Tinjauan Pustaka DASAR TEORI

commit to user 5

BAB II DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut O’Callaghan 1993, dengan laju konsumsi bahan bakar seperti tahun 1987 maka kandungan minyak di dunia ini akan habis pada tahun 2028, sedangkan kandungan barubara akan habis pada tahun 2259. berdasarkan data tersebut, maka sangatlah beralasan untuk menjadikan bahan bakar batubara sebagai sumber energi alternatif menggantikan bahan bakar minyak bumi. Perkembangan dunia pada umumnya dan bangsa indonesia pada khususnya dihadapkan pada keadaan dimana terdapat tuntutan untuk melaksanakan penghematan pemakaian energi. Keterbatasan cadangan minyak bumi dan kelangkaannya untuk masa mendatang, menjadi suatu dorongan untuk mencari cara menghemat pemakaian minyak bumi tersebut atau mencari sumber energi alternatif untuk menggantikan pemakaian dari minyak bumi. Peningkatan kegiatan industri di indonesia, mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan bahan bakar. Semula hampir semua industri mengandalkan minyak bumi dan turunannya sebagai bahan bakar. Persediaan minyak bumi yang kurang seimbang dengan keperluan industri, disamping harga minyak bumi yang selalu berubah dan menjadi lebih mahal, mendorong para pengusaha industri mulai berpikir untuk melakukan diversifikasi bahan bakar ke batubara. Batubara yang berbentuk padat akan menimbulkan kesulitan apabila diangkut, lebih-lebih apabila akan dialirkan melalui pipa. Berkaitan dengan hal tersebut, para ilmuwan berpikir untuk mengubah batubara yang semula padat untuk dicairkan sehingga akan lebih mudah dalam penggunaan dan pengangkutannya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan telah didapatkan teknologi pencairan batubara yang menghasilkan antara lain Coal-Oil Mixture COM atau Coal-Water Fuel CWF, Gadjah Mada University Press, 2005. Adnan 2001 melakukan studi eksperimental tinjauan mekanika fluida dan proses atomisasi dari campuran batubara-air Coal-Water Mixture CWM dengan menggunakan single hole nozzle dengan sistem air-assisted nozzle. 5 commit to user 6 Hasil menyebutkan bahwa tekanan udara dan mekanisme pencampuran memiliki pengaruh yang kuat di dalam atomisasi CWM. Pada pencampuran udara dan CWM yang lemah, ligament-ligament yang dihasilkan kurang tersebar sedangkan ketika pencampuran udara dan CWM semakin kuat maka ligament-ligament yang dihasilkan menjadi lebih tersebar. Selain itu besarnya gaya aerodinamik yang besarnya dinyatakan dalam rasio udaraCWM dapat menentukan sudut semprotan. Pribadi 2001 melakukan studi eksperimental tinjauan mekanika fluida dan proses atomisasi dari CWM dengan menggunakan multy holes nozzle dan pressurized swirl nozzle. Hasil menyebutkan bahwa kenaikan sudut swirl semakin kecil jari-jari swirl berdampak negatif terhadap atomisasi, yaitu dihasilkan sudut spray yang sempit dan penetrasi yang panjang. Kenaikan sudut tip nozzle mengakibatkan penurunan kestabilan alir CWM dalam nozzzle, CWM mudah terseparasi sehingga penyumbatan lebih cepat terjadi. Kenaikan tekanan kerja nozzle dapat memperbaiki kualitas atomisasi yaitu dengan dihasilkannya ukuran droplet yang halus. Atomisasi CWM terbaik yang memungkinkan dalam pressurized swirl nozzle pada sudut swirl nozzle 0 °, sudut tip nozzle 140 ° dan tekanan inlet 5 bar.

2.2 Atomisasi Pengabutan