Perancangan Media Informasi Teknik Melukis Kaca Untuk Anak-Anak

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI TEKNIK MELUKIS

KACA UNTUK ANAK-ANAK

DK 26313/Tugas Akhir Semester VII 2009/2010

Oleh: Septoni NIM: 52106011

Program Studi Desain Grafis

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2010


(2)

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI TEKNIK MELUKIS

KACA UNTUK ANAK-ANAK

DK 26313/Tugas Akhir Semester VII 2008/2009

Oleh: Septoni NIM: 52106021

Program Studi Desain Grafis

Disahkan oleh: Pembimbing

Rini Maulina, S.Sn 4127 32 06 011

Koordinator Tugas Akhir

Kankan Kasmana, S.Sn. 41273206010


(3)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.

Penulis panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik.

Penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Diploma Tiga Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia dengan judul “PERANCANGAN MEDIA INFORMASI TEKNIK MELUKIS KACA UNTUK ANAK-ANAK”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dalam penyajian materi maupun dalam pemberian analisis. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki, oleh karena itu, oleh karena itu penulis tidak menutup diri untuk menerima saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing serta meluangkan waktu, pikiran dan tenaga baik secara moril maupun materil dalam menyusun laporan tugas akhir ini terutama kepada:

1. Allah SWT atas semua nikmat dan kekuatan yang diberikan selama mangerjakan Laporan Tugas Akhir.

2. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M, Sc. Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

3. Drs. Hary Lubis, Dekan fakultas desain

4. Taufan Hidayatullah, M. Ds , ketua program studi Desain grafis. 5. Kankan K, S.Sn, Kordinator tugas akhir.


(4)

6. Rini Maulina, S.Sn, selaku pembimbing tugas akhir. 7. Kedua orang tua, atas semua dukungannya.

8. Kepada semua rekan DKV 7 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Kemudian tak lupa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu dan meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan memberikan dukungan secara moril maupun materil kepada penulis selama penulis kuliah ataupun selama melaksanakan Tugas Akhir yang mungkin tak dapat penulis sebutkan semuanya satu persatu disini.


(5)

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR/TABEL...vi DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Fokus Permasalahan ... 3

1.4 Tujuan Perancangan ... 4

1.5 Kata Kunci ... BAB II IDENTIFIKASI DATA ... 2.1 Lukisan Kaca ... 6

2.2 Pembahasan Lukisan Kaca Cirebon ... 9

2.3 Analisa Permasalahan ... 10

2.3.1 Analisa SWOT ... 10

2.4 Target Sasaran ... 11

2.4.1 Target Sasaran Informasi ... 11

2.4.2 Emotional Selling Point ... 12

2.5 Pemecahan Masalah ... 12

BAB III KONSEP PERANCANGAN VISUAL ... 3.1 Strategi Perancangan ... 14

3.2 Strategi Komunikasi ... 15

3.2.1 Tujuan Komunikasi ... 15

3.2.3 Materi Pesan ... 16

3.3 Strategi Kreatif ... 16


(6)

3.4 Strategi Media ... 17

3.4.1 Media Utama ... 17

3.4.2 Media Pendukung ... 17

3.4.3 Jadwal Penyebaran Media ... 18

3.5 Konsep Visual ... 19

3.5.1 Format Desain ... 20

3.5.2 Typografi ... 20

3.5.3 Layout ... 21

3.5.4 Warna ... 21

3.5.5 Ilustrasi ... 22

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 4.1 Teknis Media ... 23

4.2 Spesifikasi Hardware dan Software ... 29

4.2.1 Spesifikasi Hardware... 29

4.2.2 Spesifikasi dan Software ... 29

4.3 Kesimpulan ... 30


(7)

Daftar gambar

Gambar 3.1 ... 21

Gambar 4.1 ... 25

Gambar 4.2 ... 26

Gambar 4.3 ... 27

Gambar 4.4 ... 28


(8)

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak kurang lebih pada abad ke 16 lukisan kaca telah dikenal di daerah Cirebon, tema dan gaya yang disajikan oleh para seniman lukis kaca Cirebon sangat di pengaruhi oleh budaya China, Islam dan cerita pewayangan, hal ini disebabkan oleh pengaruh yang di bawa oleh para pendatang yang singgah di Cirebon pada pada masa lalu. Pada awal perkembangannya lukisan kaca juga di jadikan sebagai salah satu media dakwah untuk meyebarkan ajaran Islam di darah Cirebon.

Keberadaan lukisan kaca cirebon telah mengalami perubahan fungsi sejak diperkenalkannya pada sekitar abad ke 16, lukisan kaca Cirebon sekarang telah beralih fungsi sebagai bentuk cinderamata yang unik dari Cirebon. hal itu dikarenakan Lukisan Kaca Cirebon dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias Motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenal sebagai Motif Batik Cirebon.

Lukisan kaca di daerah Cirebon pernah mengalami puncak kejayaan yaitu pada sekitar abad ke 19 sampai awal abad ke-20 atau hingga tahun 1950-an. Konon pada masa jayanya ini hampir setiap rumah di daerah Cirebon memiliki lukisan kaca karena selain di anggap indah lukisan kaca ini juga dianggap bisa dijadikan penolak bahaya.

Keberadaan lukisan kaca sebagai warisan budaya yang memiliki keindahan secara visual maupun makna sangat penting untuk dijaga kelestariannya. Adanya informasi tentang lukisan kaca sangat dibutuhkan keberadaannya sebagai salah satu sarana untuk melestarikan dan memberitahukan tentang lukisan kaca kepada masyarakat dan generasi


(10)

penerus khususnya, agar proses regenerasi seniman pembuat lukisan kaca bisa berjalan dengan baik.

Selain kurangnya informasi tentang lukisan kaca yang beredar di lingkungan masyarakat Cirebon, penulis juga melihat kurang adannya minat generasi muda terhadap budaya lukisan kaca ini, padahal selain mempunyai potensi keindahan lukisan kaca juga merupakan karya seni yang memiliki nilai ekonomis. Seperti diungkapkan salah satu seniman lukisan kaca Cirebon, Dian Mulyadi bahwa karya lukisan kacannya selain diminati masyarakat lokal juga disenangi oleh masyarakat dari mancanegara, seperti SIngapura dan Korea.

Selain itu kendala finansial dan distribusi juga merupakan permasalahan yang dihadapi para seniman lukisan kaca di Cirebon, hambatan ini juga merupan faktor yang mengancam keberadaan lukisan kaca Cirebon, peran serta pemerintah daerah sebagai pihak yang mempunyai kewenangan terhadap pelestarian budaya sangat dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan finansial ini.

Berbagai permasalahan yang mengancam kelestarian lukisan kaca tersebut muncul mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju dan modern. Namun dalam hal ini penulis menilai bahwa permasalahan yang terpenting untuk terus langgengnya lukisan kaca Cirebon adalah masalah regenarasi seniman lukisan kaca. Oleh karena itu penulis mencoba merancang sebuah media informasi yang berupa buku ilustrasi yang ditujukan untuk anak usia dasar sebagai salah satu tingkatan generasi penerus yang penulis anggap harus diperkenalkan sejak dini terhadap warisan budaya leluhurnya tersebut. 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan dalam pembahasan maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :


(11)

2. Kurang adanya minat generasi muda terhadap budaya lukisan kaca Cirebon.

3. Proses regenerasi seniman lukisan kaca yang masih sangat kurang.

4. Kendala finansial yang menghambat proses pembuatan lukisan kaca Cirebon

5. Proses distribusi karya lukisan kaca Cirebon yang kurang baik.

1.3 Fokus Permasalahan

Bahasan tentang lukisan kaca mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, pelestarian merupakan salah satu masalah pokok yang harus dipecahkan adag warisan budaya yang memiliki nilai-nilai keindahan dan keluhuran ini bisa terus walaupun perkembangan zaman terus maju bersama teknologinnya.

Proses pelestarian juga mempunyai permasalahan yang bercabang, namun dalam hal ini penulis hannya akan membahas tentang proses regenerasi lukisan kaca yang dinilai masih kurang baik. Penyediaan informasi yang masih sangat kurang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh menghambat proses regenerasi, generasi muda lebih tahu dan tertarik dengan budaya yang datang dari luar. Oleh karena itu pengenalan lukisan kaca sejak dini diharapkan bisa menjadi salah satu kunci agar proses regenerasi lukisan kaca Cirebon bisa berjalan dengan baik.

1.4 Tujuan Perancangan

Pentingnya pelestarian lukisan kaca merupakan masalah utama yang diangkat penulis sebagai materi tugas akhir, proses regenerasi yang buruk merupakan permasalahan yang harus dipecahkan agar lukisan kaca bisa tetap terjaga keberadaannya dan bisa terus dinikmati keindahannya oleh generasi-generasi selanjutnya.


(12)

Untuk memecahkan permasalahan tersebut penulis merancang sebuah media informasi yang berupa buku untuk anak usia sekolah dasar, yang dibuat dengan menggunakan teknik ilustrasi yang disesuaikan untuk segmentasinnya.

Tujuan yang ingin dicapai penulis dengan perancangan media informasi ini adalah :

1. Memberikan informasi sejak dini kapada anak-anak sekolah dasar tentang keberadaan lukisan kaca.

2. Menumbuhkan kecintaan dikalangan anak usia dasar terhadap lukisan kaca yang merupakan warisan leluhurnya.

3. Mengajarkan kepada secara sederhana kepada anak-anak bagaimana teknik membuat lukisan kaca.

1.5 Kata Kunci

Kata kunci yang digunakan penulis untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah :

1. Informasi

informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.

2. Teknik


(13)

3. Lukisan Kaca

Merupakan seni melukis dengan menggunakan kaca sebagai mediannya. Dalam hal ini penulis mengambil penggayaan lukisan kaca dari daerah Cirebon.

4. Anak-anak

Generasi penerus yang memiliki masa yang panjang karena mempunyai usia yang sangat muda. Dalam hal ini penulis memfokuskan segmentasi informasinnya untuk anak usia sekolah dasar (8-10 tahun).


(14)

BAB II

IDENTIFIKASI DATA

2.1 Lukisan Kaca Cirebon

Sebagai salah satu daerah pelabuhan, Cirebon sejak dulu telah disinggahii oleh orang-orang yang datang dari Negara lain, Mereka datang ke Cirebon dengan maksud untuk berdagang. Kedatangan orang asing di Cirebon disambut baik oleh masyarakat Cirebon sehingga menyebabkan terjadinnya percampuran budaya, salah satu hasil percampuran tersebut adalah seni melukis kaca yang pada awalnya diperkenalkan oleh pendatang dari Negara Cina.

Sejarah tentang masuknya budaya lukisan kaca ke Cirebon masih menjadi misteri, karena tidak adannya kepastian tertulis tentang hal tersebut. namun sekitar kurang lebih pada abad ke 16 lukisan kaca mulai diperkerkenalkan pertama kali oleh pendatang dari Cina. Objek-objek gambar yang mengawali perkembangan lukisan lebih banyak memvisualkan hal-hal yang berhubungan dengan budaya Cina, seperti gambar putrid cina, binatang dalam mitologi cina dan lain-lain.

Selain dari pengaruh budaya oriental, visual lukisan kaca juga mendapatkan pengaruh dari budaya masyarakat lokal, yaitu wayang kulit. Visualisasi lukisan kaca dengan pengaruh budaya wayang banyak mengambil dari cerita-cerita pewayangan yang telah ada, seperti cerita Mahabarata, Perang Bratayuda dan cerita-cerita lainnya. Karakter pewayangan juga banyak menjadi objek dalam lukisan kaca, karakter protagonis merupakan objek yang paling sering dipakai dalam lukisan kaca seperti, Pandawa, Semar, Gatot Kaca dan sebagainya.

Setelah masuknya Agama Islam ke tanah Jawa, lukisan kaca juga mendapatkan pengaruh Islam. visualisasi yang ditampilkan dalam lukisan kaca


(15)

2 ini berupa kutipan-kutipan dari ayat suci Al Qur`an ataupun Hadist Rasulullah, gambar Masjid serta lambang kerajaan Cirebon yang disebut Macan Ali juga merupakan bentuk dari lukisan kaca yang terpengaruh oleh ajaran Islam. Dalam masa ini lukisan kaca dijadikan sebagai media dakwah oleh para penyebar Islam di daerah Cirebon.

Lukisan kaca selain mempunyai visualisasi yang indah, juga dipercaya oleh masyarakat Cirebon mempunyai kekuatan mistis, terbukti pada masa kejayaannya yaitu sekitar tahun 80an hampir semua rumah di daerah Cirebon memajang lukisan kaca didalamnya. Kemampuan mistis dari lukisan kaca dipercaya oleh masyrakat Cirebon bisa dijadikan pelindung dari bahaya. Dalam proses pembuatan lukisan kaca yang demikian seorang seniman lukisan kaca harus menghitung tanggal pembuatan dengan menggunakan perhitungan jawa. Pembuatan lukisan kaca tersebut juga dengan menggunakan wawangiyan yang khas serta pembuatnya harus melakukan puasa ketika membuat lukisan kaca tersebut, hal tersebut dibenarkan oleh seorang seniman lukisan kaca, Dian Mulyadi seorang seniman lukis kaca yang juga pengurus Sanggar Alam Sunyaragi, yang sampai sekarang juga masih sering mendapat pesanan lukisan dengan prasyarat seperti disebutkan diatas.

Lukisan kaca sebagai sebuah produk budaya juga mengalami perkembangan, perkembangan dalam seni melukis kaca berkisar dalam hal fungsi, tema serta teknik pembuatannya. Pada masa sekarang ini lukisan kaca telah mengalami perkembangan fungsi dari ketika awal diperkenalkannya kepada masyarakat Cirebon, sekarang ini lukisan kaca Cirebon lebih banyak berfungsi sebagai Marchandise yang khas dari daerah Cirebon, keunikan ini karena teknik pembuatan lukisan kaca Cirebon dengan menggunakan teknik melukis terbalik, yaitu melukis objek dari belakang kaca namun dinikmati hasilnya dari depan.


(16)

Tema-tema yang disajikan dalam lukisan kaca sekarang ini juga berkembang. Tema-tema tradisional seperti cerita pewayangan, dan kaligrafi tidak lagi menjadi satu-satunya hal yang di visualkan dalam lukisan kaca. Politik serta kondisi sosial masyarakat juga menjadi tema-tema yang memperkaya visualisasi lukisan kaca pada masa sekarang. Sindiran yang berupa karikatur juga bisa ditemukan dalam lukisan kaca Cirebon, seperti karya-karya dari seorang seniman lukisan kaca, Rastika.

Selain fungsi dan tema lukisan kaca juga mengalami perkembangan dalam hal teknik pembuatannya, teknik dengan menggunakan kuas sekarang telah diperkaya dengan beberapa teknik yang lebih modern, seperti sablon dan teknik Airbrush. Namun perbedaan teknik tersebut juga menimbulkan perubahan terhadap harga jual lukisan kaca, teknik tradisional dengan menggunakan kuas tetap menjadi primadona masyarakat dan juga tetap menjadi karya dengan harga jual yang lebih tinggi daripada dengan menggunakan teknik lainnya.

Lukisan kaca sebagai warisan budaya leluhur memiliki potensi-potensi yang belum banyak disadari oleh masyarakat Cirebon sendiri. Visualisasi yang indah dengan gradasi warna yang cantik serta penggarapannya yang apik merupakan salah satu potensinnya yang khas. selain itu sebagai bentuk dari kesenian lukisan kaca juga mengandung makna yang luhur dalam filosofi visualnya. Potensi ekonomi juga dimili oleh lukisan kaca sebagai kerajinan khas dari Cirebon, keindahan dari lukisan kaca ini tidak hanya dinikmati oleh warga local namun juga telah diminati oleh beberapa Negara tetangga, yaitu Korea dan Singapura yang pernah memesan lukisan kaca Cirebon.

Keindahan dan potensi lukisan kaca Cirebon sebagai produk warisan leluhur tidak terlepas dari permasalahan yang mengikutinnya. Seperti diungkapkan oleh Dian mulyadi bahwa lukisan kaca Cirebon sekarang ini mulai berkembang kembali, namun perkembangan itu juga terhambat oleh beberapa permasalahan yang klasik, seperti masalah pendanaan serta distribusi hasil lukisan kaca.


(17)

4 Selain permasalahan diatas, proses regenerasi juga mengalami masalah.pemerataan, belum terjadinya pemerataan ini karena kurangnya informasi tentang lukisan kaca kepada masyarakat, kaum remaja dan anak-anak lebih tahu tentang kebudayaan yang berasal dari luar (barat) daripada budayannya sendiri. Salah satu generasi yang seharusnya di perkenalkan sejak dini tentang budaya lukisan kaca adalah anak-anak.

Sebagai salah satu jenjang usia, anak-anak memiliki kelebihan untuk bisa merekam dengan baik pengalaman yang mereka dapatkan pada masannya, yang nantinnya akan terus mereka simpan dalam memori mereka. Pengenalan sejak dini tentang budaya lukisan kaca terhadap anak-anak diharapkan mampu untuk menjadi solusi pemerataan regenerasi lukisan kaca di Cirebon. Dengan begitu kebudayaan lukisan kaca yang merupakan warisan leluhur bisa terus lestari di daerah Cirebon.

2.2 Pembahasan Masalah Lukisan Kaca Cirebon.

Sebagai sebuah budaya keberadaan lukisan kaca Cirebon tidak lepas dari permasalahan, karena lukisan kaca hidup dan berkembang di tengah masyarakat yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Permasalahan ini akan selalu mengacam kelestarian lukisan kaca jika tidak ditangani dengan serius dan benar.

Salah satu permasalahan yang telah dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya adalah masalah regenerasi atau generasi penerus seniman lukisan kaca Cirebon. Penting proses regenerasi yang baik akan menentukan kelestarian budaya ini. Seperti diungkapkan oleh Dian mulyadi, pemilik sanggar lukis kaca, bahwa permasalahan yang dihadapi dalam proses regenerasi seniman lukis kaca Cirebon adalah kurang media informasi yang beredar di masyarakat.


(18)

Proses regenerasi selama ini berlangsung sebagian besar hanya dari lingkungan yang memiliki sanggar lukisan kaca. Generasi yang mempelajari tentang lukisan kaca lebih banyak berasal dari kalangan remaja. Namun tetap keterbatasan informasi yang ada menjadi kendala kurang baiknya proses tersebut, media yang menyediakan informasi tentang segala hal mengenai lukisan kaca masih sangat jarang ditemui di Cirebon. Padahal pengetahuan tentang lukisan kaca merupakan langkah awal bagi generasi penerus untuk tertarik mempelajari mempelajari tentang lukisan kaca Cirebon.

Salah satu jenjang usia yang masih sangat jarang mendapat informasi tentang lukisan kaca adalah anak-anak, baik informasi tentang apa itu lukisan kaca ataupun tentang pengenalan teknik pembuatannya. Padahal dalam usia mereka akan sangat bagus sekali jika mereka diperkenalkan sejak awal tentang lukisan kaca Cirebon, sehingga mereka bisa mengetahui sejak dini tentang kebudayaan yang mereka miliki.

2.3 Analisa Permasalahan

2.3.1 Analisa SWOT

Analisa SWOT dimaksudkan untuk memperjelas semua kekuatan dan kelemahan yang dapat diidentifikasi guna memberikan suatu rekomendasi pengembangan berdasarkan potensi-potensi yang tersedia.

1. Strength (Kekuatan)

Lukisan kaca Cirebon merupakan salah satu kekayaan budaya yang memiliki nilai keindahan, makna dan ekonomis. Pelestarian terhadap bentuk kesenian tradional merupakan kewajiban semua warga Negara, dan dalam hal lukisan kaca merupakan kewajiban seluruh masyarakat


(19)

6 Cirebon khususnya, agar keberadaannya bisa tetap lestari sampai ke generasi-generasi selanjutnya.

2. Weakness (Kelemahan)

Kurang adannya informasi yang menjadi petunjuk tentang keberadaan lukisan kaca Cirebon, terutama untuk kalangan anak-anak agar mereka mengenal kebudayaan yang mereka miliki sejak dini.

3. Oportunity (Peluang)

Lukisan kaca Cirebon merupakan aset budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan warga Cirebon khususnya. Kebudayaan ini memiliki potensi keindahan, makna dan ekonomi yang bisa dimanfaatkan oleh warga Cirebon.

4. Kelemahan

Belum banyaknya informasi yang beredar di masyarakat tentang budaya lukisan kaca Cirebon.

2.4 Target Sasaran

2.4.1 Target Sasaran Informasi

Segmentasi dari media informasi ini adalah anak-anak yang merupakan salah satu jenjang generasi. Anak-anak diharapkan sejak dini telah mengenal lukisan kaca Cirebon dan juga diajak untuk tertarik belajar lebih dalam tentang lukisan kaca Cirebon, sehingga kelestarian lukisan kaca Cirebon bisa terjaga.


(20)

Dalam perancangan media informasi tentang lukisan kaca ini ada beberapa kriteria yang menjadi detail perancangan media informasi. Yaitu: 1. Demografi

Anak usia 8 sampai dengan 10 tahun. 2. Geografis

Anak-anak yanbg tinggal diwilayah Cirebon. 3. Status sosial ekonomi.

Anak-anak dari golongan menengej ke atas. 4. Perilaku

Anak-anak merupakan kelompok usia yang cenderung tertarik dengan gambar. Perilaku inilah yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang lukisan kaca kepada anak-anak.

2.4.2 Emotional Selling Point

Media informasi ini bertujuan untuk mengajak anak-anak mengenali budaya lukisan kaca secara sederhana, baik hal-hal mengenai lukisan kaca maupun teknik pembuatannya. Diharapkan dengan begitu mereka bisa lebih tahu tentang kebudayaan yang mereka miliki dan mencintai kebudayaan tersebut.

2.5 Pemecahan Masalah

Kurangnya media informasi yang ada mengenai lukisan kaca untuk anak menjadi penyebab kurang dikenalnya kebudayaan ini dikalangan anak-anak di daerah Cirebon. Hal ini sangat memprihatinkan karena bisa mengancam kelestarian lukisan kaca, karena jika tidak diperkenalkan sejak dini anak-anak akan lebih mengenal hal-hal ataupun budaya dari luar yang sekarang ini telah banyak media informasi tentangnya.


(21)

8 Perancangan media informasi yang berupa buku merupakan salah satu solusi yang datawarkan untuk mengatasi masalah tersebut. buku sebagai media mempunyai kelebihan karena bisa memuat informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan media informasi cetak lainnya, buku juga mempunyai masa edar yang cukup lama serta bisa bertahan bertahun-tahun, sehingga anak-anak bisa terus ingat jika melihat dan membacannya. Selain itu buku juga telah dikenal sejak lama oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk media informasi yang konvensional.

Perancangan buku informasi teknik melukis kaca untuk anak-anak dibuat dengan menyesuaikan dengan segmentasinnya, perancangan visual yang disajikan dirancang sesuai dengan karakter anak-anak, agar mereka bisa tertarik untuk membaca dan informasi yang ingin disampaiakan juga bisa diterima dengan baik oleh anak-anak.


(22)

BAB III

Konsep perancangan visual

3.1 Strategi Perancangan

Lukisan kaca merupakan produk unik warisan budaya yang kelestariaannya harus dijaga, salah satu permasalahan dalam proses pelestarian lukisan kaca adalah kurangnya informasi tentang lukisan kaca yang ada di masyarakat, yang secara langsung menghambat proses regenerasinya.

Dari permasalahan yang ditemukan tersebut penulis merancang sebuah media informasi yang berbentuk buku tentang lukisan kaca serta tehnik pembuatannya yang disederhanakan sesuai dengan segmentasi anak-anak usia 8 sampai dengan 10 tahun, yang merupakan salah satu jenjang generasi yang harus diperkenalkan sejak dini terhadap lukisan kaca. Pembahasan dalam buku yang berjudul “Melukis Kaca” dirancang dengan sederhana dengan visualisasi yang diseuaikan dengan segmentasinnya.

Strategi pemecahan masalah yang dilakukan penulis dilakukan dengan dua tahap :

1. Tahapan pertama.

Menyampaikan informasi tantang lukisan kaca berupa sejarah singkat serta contoh lukisan kaca Cirebon.

2. Tahapan kedua.

Memberikan informasi kepada anak-anak tentang tehnik melukis kaca yang disederhanakan sesuai dengan segmentasinnya.


(23)

2 3.2 Strategi Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam perancangan buku informasi melukis kaca untuk anak 8 sampai 10 tahun ini digunakan pendekatan yang diseuaikan dengan usia dari anak-anak tersebut, pendidikan, psikologi serta lngkungan merupakan faktor yang diperhitungkan agar informasi bisa tersampaikan dengan baik serta dimengerti agar tujuan dari informasi tersebut bisa tersampaikan.

Penggunaan gaya penyampaian yang sesuai dengan usia 8 sampai dengan 10 tahun serta visualisasi yang menarik dari media-media yang digunakan merupakan kunci dari berhasilnya proses penyampaian informasi, serta dengan memperhatikan waktu serta tempat penyebarannya.

1.2.1 Tujuan Komunikasi

Buku melukis kaca merupakan buku yang berisi tentang lukisan kaca serta bagaimana tehnik pembuatannya untuk anak-anak.

Tujuan perancangan media informasi ini adalah:

1. Memberikan informasi sejak dini kapada anak-anak sekolah dasar tentang keberadaan lukisan kaca.

2. Menumbuhkan kecintaan dikalangan anak usia dasar terhadap lukisan kaca yang merupakan warisan leluhurnya.

3. Mengajarkan kepada anak secara sederhana kepada anak-anak bagaimana teknik membuat lukisan kaca.


(24)

3.2.2 Materi pesan

Pesan utama yang ingin disampaikan lewat media informasi ini adalah “ Lukisan kaca merupakan produk budaya warisan leluhur yang harus dijaga kelestariaannya “.

Informasi yang disampaikan berupa informasi sejarah, contoh dari lukisan kaca Cirebon serta bagaimana tehnik pembuatan lukisan kaca untuk anak-anak, yang merupakan pengenalan awal kepada anak-anak agar mereka mencintai kebudayaan mereka.

1.3 Strategi kreatif

Media uyang digunakan adalah media cetak yang berupa buku yang disajikan dengan sederhana dengan visualisasi yang menarik sesuai dengan segmentasi anak-anak 8 sampai dengan 10 tahun. Penyampaian tentang tehnik pembuatannya pun disederhanakan dengan menghilangkan beberapa tahapan pembuatan lukisan kaca yang sebenarnya, agar anak-anak bisa mempelajari dengan mudah bagaimana tehnik pembuatannya.

3.3.1 Pendekatan kreatif

Buku melukis kaca dirancang dengan menampilkan karakter yang referensinnya diambil dari wayang kulit dan dibuat dalam bentuk anak-anak, karakter ini menjadi guide dalam menyampaikan informasi dalam buku tersebut.

Pendekatan Visual yang digunakan :

1. Penggunaan warna yang menarik untuk anak-anak.


(25)

4 3. Menggunakan bahasa penyampaian yang sederhana sesuai

dengan usia anak 8 sampai 10 tahun.

4. Perancangan karakter anak-anak yang sesuai dengan konsep media informasi yang dirancang.

5. pemakaian ornamen khas Cirebon yang disederhanakan sesuai dengan segmentasi anak-anak.

3.4 Strategi Media

Dalam perancangan buku melukis kaca digunakan media primer dan sekunder. Media primer merupakan media utama yang menjadi sarana utama penyampaian informasi, sedangkan media sekunder merupakan media pendukung bersifat melengkapi dan menunjang adannya media utama.

3.4.1 Media Primer

Media utama yang digunakan dalam perancangan informasi ini adalah: 1. Buku Melukis kaca

Media utama buku ini adalah media cetak yang memiliki jangkauan sasaran lebih banyak dan memberikan informasi yang lebih detail.

5.4.2 Media Sekunder 1. Poster

Poster adalah media yang memiliki jangkauan yang lebih banyak dan jangkauan frekuensi yang tinggi dan sangat efektif untuk menarik perhatian target audiens, serta bisa ditempatkan dimana saja sehinnga jangkauannya luas.


(26)

2. Banner

Banner adalah media yang dapat ditempatkan di luar rungan (outdoor) atau didalam ruangan (indoor). Banner sendiri mempunyai fungsi sebagi media penyampaian informasi yang isinya relative lebih singkat dan mencakup keseluruhan dari pesan atau informasi yang akan disampaikan.

3. Flyer

Flayer merupakan suatu media yang dapat memberikan informasi lebih detail. Flyer sendiri hampir sama dengan brosur, namun dari segi ukuran flyer lebih kecil dibandingkan dengan brosur. Flyer dapat dibagikan kepada konsumen dimanapun, sehingga penyebaran media informasi tentang keberadaan buku ini bisa merata.

4. Gimmick

Gimmick adalah media-media pendukung atau media sekunder. Media ini sangat membantu untuk menarik perhatian target sasaran melalui objek-objek khusus, seperti membuat item-item unik yang diberikan secara gratis.

5.4.3 Jadwal penyebaran Media

penyebaran media dibagikan sebagai berikut:

- Tahap pertama : Tgl. 1 Oktober 2010 sampai 14 Oktober 2010, media yang dipergunakan adalah media Poster, Spanduk,Gimmick, Billboad.


(27)

6 - Tahap kedua : Tgl. 15 October 2010 sampai 31 Oktober 2010, media yang digunakan adalah poster, baner, Iklan tabloid, , Gimmick.

Media Tahap Pertama Tahap Kedua

Tgl. 1 – 14 Oktober 2010

Tgl. 15 – 31 Oktober 2010

Poster

1 2 3 4

Flyer Gimmic Banner Kaos

Media Tempat Jadwal Penyebaran

No.

Toko buku Selama Promosi 4

Kaos Dijual kepada konsumen

Selama Promosi 5

Poster Toko buku dan temapat Umum

Selama Promosi 1

Flyer Toko buku Satu minggi setelah promosi dimulai 2

Gimmick Selama Promosi

3

Banner

Diberikan secara gratis setiap pembelian buku


(28)

5.5 Konsep Visual

Dalam perancangan media informasi buku melukis kaca untuk anak-anak ini penulis menggunakan konsep visual buku yang didalamnya terdapat karakter yang menjadi pemandu. Penggunaan warna serta jenis typografi yang cocok untuk anak-anak.

3.5.1 format Desain

Format desain yang digunakan adalah bentuk memanjang (potrait), format desain memiliki ukuran yang lebih panjang pada satu sisi lainnya, baik dari sisi horizontal maupun vertikal.

3.5.2 Tipografi

Pemilihan huruf yang baik harus mengarah pada tingkat keterbacaan dan kemenarikan yang baik, selain itu bentuk tipografi juga harus menggambarkan karakter dari pesan yang disampaikan. Desain huruf tertentu dapat menciptakan kesan atau karakteristik sebuah objek dalam suatu desain.

Pada perancangan media buku melukis kaca ini jenis huruf Kronika merupakan yang paling dominan digunakan, alasan pemakaian jenis huruf tersebut adalah karena sangat sesuai dengan karakter anak-anak dan sesuai dengan konsep visual perancangan iniformasi ini.


(29)

8 Jenis Typogarafi yang digunakan :

3.5.3 Layout

Tata letak dalam buku informasi ini merupakan penyeimbangan antara teks dan ilustrasi, dengan warna yang menarik untuk anak-anak, agar akan-anak tertarik untuk mempelajari tentang lukisan kaca.

3.5.4 Warna

Warna merupakan salah satu unsur desain yang mempengaruhi pesan. Pemilihan warna dalam konsep ini berdasarkan kepada kesan yang ingin disampaikan dan kepada siapa pesan ini ditujukan. Penulis memilih warna-warna pastel yang disesuaikan untuk segmentasi informasinya.

Kronika

ABCDEFGHAIJKLMOPQRSTUVWXYZ

1234567890-=\!@#$%^&*()_+?><,.`;:”{}/~`

CoolHandluke

ABCDEFGHAIJKLMOPQRSTUVWXYZ

1234567890-=\!@#$%^&*()_+?><,.`;:”{}/~`

International

super hero

ABCDEFGHAIJKLMOPQRSTUVWXYZ

1234567890-=\!@#$%^&*()_+?><,.`;:”{}/`

~


(30)

Warna biru segabai warna yang dominan dipakai dalam perancangan buku “Melukis kaca” karena segmentasi dari buku ini merupakan anak-anak, yang pada kenyataannya menyukai warna-warna yang cerah, salah satunnya adalah warna biru.

Warna biru juga dipakai karena merupakan merupakan warna yang sering digunakan sebagai warna ornamen khas Cirebon yaitu Mega mendung. C : 72M : 5

Y : 21K : 0

C : 83M : 13 Y : 1K : 0

C : 88M : 53 Y : 7K : 0

C : 96M : 58 Y : 0K : 0

C : 2M : 7 Y : 13K : 0

C : 3M : 24 Y : 34K : 0

Warna coklat merupakan melambangkan sifat yang positif dan juga warna yang mencerminkan tradisi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan. Warna Hijau melambangkan harapan, seperti halnya anak-anak yang merupakan harapan bagi masa depan.

Warna biru melambangkan kepercayaan diri, suatu hal yang harus dimiliki anak-anak sebagai generasi penerus.

C : 44M : 85 Y : 98K : 5

C : 68M : 7 Y : 95K : 0

C : 84M : 47 Y : 24K : 1

Gambar 3.4.1 skema warna

3.5.4 Ilustrasi

Dalam pembuatan ilustrasi, penulis terlebih dulu membuat sketsa ilustrasi yang kemudian diolah lebih lanjut dengan teknik digital, dalam pewarnaannya. Ilustrasi yang disajikan penulis berbentuk cerita yang disesuaikan untuk kalangan anak-anak.


(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)