Berita Sebagai Bagian dari Jurnalistik

Dalam prespektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat, melainkan juga harus menarik, membangkitkan minat dan selera baca surat kabar, majalah, selera dengar radio siaran, dan selera menonton televisi.

3. Berita Sebagai Bagian dari Jurnalistik

Berita, pada dasarnya adalah laporan dari peristiwa, bukan peristiwa itu sendiri. Menurut Wonohito 1997:12 “News is the timely, concise, accurate report of an event, not the event itself”. Dalam hal ini peristiwa adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan yang pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berita di media massa pada dasarnya tidak lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk cerita. Berita merupakan realitas yang telah direkonstruksi Bonaventura, 2001:169 . Terdapat dua pandangan yang berbeda dalam melihat konsep berita. Pertama, berita dipandang sebagai hasil konstruksi realitas dari suatu proses manajemen produksi institusi media. Pandangan ini meyakini bahwa berita merupakan cermin dari realitas mirror of reality. Karenanya, berita harus sama dan sebangun dengan fakta. Sedangkan pandangan yang kedua menyatakan bahwa berita adalah hasil rekonstruksi realitas yang akan melibatkan produksi dan pertukaran makna. Berita yang notabene adalah hasil konstruksi realitas dari sebuah proses manajemen redaksional ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama sepeti yang diharapkan oleh wartawan dalam diri pembacanya. Berita bisa saja berbeda dengan realitas sosialnya. Berita merupakan hasil rekonstruksi realitas yang subjektif dari proses kerja wartawan. Tuchman mengilustrasikan berita sebagai jendela dunia. Dalam pandangan Tuchman, apa yang kita lihat, apa yang kita ketahui dan apa yang kita rasakan mengenai dunia tergantung pada jendela yang kita pakai. Dalam sebuah berita, jendela itulah yang disebut frame. Jadi, berita di media massa adalah realitas yang diciptakan oleh wartawan lewat konstruksi dan sudut pandang tertentu. Berita merupakan hasil konstruksi sosial di mana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai dari wartawan Tuchman dalam Eriyanto, 2002:04. Berita merupakan proses aktif dari pembuat berita. Bagaimana peristiwa dibingkai tidak semata-mata disebabkan oleh struktur skema wartawan, melainkan juga rutinitas kerja dan institusi media yang secara tidak langsung mempengaruhi pemaknaan atas sebuah peristiwa. Wartawan hidup dan bekerja dalam suatu institusi media yang mempunyai pola kerja, kebiasaan, aturan, norma, etika dan rutinitas masing-masing. Selain itu, organisasi media juga mempunyai ideologi profesi. Ideologi itulah yang kemudian menjadi acuan dalam proses produksi berita. Tahap awal dari produksi berita adalah bagaimana wartawan mempersepsi peristiwa atau fakta yang akan diliput. Proses seleksi dan sortir yang terjadi dalam sebuah rutinitas kerja keredaksionalan merupakan sebuah bentuk rutinitas organisasi. Setiap hari institusi media secara teratur memproduksi berita, dan proses seleksi itu adalah bagian dari ritme dan keteraturan kerja yang dijalankan setiap hari oleh para awak media. Dalam menentukan sebuah berita, masing-masing media mempunyai standar dan kriteria tertentu. Akibatnya, peristiwa yang ditampilkan di media akan berbeda satu dan lainnya. Ada ukuran-ukuran tertentu yang membatasi sebuah fakta layak ditulis sebagai berita. Hal ini dinamakan nilai berita news value. Nilai berita menyediakan standar dan ukuran bagi wartawan sebagai kriteria dalam praktik kerja jurnalistik. Masing-masing surat kabar, editor maupun wartawan mempunyai kriteria masing-masing. Jadi, nilai berita tidak lebih daripada asumsi-asumsi intuitif wartawan tentang apa yang menarik bagi khalayak atau apa yang mendapat perhatian mereka Sumadiria, 2008:80. Namun secara umum, kejadian yang dianggap mempunyai nilai berita dapat ditentukan dari unsur-unsur berikut: 1 Aktualitas Timeliness Timeliness mengacu pada informasi kekinian. Semakin aktual berita, berarti semakin baru peristiwanya terjadi. Berarti pula semakin tinggi nilai beritanya. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti serta baru merupakan berita. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti. Aktualitas terbagi dalam tiga kategori, yaitu : a Aktualitas kalender Aktualitas berita yang mengacu pada hari-hari penting dalam kalender. Semua orang tahu, 21 April Hari Kartini, 2 Mei Hari Pendidikan Nasional, atau 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional. Pada hari itu atau beberapa hari menjelang hari-hari itu, pers dan media massa nasional selalu menganggap penting menurunkan tulisan. b Aktualitas waktu Berita adalah laporan tercepat yang disiarkan surat kabar dan media massa lain seperti radio dan televisi mengenai opini atau fakta, atau keduanya, yang menarik perhatian dan dianggap penting oleh sebagian besar khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. c Aktualitas masalah Aktualitas masalah adalah berita kekinian yang berdasar suatu masalah yang semua khalayak penting untuk di beritakan, misal korupsi, manipulasi, pencurian, perampokan, pemerkosaan, merupakan masalah yang dikategorikan tetap dan senantiasa aktual. 2 Keluarbiasaan Unusualness Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu peristiwa yang luar biasa. Di dunia ini, begitu banyak peristiwa yang masuk kategori luar biasa, seperti pesawat terbang meledak di udara, kebakaran yang melahap ratusan rumah di suatu pemukiman, gunung meletus yang menyebabkan puluhan ribu jiwa harus mengungsi, atau kapal tenggelam yang menelan korban ratusan penumpang tewas. Kalangan praktisi jurnalistik menyakini, semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkanya Sumadiria, 2008:81. 3 Kedekatan Proximity Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan menarik perhatian. Oleh Steiler dan Lippman, hal ini disebut dengan kedekatan secara geografis. Namun dalam prakteknya, kedekatan ini tidak hanya sebatas pada kedekatan geografis saja, tetapi juga kedekatan emosional. Misalnya saat harian Jyllands Posten , Denmark memublikasikan dua belas karikatur Nabi Muhammad. Sudah diduga, protes umat Islam tidak perlu ditunggu lama, mengingat adanya larangan menggambarkan Rasulullah dalam Islam Hikmat dan Purnama, 2005:62. 4 Orang Penting Public Figure, News Maker News is abaout people . Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Orang-orang penting, ternama, orang-orang terkemuka, dimanapun selalu menimbulkan berita. Peristiwa video mesum Ariel Peterpan dengan Luna Maya membuat masyarakat penasaran, ingin tahu lebih dalam atau ucapan, gaya hidup bintang film, bintang sinetron, artis penyanyi, penari, pejabat, dan bahkan para koruptor sekalipun selalu dikutip oleh pers Sumadiria, 2008:88. 5 Konflik kontroversi Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-biasa saja, Peristiwa antara PSSI dengan LPI dan juga Pemerintah lebih layak disebut berita dibandingkan peristiwa PSSI dalam mengelola sepak bola. 6 Ketertarikan Manusiawi Human interest Kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca. Peristiwa yang mengandung lebih banyak unsur haru, sedih, empati, simpati dan menggugah emosi khalayak. Apa saja yang mengundang minat insani, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu Sumadiria, 2008:90. Menurut Haris Sumadiria 2008 dalam Jurnalistik Indonesia, paling tidak terdapat delapan konsep berita, yaitu : a Berita sebagai laporan Tercepat Kecepatan dalam mencari, menemukan, mengunpulkan, dan mengolah berita, menjadi karakter dasar ewporter dan editor. Lebih cepat berita disiarkan, lebih baik. b Berita sebagai Rekaman Rekaman tidak hanya berlaku untuk radio. Untuk surat kabar, tabloid dan majalah., berita juga mengandung arti rekaman peristiwa. Dinyatakan dalam berbagai bentuk tulisan dan laporan. c Berita sebagai Fakta Objektif Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya das sein, dan bukan laporan tentang fakta yang seharusnya das sollen. Sebagai fakta, berita adalah rekonstruksi peristiwa melalui prosedur jurnalisti yang sangat ketat dan terukur. d Berita sebagai Interpretasi Berita yang disajikan media massa jumlahnya mencapai ribuan setiap hari. Melalui teknologi komunikasi massa yang canggih, dewasa ini bahkan berita dibuat dan terus mengalir selama dua puluh empat jam. Teori jurnalistik mengingatkan, tidak semua berita dapat berbicara sendiri. Sering terjadi, berita yang diliput dan dilaporkan media, hanya serpihan-serpihan fakta yang belum berbicara. Tugas media adalah membuat fakta seolah membisu itu menjadi berbicara sendiri kepada khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa dalam bahasa yang enak dibaca dan mudah didengar. e Berita sebagai Sensasi Tahap paling awal dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Menurut Rakhmat dalam Sumadiria, Sensasi berasal dari kata sense, artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkunganya Sumadiria, 2008:75. Menurut Desiderato dalam Sumadiria, sensasi itu merupakan bagian dari presepsi Sumadiria, 2009:76. Presepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi. Hubungan sensasi dengan presepsi adalah sensasi bagian dari presepsi. f Berita sebagai Minat Insani Berbagai peristiwa yang terjadi di dunia, dari dulu hingga kini sering membuat hati dan perasaan sedih. Pemboman, pembunuhan, penyiksaan, kekejaman dapat memberikan atensi serta motivasi kepada khalayak untuk bersatu. Media massa mampu memberikan efek kepada masyarakat untuk menumbuhkan kepekaan individual dan kepekaan sosial masyarakat. Misalnya tragedi bencana gempa dan stunami 26 desember 2004, hanya dalam sepekan media massa mampu menghimpun dana masyarakat hingga ratusan milyar rupiah. g Berita sebagai Ramalan Semua informasi yang disajikan media idealnya terdiri atas rangkaian fakta yang benar, akurat, lengkap, dan aktual melalui berbagai uji dan pendekatan akademik. Sebagai contoh, sejak era reformasi, media massa Indonesia semakin terbiasa dengan penyelenggaraan jajak pendapat. Pendapat dan keinginan masyarakat dibaca, diteliti, diukur melalui pendekatan statistik yang rumit. Hasilnya disajikan secara populer dan komunikatif sehingga semua lapisan masyarakat dapat mencerna dan memahaminya dengan baik. h Berita sebagai Gambar Menurut Enery dalam Sumadiria, seni menyampaikan suatu cerita lewat foto dan gambar, jauh lebih tua dibandingkan dengan penyampaian lewat rangkaian kata-kata Sumadiria, 2008:79. Dalam persuratkabaran, gambar karikatur merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mempengaruhi khalayak setelah kolom editorial dan artikel Muhtadi, 1999:102. Gambar, foto, dan karikatur merupakan pesan-pesan hidup sekaligus menghidupkan deskripsi verbal lainya. Dalam Morrison dkk 2010:48-59 isi berita dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Isi merupakan refleksi dari kenyataan sosial masyarakat umum Masyarakat umum memberikan pengaruh besar kepada organisasi media. Ini disebut juga sebagai pendekatan „cermin‟ the mirror approach yang mengasumsikan bahwa apa yang dihasilkan oleh media isi media adalah cerminan kenyataan atau realitas sosial yang ada di tengah masyarakatnya. Ini bisa diartikan bahwa untuk melihat apa yang tengah terjadi dan sedang menjadi topik di tengah masyarakat, lihat saja apa yang disiarkan di televisi, apa yang tengah diramaikan dalam debat-debat di radio atau tercetak dalam iklan serta berita surat kabar. 2. Isi berita dipengaruhi oleh kelompok penekan. Hubungan antara media dan masyarakat sering kali diperantarai melalui berbagai kelompok informal, namun sering kali terorganisir, yang disebut dengan kelompok penekan pressure groups yang berupaya mempengaruhi apa yang dilakukan media, dengan cara membatasi isi atau pesan media kepada masyarakat. Kelompok penekan dapat berupa organisasi atau kelompok, bauk formal maupun informal dengan berbagai kepentingan dan latar belakang, seperti krlompok atau organisasi agama, profesi, pekerjaan, politik, kelompok advokasi, dan sebagainya. 3. Isi media sangat dipengaruhi oleh kebiasaan wartawan dalam menulis berita atau cara kerja style book organisasi media. Istilah yang umum dalam kajian komunikasi adalah media routines. Pendekatan organizational routines berargumen bahwa isi media dipengaruhi oleh cara-cara bagaimana pekerja media dan perusahaan media mengorganisasikan pekerjaan mereka. Sebagai contoh, gaya penulisan Kompas tentu saja berbeda dengan gaya penulisan Jawa Pos. 4. Isi media dipengaruhi oleh Audien. Audien adalah faktor yang paling penting bagi media karena audien adalah konsumen media. Keberhasilan suatu media sangat ditentukan oleh seberapa besar media tersebut bisa memperoleh pembacanya, pendengar, dan pemirsa. Walupun disadari bahwa audien merupakan faktor paling penting bagi media, namun sejumlah penelitian menunjukan bahwa pengelola media massa seringkali menjadikan audien bukan faktor yang terpenting yang mempengaruhi berita, namun pengelola media tetap mengikuti laporan peringkat acararating dan angka penjualan iklan sebagai indikator untuk mengetahui jumlah audien. 5. Isi berita sangat dipengaruhi oleh media dan pemilik. Menurut Altschull dalam Morisson dkk, “ the content of news the news media always reflects the interest of those who finance the press ” isi media berita selalu mencerminkan kepentingan mereka yang membiayai media tersebut. Pemilik organisasi media komersil memiliki kekuasaan besar terhadap isi berita dan dapat meminta para professional media untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu isi berita Morisson dkk, 2010: 53 6. Isi berita sangat dipengaruhi oleh pemasang iklan. Menurut Bogart dalam Morisson dkk, setidaknya ada lima pengaruh iklan terhadap isi berita, yaitu : a Pemasang iklan jarang mencoba merayu jurnalis dengan maksud untuk mengarahkan berita demi kepentingan mereka, namun lebih sering mereka menekan berita yang tidak mereka sukai. b Mereka sensitif dengan lingkungan yang akan menerima pesan mereka dan tidak menyukai kontroversi. c Ketika pemasang iklan menyerah kepada tekanan maka media akan melakukan sensor sendiri. d Pemasang iklan menentukan isi media ketika mereka menjadi program siaran. e Persaingan di antara media pers menunjukan bagaimana iklan menentukan hidup dan matinya media Sumber: Morisson dkk 2010: 56

4. Jurnalistik Olahraga

Dokumen yang terkait

ANALISIS ISI KECENDERUNGAN PEMBERITAAN PRO KONTRA LIGA PRIMER INDONESIA (LPI) PADA KORAN JAWA POS EDISI 1 S/D 10 JANUARI 2011

0 4 39

ANALISIS BERITA LIGA PRIMER INDONESIA (LPI) DAN PERSATUAN SEPAK BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI) Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Period

0 0 17

DAFTAR PUSTAKA Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Periode Januari - Maret 2011).

0 0 4

PEMBINGKAIAN BERITA PENCALONAN NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Analisis Framing Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari - Maret 2011).

1 3 98

OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN LIGA PRIMER INDONESIA(LPI) DI MEDIA JAWAPOS (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Liga Primer Indonesia(LPI) di Media JawaPos).

0 1 93

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT LPI VS PSSI DI HARIAN JAWA POS (Studi semiotika tentang pemaknaan karikatur editorial Clekit LPI vs PSSI edisi 8 Januari 2011 di Harian Jawa Pos).

0 0 92

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011).

0 0 121

ANALISIS MANAJEMEN KEPEMIMPINAN MELALUI APLIKASI SWOT PADA ORGANISASI PSSI (PERSATUAN SEPAKBOLA SELURUH INDONESIA)

0 0 9

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011)

0 0 21

PEMBINGKAIAN BERITA PENCALONAN NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Analisis Framing Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari - Maret 2011)

0 0 20