan RTLH tingkat Kelurahan melakukan inventarisasi RTLH di wilayahnya dan hasilnya diusulkan kepada Kepala Kelurahan guna diusulkan ke DKRPP-KB Bapermas 2. Kepala Kelurahan membuat proposal usulan calon nama-nama penerima bantuan RTLH di daerahnya dengan atas hasil inventarisasi Panitia di tingkat Kelurahan 3. Kepala DKRPP- KB mengeluarkan Surat Keputusan nama-nama penerima bantuan RTLH yang bersambung lanjutan 190 ventilasi udara kurang, penerangan yang terbatas, kondisi rumah rusak dsb, 2. Kondisi lingkungan : Kumuh; letak rumah tidak teratur dan berdempetan; saluran pembuangan air tidak memenuhi standar; jalan setapak tidak teratur.  Rumah Keluarga miskin dengan status kepemilikan rumah milik sendiri atau magersari untuk yang rumah magersari ataupun menyewa, wajib disertai surat pernyataan kesediaan pemilik rumah, kondisi rumah tidak layak secara fisik dilakukan observasi kondisi rumah. yang disampaikan adalah meliputi penjelasan tentang RTLH, pembentukan Panitia sebagai rencana kegiatan. diusulkan oleh Kepala Kelurahan setelah dikaji oleh Panitia di tingkat kota 4. Panitia Membentuk Kelompok Kerja Pokja 5. Pembangunan Perbaikan RTLH  Tugas Pokja : 1. Menyiapkan tukang dan pekerja 2. Bersama panitia kelurahan membelanjakan kebutuhan pembanghunan perumahan 3. Membuat SPJ untuk laporan pengeluaran kpd panitia kelurahan 4. Mengerjakan pembangunan perbaikan RTLH Sumber : diolah dari Peraturan Walikota Surakarta Nomor : 5-A Tahun 2008 dan hasil wawancara. Pelaksanaan program RTLH secara umum telah berjalan dengan baik dan lancar. Adapun permasalahan yang sulit hanya pada penentuan RTM penerima program dan ada beberapa kendala teknis dalam pelaksanaan program yaitu terkait kesiapan penerima bantuan. Dari data yang diusulkan oleh RT RW setempat ada beberapa RTM yang tidak disetujui mendapat lanjutan 191 bantuan RTLH. Misalnya, ada dari mereka yang tidak memenuhi kriteria untuk mendapatkan program RTLH sesuai dengan juklak juknis program. Berdasarkan hasil pendataan sosial di Kota Surakarta pada tahun 2006, jumlah RTLH di Kota Surakarta sebanyak 6.612 rumah. Sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 sudah 4.225 rumah tidak layak huni yang tertangani. 5 Program Dana Pembangunan Kelurahan DPK Program Dana Pembangunan Kelurahan DPK yang populer dengan sebutan block grant sudah dilaksanakan di Kota Surakarta sejak tahun 2000. Program DPK merupakan bantuan keuangan Pemerintah Kota Surakarta yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta ditujukan kepada masyarakat melalui SKPD Kelurahan untuk membiayai kegiatan pembangunan kelurahan sesuai prioritas yang ditetapkan dalam Musrenbangkel tahun sebelumnya, meliputi biaya pelaksanaan kegiatan dan biaya operasional kegiatan. Biaya pelaksanaan kegiatan dialokasikan untuk beberapa bidang, yaitu : Pertama, Bidang Infrastruktur, misalnya pembangunan perbaikan jalan, selokan, gedung pertemuan, MCK umum dan sebagainya. Kedua, Bidang Ekonomi seperti pelatihan ketrampilan, bantuan modal. Ketiga, Bidang Sosial Budaya, misalnya untuk stimulan : kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, 192 kegiatan seni dan pendidikan non formal. Keempat, Bidang Umum, misalnya untuk stimulan kegiatan operasional LPMK. Program DPK sebenarnya tidak difokuskan pada penanggulangan kemiskinan, tetapi beberapa kegiatan di dalamnya dapat mendukung upaya penanggulangan kemiskinan di masyarakat, misalnya untuk pembangunan atau perbaikan jalan dan saluran dan MCKWC umum; bantuan modal dan pelatihan ketrampilan; dan bantuan peralatan sekolah untuk anak-anak dari keluarga miskin. Dana DPK tidak diperbolehkan untuk membiayai pengadaan kantor kelurahan dan rumah dinas, sarana prasarananya kegiatan kelurahan, kegiatan yang sudah dibiayai oleh PNPM MP dan SKPD. Tabel 19 Model Program Dana Pembangunan Kelurahan DPK Tujuan Sasaran Komponen Program Lingkup Kegiatan Struktur dan Manajemen Program Sumber Daya  Tujuan: 1. Meningkatkan kualitas dan percepatan pembangunan Kelurahan. 2. Mendorong dan meningkatkan partisipasi dalam kerangka pemberdayaan masyarakat dan pembangunan tingkat kelurahan. 3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Untuk pembangunan Kelurahan = prioritas Musrenbangkel kegiatan unggulan prioritas  Bidang-Bidang : o Bidang Umum, contoh kegiatan : stimulan operasional untuk Kelembagaan Masyarakat o Bidang Sosial Budaya, contoh kegiatan : stimulan untuk Posyandu, stimulan untuk kegiatan seni budaya, Bantuan Peralatan Sekolah untuk Siswa dari Keluarga Kurang  Tingkat Kota : o Walikota : tetapkan alokasi DPK dan juklak juknis DPK. o Kepala DPPKA Keuangan : memproses pencairan DPK o Kepala Bagian Pemerintahan Umum : Koordinasikan pengelolaan DPK tingkat kota o Tim Verivikasi Kota : lakukan verifikasi proposal sesuai  Sumber Dana : dari APBD Belanja Tidak langsung- Bantuan Keuangan dan Swadaya Masyarakat  Pelaksana : Panitia Pelaksana dan Partisipasi Masyarakat bersambung 193  Sasaran : kegiatan prioritas unggulan hasil Musrenbangkel Bidang Umum, Bidang Sosial Budaya, Bidang Ekonomi, dan Bidang Fisik Prasarana Mampu Miskin, dsb o Bidang Ekonomi, contoh kegiatan : pelatihan ketrampilan, bantuan modal, o Bidang Fisik Prasarana, contoh kegiatan : pembangunan perbaikan infrastruktur fisik prasarana seperti Gedung Pertemuan, Saluran, Jalan Kampung, MCK dsb standar teknis dan keuangan. o Tim Monev : pengendalian dan monitoring kegiatan DPK di wilayah kerjanya.  Tingkat Kecamatan o Camat : koordinasikan dan monitoring kegiatan DPK di wilayah kerjanya.  Tingkat Kelurahan o Lurah : tetapkan dan ajukan Proposal DPK ke Walikota melalui Ka Bag Pemerintahan Umum, pertanggungjawa n DPK sahkan SPJ. o LPMK : bersama Lurah membentuk Panitia DPK, bersama Lurah dan Panitia DPK menyusun Proposal, pengawasan DPK. o Panitia DPK Tim Perencana, Tim Pelaksana daan Tim Monev o Bendahara Pengeluaran : susun SPJ dan pungut pajak. Sumber : Materi Pembekalan Fasilitator Musrenbang Kota Surakarta, 2010. Terkait kepanitian Program DPK, pembentukannya difasilitasi oleh Lurah dan LPMK melalui proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan lanjutan 194 Kelurahan Musrenbangkel. Kepanitiaan dalam Program DPK terdiri dari unsur Kelurahan, LPMK, Tokoh Masyarakat seperti pengurus RWRT, dan stakeholder di tingkat kelurahan. Kepanitian program DPK sebagai berikut : 1. Panitia Perencana Kegiatan Pembangunan. Tugas utama adalah merencanakan kegiatan pembangunan hasil Musrenbangkel yang akan dibiayai dengan Dana Pembangunan Kelurahan DPK dan atau swadaya masyarakat. 2. Panitia Pelaksana Kegiatan Pembangunan. Tugas utama adalah : 1 melaksanakan kegiatan pembangunan hasil Musrenbangkel berdasarkan rencana kegiatan yang ditetapkan oleh Tim Perencana Kegiatan Pembangunan. 2 Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan kepada Lurah. 3. Tim Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pembangunan. Tugas utama : 1 Melakukan monitoring kegiatan sejak ditetapkan hingga pelaksanaan DPK hasil musrenbangkel selesai. 2 Mengawasi pelaksanaan kegiatan hasil Musrenbangkel yang akan dibiayai dengan DPK yang rencana kegiatannya ditetapkan oleh Tim Perencana Kegiatan Pembangunan. 3 Menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan hasil pembangunan yang dibiayai DPK. 4 Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi kepada Lurah. 195 Perencanaan kegiatan dan alokasi DPK di Kelurahan Sangkrah dan Kelurahan Sudiroprajan dapat dilihat dalam lampiran. Gambaran proses pelaksanaan program DPK di Kelurahan Sangkrah, Bapak Sungkono selaku Ketua Pelaksana Kegiatan Pembangunan di Sangkrah menuturkan : “DPK sesuai dengan perencanaan.. dari DSP daftar skala prioritas, menjadi proposal hasil musrenbang. DPK kurang sasaran..sebagai stimulan, tapi jadi pokok..swadaya hanya kerja bhakti. DPK dipotong dua belas setengah persen untuk pajak, seharusnya ditutup pake swadaya. Bahkan masyarakat sekarang harapannya tidak swadaya, tetapi mendapat bantuan. wawancara tanggal 19 Desember 2010. Pernyataan Bapak Sukono menegaskan bahwa pelaksanaan DPK mengikuti proposal yang dibuat berdasarkan DSP hasil Musrenbangkel. Tetapi dalam pelaksanaan DPK tidak mampu mendorong swadaya dana dari masyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat yang memudar yaitu kerja bhakti, tetapi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat masih cukup baik. Merujuk pada materi Workshop Penanggulangan Kemiskinan Di Surakarta, 2009, pelaksanaan DPK di Surakarta disimpulkan sebagai berikut : Dana block grant yang sekarang disebut Dana Pembangunan Kelurahan DPK, merupakan jenis pembangunan partisipatif yang paling terjaga keberlanjutannya. Besarnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yang mencapai antara 33.51-76.8, memberikan gambaran sekilas atas keberhasilan program ini dalam mencanangkan arti pentingnya sumbangan 196 masyarakat terhadap program yang direncanakan sendiri. Namun jika dikembalikan kepada tujuannya: 1 meningkatkan kualitas dan percepatan pembangunan kelurahan; 2 mendorong dan meningkatkan partisipasi dalam kerangka pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ditingkat kelurahan; dan 3 meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka tujuan ketiga merupakan yang paling terbengkalai. Demikian juga bobot partisipasi yang berkembang cenderung bermakna mobilitas daripada partisipasi. Meskipun program ini tidak ditujukan untuk mengentasan kemiskinan, sebaiknya program-program ekonomi diarahkan kepada penguatan ekonomi kaum marjinal, seperti kasus Jebres, yang diorientasikan pada pemberantasan pengangguran melalui diklat Satpam yang bekerjasama dengan kepolisian dan para calon pengguna Sumber : Materi Workshop Penanggulangan Kemiskinan Di Surakarta, 2009. 3.Sinergi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Di Kota Surakarta 1 Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta Untuk Mendukung Sinergi Dalam Implementasi Penanggulangan Kemiskinan 1 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Surakarta Untuk meningkatkan koordinasi yang meliputi sinkronisasi, harmonisasi dan integrasi berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan, dibentuk kelembagaan yang menangani koordinasi 197 penanggulangan kemiskinan baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Di tingkat daerah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan KabupatenKota berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Walikota. Hubungan kerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Nasional, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi, dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan KabupatenKota bersifat koordinatif dan konsultatif. Koordinasi penanggulangan kemiskinan meliputi sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, serta koordinasi pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Bagan 2 dua tentang Struktur Organisasi Penanggulangan Kemiskinan menggambarkan struktur garis hubungan koordinasi dan kolaborasi antara : Pertama, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia TKPK RI dengan Tim Pengendali PNPM Nasional, Satker APBN, dan Konsultan Nasional. Kedua, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah TKPKD dengan Tim Pengendali PNPM Kabupaten Kota. 198 Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Untuk mengembangkan sinergi penanggulangan kemiskinan, memerlukan proses pemberdayaan, keterlibatan masyarakat dengan memposisikan Pemerintah sebagai fasilitator dan secara kelembagaan membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah TKPKD serta sinkronisasi dengan PNPM. Bapak Widhi Sri Hanto, Kepala Bapermas PPPA dan KB Kota Surakarta menyampaikan : “Dalam konteks pemberdayaan...bagaimana menempatkan posisi Pemerintah sebagai fasilitator...artinya pemerintah tidak melaksanakan sendiri, obyek program dilibatkan. Seperti contohnya RTLH, pemkot melibatkan pokja, pemkot hanya membuat guidelines. Melalui program RTLH, sasarannya masyarakat sehat. Kalau masyarakat sehat.. mereka dapat kerja. Secara kelembagan, Pemkot membentuk TKPKD untuk DEPARTEMEN LPND SATKER APBN SKPD PELAKSANA SATKER APBD KOMPONEN CO SHARING TKPK RI TIM PENGENDALI PNPM NAS TKPK PROP TIM PENGENDALI PNPM PROP TKPK DAERAH TIM PENGENDALI PNPM KAB KOTA KONSULTAN NASIONAL KONSULTAN PROPINSI KONSULTAN KABUPATEN KOTA 199 melakukan koordinasi kebijakan penanggulangan kemiskinan. Ke depan TKPKD berusaha membuat sinergis, mencoba mem-match- kan dengan PNPM”. wawancara tanggal 25 Juni 2009. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah TKPKD Kota Surakarta secara resmi ditetapkan dengan landasan hukum yaitu Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 400.0514-D12009 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Surakarta. Pertemuan untuk launching TKPKD Kota Surakarta tanggal 30 Desember 2009 di Pendapi Gedhe Balaikota Surakarta dihadiri Walikota, Wakil Walikota, Camat, Lurah, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD di Pemerintah Kota Surakarta, Anggota TKPKD Kota Surakarta, Camat, Lurah dan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan se Surakarta dan Koordinator Kota Korkot PNPM MP Kota Surakarta. Dalam sambutannya pada saat launching TKPKD Kota Surakarta tersebut, Bapak Joko Pangarso-Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag Kota Surakarta menyatakan : “TKPKD menjadi wadah bersama dan kolaborasi penanggulangan kemiskinan, setelah Perpres, secara struktural dibentuk, tugas- tugas dikoordinir SKPD yang terlibat, masalah kemiskinannya apa, maka kebijakannya sinergis dan terpadu. contoh melalui TKPKD mengkoordinir pembagian bantuan dari disperindag, termasuk SKPD yang lain. Tugas lain, pengendalian pelaksanaan program”. 200 TKPKD Kota Surakarta menjadi wadah untuk kolaborasi penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta, di dalamnya mengkaji persoalan kemiskinan, menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, mengkoordinasikan SKPD yang terkait, sehingga penanggulangan kemiskinan terpadu dan sinergis. Selain itu keberadaan TKPKD juga untuk memberikan solusi terhadap persoalan penanggulangan kemiskinan yang berjalan sektoral parsial dan tidak terintegrasi, sehingga kedepan penanggulangan kemiskinan lebih mengarah, optimal, dan tidak saling tumpang tindih overlapping. dikoordinasikan Bapak Widdi Srihanto, Kepala Bapermas PPPA dan KB juga menyampaikan pendapatnya : “Selama ini program kemiskinan di Solo sudah berjalan di masing-masing satuan kerja perangkat daerah. Namun masing- masing program tidak terintegrasi. Pembentukan TKPKD, jelasnya diharapkan menjadi pusat koordinasi agar program- program penanggulangan kemiskinan lebih mengarah dan optimal. Koordinasi tersebut juga mencegah program satu dan yang lain saling tumpang tindih dalam Solopos, 412010. Struktur TKPKD Kota Surakarta menurut Bapak Joko Pangarso : “Ketua dijabat oleh Bapak Ponco Asisten Kesra, Sekretaris jabat oleh Bapak Widhi Sri Hanto dari Bapermas, Pokja Kebijakan dari Bappeda, Pokja Pendataan dijabat Kepala BPS Kota Surakarta, Pokja Kelembagaan dijabat Kepala Disperindag, dan Sekretariat dipegang oleh Bapak Samuel Rori”. 201 Samuel Rori Sekretariat dalam pemaparannya pada saat launching TKPKD Kota Surakarta menyampaikan tugas dan fungsi TKPKD Kota Surakarta : “TKPKD Kota Surakarta merupakan wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan untuk penanggulangan kemiskinan. Tugasnya pertama, mengkoordinasikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Kedua, mengkoordinasikan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Fungsi TKPKD, pertama, pengkoordinasian forum SKPD atau forum gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam penyusunan rancangan RKPD. Kedua, pengkoordinasian forum SKPD atau forum gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam penyusunan rencana kerja SKPD. Ketiga, pengkoordinasian evaluasi perumusan dokumen rencana pembangunan daerah bidang penanggulangan kemiskinan. Keempat, pengkoordinasian penyusunan SKPD Provinsi sebagai dasar penyusunan RPJMD kabupaten kota bidang penanggulangan kemiskinan. Kelima, pengkoordinasian forum SKPD atau forum gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam penyusunan rencana strategis penanggulangan kemiskinan”. TKPKD Kota Surakarta menjadi wadah koordinasi penyusunan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta. Kebijakan tersebut dalam Renja SKPD, RKPD, RPJMD, dan Renstra Penanggulangan Kemiskinan. Wadah koodinasi yang dimaksud dalam bentuk forum SKPD atau forum gabungan SKPD. 202 Gambar 3. Bagan Struktur organisasi TKPKD Surakarta Dalam materi paparan Tim TKPKD Kota Surakarta pada saat launching dan sosialisasi TKPKD Kota Surakarta tanggal 30 Desember 2009, ke depan mitra kerja yang dibangun oleh TKPKD Kota Surakarta yaitu : PNPM dan atau program pusat, SKPD, Legislatif, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Organisasi Kemasyarakatan, LSM, Komunitas Marginal, Pengusaha, Organisasi Profesi, Akademisi, dan Profesi. Dalam hal pelaksanaan program, Samuel Rori Semi menyatakan : “Sudah ada rencana program, akan disinergikan, dikolaborasi termasuk dengan PNPM, mitra kerja contoh PNPM atau pusat, skpd, lsm dan sebagainya. Bisa mengadopsi, tidak ada komplain. Saiyeg Saiko Proyo, penanggulangan kemiskinan akan lebih cepat”. PENASEHAT PENGARAH KETUA KOORDINATOR SEKRETARIAT POKJA PERENCANAAN POKJA KELEMBAGAAN POKJA PENDATAAN POKJA PENDANAAN SEKRETARIAT PELAKSANA HARIAN 203 2 Strategi Sinergi Penanggulangan Kemiskinan Di Kota Surakarta