HUBUNGAN DIPLOMATIK TAIWAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM

BAB IV HUBUNGAN DIPLOMATIK TAIWAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM

INTERNASIONAL A. Status Taiwan dalam Perspektif Hukum Internasional Dalam persefektif diplomatik, komunikasi internasional adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah atau negara dengan pemerintah atau negara lain melalui saluran diplomatik. Jalur diplomatik lebih kerap ditempuh melalui komunikasi langsung antar pejabat tinggi negara menteri luar negeri, duta besar, konsul jenderal, atau staf diplomatik lainnya. Dalam perspektif diplomatik, komunikasi internasional lazimnya dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil. Diplomasi lazimnya dilakukan secara eksklusif dalam komunikasi kelompok kecil antar pejabat tinggi negara atau melalui perwakilan diplomatic dan konsuler masing-masing negara atau melalui mekanisme komunikasi PBB serta organisasi internasional seperti ASEAN, Uni Eropa, APEC, OIC, WTO, OECD, UNESCO, dan sebagainya. 75 Komunikasi internasional dalam persefektif diplomatik merupakan kegiatan atau upaya untuk membina rasa saling percaya atau memperteguh keyakinan terhadap suatu gagasan. Dengan menggunakan saluran-saluran diplomatik, komunikasi internasional lebih banyak digunakan untuk memperluas pengaruh, meningkatkan komitmen dan solidaritas, menanggulangi perbedaan pendapat dan salah paham serta menghindari pertentangan dalam masalah tujuan dan kepentingan yang dikehendaki sebuah negara. Selain untuk menghindari konflik, komunikasi 75 http:www.wikipedia.com, mengenai hubungan diplomatik-html, diakses 8 April 2012 internasional sering digunakan untuk mengembangkan kerja sama baik dalam hubungan bilateral maupun multilateral, memperkuat posisi tawar serta meningkatkan citra dan reputasi sebuah negara. Komunikasi internasional dalam persefektif diplomatik lazim digolongkan ke dalam first track diplomacy komunikasi ditujukan pada pemerintah negara dan seconde track diplomacy komunikasi berhubungan langsung dengan penduduk atau masyarakat setempat. Ditinjau dari dimensi komunikasi, untuk jangka waktu yang lama, komunikasi formal antar pemerintah dianggap lebih menentukan aktifitasnya. 76 Faktor Taiwan Ingin Memisahkan Diri dari Republik Cina yakni 77 1. Politik Pemerintahan Taiwan : Taiwan memiliki sistem politik yang berbeda dengan sitem politik di RRT, menggunakan asas demokrasi dan liberalisme yang umum digunakan negara -negara barat. Ketika pemerintahan nasionalis KMT berpindah dari Tiongkok karena kalah perang terhadap pasukan komunis, maka Chiang Kai Shek menerapkan sistem pemerintahan darurat dengan asas tunggal satu partai Kuomintang KMT. Keadaan darurat ini guna mempersiapkan diri dalam merebut kembali daratan Tiongkok. Dalam situasi ini, terjadi pembatasan kegiatan pers politik dan pembungkaman kaum oposisi yang justru banyak berpengaruh di kalangan penduduk Taiwan asli. Keadaan ini berlaku sampai Chiang Kai Shek wafat. Pemerintahan kepresidenan digantikan oleh putranya Chiang Ching Kuo sampai beliau wafat pada tahun 1980-an akhir. Pada masa ini kran kebebasan pers, politik dan mengemukakan pendapat dibuka 76 Kuncahyono, Trias, Hubungan diplomatik Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal 12 77 http:international.okezone.comindex.phpReadStory2008052818113 252 pemerintah taiwan, html, diakses 8 April 2012 secara perlahan-lahan. Meskipun masih terobsesi dengan upaya menguasai kembali Tiongkok daratan. Chiang Ching Kuo berusaha bersikap realistis dengan situasi yang ada. Dia tidak ingin mewarisi pemerintahan yang otoriter. Pada pemilu yang pertama, terpilihlah Lee Teng Hui yang juga dari kalangan partai KMT. Pada masa pemerintahan Lee Teng Hui hubungan dengan Tiongkok daratan mulai memanas karena mulai diwacanakannya kemerdekaan bagi Taiwan dengan nama Taiwan Selama ini sebagian diplomat selalu tertukar dalam menggunakan nama Republik China dengan Republik Rakyat Tiongkok . Selain itu, menggalang dukungan dari kalangan internasional, juga memantapkan dukungan dari negara-negara yang masih menjalin dukungan dengan Taiwan yang saat itu berjumlah 30 negara termasuk Afrika Selatan. Namun tamparan diplomatik diperoleh Taiwan ketika akhirnya Afrika Selatan akhirnya memindahkan hubungan diplomatiknya ke RRC pada tahun 1997. Presiden selanjutnya dijabat oleh Chen Shui-bian dari kalangan partai oposisi DPP yang juga putra asli Taiwan. RRT khawatir Taiwan benar-benar akan mewujudkan kemerdekaannya. Referendum yang diadakan Chen masih menghasilkan keadaan status quo. Tiongkok memprovokasinya dengan mengadakan latihan militer dan pengadaan persenjataan baik impor maupun swadaya. Pemilihan umum 2004 menghasilkan kemenangan tipis Chen Shui-bian terhadap lawannya Lien Chan dari partai oposisi sekarang, KMT yang menjadikannya menjabat presiden kedua kalinya. Namun partai Chen, DPP kalah dalam perolehan suara di Parlemen oleh KMT. Lien Chan juga kalangan oposisi lainnya James Soong justru melakukan pendekatan diplomatik dengan RRT. Pada masa pemerintahan Chen Shui-bian, juga diupayakan penggalangan internasional agar Taiwan menjadi anggota PBB dengan alasan kekuatan ekonomi dan keberadaannya secara de facto yang juga diakui 29 negara di antaranya Kosta Rika. Namun kebanyakan negara- negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan umumnya adalah negara - negara kecil atau negara dunia ketiga yang tidak memiliki potensi strategis di kalangan dunia internasional. Salah satu upayanya adalah program melirik ke selatan Indonesia dengan kunjungan tidak resmi Wakil Presiden Annete Lu ke Bali dan mengadakan pertemuan dengan pejabat tinggi setingkat menteri di Indonesia serta mengadakan konsesi konsesi terutama dibidang ekonomi di Indonesia yang masih terjerat krisis sejak krisis 1997. Akibat kunjungan ini, Indonesia menerima protes keras diplomatik oleh RRT karena Indonesia dianggap main mata dengan provinsi yang membangkang itu . Taiwan menikmati hubungan khusus dengan Amerika Serikat sekalipun hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dihentikan sejak kunjungan presiden Richard Nixon ke RRT pada tahun 1970-an. Namun hubungan diplomatik tidak resmi tetap berjalan melalui bidang ekonomi dan militer. Pada masa pemerintahan GeorgeW. Bush, Taiwan kembali dianggap penting oleh AS dalam usahanya membendung pengaruhTiongkok khususnya dalam bidang perdagangan. Hubungan diplomatik dengan negara-negara lain umumnya menggunakan jalur ekonomi dan perdagangan, sekaligus menjadi saluran hubungan diplomatik tidak resmi mengingat Taiwan secara riil merupakan kekuatan ekonomi Asia secara signifikan dan merupakan pintu gerbang para investor untuk melakukan investasi di kawasan ini selain Hong Kong dan Singapura. China berusaha melunakkan tawaran dengan memberikan kelonggaran kepada Taiwan dengan semboyan Satu Tiongkok dua Sistem Republic-People Republic of China dengan pilotproyek diterapkannya sistem itu di Hong Kong dan Makau ditambah dengan komunikasi politik dengan tokoh oposisi Taiwan dan rekonsiliasi politik antara Partai Komunis Tiongkok dengan Partai Nasionalis Kuomintang yang pernah berseteru pada tahun 1930- 1940-an itu. Namun perkembangan politik di Hong Kong, mundurnya ketua daerah otoritas khusus Hong kong Tung Chee-Hwa atas desakan RRT, naiknya Donald Tsang, tokoh moderat yang masih diikat secara politik oleh RRT dan sering terjadinya gejolak politik terutama dengan aktivis prodemokrasi membuat rakyat dan pemerintah Taiwan menolak tawaran halus RRT. 2. Ekonomi Pemerintahan Taiwan Bagi China, ini adalah era baru menuju ke rekonsiliasi melalui jalur ekonomi, setelah lebih dari enam dekade tidak mampu bergerak mencapai tujuan unifikasi melalui jalan militer. Faktor paling penting Perjanjian Chongqing ini adalah dampaknya terhadap perekonomian regional, termasuk kerja sama ekonomi dan perdagangan keseluruhan Asia-Pasifik yang selama ini dimotori AS. Dan sekali lagi, sebuah model multilateralisme Asia Timur atas nama kesejahteraan dan kepentingan bersama, menihilkan eksistensi kepentingan ekonomi AS. Ini adalah sebuah kenyataan ekonomi baru di kawasan ini. Langkah menuju Perjanjian Chongqing sekali lagi membuktikan perlunya antisipasi lebih luas terhadap resesi yang melanda dunia, terutama negara maju. Antisipasi itu adalah lewat pembentukan kesepakatan perdagangan bebas yang selama ini dikejar AS, tetapi tidak mampu meratifikasi perjanjian perdagangan dengan negara-negara Asia, seperti perjanjian perdagangan bebas AS-Korea Selatan. Perjanjian Chongqing memberi akses mudah kepada Taiwan untuk membonceng China dalam membangun jejaring ekonomi lewat liberalisasi perdagangan dikawasan Asia, terutama ASEAN+3 yang menjadi pemain penting kawasan. Perjanjian ini menghasilkan ekosistem ekonomi, perdagangan, dan politik ke dalam komunalitas baru, yang tidak lagi bersandar pada kepentingan AS yang semakin kehilangan pengaruh. B. Hubungan Diplomatik antara Taiwan dengan Indonesia Taiwan adalah sebuah Negara yang terletak di pulau sebelah timur China yang mempunyai status yang sedang dipertentangkan dari dulu sampai sekarang dengan China. Taiwan pernah dijajah oleh Belanda pada tahun 1624 kemudian dibebaskan oleh Cheng Cheng-Kung Koxinga pada tahun 1662 , seorang loyalis Dinasti Ming ketika Dinasti Ming mengalami kekalahan dan digantikan oleh Dinasti Qing, dan mendirikan pemerintahan Kerajaan Tungning 1662-1683. Dengan Tainan sebagai ibukotanya, Wilayah Taiwan yang sekarang secara de facto merupakan wilayah Republik Cina pernah menjadi protektorat Jepang setelah peperangan Tiongkok-Jepang pada akhir abad ke-19 1894-1895 ketika Tiongkok masih berada di bawah Dinasti Qing dari Manchuria yang berbuah kekalahan Tiongkok dan perjanjian Shimonoseki 1895. Tanggal 19 Agustus tahun 1895, Cina setelah kalah dalam perang melawan Jepang, terpaksa menyerahkan kepulauan Taiwan kepada Jepang berdasarkan perjanjian Shimonoseki. 78 Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Taiwan telah dikembalikan kepada Tiongkok de jure maupun de facto. Munculnya masalah Taiwan berkaitan dengan perang saudara yang dilancarkan Kuomintang Tiongkok setelah itu. Akan tetapi yang lebih penting ialah keterlibatan kekuatan asing. Selama perang anti Jepang di Tiongkok, Partai Kuomintang Tiongkok dan Partai Komunis Tiongkok telah menggalang front penyatuan nasional anti Jepang untuk melawan agresi imperialisme Jepang. Setelah kemenangan perang anti Jepang, Kuomintang yang 78 http:www.conflictanddevelopment.org, diakses 8 April 2012 dipimpin Chiang Kai-Sek dengan mengandalkan dukungan Amerika, melancarkan perang saudara di seluruh negeri. Rakyat Tiongkok yang dipimpin Partai Komunis Tiongkok melancarkan perang pembebasan selama 3 tahun lebih dan pemerintah “Republik Tiongkok”-nya Kuomintang digulingkan. Pada tahun 1949, Republik Cina dipimpin oleh Chiang Kai Shek yang berhaluan nasionalis kalah dari perang saudara dengan Partai Komunis Tiongkok Zhongguo Gongchandang pimpinan Mao Zedong . Mao Zedong kemudian memproklamirkan berdirinya negara baru Republik Rakyat Cina di Beiping, yang kemudian diubah namanya menjadi Beijing dan ditetapkan sebagai ibukota negara baru tersebut. dan menyatakan Taiwan sebagai provinsi di dalam republik baru tersebut. Sejak kalah dalam perang melawan komunis pada tahun 1949 tersebut, pemimpin partai nasionalis Koumintang Chiang Kai Shek melarikan diri ke sebuah pulau di timur China yang kita kenal dengan Taiwan dan membangun pemerintahan sendiri dengan ibukota Taipei. Hal inilah yang membuat China gerah. China sendiri telah menjadikan Taiwan sebagai salah satu bagian provinsi Fujin namun Chiang Kai Shek tidak mengakui klaim tersebut dan selalu berusaha mencari dukungan dunia internasional agar Taiwan diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Taiwan menjadi sebuah wilayah yang mempunyai syarat-syarat sebagai negara berdaulat namun tidak mempunyai kedaulatan di dunia internasional karena kurangnya pengakuan dan dukungan diplomatik. Saat ini, negara-negara yang masih berhubungan diplomatik dengan Republik Taiwan berjumlah 25 negara, mayoritas adalah negara-negara kecil yang tidak mempunyai pengaruh besar di percaturan politik internasional. Indonesia memiliki hubungan tidak resmi dengan pemerintahan Taiwan sebagai media perpanjangan putusnya hubungan diplomatik dengan China karena dugaan keterlibatan partai komunis China dalam peristiwa G30SPKI pada tahun 1965. Namun, setelah pemulihan hubungan diplomatik dengan China tahun 1990 pemerintah Indonesia menarik garis tegas untuk membedakan hubungan bilateral Indonesia dengan Republik Rakyat China dan menjaga keharmonisan hubungan tersebut dengan menganut kebijakan luar negeri satu china atau One China Policy dan hanya menjalin hubungan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi dengan pemerintahan Taiwan. Hubungan ekonomi Indonesia dan Taiwan memang sebenarnya telah dimulai sejak lama. Meningkatnya hubungan tersebut terjadi pada sekitar tahun delapan puluhan saat para pemimpin Taiwan mencanangkan program yang mendorong pengusaha pengusaha Taiwan untuk berinvestasi ke luar negeri sebagai salah satu bagian dari upaya mencari dukungan internasional atas tidak diakuinya keanggotaan Taiwan di PBB. Setelah pemulihan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Republik Rakyat China pada tahun 1990, bersamaan dengan semakin terbuka dan mendalamnya reformasi di daratan China, tingkat dan intensitas hubungan kerjasama perdagangan dan perekonomian antara pemerintah Indonesia dengan Taiwan tidak banyak mengalami perubahan. Namun ketika mantan pemimpin Taiwan, Lee Teng Hui mengadakan kunjungan ke pulau Bali dan berbincang dengan Presiden Soeharto pada tahun 1994, pemerintahan China menyampaikan nota protes yang sangat keras kepada pemerintah Indonesia dan meminta pemerintah Indonesia untuk menolak kebijakan baru Taiwan tentang Go South Policy. Padahal menurut pemerintahan Taiwan, kunjungan tersebut meunjukkan tingkat kemesraan hubungan antara people to people contact dalam hal ini antara Presiden Soeharto dan mantan pemimpin Taiwan Lee Teng Hui sebagai sesama kalangan pemimpin. Setelah adanya protes keras dari pemeintah Republik China, Indonesia mulai melihat bagaimana memahami dan mengelola hubungan perdagangan antara Indonesia dan Taiwan dengan tetap mejaga hubungan baik dengan pemerintahan China khususnya penerapan kebijakan luar negeri One China Policy. Aksi protes dari pemerintahan RRC tersebut dilakukan untuk menegaskan kepada pemerintahan Indonesia bahwa RRC menempatkan masalah keberadaan Taiwan sebagai negara merdeka secara serius dan hal ini dapat menggangu hubungan baik yang telah terjalin diantara kedua negara. Penerapan kebijakan luar negeri One China Policy merupakan langkah wajib yang tidak main - main untuk selalu menjaga hubungan baik dengan pemerintahan RRC. Sejak kepemimpinan Taiwan beralih kepada Chen Shui Bien pada tahun 2000, hubungan antara Indonesia dan Taiwan tidak sebaik pada masa Koumintang berkuasa. Menurunnya hubungan secara drastis ini lebih kepada perilaku dan sikap Taiwan yang berada pada dilema antara persoalan geopolitik dan geoekonomi. Keseluruhan perilaku Taiwan berubah dengan menggunakan ancaman ekonomi untuk memperoleh keuntungan diplomasi. Gagalnya kunjungan pemimpin Taiwan Chen Sui Bien untuk maksud bisnis pada bulan Desember tahun 2002 membuat pemerintahan Taiwan berencana melakukian boikot ekonomi dan Indonesia dikeluarkan dari daftar negara tujuan investasi Taiwan. Tetapi hal semacam ini sangat sulit dilakukan dan mungkin hanya sebatas wacana dikarenakan sudah terlalu kuatnya pengaruh perekonomian Indonesia terhadap Taiwan. Banyaknya kerjasama dan investasi di segala bidang diantara kedua negara menyebabkan hal semacam itu sangat sulit untuk dilakukan Taiwan dalam rangka menggoyahkan kebijakan luar negeri yang dianut Indonesia yaitu kebijakan satu China atau lebih dikenal One China Policy. Situasi geopolitik diantara Indonesia dan Taiwan sebenarnya tidak berpengaruh signifikan terhadap pertambahan dan pengurangan volume perdagangan dan investasi Taiwan di Indonesia. Indonesia dengan potensinya baik potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia berupa tenaga kerja masih menjadi sasaran kebijakan investasi Taiwan di kawasan Asia Tenggara. Namun, karena ketidaksiapan dalam berbagai hal penting seperti stabilitas, iklim investasi yang tidak memadai, minimnya kemudahan dan kelonggaran aturan investasi membuat kebijakan tersebut berjalan tidak secara penuh. Kerjasama perdagangan perekonomian dan investasi antara Indonesia dan Taiwan mencatat kenaikan dari tahun ke tahun. Volume perdagangan Indonesia dan Taiwan meningkat dari 3,09 milliar dolar AS pada tahun 2004 menjadi 3,81 milliar dolar AS pada tahun 2005. Nilai investasi Taiwan juga mencapai lebih dari 12,98 triliun dolar Amerika Serikat data tahum 2004. Data tersebut menempatkan Taiwan sebagai partner perdagangan 10 teratas sekaligus sebagai salah satu penyumbang investasi asing yang cukup besar bagi Indonesia. Kedudukan strategis Taiwan juga didukung dengan seringnya warga Taiwan berkunjung ke Indonesia dalam rangka berlibur sekitar tiga ratus ribu orang per tahun. Hubungan ekonomi Indonesia Taiwan seharusnya tidak cukup high politics untuk menggangu hubungan bilateral antara Indonesia dan RRC. RRC sendiri memiliki hubungan perekonomian yan mengakar dengan Taiwan. Pada tahun 2005 volume perdagangan antara China dengan Taiwan mencapai 91,2 miiar dollar AS dan menempatkan Taiwan sebagai partner dagang ketujuh teratas bagi China. Bagi China, Taiwan merupakan pasar ekspor yang besar. Di bidang investasi, sekitar 3000 an proyek dengan nilai kontrak yang cukup besar yaitu 10,36 miliar dolar AS yang tercatat sebagai proyek investasi Taiwan di mainland. Dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi RRC, diperkirakan hubungan investasi antara keduanya semakin meningkat. Sesungguhnya, China berada di posisi yang sangat dilematis karena selain usahanya untuk menentang keberadaan Taiwan sebagai suatu negara yang merdeka dengan selalu melaksanakan politik satu china kepada negara - negara lain di dunia, Taiwan juga merupakan pasar ekspor dan mantra dagang yang cukup diperhitungkan oleh China. Hubungan kerjasama perekonomian diantara Indonesia dan Taiwan sangat tidak terganggu dengan adanya kebijakan luar negeri satu China yang dianut oleh Indonesia. Indonesia masih menjadikan Taiwan sebagai negara partner kerjasama perdagangan yang sangat baik. Selain bidang perekonomian yang sebagaimana telah disebutkan diatas, masih banyak kerjasama dalam bidang lain yang terjalin antara pemerintah Indonesia dan Taiwan. Salah satu bidang yang juga menguntungkan bagi kedua belah pihak negara yaitu kerjasama dalam bidang ketenagakerjaan. Saat ini resmi tercatat lebih dari 120 ribu orang Indonesia yang bekerja di berbagai sektor di Taiwan. Mereka yang bekerja di Taiwan ikut berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian Taiwan. Para pahlawan devisa negara tersebut diakui banyak diperlukan di Taiwan. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah tenaga kerja Indonesia yang diberangkatkan di Taiwan dari tahun ke tahun. Mereka biasanya bekerja didalam bidang perindustrian dan jasa seperti buruh dan pelayan. Taiwan juga merupakan salah satu investor besar dari Asia di Indonesia. Dalam berbagai pertemuan dengan pihak Taiwan, Pihak Indonesia fokus menawarkan tiga sektor untuk dikembangkan yakni infrastruktur, agribisnis dan juga energi. Saat ini, Taiwan mampu bersaing dengan negara negara maju termasuk di bidang teknologi komunikasi dan produk produknya. Hal ini dibuktikan dengan tingginya tingkat ekspor produk - produk unggulan Taiwan ke Indonesia. Produk produk IT Taiwan seperti ponsel, komputer dan laptop unggulan mereka sudah banyak sekali dipasarkan di Indonesia. Selain itu juga banyak sekali produk produk berupa mesin industri diekspor ke Indonesia. Selain itu, Taiwan juga menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam bidang kepariwisataan. Sampai sejauh ini, banyak warga Taiwan yang berkunjung dan berlibur ke Indonesia. Salah satu tujuan favorit mereka adalah pulau Bali. Banyak juga warga negara Indonesia yang berkunjung ke Taiwan untuk berlibur. Hal ini tentu membuat devisa kedua negara bertambah. Dalam bidang pendidikan, banyak sekali kalangan pelajar dari berbagai daerah di Indonesia yang saat ini tengah melanjutkan pendidikan di beberapa perguruan tinggi di Taipei yang merupakan ibukota Taiwan. Pemerintah Taiwan selalu mengundang para pelajar dan mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan pendidikan baik untuk belajar bahasa Mandarin, teknologi atau bahkan yang ingin mengambil gelar doktoral dalam berbagai bidang disana. Sekitar seribu pelajar dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Taiwan dan jumlahnya selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan kondisi seperti ini, secara prinsip kerjasama diantara pemerintah Indonesia dan Taiwan di bidang ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, pendidikan serta kepariwisataan tidak akan terpengaruh dengan persoalan politik diantara kedua negara. Sepertinya kebijakan luar negri One China Policy tidak menjadi kendala bagi pengembangan hubungan kerjasama perekonomian dan perdagangan antara Indonesia dan Taiwan. Pemerintah Indonesia memang harus tetap berupaya mempertahankan politik luar negeri yang bebas aktif secara konsisten dan pemerintah dituntut untuk melaksanakan politik luar negeri yang selues mungkin tanpa mengabaikan kepentingan nasional yang dimiliki oleh Indonesia termasuk dalam berhubungan dengan Taiwan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN