Tanah memiliki beberapa tolak ukur yang terdapat dalam masing-masing peraturan pengadaan tanah yaitu:
1. PMDN No. 15 Tahun 1975
Dalam peraturan ini, pengadaan tanah masih dikenal dengan istilah pembebasan tanah yaitu melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat di
antara pemegang hakpenguasa atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi. Dalam peraturan ini terdapat juga pengertian tentang Panitia Pembebasan Tanah
yang merupakan suatu Panitia dengan tugas melakukan pemeriksaanpenelitian dan penetapan ganti rugi dalam rangka pembebasan sesuatu hak atas tanah dengan
atau tanpa bangunantanaman tumbuh di atasnya, yang pembentukannya ditetapkan
oleh Gubernur
Kepala Daerah
untuk masing-masing
KabupatenKotamadya dalam suatu wilayah Provinsi yang bersangkutan. Dalam peraturan ini juga dapat dilihat adanya susunan keanggotaan dari
panitia pembebasan tanah yang terdiri dari unsur: -
Kepala Sub Direktorat Agraria KabupatenKotamadya sebagai Ketua merangkap anggota.
- Seorang pejabat dari Kantor Pemerintah Daerah Tingkat II yang
ditunjuk oleh
BupatiWalikotamadya Kepala
Daerah yang
bersangkutan sebagai anggota. -
Kepala Kantor IPEDAIREDA atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota.
- Seorang pejabat yang ditunjuk oleh instansi yang memerlukan
tanah tersebut sebagai anggota.
- Kepala Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tingkat II atau pejabat
yang ditunjuknya apabila mengenai tanah bangunan danatau Kepala Dinas Pertanian Daerah Tingkat II atau pejabat yang
ditunjuknya jika mengenai tanah pertanian sebagai anggota. -
Kepala Kecamatan yang bersangkutan sebagai anggota. -
Kepala Desa atau yang dipersamakan dengan itu sebagai anggota. -
Seorang pejabat dari Kantor Sub Direktorat Agraria KabupatenKotamadya yang ditunjuk oleh Kepala Sub Direktorat
Agraria KabupatenKotamadya
yang bersangkutan
sebagai Sekretaris bukan anggota.
Gubernur Kepala Daerah dapat membentuk Panitia Pembebasan Tanah Tingkat Provinsi dengan susunan keanggotaan dari instansi-instansi sepanjang
tanah yang dibebaskan itu terletak di wilayah beberapa KabupatenKotamadya atau jika menyangkut proyek-proyek khusus. Adapun tugas dari panitia
pembebasan tanah yaitu: -
mengadakan inventarisasi serta penelitian setempat terhadap keadaan tanahnya, tanam tumbuh dan bangunan-bangunan;
- mengadakan perundingan dengan para pemegang hak atas tanah
dan bangunantanaman; -
menaksir besarnya ganti rugi yang akan dibayarkan kepada yang berhak;
- membuat
berita acara
pembebasan tanah
disertai fatwapertimbangannya;
- menyaksikan pelaksanaan pembayaran ganti rugi kepada yang
berhak atas tanah Bangunantanaman tersebut. Hal lain yang diatur dalam peraturan ini pengaturan terkait ganti kerugian.
Di dalam mengadakan penaksiranpenetapan mengenai besarnya ganti rugi, Panitia Pembebasan Tanah harus mengadakan musyawarah dengan para
pemilikpemegang hak atas tanah danatau benda tanaman yang ada di atasnya berdasarkan harga umum setempat.
Panitia Pembebasan Tanah berusaha agar dalam menentukan besamya ganti rugi terdapat kata sepakat diantara para anggota Panitia dengan
memperhatikan kehendak dari para pemegang hak atas tanah. Apabila terdapat perbedaan taksiran ganti rugi di antara para anggota Panitia itu, maka yang
dipergunakan adalah harga rata-rata dari taksiran masing-masing anggota. Kemudian keputusan Panitia Pembebasan Tanah mengenai besarbentuknya ganti
rugi tersebut disampaikan kepada instansi yang memerlukan tanah, para pemegang hak atas tanah dan para anggota Panitia yang turut mengambil
keputusan. Akan tetapi jika terjadi penolakan ganti kerugian oleh pemilik tanah, maka
Panitia Pembebasan Tanah setelah menerima dan mempertimbangkan alasan penolakan tersebut, dapat mengambil sikap sebagai berikut:
- Tetap kepada putusan semula;
- Meneruskan
surat penolakan
dimaksud dengan
disertai pertimbangan-pertimbangannya kepada Gubernur Kepala Daerah
yang bersangkutan untuk diputuskan.
Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan setelah mempertimbangkan dari segala segi, dapat mengambil keputusan yang bersifat mengukuhkan putusan
Panitia Pembebasan Tanah atau menentukan lain yang bertujuan mencari jalan tengah agar dapat diterima oleh kedua belah pihak. Keputusan Gubernur
disampaikan kepada masing-masing pihak yang bersangkutan dan Panitia Pembebasan Tanah.
2. KEPPRES No. 55 Tahun 1993