Resolusi Konflik dalam Mengelola SMP Islam Nurul Ihsan

3) Resolusi Konflik dalam Mengelola SMP Islam Nurul Ihsan

Palangkaraya dan Lingkungannya

Ketegangan-ketegangan yang muncul dari masyarakat yang tidak mendukung kebijakan tersebut terus diupayakan oleh pihak sekolah agar mereda. Pihak sekolah mencoba berbagai cara untuk mengelola konflik- konflik yang terjadi sebagai imbas dari diberlakukannya kebijakan atau keputusan tersebut. Pada proses pengambilan kebijakan atau keputusan, pihak SMP Islam Nurul Ihsan Palangkaraya mencoba menyelaraskan diri dengan ciri-ciri keputusan yang baik sebagai berikut.

1. Setiap keputusan sekolah yang diambil harus dikomunikasikan dengan jelas kepada orang-orang yang terkena keputusan.

2. Kepala sekolah, staf dan personil lainnya berpartisipasi penuh di dalam proses pembuatan keputusan sekolah.

3. Keputusan sekolah yang dibuat tidak kaku, harus rasional dan mudah diimplementasikan.

4. Keputusan yang diambil harus diikuti dengan implementasinya.

5. Keputusan sekolah yang telah diambil dan dirasakan tidak cocok lagi, tidak dipaksakan untuk dilaksanakan, tetapi harus dibuat

keputusan pengganti. 140

Pihak sekolah telah mencoba melakukan komunikasi dengan masyarakat sekitar yang menjadi sasaran dari kebijakan tersebut. Komunikasi tersebut dilakukan melalui pemberitahuan terhadap tokoh masyarakat dan

140 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik , (Jakarta: PT Bumi Aksara,.2006), h.234 140 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik , (Jakarta: PT Bumi Aksara,.2006), h.234

Setelah kebijakan tersebut ditetapkan dan disosialisasikan dengan masyarakat

melakukan bukti nyata pengimplementasian kebijakan tersebut. Spanduk-spanduk dibuat sebagai salah satu bentuk pemberitahuan non lisan kepada masyarakat mengenai isi kebijakan-kebijakan tersebut.

Ketetapan kebijakan tersebut, bagi sebagian warga memicu konflik. Hal ini disebabkan karena kebijakan tersebut berpengaruh pada aktifitas beberapa warga dan terkesan hanya menguntungkan pihak sekolah saja. Konflik-konflik tersebut tentu tidak bisa dihindari oleh pihak sekolah. Pengelolan konflik yang dilakukan pihak SMP Islam Nurul Ihsan melalui beberapa upaya berikut:

1. Musyawarah Pimpinan SMP Islam Nurul Ihsan Palangkaraya lebih memilih gaya kolaborasi atau pemecahan masalah. Sebagai ciri khasnya dalam menyelesaikan konflik. Gaya kepemimpinan kolaborasi ini selalu berupaya menyelesaikan konflik dengan jalan musyawarah yang melibatkan seluruh pihak terkait. Tradisi bermusyawarah ini merupakan upaya yang paling 1. Musyawarah Pimpinan SMP Islam Nurul Ihsan Palangkaraya lebih memilih gaya kolaborasi atau pemecahan masalah. Sebagai ciri khasnya dalam menyelesaikan konflik. Gaya kepemimpinan kolaborasi ini selalu berupaya menyelesaikan konflik dengan jalan musyawarah yang melibatkan seluruh pihak terkait. Tradisi bermusyawarah ini merupakan upaya yang paling

Musyawarah merupakan cara penyelesaian konflik dengan adil, karena melibatkan pihak-pihak yang terkait. Pelaksanaan musyawarah tentunya tidak hanya sekadar duduk bersama dan memberikan pendapatnya. Terdapat etika atau adab dalam bermusyawarah yang sangat penting agar pada prosesnya tidak menimbulkan konflik baru, yakni adab berbicara. Pada pelaksanaannya, setiap pihak yang hadir dalam musyawarah berhak untuk menyampaikan pendapatnya. Setiap orang yang hadir dalam musayawarh, wajib menghargai lawan bicara dan pendapat yang diberikan. Adab berbicara pada saat bermusyawarah ini terdapat pada

QS An-Nahl:125 142

Artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baikdan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.”

Ayat tersebut mengajarkan bahwa dalam menyampaikan pendapat dan membantah perkataan orang lain, harus dilakukan dengan cara yang baik, sopan, tidak melibatkan emosi. Adab berbicara yang tertuang dalam firman

141 Lihat wawancara dengan Masripani (Kepala Sekolah) di Palangkaraya, 9 Februari 2016.

142 An-Nahl [16]:125.

Allah SWT ini, menegaskan bahwa dalam proses musyawarah, adab berbicara pada saat menyampaikan pendapat perlu dilaksanakan dengan baik agar tidak memancing amarah dari lawan bicara yang menyebabkan meruncingnya permasalahan yang ada.

2. Program Sekolah Pihak SMP Islam Nurul Ihsan Palangkaraya mengupayakan cara lain dalam mengelola konflik yang terjadi, yakni membentuk sebuah program yang menjadi jalan pertemuan antara pihak sekolah, wali peserta didik dan

masyarakat sekitar. Program tersebut adalah terbentuknya komite sekolah. 143 Tugas dan fungsi komite sekolah tersebut sebagai berikut.

a. Bersama-sama sekolah membuat rumusan dan penetapan tentang visi dan misi sekolah, standar pelayanan pendidikan di sekolah, menyusun RAPBS, mengembangkan potensi ke arah prestasi unggulan baik yang bersifat akademis maupun non akademis.

b. Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

c. Mengevaluasi program sekolah secara proporsional sesuai kesepakatan dengan pihak sekolah yang meliputi pengawasan penggunaan sarana dan prasarana sekolah.

d. Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkannya bersama pihak sekolah.

e. Memberikan repon terhadap kurikulum yang dikembangkan secara standar nasional maupun lokal.

143 Lihat wawancara dengan M.Syahren di Bab IV 143 Lihat wawancara dengan M.Syahren di Bab IV

Selain melalui upaya-upaya di atas, pihak SMP Islam Nurul Ihsan telah melakukan tahapan-tahapan dalam mengelola sebuah konflik. Tahapan- tahapan tersebut sebagai berikut.

a. Langkah pertama: pengenalan

b. Langkah kedua: diagnosis

c. Langkah ketiga: menyepakati suatu solusi

d. Langkah keempat:pelaksanaan

e. 144 Langkah kelima: evaluasi

Kelima tahapan tersebut akan dipaparkan satu per satu secara rinci seperti berikut.

1. Langkah Pertama: Pengenalan Langkah pertama yang harus dilakukan dalam manajemen konflik adalah pengenalan. Pengenalan yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah pengenalan terhadap situasi yang timpang/senjang antara harapan dan keadaan yang sebenarnya. Pada langkah pertama ini, pihak SMP Islam melakukan hal-hal berikut:

a. Mengetahui dengan pasti bahwa tujuan sebuah lembaga pendidikan adalah untuk menciptakan generasi muda yang memiliki kualitas dan kuantitas. Demi mewujudkan tujuan tersebut, pihak sekolah harus bisa membuat suasana belajar yang nyaman, tertib, aman dan menyenangkan bagi para peserta didik.

b. Mendata keadaan di lapangan mengenai suasana belajar di sekolah.

A. Rusdiana. Manajemen Konflik. (Bandung:Pustaka Setia, 2015), h.178-179.

c. Membandingkan hasil pendataan lapangan dengan suasana belajar yang diinginkan, telah sesuai atau tidak.

2. Langkah Kedua: Diagnosis Pada langkah kedua, yakni diagnosis, pihak sekolah melakukan hal-hal berikut.

a) Mengelompokkan permasalahan.

b) Mencari penyebab atau pemicu terjadinya masalah.

c) Membuat analisis mengenai pengaruh yang ditimbulkan jika permasalahan tersebut tidak ditangani dengan cepat.

3. Langkah Ketiga: Menyepakati Suatu Solusi Jika pada langkah kedua pihak sekolah mulai mengenali masalah yang muncul, maka pada langkah ketiga, pihak sekolah melakukan hal-hal berikut:

a) Menghubungi pihak-pihak terkait agar dapat bersama menentukan sikap yang perlu dilakukan dalam menghadapi masalah.

b) Melakukan musyawarah, saling tukar pendapat dengan pihak-pihak yang terkait.

c) Menentukan sebuah solusi bagi konflik yang terjadi.

d) Menyepakati konflik secara bersama-sama.

4. Langkah Keempat: Pelaksanaan Setelah pada langkah ketiga pihak sekolah menyepakati sebuah solusi, maka pada langkah keempat dilakukan hal-hal berikut.

a) Melakukan sosialisasi terhadap seluruh pihak karena yang hadir pada musyawarah tentu tidak seluruh warga, melainkan perwakilan masyarakat seperti tokoh-tokoh masyarakat dan pejabat warga.

b) Sosialisasi dilakukan dalam bentuk lisan dan tulisan. Sosialisasi secara lisan dilakukan melalui pemberitahuan yang dapat dilakukan oleh tokoh masyarakat dan pejabat warga. Sosialisasi melalui tulisan diwujudkan misalnya melalui spanduk yang dipasang di tempat-tempat tertentu berkaitan dengan hasil musyawarah.

5. Langkah Kelima: Evaluasi Setelah melalakukan empat tahapan di atas, tahap terakhir adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan pihak SMP Islam Nurul Ihsan dengan tujuan mengetahui sejauh mana konflik yang ada dapat teratasi. Jika ternyata konflik belum juga reda, maka pihak sekolah dapat kembali pada langkah pertama, yakni mengenali kembali konflik yang muncul, kemudian menemukan masalah, menetapkan solusi dari masalah yang muncul sebagai imbas dari solusi terdahulu kemudian melaksanakan hasil musyawarah tersebut sebagai resolusi dari konflik.