Perumusan Masalah Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

“ Hubungan Diplomatik Taiwan dengan Negara Lain Dalam Statusnya Sebagai Subjek Hukum Internasional”.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus diselesaikan oleh peneliti dalam penelitian. Dengan adanya perumusan masalah maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada hal-hal diluar permasalahan. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan Subjek Hukum Internasional? 2. Bagaimana membentuk hubungan diplomatik antar Negara? 3. Bagaimana hubungan diplomatik Taiwan sebagai Subjek Hukum Internasional?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari penulisan skripsi ini secara umum adalah untuk menempatkan Studi Analisa Hubungan Diplomatik sebagai bidang yang menarik dalam ilmu Hukum Internasional. Suatu penulisan biasanya dilakukan untuk memberikan gambaran obyektif terhadap fenomena tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: a. Memberikan gambaran tentang hubungan diplomatik Taiwan sebagai subjek Hukum Internasional. b. Mengetahui bagaimana hubungan diplomatik antar negara. c. Mengaplikasikan teori-teori yang didapatkan selama proses belajar di perkuliahan. d. Penulisan ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana S1 pada Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara.

2. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi yang dilakukan adalah: a. Penulisan ini sangat penting untuk memperoleh data yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah sebagai bahan penyusunan skripsi dan bahan pembinaan serta memperkaya khasanah perbendaharaan ilmu hukum khususnya Hukum Internasional. b. Hasil penulisan ini juga diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber kajian bagi yang berkepentingan.

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah hubungan diplomatik Taiwan dengan Negara lain dalam statusnya sebagai subjek hukum internasional. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa fakultas hukum USU. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Suatu menjadi pendapat umum bahwa hakekat manusia itu adalah sebagai kepribadian dan masyarakat. Dua unsur eksistensi ini merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga apabila kita substitusikan kepada masyarakat Internasional maka Negara dapat dikatakan sebagai kepribadian, sementara kumpulan dari Negara-negara tersebut dapat dikatakan sebagai masyarakat internasional international society. 9 Konsepsi di atas membawakan hubungan-hubungan dalam mana kepentingan yang beraneka ragam saling menjalin secara berkelanjutan yang semakin hari semakin meluas. Interpedansi antar mereka dalam memenuhi kepentingan- kepentingan mereka sudah menjadi suatu keharusan. Dengan perkataan lain, Negara- negara di dunia sekarang ini erat kaitannya satu sama lain, sehingga apapun yang terjadi misalnya di bidang politik, ekonomi, dan sosial di suatu bagian dunia pasti akan mempengaruhi bagian dunia lainnya. 10 Sejak permulaan sejarah umat manusia, hubungan individu, kelompok, dan antar bangsa sudah mengenal kaedah-kaedah yang mengatur dan menata perilaku semestinya dalam hubungan itu sendiri. Kaedah-kaedah tersebut ditujukan sebagai suatu keabsahan yuridis untuk mengatur perilaku Negara-negara didalam melakukan hubungan-hubungan di antara mereka. Inilah yang disebut dengan hukum diplomatik. Dalam rangka mempererat hubungan antar bangsa serta kerjasama dan persahabatan maka Negara-negara mengirimkan perwakilannya ke Negara lain. Pengiriman perwakilan Negara ke Negara lain dikenal dengan pertukaran misi diplomatik yang sudah dilakukan sejak dahulu. Perwakilan diplomatik dianggap sebagai wakil dari Negara yang diwakilinya dan kedudukannya dipersamakan dengan kedudukan seorang kepala Negara pengirim di Negara penerima. 11 Definisi diplomat yaitu sebagai orang yang melakukan diplomasi. Kata diplomat berasal dari bahasa Yunani yaitu “diploma” yang artinya adalah “a letter 9 Buana, Mirza, Hukum Internasional Teori dan Praktek, Nusamedia, Bandung, 2007, hal 16 10 Ibid 11 Setyo Widagdo Hanig Nur Widhiyanti. Hukum Diplomatik dan Konsuler, Bayumedia Publishing, Malang, Cetakan Pertama, 2008, hal 35. folded double” atau surat yang dilipat ganda, kemudian diterjemahkan sebagai utusan negara yang mengemban tugas ganda. Sehingga dalam kaitannya dengan hubungan antar negara, diplomat dapat dikatakan sebagai duta negara atau utusan negara yang ditugaskan ke negara lain sebagai representatif atau untuk merepresentasikan negara yang telah mengutusnya. Maka dalam menjalankan fungsinya, seorang diplomat harus bekerja sesuai dengan aturan diplomatik yang telah berkembang di kalangan negara-negara dunia. 12 Definisi mengenai diplomasi sangatlah beragam. Para pakar memberi definisi yang berbeda. Menurut Wikipedia Indonesia pengertian diplomasi adalah “seni dan praktek bernegosiasi oleh seseorang yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi”. Kata diplomasi sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi Internasional yang biasanya mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi, dan perdagangan. Biasanya, orang menganggap diplomasi sebagai cara mendapatkan keuntungan dengan kata-kata yang halus. 13 Menurut the Chambers Twentieth Century Dictionary, diplomasi adalah “the art of negotiation, especially of treaties between states; political skill”. seni berunding, khususnya tentang perjanjian di antara negara-negara; keahlian politik. Syahrimin mengatakan bahwa diplomasi, yang sangat erat dihubungkan dengan The Oxford English Dictionary memberi konotasi sebagai berikut: “manajemen hubungan intemasional melalui negosiasi; yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh duta besar dan para wakil; bisnis atau seni para diplomat”. 12 Ak, Syahmin, Hukum Diplomatik Dalam Kerangka Studi Analisis, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hal 20 13 Suryono,Edy, Hukum Diplomatik Kekebalan dan Keistimewaannya, Bandung: Angkasa, 1991, hal 34 hubungan antar negara sebagai : Seni mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin, dalam berhubungan dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal untuk memperoleh tujuan yang diinginkan, diplomasi mengizinkan penggunaan ancaman atau kekuatan nyata sebagai cara untuk mencapai tujuan-tujuannya. 14 Definisi hubungan diplomatik adalah salah satu cara yang dipergunakan dalam hubungan internasional, dengan memakai metode diplomasi atau negosiasi. Secara tradisional, fungsi perwakilan diplomatik atau agen diplomatik yang dikirimkan ke negara asing merupakan penyambung lidah pemerintahnya dan sebagai jalur komunikasi resmi antar negara pengirimnya dengan negara dimana diplomat tersebut ditempatkan. Selain itu, diplomat tersebut memberikan laporan- laporan kepada pemerintahnya mengenai kondisi dan perkembangan situasi yang terjadi di negara penerima, melindungi bangsanya yang berdiam di negara penerima serta meningkatkan hubungan persahabatan antara negaranya dengan negara penerima. Selanjutnya diplomat tersebut bertugas memupuk kerjasama dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan anjuran dan ketentuan- ketentuan Perserikatan Bangsa-Bangsa. 15 Fungsi perwakilan diplomatik pada dasarnya hanya berhubungan dengan persoalan politik, tetapi pada saat ini sulit bagi kita untuk memisahkan antara politik dengan aspek kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Oleh karena itulah fungsi perwakilan diplomatik lama kelamaan juga berubah, bukan hanya menyelenggarakan hubungan politik saja, tetapi sudah jauh masuk ke bidang 14 Op.Cit, hal 21 15 Ibid, 35 perdagangan, keuangan, perindustrian dan lain sebagainya, yang sebenarnya merupakan wewenang konsuler. 16 Hukum Internasional tidak pernah luput dari pelanggaran-pelanggaran ataupun pembangkangan dari negara-negara yang melanggar hukum tersebut. Pelanggaran sering terjadi dalam masalah-masalah politik dan keamanan yang dianggap vital bagi negara yang bersangkutan. Namun, setiap kali terjadi pelanggaran, negara pelanggar selalu berusaha menjelaskan bahwa tindakkannya tidak bertentangan dengan hukum internasional. Dalam sengketa-sengketa yang terjadi, negara selalu berlindung dibawah prinsip penegakkan hukum dalam membenarkan tindakannya dan tidak pernah berdasarkan ketidakadaan hukum. Oleh karena itu, hukum internasional bertugas mengatur berbagai macam interaksi antar negara dan subyek-subyek hukum lainnya yang memiliki ruang lingkup yang luas dan kompleks serta dituntut untuk berperan aktif demi terlaksananya hubungan dan kerjasama yang baik serta dapat memelihara perdamaian dan keamanan dunia. 17 16 Sihbudi, M. Riza, dkk, Konflik dan Diplomasi, PT Eresco, Bandung, 1993, hal 27 17 Ambarwati, dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasiona,Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hal 66. Pada akhir Perang Dunia II jumlah negara-negara yang baru merdeka sangatlah terbatas dan karena dunia terus mengalami perkembangan jumlah negara-negara yang diakui kemerdekaannya oleh negara lainnya juga bertambah. Negara menjadi sangat penting keberadaannya karena negara merupakan subyek yang paling utama dalam hukum internasional. Negara juga berperan sebagai pemegang hak dan segala kewajiban yang ditanggungnya. Oleh karena itu, pembentukan suatu negara yang merupakan subyek hukum internasional harus memiliki unsur-unsur konstitutif sebagai syarat sahnya terbentuknya suatu negara. 18 Bentuk perwujudan khusus atau dalam kata lain, apa saja yg menjadi kekhususan pembahasan hukum internasional. PBB memberikan ruang khusus terhadap Hukum Internasional 19 Perdamaian dan keamanan, batas wilayah, kegiatan kemanusiaan dan HAM merupakan pokok pembahasan PBB. Dimana pembahasan tersebut diatas digolongkan ke delam nama atau kelompok-kelompok hukum : Hukum humaniter, hukum udara, hukum angkasa, hukum diplomatik, hukum lingkungan internasional, hukum laut internasional, hukum pengelesaian sengketa, hukum pidana internasional, hukum ekonomi internasional. Kelompok hukum tersebut diajarkan pada bagian hukum internasional dengan tujuan agar, mahasiswa dapat mengerti dan memahami mekanisme PBB dan Hukum Internasional itu sendiri. . Semua ketentuan internasional dikeluarkan oleh PBB melalui suatu rapat Majelis Umum yang dihadiri oleh Negara-negara anggota. Dari pertemuan tersebut, lahirah aturan-aturan formal internasional yang dikenal dengan Hukum Internasional. 20 Jika diperhatikan peristiwa setahun terakhir di dunia internasional, berbagai peristiwa hukum internasional setahun terakhir dapat memberikan gambaran mengenai bidang-bindang kekhususan dari hukum internasional. Peristiwa di Libya. Kekuatan rakyat yang hendak menggulingkan kekuasaan Khadafi, presiden Libya yang sudah menjabat selama lebih dari 30 tahun. Melalui resolusi Dewan Keamanan, PBB mengirimkan tentara keamanan internasional atau yg dikenal 18 Op.Cit, hal 29 19 Djamili, Mizwar, Mengenal PBB dan 170 Negara di Dunia, PT Kreasi Jaya Utama, Jakarta, 1995, hal 57. 20 Ibid, 58 dengan casque bleu, yaitu tentara gabungan dari berbagai Negara, yang bersifat netral, tidak memihak. 21 Hubungan bilateral dalam hubungan internasional selalu berada dalam dua konteks, yaitu kerjasama dan konflik. Kedua konteks hubungan internasional ini berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan dinamika hubungan internasional itu sendiri. Hubungan bilateral yang dilakukan oleh Malaysia – Indonesia sejak 1973 merupakan konteks kerjasama yang semakin membaik dan membuat hubungan keduanya menjadi lebih erat. Konsep Hubungan Bilateral menurut Didi Krisna dalam kamus politik internasionalnya mengatakan Hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik antara dua pihak atau dua negara. 22 Hubungan bilateral yang terjalin dengan baik tak lepas dari adanya kepentingan nasional dari kedua negara tersebut yang berusaha dicapai dalam hubungan kerjasama diantara keduanya. Hans J. Morgenthau menyampaikan pandangan tentang konsep kepentingan nasional sebagai berikut: “The concept of the national interest, then, contains two elements, one that is logically required and in that sense necessary, and one that is variable and determined by circumstances. 23 ” Konsep kepentingan nasional, maka, mengandung dua elemen, salah satu yang logis yang diperlukan dan dalam arti yang diperlukan, dan satu yang variabel dan ditentukan oleh keadaan. 24 21 Siswanto, Eds. Demokratisasi di Timur Tengah pasca Politisasi, Jakarta : PPP LIPI, 2010, hal 34 22 Didi Krisna, Kamus Politik Internasional, Jakarta: Grasindo1 2003 hal. 18 23 Hans J. Morgenthau, “Another “Great Debate”: The National Interest of the United States,”in Classics of International Relation, 3rd ed, ed. John A. Vasquest New Jersey: Prentice Hall, 24 Ibid

F. Metode Penelitian