Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya akan sumberdaya energi dalam bentuk batubara. Sebagai sumberdaya energi, batubara memiliki nilai strategis dan potensial untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan energi dalam negeri. Sumberdaya batubara di Indonesia diperkirakan sebesar 36 milyar ton, tersebar di Sumatra di Aceh 4,70; di Sumatra Tengah 11,40; di Sumatra Selatan 51,73, di Kalimantan di Kalimantan Selatan 9,99; di Kalimantan Timur 14,62; di Kalimantan Barat 5,83; di Kalimantan Tengah 1,20, sisanya terdapat di pulau Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya Soejoko dan Abdurrochman, 1993. Keunggulan bahan bakar minyak BBM terletak pada wujudnya yang cair, sehingga mudah dalam penanganannya. Penyimpanan, transportasi dan secara teknik pengabutan atomisasi tidak menjadi kendala, serta hasil pembakaran tidak menyebabkan padatan yang mempermasalahkan pembuanganpenanganan limbahnya. Penggunaan bahan bakar padat BBP seperti batubara sangat tidak efisien dibanding ke unggulan tersebut. Tidak mengherankan sampai saat ini bahan bakar padat hanya menjadi bahan bakar alternatif BBA. Kendala transportasi karena tidak bisa mengalir dan penanganan teknis maupun sisa pembakaran padat menjadi prioritas masalah. Disamping itu, cadangan BBM didunia yang semakin menipis dan semakin mahal, sedangkan BBP batubara masih mempunyai prospek berupa jumlah cadangan yang cukup besar. Mau tidak mau harus mengganti BBM dengan bahan bakar alternatif, maka ini merupakan pilihan tepat untuk melakukan penelitian BBP batubara dengan meniadakan kendala-kendalanya. Salah satu cara untuk membuat BBP menjadi BBM atau bahan bakar cair liquid fuel adalah dengan pemakaian batubara sebagai bahan bakar utama. Prosesnya adalah mencampur batubara serbuk dan air sebelum proses pembakaran. Campuran ini menghasilkan bahan bakar lumpur slurry yang 1 commit to user 2 mempunyai sifat seperti bahan bakar cair disebut juga Coal-Water Mixture CWM. Permasalahan yang timbul pada bahan bakar CWM adalah sulit dialirkanditransportasikan dan kendala pada proses atomisasi, karena mengandung partikel padat batubara yang dapat mengendap selama proses penyimpanan atau persiapan CWM. Hal ini mengharuskan penambahan suatu bahan aditif dalam bahan bakar CWM yang berfungsi sebagai stabilizer bahan bakar CWM tersebut agar dapat ditransportasikan dan dilakukan pengabutan atomisasi. CWM dikatakan stabil apabila dalam selang waktu tertentu butiran batubara masih tetap terdispersi dan tidak mengendap. Kestabilan diperlukan selama penyimpanan, pengangkutan sampai saat pembakaran. Kestabilan dapat diperpanjang dengan penambahan aditif dan proses hidrothermal khusus untuk batubara peringkat rendah. Perlakuan terhadap bahan bakar cair sebelum dilakukan proses pembakaran diruang bakar yaitu berupa proses pengabutanatomisasi. Atomisasi CWM sebelum proses pembakaran memiliki peranan penting, karena menentukan proses pembakaran CWM itu sendiri. Pada proses atomisasi ini, sejumlah volume liquid CWM akan diubah menjadi butiran-butiran halus droplets CWM yang membentuk spray dalam jumlah besar oleh atomiser alat pengabut nozzle. Oleh karena itu, penelitian ini diajukan sebagai harapan untuk dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menghasilkan suatu rancangan sistem studi eksperimental untuk meneliti karakteristik pengabutanatomisasi dengan menggunakan bahan bakar CWM, dimana keberadaan rancangan ini diharapkan dapat dikembangkan menjadi sistem pembakaran di industri-industri yang masih menggunakan bahan bakar minyak bumi.

1.2 Perumusan Masalah