2.2. Kerangka Berpikir 36
2.2.1. Pengaruh Model Pembelajaran dan Video Pembelajaran Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pada
Materi Pembuatan Media Kultur Jaringan Murashige dan Skoog
36 2.2.2. Pengaruh Model Pembelajaran dan Video Pembelajaran
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pada Materi Pembuatan Media Kultur Jaringan
Murashige dan Skoog 39
2.3. Pengajuan Hipotesis
41
BAB III. METODE PENELITIAN 42
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 42
3.2. Populasi dan Sampel 42
3.3. Desain Penelitian 43
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 44
3.4.1. Variabel Penelitian 44
3.4.2. Defenisi Operasional 44
3.5. Prosedur Penelitian 46
3.5.1. Perlakuan Kelompok Eksperimen A yang Memperoleh
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Menggunakan Video Pembelajaran
47 3.5.2. Perlakuan Kelompok Eksperimen B
yang Memperoleh pembelajaran konvensional dengan Video pembelajaran
48 3.5.3. Perlakuan Kelompok Kontrol C
yang Memperoleh Pembelajaran Konvensional
49 3.6. Pengontrolan Perlakuan
51 3.7. Teknik Pengumpulan Data
52 3.7.1. Tes Hasil Belajar Mahasiswa.
52 3.7.2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
53 3.8. Uji Coba Instrumen
55
3.8.1. Uji validitas test 55
3.8.2. Uji Reliabilitas Tes 56
3.8.3. Taraf Kesukaran Tes 56
3.8.4. Daya pembeda tes 57
3. 9. Teknik Analisis Data 60
3.9.1. Analisis Deskriptif 60
3.9.2. Analisis Inferensial 60
3.9.2.1. Uji Prasyarat 60
3.9.2.2. Uji Hipotesis 60
BAB IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian 62
4.1.1. Deskripsi Data 62
4.1.1.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Mahasiswa 62
4.1.1.2. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa 64
4.1.2. Pengujian Persyaratan Analisis 66
4.1.2.1. Uji Normalitas Data. 66
4.1.2.2. Uji Homogenitas Data 67
4.1.3. Pengujian Hipotesis Penelitian
67 4.1.3.1. Hipotesis Pertama
68 4.1.3.2. Hipotesis Kedua
69 4.1.4.
Kemampuan Mahasiswa Menjawab Tes Hasil Belajar Pada Materi Pembuatan Media Murasige dan Skoog
Berdasarkan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom 71
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 77
4.2.1. Pengaruh Dari Model Pembelajaran dan Video Pembelajaran Terhadap Kemampuan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Materi
Pembuatan Media Kultur Jaringan Murashige dan Skoog. 77
4.2.2. Pengaruh Dari Model Pembelajaran dan Video Pembelajaran Terhadap Kemampuan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Pada Materi Pembuatan Media Kultur Jaringan MS 80
4.3. Keterbatasan penelitian 82
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN 84
5.1. Simpulan 84
5.2. Implikasi 85
5.3. Saran 87
DAFTAR PUSTAKA 88
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Hasil Rata-rata Nilai Ujian Final Kultur Jaringan Mahasiswa Jurusan Biologi Unimed stambuk 2006
Tahun Pelajaran 20092010. 3
Tabel 2.1. Sintaks Strategi Pembelajaran Kooperatif. 21
Tabel 2.2. Kriteria Perhitungan Skor Perkembangan. 22
Tabel 2.2. Kriteria Ketiga Kelompok dalam Pembelajaran 23
Tabel 2.3. Perbedaan antara Kelompok Belajar Kooperatif `
dengan Konvensional. 24
Tabel 3.1. Desain Penelitian 43
Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 53
Tabel 3.3. Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kritis 54
Tabel 3.4. Ringkasan Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes 58
Tabel 3.5. Ringkasan Tingkat Kesukaran dan Daya beda Tes Valid 59
Tabel 4.1. Rata-rata Pretes Hasil Belajar Mahasiswa 62
Tabel 4.2. Rata-rata Postes Hasil Belajar Mahasiswa 63
Tabel 4.3. Rata-rata Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa 64
Tabel 4.4. Rata-rata Postes kemampuan berpikir kritis Mahasiswa 65
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Kolmogrof-Smirnov .
66 Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas
67
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bingkai Dari Penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dalam model pembelajaran.
18 Gambar 2.2. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
27 Gambar 3.1 Bagan Alur Prosedur Penelitian
50 Gambar 4.1. Hasil Belajar Mahasiswa
63 Gambar 4.2. Kemampuan berpikir kritis Mahasiswa
65 Gambar 4.3. Pengaruh model pembelajaran dan video pembelajaran
terhadap gain hasil belajar 69
Gambar 4.4. Pengaruh model pembelajaran dan video pembelajaran terhadap gain kemampuan berpikir kritis
71 Gambar 4.5. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar
berdasarkan ranah kognitif C
1
taksonomi Bloom 72
Gambar 4.6. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar berdasarkan ranah kognitif C
2
taksonomi Bloom. 73
Gambar 4.7. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar berdasarkan ranah kognitif C
3
taksonomi Bloom. 74
Gambar 4.8. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar berdasarkan ranah kognitif C
4
taksonomi Bloom. 75
Gambar 4.9. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar berdasarkan ranah kognitif C
5
taksonomi Bloom. 76
Gambar 4.10. Kemampuan mahasiswa menjawab tes hasil belajar berdasarkan ranah kognitif C
6
taksonomi Bloom. 77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Satuan Acara Perkuliahan 92
Lampiran 2. Materi Kultur Jaringan 115
Lampiran 3. Soal Tes Hasil belajar 127
Lampiran 4. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis 133
Lampiran 5. Uji coba Validitas Tes Hasil Belajar 140
Lampiran 6. Uji Coba Reliabilitas Tes Hasil Belajar 141
Lampiran 7. Uji Coba Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Tes Hasil Belajar
142 Lampiran 8. Uji coba Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis
143 Lampiran 9. Uji Coba Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis
144 Lampiran 10. Uji Coba Tingkat Kesukaran dan Daya Beda
Tes Kemampuan Berpikir Kritis 145
Lampiran 11. Pretes Hasil Belajar Kelompok STAD dengan menggunakan Video Pembelajaran
146 Lampiran 12. Postes Hasil Belajar Kelompok STAD Dengan
Menggunakan Video Pembelajaran 148
Lampiran 13. Pretes Hasil Belajar Kelompok Konvensional Dengan Menggunakan Video Pembelajaran
150 Lampiran 14. Postes Hasil Belajar Kelompok Konvensional
Dengan Menggunakan Video Pembelajaran 152
Lampiran 15. Pretes Hasil Belajar Kelompok Konvensional 154
Lampiran 16. Postes Hasil Belajar Kelompok Konvensional 156
Lampiran 17. Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok STAD Dengan Menggunakan Video Pembelajaran
158 Lampiran 18. Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok STAD
Dengan Menggunakan Video Pembelajaran 160
Lampiran 19. Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Konvensional Dengan Menggunakan Video Pembelajaran 162
Lampiran 20. Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Konvensional Dengan Menggunakan Video Pembelajaran 164
Lampiran 21. Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Konvensional
166 Lampiran 22. Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok
Konvensional 168
Lampiran 23. Data Pretes, Postes dan Gain Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis
170 Lampiran 24. Deskripsi Pretes Hasil Belajar Mahasiswa
172 Lampiran 25. Histogram Deskripsi Pretes Hasil Mahasiswa
172 Lampiran 26. Deskripsi Postes Hasil Belajar Mahasiswa
173 Lampiran 27. Histogram Deskripsi Postes Hasil Belajar Mahasiswa
173 Lampiran 28. Deskripsi Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
174 Lampiran 29. Histogram Deskripsi Pretes Kemampuan Berpikir
Kritis Mahasiswa 174
Lampiran 30. Deskripsi Postes Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa 175 Lampiran 31. Histogram Deskripsi Postes Kemampuan Berpikir
Kritis Mahasiswa 175
Lampiran 32. Deskripsi Gain Hasil Belajar Mahasiswa 176
Lampiran 33. Histogram Deskripsi Gain Hasil Belajar Mahasiswa 176
Lampiran 34. Deskripsi Gain Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa 177
Lampiran 35. Histogram Deskripsi Gain Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
177 Lampiran 36. Penghitungan Normalitas data
178 Lampiran 37.
Perhitungan Homogenitas Data Levene’s Test 181
Lampiran 38. Pengujian Hipotesis Anova Satu Jalur Gain Hasil Belajar dan Gain Kemampuan Berpikir Kritis
181 Lampiran 39. Uji Tukey Gain Hasil Belajar
182 Lampiran 40. Uji Tukey Gain Kemampuan Berpikir Kritis
183 Lampiran 41. Garis Besar Program Media GBPM
184 Lampiran 42. Naskah Video Pembelajaran
186 Lampiran 43. Dokumentasi Penelitian
196
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran di dalam kelas. Pada proses pembelajaran, anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran lebih diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal
informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari,
akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi Sanjaya, 2010: 1.
Penerapan proses belajar mengajar di Indonesia kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir, padahal ketrampilan berpikir merupakan salah
satu modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang dan merupakan bagian yang fundamental dari kematangan manusia. Kemampuan berpikir
membuat siswa mengetahui bagaimana suatu konsep dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan ketrampilan berpikir menjadi sangat
penting bagi siswa di setiap jenjang pendidikan. Dua faktor penyebab tidak berkembangnya kemampuan berpikir selama ini adalah kurikulum yang umumnya
dirancang dengan target materi yang luas sehingga pengajar lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman pengajar tentang metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir Sudaryanto, 2008: 1.
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus lingkungan. Hasil belajar merupakan tolak
ukur dari keberhasilan proses pembelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dengan meningkatnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 11. Diantara berbagai hasil belajar yang diperoleh siswa, hasil belajar dalam aspek kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan langsung dengan kemampuan siswa dalam menguasai bahan pelajaran.
Mata kuliah kultur jaringan tergolong ke dalam kelompok bidang kajian teknologi. Materi yang diberikan pada mata kuliah ini adalah dasar-dasar teori
kultur jaringan, media kultur jaringan, pembuatan media, beberapa komposisi media, macam-macam teknik kultur jaringan, perbanyakan tanaman melalui
kultur jaringan, pemuliaan tanaman secara invitro, produksi metabolit sekunder. Pada pelaksanaannya banyak materi mata kuliah kultur jaringan ini tergolong baru
untuk mahasiswa, yang terkesan monoton, dan bersifat abstrak bagi mahasiswa Harahap, 2010: 161
Hasil studi awal yang dilakukan peneliti pada Dosen pengampu mata kuliah kultur jaringan menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa rendah yang
dibuktikan dari perolehan nilai ujian final dari empat kelas tahun pelajaran 20092010. Nilai rata-rata dari ujian final mahasiswa masih belum bisa
mendapatkan nilai B 80-89. Hasil rata-rata nilai ujian final kultur jaringan mahasiswa jurusan biologi Unimed stambuk 2006 tahun pembelajaran 20092010
dapat di lihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Hasil Rata-rata Nilai Ujian Final Kultur Jaringan Mahasiswa Jurusan Biologi Unimed stambuk 2006 Tahun Pelajaran 20092010.
Kelas Nilai Nilai Nilai
Tertinggi Terendah Rata-rata
Pendidikan A 90
43 70,3
Pendidikan B 90
40 70,4
Pendidikan ekstension 90
50 67,6
Non Kependidikan 90 60
75,3
Sumber : DPNA Mata Kuliah Kultur Jaringan Jurusan Biologi FMIPA Unimed stambuk 2006 Tahun Pelajaran 20092010.
Rendahnya hasil belajar mahasiswa dapat disebabkan oleh kurang tepatnya media pembelajaran yang diberikan, pembelajaran berpusat pada dosen,
mahasiswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya, sehingga mahasiswa hanya menghafal
fakta-fakta dari buku. Armstrong 2007: 163 melaporkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena banyak melibatkan interaksi antar siswa serta didasarkan pada kerja tim
yang heterogen, sehingga individu harus memiliki sikap tanggung jawab, berkomunikasi, mengevaluasi dan saling ketergantungan positif dengan sesama
anggota kelompok. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian Slavin dalam Rusman, 2011:
205 menyatakan bahwa : pertama, penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.
Arsyad 2005: 29 berpendapat agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, sebaiknya siswa diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya.
Levie Levie dalam Arsyad, 2005: 31 menyatakan bahwa belajar melalui stimulus gambar atau visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk
tugas-tugas seperti mengingat dan mengenali kembali. Pelibatan berbagai organ tubuh mulai telinga audio, mata visual, dan
tangan kinetik membuat informasi lebih mudah di mengerti Arsyad, 2004: 50. Deporter 2000: 214 mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu materi
sebanyak 50 dari apa yang didengar dan dilihat audio visual, sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30 visual, dari yang didengarnya hanya 20 audio,
dan dari yang dibaca hanya 10. Biologi merupakan subjek visual yang sering mengandung urutan proses dinamis yang kompleks dan konsep-konsep abstrak,
Oleh karenanya, penggunaan media visual dan audio visual mampu membuat siswa lebih mudah mengerti untuk mempelajari suatu materi.
Kurniawan, dkk 2011: 222 mengemukakan dengan menggunakan media video pembelajaran, siswa diharapkan dapat memperoleh persepsi dan
pemahaman yang sama dan benar, selain siswa dapat menerima materi mata pelajaran. Sedangkan guru diharapkan dapat mengikat siswa selama pembelajaran
berlangsung dan membantunya mengingat kembali dengan mudah berbagai pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari. Video juga dapat digunakan
untuk menyajikan bagian-bagian dari suatu proses dan prosedur secara utuh
sehingga memudahkan siswa dalam mengamati dan menirukan langkah-langkah suatu prosedur yang harus dipelajari
Media video dapat digunakan untuk menerangkan program-program formal yang sistematis yang dipakai sebagai bagian integral dari suatu pelajaran sekolah
atau lembaga-lembaga pendidikan yang lain. Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal
kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk memperlihatkan ketrampilan
gerak, Melalui media video siswa dapat memberikan umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka mencobakan ketrampilan yang menyangkut gerakan
tadi. Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi Munadi, 2008: 128.
Mahasiswa jurusan biologi stambuk 2008 pada semester genap tahun pelajaran 20112012 mengalami penurunan beban sks untuk mata kuliah kultur
jaringan, yaitu dari 4 sks yang terdiri dari 3 sks untuk teori dan 1 sks untuk praktik menjadi 2 sks yang mempelajari teori tanpa adanya praktik, hal ini tentunya dapat
mengakibatkan kurang maksimalnya pengetahuan mahasiswa mengenai kultur jaringan karena materi kultur jaringan sebagian besar terdiri dari proses, yaitu
mulai dari pembuatan media, Pengambilan eksplan, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran sampai aklimatisasi. Kultur jaringan lebih lengkap jika diajarkan
dengan mengamati setiap prosedur dalam pembuatan kultur jaringan. Oleh karenanya pengajar diharapkan untuk lebih memanfaatkan media pembelajaran
yang ada, salah satunya dengan menggunakan video pembelajaran agar
mahasiswa dapat mengamati setiap proses dalam pengerjaan kultur jaringan secara audio visual.
Dari wawancara kepada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kultur jaringan, peneliti mendapatkan informasi bahwa dosen belum menggunakan
media video pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Media yang digunakan pada saat pembelajaran masih berupa media visual dengan menggunakan LCD,
sehingga diperlukan pengembangan media dalam bentuk audio – visual yang
dapat meningkatkan minat belajar, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar dan pemahaman mahasiswa terhadap proses pembuatan media kultur jaringan.
Berdasarkan fakta di atas, maka penulis berpendapat bahwa untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran kultur jaringan adalah
memperhatikan faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa agar
diperoleh pembelajaran yang efektif, mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa sehingga hasil belajar mereka akan sejumlah informasi yang akan
berdampak pada hasil belajar kognitifnya. Permasalahan tersebut disadari pula bahwa pengaruh pemilihan media pembelajaran dan model pembelajaran
merupakan beberapa faktor eksternal yang penting dalam meningkatkan kemapuan berfikir kritis sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa apabila
media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan karakteristik mereka. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan video
pembelajaran akan dilakukan pada materi pembuatan media kultur jaringan. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh fakta yang jelas mengenai pengaruh berfikir kritis dan hasil belajar siswa dari sejumlah informasi yang saling berbeda.
1.2. Identifikasi Masalah