Sumber: Morisson dkk 2010: 56
4. Jurnalistik Olahraga
Jurnalistik olahraga tidak pernah terlepas dari kegiatan menulis berita olahraga dalam surat kabar atau laporan seputar olahraga yang dibuat oleh
media televisi. Olahraga merupakan sebuah bahan yang memiliki celah untuk
dibuat tulisan
dan liputan
jurnalistiknya www.anneahira.comjurnalistik-olahraga.htm
diakses Rabu 26 Oktober 2011.
Hampir setiap surat kabar mempunyai halaman olahraga. Sekarang bahkan pertandingan-pertandingan olahraga sepak bola dapat dipastikan
mendapatkan tempat khusus di semua media massa Kusumaningrat, 2005:207.
Wartawan sering dalam pemberitaannya memberikan tekanan konten berita olahraga di berbagai
platform
media, dari koran, televisi dan internet. Institusi media di mana para wartawan berita olahraga bekerja
sangat penting karena semakin besar institusi media itu beroperasi maka institusi tersebut memainkan peran kunci dalam membentuk skala dan
ruang lingkup jurnalisme yang muncul di cetak, di televisi atau di web Boyle, 2010:1
Wartawan olahraga mengolah sebagian besar informasinya dari hasil pengamatan langsung serta menggunakan sumber-sumber berita lain,
misalnya peserta pertandingan, ofisial olahraga, pejabat-pejabat humas,
catatan-catatan resmi, sumber-sumber latar belakang, dan bahkan penonton Kusumaningrat, 2005:209
Wartawan olahraga memiliki ruang gerak yang luas dibandingkan dengan kebanyakan wartawan lain untuk menerapkan teknik-teknik
reportase interpretatif dan kritis, semacam argumentasi. Ia harus mengetahui bagaimana caranya mengisi boks hasil-hasil pertandingan
skor atau data statistik yang biasanya disajikan oleh surat kabar dalam meliput pertandingan Kusumaningrat, 2005:211
5. Framing Memaknai Berita
Konsep framing yang berasal dari ranah psikologi, berangkat dari cara pandang bahwa konstruksi realitas pasti bergantung pada bagaimana cara
sang pemilik cerita menyampaikannya kepada khalayak. William A. Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan
package
yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Dalam pandangan mereka, proses framing berkaitan dengan
persoalan bagaimana sebuah realitas dikemas dan disajikan dalam presentasi media. Oleh karena itu, frame sering diidentifikasi sebagai cara
bercerita
story line
yang menghadirkan konstruksi makna spesifik tentang objek wacana Eriyanto, 2002:225
Konsep ini menawarkan sebuah cara untuk mengungkap kekuatan teks komunikasi.
Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu
teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan
sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral dan atau merekomendasikan penanganannya Eriyanto, 2002:165.
Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang akan dipilih, ditonjolkan dan dibuang.
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk bagaimana realitas peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja
dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut melalui proses konstruksi. Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu.
Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu.
Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan Eriyanto,
2002:30. Menurut Eriyanto di dalam bukunya
Analisis Framing: Konstruksi
,
Ideologi, dan Politik Media
, terdapat empat model analisis
framing
, yaitu : a.
Murray Edelman, dalam bukunya “ Contestable Categories and Public Opinion” ia mensejajarkan
framing
sebagai kategorisasi, artinya pemakaian perpektif tertentu dengan pemakaian kata-kata
yang terttentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau realitas dipaham, kategorisasi juga dapat diartikan sebgai
penyederhanaan, realitas yang kompleks dan berdimensi banyak diphami dan ditekankan supaya dipahami dan hadir dalam benak
khalayak
b. Robert Entman dalam metodenya
framing
dalam berita dilakukan dengan empat cara, yaitu:
Problem Identification
Identifikasi masalah,
causal Interpretation
identifikasi penyebab masalah, Moral
Identification
evaluasi moral
dan
Treatment Recommendation
saran penanggulangan masalah. c.
Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki 1993 dalam tulisan meraka yang berjudul “ Framing Analysis: An Approach to New
Discourse” mengoperasionalkan empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik,
dan retoris. d.
William A. Gamson mendefinisikan framing dalam dua pendekatan yaitu pendekatan menghasilkan framing dalam level
kultural, dan pendekatan psikologis yang menghasilkan framing dalam level individual.
Framing
dalam level kultural dimaknai sebagai batasan-batasan wacana serta elemen-elemen konstitutif
yang tersebar dalam konstruksi wacana. Dalam hal ini, frame memberikan petunjuk elemen-elemen isu mana yang relevan
untuk diwacanakan,
problem-problem
apa yang memerlukan tindakan-tindakan politis, solusi yang pantas diambil, serta pihak
mana yang
legitimate
dalam wacana yang terbentuk. Model William A. Gamson digunakan oleh penulis dalam
menganalisa berita karena frame dipandang sebagai cara bercerita atau gagasan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana Eriyanto, 2002:223
Menurut William A. Gamson, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan oleh
wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau prespektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian
mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut, hal ini disebut sebagai kemasan
package
. Eriyanto, 2002:2240.
Kemasan package dibayangkan sebagai wadah atau struktur data yang mengorganisir sejumlah informasi yang menunjukan posisi atau
kecenderungan politik, dan yang membantu komunikator untuk menjelaskan muatan-muatan di balik suatu osu atu peristiwa Eriyanto,
2002:224. Package ini dalam pandangan William A. Gamson dimaknai sebagai
perangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu. Ide sentral ini, akan didukung oleh perangkat
wacana lain sehingga antara satu bagian wacana dengan lainya saling mendukung Eriyanto, 2002:226.
Ada dua perangkat bagaimana ide sentral ini diterjemahkan dalam teks berita.
Pertama, framing device
perangkat framing. Perangkat ini berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang
ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing ini ditandai dengan
pemakaian kata, kalimat, grafik atau gambar, dan metafora Eriyanto, 2002:226. Penjelasan perangkat framing, sebagai berikut:
Methapors
atau metafora, adalah perumpamaan atau pengandaian. Dengan merujuk pengertian sederhana, metafora dipahami sebagai cara
memindah makna dengan merealisasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti , ibarat, bak,
umpama, laksana. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai basis berfikir, alsan pembenaran atas pendapat atau gagasan
tertentu kepada khalayak akan menjadi lebih tertarik dengan isi berita Junaedi,2008:21. Metafora termasuk ke dalam kelompok gaya bahasa
kiasan. Kiasan menunjuk pada perbandingan atau pengandaian dua hal secara langsung dalam bentuk frasa atau klausa singkat dan sederhana.
Sumadiria, 2006:43.
Catchphrases
adalah frase dalam berita yang memiliki daya tarik bagi
pembaca, kontras, menonjol, dalam suatu wacana. Ini biasanya berupa jargon atau slogan. Jargon atau slogan yang disampaikan didalam frase ini
adalah jargon atau slogan yang benar-benar menonjol dan menarik perhatian khalayak Junaedi, 2008:21.
Exemplar
yang berarti isi berita yang berusaha mengaitkan bingkai
dengan contoh, uraian bisa teori, perbandingan yang memperjelas bingkai. Dengan kata lain unsur atau bagian yang memberikan conoh atau
uraian yang berkaitan dan mendukung bingkai berita yang disampaikan.
Dimana tujuan dari penerapan contoh atau uraian ini adalah memperjelas bingkai dari berita yang disampaikan Junaedi, 2008:21.
Depiction
yang berarti penggambaran atau pelukisan suatu isu pemberitaan yang bersifat konotatif. Konotatif adalah pemaknaan kata
yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Sumadiria, 2006:28.
Depiction ini pada umumnya berupa kosakata, leksikon untuk melabeli sesuatu. Leksikon merupakan elemen yang menandakan
bagaimana sesorang memilih kata dari berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukan sikap atau ideologi
tertentu. Peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan pilihan kata-kata yang berbeda-beda Junaedi, 2008:22.
Visual image
berarti gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, ataupun grafik yang
menekankan dan
mendukung pesan
yang ingin
disampaikan Eriyanto,2002,225.
Visual image
merupakan elemen yang digunakan untuk menekankan atau menonjolkan sebuah isu melalui pemakaian foto, gambar, kartun,
diagram, grafis, tabel, dan sejenisnya. Misalnya perhatian atau penolakan, dibesarkan atau dikecilkan, ditebalkan atau dimiringkan, serta pemakaian
warna. Visual images biasanya menjadi daya tarik bagi pembaca untuk membaca berita tersebut Junaedi,2008:22.
Kedua, reasoning devices
perangkat penalaran. Sebuah gagasan tidak hanya berisi kata atau kalimat, gagasan itu juga selalu ditandai oleh
dasar pembenar tertentu, alasan tertentu, dan sebagainya. Dasar pembenar dan penalaran tersebut bukan hanya meneguhkan suatu gagasan atau
pandangan, melainkan lebih jauh membuat pendapat atau gagasan tampak benar, absah, dan demikian adanya Eriyanto, 2002:227. Lebih lanjut
perangkat penalaran dijelaskan sebagai berikut:
Roots
adalah analisis kausal atau sebab akibat. Unsur ini berfungsi agar pesan yang disampaikan terlihat wajar, normal, beralasan. Suatu
peristiwa tidak mungkin ada tanpa sebab atau latar belakang yang mendasarinya, antara satu kalimat dengan kalimat yang lain saling
mendukung, satu bagian menjelaskan bagian yang lain dan satu bagian menjadi sebab akibat dari bagian yang lain dan sebagainya Junaedi,
2008:22.
Appeals to Principle
adalah premis dasar dan klaim-klaim moral. Hal ini terkait dengan klaim-klaim moral yang ditunjukan denhgan
mengangkat fakta-fakta yang ada sebelumnya. Hal ini berfungsi untuk menguatkan pesan yang disampaikan agar terlihat beralasan dan memilki
dasar yang kuat. Selain itu appeals to principle juga digunakan untuk memperkuat sebuah gagasan agar tampak benar dan dapat diterima oleh
khalayak Junaedi, 2008:22.
Consequences
adalah etika atau konsekuensi yang di dapat dari bingkai. Dengan kata lain
Consequences
disini adalah konsekuensi atau pengaruh akhir yang muncul yang disebabkan oleh unsur-unsur yang ada
dalam bingkai media. Jadi dapat dikatakan bahwa Consequences adalah akibat atau konsekuensi akhir yang muncul sebagai hasil dari semua unsur
di dalam bingkai Juneadi, 2008:22.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian