Penentu Penilaian Ganti Rugi Dasar Perhitungan

4.4. Ganti Kerugian

Dalam Pengadaan tanah, pemberian ganti kerugian yang layak kepada pemegang hak atas tanah berdasarkan kesepakatan dalam prinsip musyawarah. Tiada pengadaan tanah tanpa ganti kerugian. Oleh karena itu penentuan bentuk dan besar ganti kerugian juga merupakan aspek penting dalam pengadaan tanah. Oleh karenanya pemberian ganti rugi harus mampu meningkatkan kesejahteraan pelepas hak secara ekonomi. Sehingga pemegang hak atas tanah tidak mengalami kemunduran ekonomi setelah adanya pengadaan tanah. Ganti Kerugian merupakan penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Dalam ganti rugi terdapat beberapa unsur yaitu:

4.4.1. Penentu Penilaian Ganti Rugi

Salah satu unsur dari pengadaan tanah adalah pemberian ganti kerugian. Ganti rugi yang harus diberikan dalam pengadaan tanah haruslah ganti kerugian yang adil yang berarti bahwa pemberian ganti rugi tidak membuat seseorang menjadi lebih kaya atau lebih miskin dari keadaan semula 11 . Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan tolak ukur dari syarat ganti rugi yang layak yaitu apabila ganti kerugian yang diberikan setidaknya tidak membuat menurunnya taraf kehidupan dari masyarakat yang terkena pengadaan tanah, bahkan ganti kerugian tersebut memiliki syarat layak yang cukup baik apabila dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari pada tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelumnya. 11 Ibid h. 250. Untuk memenuhi syarat layak tersebut, maka di setiap peraturan pengadaan tanah terdapat penentu penilaian ganti kerugian yang berbeda. Pada PMDN No. 15 Tahun 1975 dan Keppres No. 55 Tahun 1993 yang berkedudukan sebagai penentu ganti kerugian adalah Panitia Pengadaan Tanah, kemudian di Pepres No.36 Tahun 2005 jo Perpres No. 65 Tahun 2006 dilakukan oleh LembagaTim Penilai Harga Tanah dan di UU No. 22 Tahun 2012 penentu penilaian ganti kerugian dilakukan oleh Penilai Pertanahan.

4.4.2. Dasar Perhitungan

Untuk mencapai syarat yang ditentukan dalam pemberian ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah tersebut, harus diperhitungkan dengan membuat standar tertentu. Dalam PMDN No. 15 Tahun 1975 dasar perhitungan ganti kerugian di dasarkan pada harga umum setempat atau harga rata-rata taksiran dari masing- masing anggota jika terjadi perbedaan taksiran. Sedangkan di Keppres No. 55 Tahun 1993 dan Perpres No. 36 Tahun 2005 jo Perpres No. 65 tahun 2006 dasar perhitungannya didasarkan pada: a. Nilai Jual Objek Pajak atau Nilai nyatasebenarnya, dengan memperhatikan Nilai Jual Objek Pajak tahun berjalan berdasarkan penetapanpenilaian Lembaga Tim Penilai harga tanah yang ditunjuk oleh Panitia. b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan; c. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian. d. faktor-faktor strategis yang dapat mempengaruhi harga tanah. Sedangkan di peraturan terbaru pengadaan tanah, yaitu UU No. 2 Tahun 2012 dasar perhitungan ganti kerugiannya didasarkan pada hasil penilaian dari penilai pertanahan yang penilalaian dilakukan bidang per bidang tanah meliputi: - tanah, - ruang atas dan bawah tanah, - bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah - kerugian lain yang dapat dinilai. Adanya dasar perhitungan tersebut bisa dijadikan sebagai acuan dalam penentuan besarnya nilai ganti rugi, sehingga ganti rugi yang diberikan benar- benar ada landasan perhitungannya yang pasti. Oleh karena itu dapat memperkecil kemungkinan adanya sikap sewenang-wenang Panitia Pengadaan Tanah dalam menentukan ganti kerugiannya. Apabila pemegang hak atas tanah merasa nilai ganti rugi yang di berikan masih belum sesuai dengan nilai tanahnya maka pemegang hak atas tanah dapat mengajukan keberatan.

B. Hasil Penelitian

Dalam bagian hasil penelitian ini penulis akan menjabarkan pasal demi pasal di berbagai peraturan yang mengatur tentang kedudukan Panitia Pengadaan Tanah sebagai penyelenggara kepentingan umum dalam setiap peraturan pengadaan tanah. Peraturan tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum digunakan sebagai pedoman bagi Panitia Pengadan Tanah sebagai penyelenggara dari kepentingan umum sehingga Panitia Pengadaan Tanah dalam menjalankan kedudukannya dapat bersikap profesional dan independen. Dalam kedudukannya sebagai penyelenggara dari kepentingan umum Panitia Pengadaan