2.5 Masa Remaja
Menurut WHO 1995 sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja yang berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang.
Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik 1999 kelompok usia 10-19 tahun adalah sekitar 22 dimana 50,9 adalah laki-laki dan 49,1 adalah
perempuan.Suyitno dkk, 2002. Masa remaja atau Masa Adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan.Suyitno dkk, 2002.
WHO mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-19 tahun. Menurut Undang-Undang NO.4 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut UU perburuhan anak, dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-
18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Menurut UU Perkawinan No.1, 1974 anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang
menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Adapun Steinberg 2002 mengelompokkan remaja sebagai remaja awal
untuk usia 10-13 tahun, remaja menengah untuk usia 14-18 tahun, dan remaja akhir untuk usia diatas 19-22 tahun.
2.6 Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang didirikan dalam usaha mencerdaskan bangsa, dan menaikkan derajat bangsa dalam segala sudut pandang
aspek.
Universitas Sumatera Utara
1. Sekolah memiliki fungsi antara lain :
2. Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar,
memperbaiki, dan memperdalam atau memperluas tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat.
Mengembangkan kepribadian peserta didik lewat kurikulum agar peserta didik dapat bergaul dengan guru, dan teman-temannya sendiri, taat kepada
peraturan atau disiplin, dan dapat terjun di masyarakat berdasarkan norma yang berlaku.
1. Lingkungan fisik sekolah yang sehatdapat dibagi menjadi tiga, yaitu sarana
dan prasaraa sekolah, kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan dan keamanan di sekolah. Kantin sekolah merupakan salah satu yang termasuk dalam
sarana dan prasarana sekolah, dan Kantin harus memenuhi kriteria antara lain :
2. Makanan dan minuman yang disediakan hendaknya bergizi dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan. Dikelola oleh orang tertentu dan mendapat pengawasan langsung dari guru
mengenai makanan dan minuman yang disajikan kebersihannya Sutatmo dkk, 1979
2.7
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang bahan tambahan makanan dalam Bab I, Bahan tambahan makanan adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredient khas makanan, rnempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi termasuk organoleptik pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan langsung atau tidak langsung
suatukomponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut
.
Bahan Tambahan Makanan
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pengawasa Obat dan Makanan Dirjen POM.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan
lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.
2.7.1 Tujuan, Sifat, Kategori dan FungsiJenis Bahan Tambahan Makanan
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS Generally
Recognized as Safe, zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula glukosa. Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI Acceptable Daily Intake, jenis ini
selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya daily intake demi menjaga melindungi kesehatan konsumen. Daniaty, 2009
Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang disebut Bahan Tambahan Kimia oleh
Depertemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168MenKesPerX1999.
Bahan tambahan makanan yang digunakan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut, tidak
mengurangi zat-zat essensial di dalam makanan, dapat mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan, dan menarik bagi konsumen tetapi tidak merupakan
suatu penipuan Winarno, 1980 dalam Daniaty, 2009. Kategori bahan tambahan makanan bisa memiliki nilai gizi, tetapi bisa pula
tidak. Menurut ketentuan yang ditetapkan, ada beberapa kategori bahan tambahan makanan. Pertama, bahan tambahan makanan yang bersifat aman, dengan dosis
yang tidak dibatasi, misalnya pati. Kedua, bahan tambahan makanan yang digunakan dengan dosis tertentu, dan dengan demikian dosis maksimum
penggunaannya juga telah ditetapkan. Ketiga, bahan tambahan makanan yang aman dan dalam dosis yang tepat, serta telah mendapat izin beredar dari instansi
Universitas Sumatera Utara
yang berwenang, misalnya zat pewarna yang sudah dilengkapi sertifikat aman Yuliarti, 2007.
1. Pada umumnya bahan tambahan makanan dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu sebagai berikut :
2. Bahan tambahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, dengan
mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai
contoh pengawet, pewarna, dan pengeras. Bahan tambahan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses
produksi, pengolahan, dan pengemasan Cahyadi, 2008
1. Fungsi bahan tambahan makanan dapat dikelompokkan menjadi empat yakni :
Meningkatkan nilai nutrisi makanan
2. Walaupun dalam diet yang tidak seimbang, kita cenderung mengkonsumsi
karbohidrat, protein, lemak dan air yang cukup untuk menjaga kesehatan. Vitamin dan mineral hanya sedikit terdapat dalam makanan dan kadang tidak
mencukupi bahkan sama sekali tidak ada. Oleh karena itu penambahan bahan tambahan makanan perlu untuk menjamin nutrisi penting ada dalam diet
dengan jumlah yang cukup. Mengawetkan dan melindungi makanan
3. Kualitas semua makanan yang dibiarkan akan cepat menurun dan mengalami
perubahan seperti pembusukan. Untuk mencegahnya maka digunakan bahan tambahan makanan.
Membantu produksi makanan Fungsi ketiga adalah membantu dalam produksi makanan. Fungsi zat ini
kurang penting dalam kesehatan masyarakat secara umum dibanding dua fungsi sebelumnya, tapi tetap memegang peranan penting dalam menjamin
bahan makanan kita diproses secara efisien. Contohnya emulsifier dan pengatur keasaman.
Universitas Sumatera Utara
4. Memodifikasi persepsi terhadap makanan Bahan tambahan makanan dapat mengganti persepsi kita terhadap produk akhir
dan umumnya memiliki efek seperti kosmetik yang dikenal sebagai pengubah sensoris. Contohnya pewarna, penyedap rasa, dan aroma, pemanis, dan lain-
lain. Alasan dan penggunaannya yakni masalah ekonomi dan keinginan masyarakat itu sendiri. Beberapa makanan tidak akan diterima masyarakat
dalam bentuk yang belum dimodifikasi, bahan tambahan makanan ini akan membuat makanan tersebut lebih menggugah selera dan membuatnya seperti
produk-produk berkualitas Hughes, 1987 dalam Daniaty, 2009.
2.8 Bahan Tambahan Makanan yang Diizinkan dan yang Tidak Diizinkan