Etnik Karo tidak mengetahui bahasa Tionghoa karena mercka jarang mendengar bahasa tersebut. Adapun sebahagian dari mercka yang mengetahui bahasa
Tionghoa adalah karena mercka mempelajarinya di luar daerah Desa Lama. Hal itu diakibatkan karena bahasa yang dipergunakan orang Tionghoa ketika berbicara
dengan orang Karo adalah bahasa Karo. Orang Tionghoa tersebut menggunakan bahasanya hanya ketika berkomunikasi dengan suku sesama mercka ataupun ketika
mercka berkomunikasi dengan anggota keluarganya. Bahkan mercka tidak selamanya menggunakan bahasa Tionghoa di rumahnya tetapi menggunakan bahasa karo dan
bahasa Indonesia juga di tempat umum seperti di Gereja ataupun di berbagai acara pesta.
IV.2.2. PERKAWINAN
Perkawinan campuran Amalgamation adalah merupakan faktor yang paling menguntungkan bagi jalannya proses asimilasi. Hal itu terjadi, apabila seorang warga
dari golongan tertentu menikah dengan warga lain mayoritas. Proses asimilasi dipermudah dengan adanya perkawinan campuran tersebut, walaupun memakan
waktu yang agak lama. Dalam hubungannya dengan perkawinan campuran antar etnis, dalam hal ini
khususnya dengan golongan keturunan Tionghoa, telah terjadi sejak lama di berbagai wilayah di Indonesia. Hal yang sama juga telah terjadi di Kelurahan Desa Lama di
mana dapat dilihat bahwa beberapa orang keturunan Tionghoa dan Karo telah mengadakan perkawinan campuran yang dapat dilihat pada tabel 18 dan tabel 19.
Universitas Sumatera Utara
Dari basil penelitian di lapangan dapat dilihat dari 40 orang informan dalam penelitian ini bahwa 8 orang atau sekitar 20 diantaranya sudah melakukan
perkawinan campuran amalgamation. Diantaranya 6 orang yang istrinya berasal dari etnik Karo dan suaminya etnik Tionghoa, sedangkan 2 orang lagi yang suaminya
berasal dari etnik Karo dan istrinya berasal dari etnik Tionghoa. Dengan adanya perkawinan campuran akan mempermudah proses asimilasi
orang-orang serta penggabungan kultur. Dengan adanya perkawinan campuran antara orang-orang Tionghoa dengan etnik Karo maka akan tentu mempengaruhi proses
asimilasi antara kedua etnik tersebut Menurut para informan Tionghoa bahwa mereka menyetujui adanya
perkawinan campuran antara etnik Tionghoa dengan etnik Karo. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 24 bahwa yang sangat setuju adanya perkawinan campuran adalah
sebanyak 5 orang atau sekitar 25, yang setuju sebanyak 15 orang atau sekitar 75, dan yang tidak setuju sama sekali tidak ada. Menurut mereka perbedaan etnik itu
tidak terlalu penting lagi karena mereka sudah sama-sama saling memahami. Di samping makanannya yang hampir sama juga menurut mereka bahwa ada persamaan
atau kemiripan dalam adat-istiadat Tionghoa dengan adat Karo. Karena etnik Tionghoa sudah beradaptasi dan membaur baik dalam adat Karo, jadi menurut etnik
Tionghoa tersebut jika anak-anak mereka menikah dengan etnik Karo, maka mereka menyetujuinya. Menurut mereka yang paling penting anak-anak mereka
menyetujuinya tanpa ada paksaan dari siapapun juga. Jika memang sudah jodohnya
Universitas Sumatera Utara
anaknya maka mercka akan menyetujuinya dan akan mendukung anaknya walaupun mereka berbeda suku.
Pandangan informan etnik Karo terhadap perkawinan campuran dapat dilihat pada tabel 25 bahwa yang menyetujui adanya perkawinan campuran itu sebanyak
17orang atau sekitar 85 dan yang tidak setuju adanya perkawinan campuran 15.Menurut mereka etnik Karo yang penting anak-anak mereka ada kecocokan
dan saling pengerdan. Masalah utama menurut mereka adalah agamnya harus sama dan kalau soal sukunya itu tidak menjadi penghalang. Mereja akan menyetujui
anaknya menikah dengan etnik Tionghoa karena yang dipakai juga sudah adat Karo karena di daerah ini jika terjadi perkawinan campuran maka adat yang harus dipakai
adalah adat Karo. Tetapi yang mengatakan tidak setuju adalah bahwa dia masih lebih merasa lebih cocok jika anaknya menikah dengan orang yang satu suku dengannya
karena menurut mereka bahwa orang yang satu suku dengan mereka masih lebih memahami mereka.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa pada umumnya penduduk Kelurahan Desa Lama sudah menyetujui adanya perkawinan campuran itu antara etnik Tionghoa
dengan etnik Karo. Mereka juga mengatakan bahwa dari antara mereka juga sudah banyak yang menikah dengan suku lain Karo dan Tionghoa serta keluargafamily
merekapun sudah banyak yang menikah dengan suku tersebut. Dari hasil penelitian lapangan diperoleh data bahwa dari informan etnik
Tionghoa, bahwa 18 atau sekitar 90 orang diantaranya sudah mempunyai keluargafamily yang berasal dari etnik Karo dan merekapun sudah menerimanya
Universitas Sumatera Utara
dengan baik sebagai anggota keluarga mereka sendiri. Hal itu menunjukkan bahwa etnik Tionghoa di daerah ini sudah lama menjalin hubungan kekeluargaan dengan
orang Karo. Sedangkan yang belum mempunyai keluarga dari orang Karo hanya 2 orang atau sekitar 10, namun mereka tetap menyetujui adanya perkawinan
campuran antara orang Tionghoa dengan orang Karo. Sedangkan dari 20 orang yang menjadi informan etnik Karo dapat dilihat
bahwa 10 orang atau sekitar 50 diantaranya sudah mempunyai keluargafamily yang berasal dari etnik Tionghoa dan mereka sudah menerimanya dengan baik,
sedangkan yang belum mempunyai family dari orang Tionghoa juga berjumlah 10 orang atau sekitar 50 namun mereka juga menyetujui anak mereka menikah dengan
etnik Tionghoa. Seperti yang diungkapkan oleh informan etnik Karo adalah sebagai berikut:
Kalau mereka anak-anaknya saling mencintai itu tidak menjadi masalah, karena yang menikah adalah mereka dan mereka sudah tahu memilih mana yang terbaik kepada mereka.
Lagi pula kalau hanya menikah dengan satu suku dengan kita itu namanya kolot dan kurang maju. Kalau adanya perkawinan campuran dengan suku lain akan semakin membuat
pemikiran kitapun tambah maju dan semakin terbuka.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa kedua etnik sudah terbuka dan mendukung adanya perkawinan campuran. Sehingga dengan adanya perkawinan
campuran tersebut akan semakin mendukung untuk semakin lancamya proses asimilasi antara etnik Tionghoa dengan etnik Karo di daerah Kelurahan Desa Lama.
Dapat diamati di daerah ini bahwa kedua etnik tersebut yang sudah melakukan
Universitas Sumatera Utara
perkawinan campuran lebih banyak perempuan dari etnik Karo yang menikah dengan etnik Tionghoa apabila dibandingkan dengan laki-laki dari etnik Karo yang menikah
dengan perempuan Tionghoa.
IV.2.3 MARGA