Representasi Dalam Media Massa Level Representasi

8 Dahlan Barry, 1994: 574. Dengan demikian representasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kekerasan terhadap anak yang terdapat dalam film “Elif”. Representasi merupakan konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia, seperti dialog, tulisan, video, film, fotografi. Representasi berarti memproduksi makna dengan menggunakan bahasa untuk menyampaikan sesuatu yang bermakna atau untuk mewakili sesuatu dengan penuh arti kepada orang lain. Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negoisasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru Fachruddin, 2011: 21. Istilah representasi sendiri merujuk pada bagaimana seseorang atau kelompok, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam sebuah pemberitaan. Mengingat akan hal ini maka ada 2 hal penting yang perhatikan dalam representasi. Pertama, apakah seseorang, kelompok atau gagasan tertentu ditampilkan sebagaimana mestinya dan yang kedua adalah bagaimana representasi tersebut ditampilkan melalui kata, kalimat, aksentuasi, foto dan lainnya Eriyanto, 2001 : 113 .

2.2.1. Representasi Dalam Media Massa

Kata representasi merujuk kepada penggambaran. Namun demikian kata itu tidak hanya sekadar tentang penampilan di permukaan tapi juga menyangkut tentang makna yang dikonstruksi di baliknya. Jadi, representasi itu menyangkut pada proses pembuatan makna. Melalui media massa kita diberikan representasi tentang dunia dan bagaimana cara kita nantinya akan memahami dunia Maluda, 2014 :34 . Adakalanya representasi dibuat dengan suatu tujuan tertentu sehingga tanpa disadari bentuk - bentuk represe ntasi tersebut dianggap sebagai suatu „kebenaran‟ dalam realitas Burton, 2007 : 269 .

2.2.2. Level Representasi

Fiske dalam Eriyanto, 2001 : 114 , mengungkapkan bahwa persoalan utama dalam representasi adalah bagaimana suatu realitas ditampilkan. Dalam menampilkan suatu peristiwa, objek , gagasan, seseorang ataupun kelompok, ada beberapa proses yang dihadapi : 9  Level pertama yakni peristiwa yang ditandakan encode sebagai realitas. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana sebuah peristiwa dikonstruksi sebagai realitas oleh media. Dalam bahasa gambar terutama televisi hal ini pada umumnya dapat berupa pakaian, lingkungan, ucapan, serta ekspresi.  Level kedua yakni bagaimana realitas itu digambarkan. Dalam media terutama televisi hal ini digambarkan melalui pemakaian kata, kalimat atau proposisi tertentu yang membawa makna tertentu ketika diterima oleh khalayak.  Pada level ketiga yakni bagaimana sebuah peristiwa atau realitas dikonvesi ke dalam kode - kode yang dapat diterima secara logis, bagaimana kode –kode representasi dihubungkan dan diorganisassikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas sosial atau kepercayaan yang dominan yang ada dalam masyarakat. Ketiga level yang menjadi persoalan utama dalam representasi tersebut lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut : 10 Tabel 2.2.2 Persoalan Utama Dalam Representasi Level Pertama Realitas Dalam bahasa tertulis seperti dokumen, wawancara, transkip dan lainnya, sedangkan dalam televisi seperti pakaian, make up, perilaku, gerak – gerik, ekspresi, intonasi, ucapan dan tekanan suara. Level Kedua Representasi Elemen – elemen pada level pertama ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tertulis seperti kata, proposdisi, kalimat, caption, foto, grafik dan lainnya, sedangkan dalam televisi seperti kamera, tata cahaya, editing, musik latar dan sebagiannya. Level Ketiga Ideologi Semua elemen diorganisasikan ke dalam koherensi dan ideologi – ideologi seperti individualisme, liberalisme, sosialisme, patriaki, ras , kelas, materialisme, kapitalisme dan sebagiannya. Sumber : Eriyanto, 2001, Hal 116. Representasi sendiri terdiri dari duakomponen yang penting yakni konsep dalam pemikiran dan bahasa, dimana kedua komponen ini saling berelasi. Konsep yang kita miliki dalam pikiran kita membuat kita mengetahui makna dari hal tersebut, namun makna tidak dapat dikomunikasikan tanpa bahasa, oleh karena itu representasi menggunakan pendekatan konstruksionis yang berargumen bahwa makna dikonstruksi melalui bahasa, sehingga konsep dalam pemikiran dan tanda bahasa menjadi bagian penting yang digunakan dalam proses konstruksi atau produksi makna Hall, 2003 : 17. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa representasi adalah proses memproduksi makna dari konsep yang ada di pikiran kita melalui bahasa. Konsep representasi dalam penelitian ini yaitu bagaimana dalam film “Elif” menunjukkan pandangan dan memberi gambaran mengenai kekerasan pada anak yang diproduksi dan dikonstruksi. Alat-alat representasi dalam film ini yaitu Elif sebagai korban kekerasan, serta pemeran lainnya sebagai tokoh pelaku kekerasan dalam film ini, aksesoris yang digunakan baik dari 11 penampilan, kostum, tata rias, lingkungan, tingkah laku, cara bicara, gerak tubuh, ekspresi, suara, kamera, cahaya, editing, musik, dialog yang menandai adanya kekerasan terhadap anak dalam film ini. 2.3.Semiotika Komunikasi. Tanda merupakan basis dari seluruh proses komunikasi. Dengan perantaraan tanda – tanda, banyak hal yang bisa kita komunikasikan Sobur, 2009 : 15 . Semiotika biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda – danda, yang pada dasarnya merupakan studi atas kode – kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang idenentitias tertentu sebagai tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna Budiman, 2011 : 3 . Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan. Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau berusaha memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan dianggapnya sebagai tanda. Pemaknaan terhadap dunia tanda pada tingkat yang paling rendah adalah pemaknaan secara lugas, yakni menginterpretasikan berdasarkan asal makna tanda tersebut Sobur, 2009 : 15 .

2.3.1. Semiotika Model John Fiske