KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Batas-batas Wilayah
Majene merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat yang beribukota di Banggae. Secara geografis, Kabupaten Majene terletak di 2 o
38’ 45” - 3 o 38’ 15” LS dan antara 118 45’ 00” - 119 4’ 45” BT. Daerah ini berbatasan dengan Kabupaten Mamuju di utara, Kabupaten Polewali Mamasa
di timur, Teluk Mamasa di selatan, dan Selat Makasar di barat. Luas wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 Km2.
Pada jarak 48 km dari Ibukota Kabupaten Majene terdapat satu desa yaitu Desa Seppong yang berada dalam lingkup Kecamatan Tammerodo Sendana. Desa Seppong merupakan sentra penghasil kakao di Kabupaten Majene. Luas Desa Seppong berkisar 1473 ha yang terdiri dari enam dusun yaitu Dusun Punaga, Dusun Seppong, Dusun Manyamba, Dusun Talongga, Dusun Manyamba Timur, dan Dusun Bussu. Adapun batas-batas wilayah dari Desa Seppong yaitu :
Sebelah utara
: Desa Ulidang
Sebelah barat : Desa Ratte, Kecamatan Tutar, Kab. Polman Sebelah selatan
: Desa Tallambalao
Sebelah timur
: Desa Tammerodo
Desa Seppong berada pada ketinggian 300 mdl di atas permukaan laut. Dengan kondisi topografi datar hingga berbukit. Suhu rata-rata Desa Seppong
berkisar 34 o C.
4.2 Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan salah satu aset yang penting keberadaannya bagi tercapainya kesuksesan dalam kegiatan pembangunan. Jumlah penduduk yang besar sangat menguntungkan bagi pembangunan ekonomi. Keadaan ini, cukup menguntungkan Desa Seppong karena jumlah penduduk yang ada di daerah tersebut tergolong cukup banyak.
4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan juga sangat menentukan dalam klasifikasi pembagian kerja. Pada umumnya laki-laki memiliki kemampuan kerja lebih besar dibanding dengan perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat pola aktivitas penduduk pada suatu daerah. Daerah yang lebih banyak memiliki jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki dibanding dengan perempuan, tentu saja memiliki pola aktivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kaum laki-laki memiliki peran yang lebih besar dalam melakukan kegiatan yang bertujuan memperbaiki kehidupan, misalnya kaum Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan juga sangat menentukan dalam klasifikasi pembagian kerja. Pada umumnya laki-laki memiliki kemampuan kerja lebih besar dibanding dengan perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat pola aktivitas penduduk pada suatu daerah. Daerah yang lebih banyak memiliki jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki dibanding dengan perempuan, tentu saja memiliki pola aktivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kaum laki-laki memiliki peran yang lebih besar dalam melakukan kegiatan yang bertujuan memperbaiki kehidupan, misalnya kaum
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009.
Persentase No
Jumlah
Jenis Kelamin
Sumber : Kantor Desa Seppong, 2010 Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki yang menghuni Desa Seppong lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.305 orang (48,21%), sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.402 orang (51,79%). Komposisi penduduk Desa Seppong berdasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa pertumbuhan penduduk lebih besar pada jenis kelamin perempuan atau dengan kata lain tingkat fertilitas yang tinggi terjadi pada perempuan.
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Faktor tingkat pendidikan merupakan indikator yang menunjukkan kecerdasan IQ (Inteligence Quitiont) seseorang. Bagi penduduk pedesaan tingkat pendidikan akan sangat menentukan kemampuan mereka menerima dan menyerap suatu inovasi baru. Walaupun seseorang memiliki kemampuan Faktor tingkat pendidikan merupakan indikator yang menunjukkan kecerdasan IQ (Inteligence Quitiont) seseorang. Bagi penduduk pedesaan tingkat pendidikan akan sangat menentukan kemampuan mereka menerima dan menyerap suatu inovasi baru. Walaupun seseorang memiliki kemampuan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Sehingga pemerintah kerap kali mengeluarkan kebijakan-kebijakan khusus yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Di era otonomi daerah ini, pemerintah daerah yang merupakan pengawas langsung kegiatan yang menyangkut sektor pendidikan di daerahnya sehingga penduduk daerahnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi yaitu tenaga kerja. Tingkat pendidikan di Desa Seppong dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Tingkat Pendidikan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009.
Persentase No.
Jumlah
Tingkat Pendidikan
(Orang)
(%)
1. Belum Sekolah 447 16,51
2. Buta aksara
49 1,81
3. Tidak tamat SD 319 11,78
4. Tamat SD 1.167 43,11
5. Tamat SMP 479 17,69
6. Tamat SMA 221 8,16
7. Tamat D1/D2
15 0,55
8. Tamat D3
1 0,04
9. Tamat S1
9 0,33
Jumlah 2.707 100,00
Sumber : Kantor Desa Seppong, 2010
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan Tamat SD menempati urutan tertinggi yaitu 1.167 orang atau 43,11% dari jumlah penduduk keseluruhan dan yang paling sedikit yaitu penduduk yang tamat D3 sebanyak 1 orang atau 0,04%. Berdasarkan tabel 3 bahwa jumlah penduduk yang belum sekolah, buta aksara, dan tidak tamat SD yaitu sebanyak 815 jiwa. Jumlah penduduk yang menempuh pendidikan dasar yaitu sebanyak 1645 jiwa, pendidikan menengah sebanyak 221 jiwa dan pendidikan tinggi sebanyak 25 jiwa. Hal ini dapat dikategorikan bahwa pendidikan penduduk Desa Seppong masih tergolong rendah karena sebagian besar penduduk yang menempati Desa ini hanya lulusan SD. Keadaan ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi penduduk setempat.
4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan hidup seseorang. Mata pencaharian antara satu penduduk dengan penduduk yang lain akan berbeda berdasarkan tingkat keterampilan dan kesempatan kerja yang dimiliki setiap individu. Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan rakyat yang adil dan merata. Tujuan tersebut juga mencakup pengertian tentang pengangkatan keadaan penduduk yang masih dalam taraf kemiskinan. Dengan demikian, kebijaksanaan ini sangat terkait dengan jenis mata pencaharian dari penduduk yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya komposisi penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009.
Persentase No.
Mata Pencaharian Jumlah (Orang) (%)
1. Petani 465 78,55
2. Pegawai Negeri
6. Tukang Batu
7. Tukang Kayu
10. TNI/Polri
Sumber : Kantor Desa Seppong, 2010 Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa mata pencaharian penduduk Desa Seppong relatif bervariasi. Penduduk Desa Seppong yang memiliki pekerjaan sebanyak 592 jiwa. Kebanyakan dari penduduk memperoleh nafkah dari bertani yaitu sebanyak 465 jiwa (78,55%). Sedangkan penduduk hanya sedikit yang bekerja sebagai TNI/Polri sebanyak 1 jiwa (0,17%). Hal ini karena sangatlah wajar karena Desa Seppong merupakan daerah yang sangat mengandalkan sektor pertanian terutama pada sub sektor perkebunan.
4.3 Pola Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan di Desa Seppong secara umum meliputi penggunaan untuk sawah, pemukiman, rawa, perkebunan, perkantoran, dan lapangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pola Penggunaan Lahan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009.
Persentase No.
Luas
Pola Penggunaan Lahan
2. Lahan Pertanian 1128,5 76,61
4. Hutan 315 21,38
5. Perkantoran dan sekolah 1,5 0,10
6. Kuburan
7. Prasarana umum lainnya
Jumlah 1473 100,00
Sumber : Kantor Desa Seppong, 2010 Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di Desa Seppong adalah lahan pertanian seluas 1.128,5 ha (76,61%), dan penggunaan lahan tersempit yaitu peruntukan perkantoran dan sekolah seluas 1,5 ha (0,1%). Wilayah yang digunakan untuk lahan pertanian tergolong cukup luas, hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Seppong memanfaatkan lahan mereka dibidang pertanian.
4.4 Keadaan Umum Sarana dan Prasarana
4.4.1 Sarana Perhubungan
Jalan merupakan prasarana angkutan darat untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Sarana perhubungan merupakan sarana yang sangat penting karena sarana perhubungan inilah yang mampu menciptakan mobilitas penduduk. Dengan adanya sarana perhubungan, maka arus berbagai aspek kehidupan akan menjadi lancar dan mudah. Misalnya, dengan adanya sistem transportasi yang baik di daerah pedesaan maka petani dapat dengan mudah dan cepat menjual hasil panennya. Untuk mengetahui secara terperinci sarana dan prasarana transportasi yang terdapat di Desa Seppong dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sarana dan Prasarana Transportasi di Desa Seppong, Kecamatan
Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009.
1. Prasarana Transportasi
a. Jalan Tanah/Batu (meter) 7500
b. Jembatan (unit)
2. Sarana Transportasi
a. Kendaraan Umum (Kondisi) Ada/Baik
b. Kendaraan Pribadi (Kondisi) Ada/Baik Sumber : Kantor Desa Seppong, 2010.
Tabel 6 menunjukkan bahwa kondisi jalan di Desa Seppong tergolong memadai, yaitu hanya berupa jalan tanah/batu sejauh 7.500 m. Namun meski begitu arus transportasi ke desa ini tergolong cukup lancar meski kondisi jalan yang kurang begitu rata. Jembatan yang ada di desa ini dalam kondisi rusak. Mengenai sarana transportasi yang dimiliki penduduk, jumlah motor menempati Tabel 6 menunjukkan bahwa kondisi jalan di Desa Seppong tergolong memadai, yaitu hanya berupa jalan tanah/batu sejauh 7.500 m. Namun meski begitu arus transportasi ke desa ini tergolong cukup lancar meski kondisi jalan yang kurang begitu rata. Jembatan yang ada di desa ini dalam kondisi rusak. Mengenai sarana transportasi yang dimiliki penduduk, jumlah motor menempati
4.4.2 Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pendidikan termasuk salah satu faktor dalam menunjang pengetahuan masyarakat desa, oleh karena itu maka diperlukan sarana pendidikan. Tingkat pendidikan yang cukup memadai dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan seseorang. Bahwa pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi yaitu tenaga kerja, dengan produktif karena kualitasnya. Berikut ini disajikan sarana pendidikan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene pada Tabel 7. Tabel 7. Sarana Pendidikan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009.
Jumlah Persentase No
Jenis Sarana
2 Sekolah Dasar
3 SLTP/MTs
Sumber : Kantor Desa Seppong, 2010 Dari Tabel 7 nampak bahwa sarana pendidikan di daerah ini tergolong belum memadai. Kurangnya sarana pendidikan di Desa Seppong menyebabkan tingkat pendidikan penduduk rendah. Sehingga tidak mengherankan jika penduduk di desa ini kebanyakan tingkat pendidikannya Sumber : Kantor Desa Seppong, 2010 Dari Tabel 7 nampak bahwa sarana pendidikan di daerah ini tergolong belum memadai. Kurangnya sarana pendidikan di Desa Seppong menyebabkan tingkat pendidikan penduduk rendah. Sehingga tidak mengherankan jika penduduk di desa ini kebanyakan tingkat pendidikannya
4.4.3 Sarana dan Prasarana Perekonomian
Sarana perekonomian merupakan sarana yang paling penting dalam menunjang kegiatan perekonomian pada suatu daerah. Dengan adanya sarana perekonomian pada suatu daerah, misalnya pasar maka masyarakat memiliki tempat untuk melaksanakan kegiatan ekonominya.
Adapun keadaan sarana perekonomian di Desa Seppong Kecamatan Tammerodo, Kabupaten Majene dapat dilihat pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Keadaan Sarana Perekonomian Desa Seppong, Kecamatan
Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009.
Jumlah No. Sarana dan Prasarana (unit)
1 Pasar Umum 1
2 Warung 3
3 Bengkel 4
4 Industri 4 Sumber : Data Sekunder, 2010.
Di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene juga telah tersedia sarana perekonomian seperti pasar umum. Pasar yang berada di daerah tersebut hanya ada satu unit. Pasar tersebut juga tidak beroperasi setiap hari, hanya pada hari-hari tertentu saja pasar tersebut beroperasi. Selain itu, terdapat beberapa warung yakni sebanyak tiga unit dimana ada yang menjual makanan, warung serba ada, dan lain-lain. Pasar yang ada di Desa Seppong merupakan sarana perekonomian penduduk setempat untuk menjual hasi-hasil pertaniannya.
4.4.4 Sarana dan Prasarana Keagamaan, Kesehatan dan Olahraga
Sarana keagamaan, kesehatan dan olahraga tersebut merupakan sarana yang mampu menunjang kehidupan dan keberlanjutan kehidupan penduduk pada suatu wilayah, sehingga keberadaan sarana tersebut dapat dijadikan sebagai indikator kemajuan suatu wilayah atau daerah. Suatu daerah yang dapat digolongkan sebagai daerah maju adalah daerah yang memiliki sarana dan prasarana lengkap. Untuk mengetahui secara terperinci jumlah sarana dan prasarana keagamaan dan kesehatan di Desa Seppong dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sarana Keagamaan dan Kesehatan di Desa Seppong, Kecamatan
Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009.
No
Jenis Sarana
Jumlah (unit)
1 Sarana Keagamaan
a. Masjid
b. Musollah
2 Sarana Kesehatan - Puskemas Pembantu (Pustu)
1 - Pondok Bersalin
1 - Posyandu
3 - Pos KB
3 Sarana Olahraga
a. Lapangan Sepakbola
b. Lapangan Volly
c. Lapangan Bulutangkis
d. Lapangan Takraw
4 Sumber : Kantor Desa Seppong, 2010
e. Tenis Meja
Dari Tabel 9 diketahui bahwa sarana keagamaan yang terdapat di Desa Seppong dalam hal ini masjid sebanyak 7 unit, dan musollah 1 unit. Jumlah sarana ini tergolong cukup memadai dan terbilang cukup mampu dalam menampung jumlah penduduk dalam pelaksanaan ibadah mereka. Sedangkan Dari Tabel 9 diketahui bahwa sarana keagamaan yang terdapat di Desa Seppong dalam hal ini masjid sebanyak 7 unit, dan musollah 1 unit. Jumlah sarana ini tergolong cukup memadai dan terbilang cukup mampu dalam menampung jumlah penduduk dalam pelaksanaan ibadah mereka. Sedangkan
Selain itu juga terdapat sarana olahraga, seperti lapangan sepakbola 1 unit, lapangan bulutangkis 1 unit, lapangan takraw dan volly berjumlah 6 unit, serta tenis meja 4 unit. Para penduduk sangat memanfaatkan lapangan tersebut untuk olahraga dan media untuk silaturrahmi.