Johann Heinrich Pestalozzi’s Participation in the Students’ Character Building Education through Christian Education.

Johann Heinrich Pestalozzi’s Participation in the Students’ Character Building Education through Christian Education.

Abstract

The purpose of education and practice is not only to share knowledge, but is to be able to live together with others with best character. The students need to learn knowledge, skill and thrustworthy to God in their families, schools and communities. They have humiliy and conduciving to prosperity their life as a gift from God. However, the schools do not always produce the students smart both in knowledge and character. This article discusses the problem referring the ideas of Johann Heinrich Pestalozzi with his theological concepts particularly in providing Christian Religion Education (CRE). Concluding that the main objective of CRE is building the students’ character and strengthening their faith to God in developing their prestigious life, this article recommends some methods and techniques for the CRE teachers to improve their teavhing.

Key words : Theology concept, contextual education, Christian religion education, teacher

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014 73

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter

Pendahuluan

Di Republik Indonesia tentang pendidikan secara tertulis oleh pemerintah dituangkan dalam UUD 1945 pasal 31 dan diperlengkapi dengan UU no.20 tahun 2003. Pada bab IV pasal

10 dan 11 dituliskan juga bahwa pemerintah pusat dan daerah wajib memberikan pelayanan serta kemudahan termasuk penyediaan dana guna terseleng-garanya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Payung hukum tersebut secara jelas menyatakan bahwa pendidikan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan berlaku bagi seluruh warga negara.

Walaupun demikian masyarakat masih belum memahami esensi dari pendidikan yang diterimanya. Masih banyak terlontar pertanyaan mendasar mengenai tujuan pendidikan yang dialami masyarakat. Ungkapan bernada pesimis mengenai pola dan dampak dari pendidikan yang diberikan terlontar melalui kalimat-kalimat ‘Apa untungnya sekolah? Kalau kekerasan dalam masyarakat masih terjadi, korupsi masih merajarela dan tawuran antar pelajar masih marak terjadi. Singkatnya untuk apa menjadi orang yang terdidik secara ilmu tetapi tidak memiliki sisi kemanusiaan yang mendatangkan kesejahteraan bagi sesamanya.

Pendidikan yang dipraktikkan di sekolah memiliki misi penting yang terimplementasi dalam kurikulum yang diprogramkan dalam proses belajar. Proses ini berpengaruh pada masa depan peserta didik dan pembentukan karakter kemanusiaannya. Fenomena yang terjadi masih tercipta kekerasan. Maraknya tawuran antar pelajar, pelecehan seksual oleh guru, pemerkosaan dan pembunuhan para pelajar merupakan lampu merah bagi

pemerintah dan setiap insan pendidikan. 1 Pusat

Pengajian Ilmu Pendidikan Universiti Sains Malaysia menemukan 43,41% dari sampel pelajar mengalami kemurungan klinikal dan berpotensi melakukan usaha bunuh diri, pencapaian akademik yang lemah dan melupakan kemanusiaan manusianya sendiri. 2 Data bunuh diri yang tinggi yang dilakukan manusia termasuk yang terdidik menunjukkan

sisi kemanusiaan yang tidak dirasakan lagi. Data kasus bunuh diri yang tinggi bukan dialami oleh negara terpencil dan terbelakang namun dari negara maju dengan sistem pendidikan

termaju. 3 Kemajuan yang memiliki muatan, strategi pembelajaran dan gaya mengajar modern yang seharusnya menciptakan manusia yang unggul dan idealnya mereka tidak berakhir dengan bunuh diri. Tetapi pada kenyataannya semakin modern pendidikan yang dipraktikkan semakin manusia menjadi mudah frustasi dan kecenderungan melakukan bunuh diri. Ironisnya kasus bunuh diri dilakukan para pelajar dengan berbagai macam penyebabnya. Data kasus bunuh diri di Bali mulai tahun 2003 terjadi 98 kasus kemudian meningkat cukup tajam menjadi 124 kasus pada tahun 2004, 137 kasus pada tahun 2005, dan 145 kasus pada tahun 2006. Dalam konteks ini diduga para pelajar memiliki tekanan yang berlebihan sementara nilai-nilai keagamaan dan sosial merenggang. 4

Fenomena ini mengundang pertanyaan bagaimana peran pendidikan yang terus berkembang dalam sisi kemanusiaan melalui proses belajar yang dilaluinya, bukan hanya sekedar mempersiapkan masa depan, hidup berkelimpahan, berhasil dalam karier dan memiliki jabatan yang tinggi. Bagaimana tercipta proses belajar dan pendidikan yang menciptakan manusia yang dapat menghargai hidupnya sebagai anugerah Allah, menggu- nakan setiap kesempatan atau waktu hidupnya dengan bertanggung jawab kepada Allah dan sesama serta dapat berbagi kasih dalam kehidupan mereka. Salah satu usaha untuk menjawab pertanyaan ini akan diuraikan mengenai sumbangan pemikiran seorang ahli Pendidikan Agama Kristen (PAK) Johann Heinrich Pestalozzi yang mendedikasikan hidupnya melalui pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik berdasarkan tinjauan teologis dan psikologis yang terimplementasi melalui pemikiran dan praktik PAK berdasarkan konteksnya. Frederick Eby menuliskannya mengenai Pestalozzi sebagai berikut, ‘Pestalozzi as a philanthropic educator of Zurich, has exerted the

greater influence upon modern society’. 5 Selain itu ia membimbing peserta didik memiliki gaya

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter

hidup bermoral yang memperhatikan sisi kemanusiaan dalam komunitas pendidikan yang bersifat kekeluargaan.

Pembahasan

Riwayat Hidup Johann Heinrich Pestalozzi

Johann Heinrich Pestalozzi lahir pada tanggal

12 Januari 1746 di Zurich sebagai salah satu dari tiga belas kanton yang tergabung dalam federasi Swiss, secara resmi kota ini merupakan daerah merdeka. Sejak usia 6 tahun Heinrich kecil harus hidup sederhana dan menjalani masa pendidikan dengan kritis. Hal tersebut disertai dengan pengalaman hidup yang diwarnai dengan intimidasi dan perlakuan berbeda antara rakyat miskin dan kaum atas. Bukti penindasan setiap hari disaksikannya dan menumbuhkan hasratnya untuk menolong kehidupan rakyat miskin. 1

Bidang pendidikan yang dipelajarinya adalah teologi dan hukum sebagai bekal baginya untuk mendirikan proyek mendidik anak-anak miskin. Mengingat kemalangan anak-anak di sekitarnya dan ketulusan untuk mendedikasikan dirinya bagi pendidikan mereka maka tujuan proyek pendidikan anak-anak miskin ini adalah: memperbaiki ahlak para pelajar, mendidik mereka untuk dapat membaca, menulis dan menghitung, melatih mereka memperoleh keterampilan yang akan menolong mereka keluar dari kemiskinan. Walaupun sekolah yang didirikannya bukan sekolah rohani tetapi dalam metode pengajarannya Pestalozzi menekankan pada jalinan hubungan anak dengan Allah. Mereka belajar memperoleh keterampilan memintal, menenun, memelihara sapi perah serta membuat keju dan bercocok tanam. 2

Karya selanjutnya di bidang pendidikan adalah pada tahun 1798 Pstalozzi tiba di salah satu desa di Kanton Unterwalden yang bernama Stanz. Ia memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan asas-asas pendidikan yang pernah dilakukan di Neuhof. Sebanyak 80 anak ditampung di sekolah yang didirikannya. Pestalozzi bertindak sebagai orang tua bagi anak-anak yang tinggal di sekolahnya. Suasana penuh kasih diciptakannya untuk merawat dan

mendidik anak-anak itu. Hasil yang dicapainya sungguh besar sekali, sikap dan perilaku anak- anak mengalami perubahan. Mereka menjadi lebih baik, mampu menjalin hubungan persaudaraan yang erat, dan tercipta suasana saling mengasihi dan menolong.

Pestalozzi lebih menekankan pada penerapan kurikulum yang bersifat kontekstual. Anak-anak diajar dapat menghapal abjad, menulis, membaca dan menghitung. Pelajaran itu diberikan sesuai dengan kondisi mereka yang sangat membutuhkan pelajaran dasar pengetahuan karena banyak dari mereka yang sama sekali belum sekolah. Setelah ia meninggalkan Stanz selama kira-kira tujuh bulan, Juli 1799 Pestalozzi tiba di Burgorf untuk kembali mengajar anak-anak miskin di sana. Metode-metode yang dipakainya tidak menjadikan anak jenuh belajar. Ia mengajar anak untuk mengerti dahulu sebelum belajar menghapal. Metode yang dipraktikkannya menghasilkan kemajuan bagi anak sehingga ia diminta untuk menjadi guru anak laki-laki berumur 8 sampai 12 tahun. Pestalozzi mengawali pelajaran dengan berdoa setiap pagi bersama anak didiknya. Pelajaran pagi hari dilakukan selama empat jam dan setelah istirahat dilanjutkan kembali selama empat jam juga. Pestalozzi mengajar anak didik bukan hanya menyampaikan pengetahuan saja tetapi mengarahkan mereka untuk memahami proses belajar untuk mendapat pengetahuan itu. Anak- anak didik juga diarahkan untuk belajar melalui pengalaman mereka sehari-hari.

Selanjutnya Pestalozzi mendirikan sekolah di Yverdun dan mempraktikkan teori pendidikannya. Ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan anak-anak didik di Yverdun. Pestalozzi mengunjungi anak-anak didik untuk menyampaikan kasihnya melalui keprihatinan dan kata-kata yang penuh kasih. Peranannya di tengah-tengah anak didik begitu dekat bagaikan seorang ayah. Ia menangani perilaku anak-anak didik dengan menjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Jika ia tidak berhasil melalui komunikasi maka diberlakukan pencabutan hak istimewa selama waktu tertentu. Pestalozzi mempraktikkan pendidikannya berdasarkan kasih bukan untuk

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter

menciptakan ketakutan di antara anak-anak Jawab Yesus: ‘Perintah yang utama adalah: didik. Sekolah yang didirikannya tampak seperti

Dengarlah, hai orang Israel Tuhanlah Allah rumah tangga dan bukan lembaga pendidikan. 3 kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan,

Setelah mendirikan sekolah, Pestalozzi Allahmu dengan segenap hatimu dan berkarya di bidang sastra dan menyusun tulisan

dengan segenap jiwamu dan dengan dengan judul Lienhard Und Gertrud yang

segenap akal budimu dan dengan segenap bercerita tentang usaha memperbaiki kehidupan

kekuatanmu. Perintah yang kedua ialah: rakyat miskin melalui sistem persekolahan yang

‘Kasihilah sesamamu manusia seperti bermutu. Melalui tulisannya ini Pestalozzi ingin

dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang menarik pembaca untuk mengetahui asas-asas

lebih utama daripada kedua perintah ini’. pendidikan yang ditulisnya. Tokoh-tokoh yang

Ayat-ayat tersebut merupakan pelaksanaan ditampilkan dalam tulisannya menunjukkan kehendak Bapa bagi manusia dan menjadi dasar karakter baik dan jahat. Karakter yang baik pandangan pendidikannya. Allah Bapa yang ditunjukkan oleh sebuah keluarga yang miskin dikenalnya tidak dibatasi oleh waktu, keadaan tetapi memiliki ketaatan kepada Tuhan dan atau status sosial ekonomi manusia. Allah yang memberi perhatian pada pendidikan. Melalui bereksistensi di tengah kehidupan umat percaya tulisannya, Pestalozzi bertujuan mengarahkan bahwa Allah pemberi kebahagiaan. Pestalozzi pembaca pada cara pembaharuan masyarakat mempercayai dan mengenal Allah yang nyata

melalui sistem pendidikan. 4 dalam hidupnya melalui pemeliharaan-Nya. Pada tahun 1798 ia kembali ke Swiss dan Pengenalan yang dalam kepada Allah sang bersama temannya yang bernama Stapfer untuk pemelihara manusia menjadi dasar terciptanya memperbaiki mutu kehidupan rakyat dengan hubungan yang harmonis di antara keduanya membuka perguruan tinggi khusus melatih guru dan di antara sesama manusia. Pendidikan bagi

umat manusia merupakan suatu jalinan yang akan mendidik anak. Pestalozzi meninggal aktualisasi kasih kepada Allah dan sesama. pada tanggal 17 Februari 1827 dan kantor Mengasihi Allah dapat dinyatakan melalui Argovie mendirikan sebuah tugu penghormatan

kepedulian untuk mendatangkan kebahagiaan bagi sesama.

bagi Pestalozzi di depan sebuah sekolah baru. 5

Di atas tugu tersebut tertulis nama Pestalozzi Penyebutan nama Yesus menunjukkan lengkap dengan data-data pribadinya, karya- betapa pentingnya hubungan Yesus dengan

karya tulisannya dan sekolah-sekolah yang dirinya. Teladan Yesus menjadi nafas hidup didirikannya. Di akhir tulisan di atas tugu Pestalozzi yang mempengaruhi cara berpikir dan Pestalozzi digambarkan sebagai seorang yang hidupnya. Teladan Yesus tercermin dalam sangat memperhatikan kebaikan bagi orang lain hubungan Pestalozzi dengan sesamanya. Ia lebih dari dirinya.

memperlakukan sesamanya tanpa membedakan karena ia berpendapat bahwa semua orang

Sumbangsih Pemikiran Johann Heinrich berdiri di atas tanah yang sama dan hidup Pestalozzi dalam Bidang Pendidikan Agama bersama-sama. Menurut Pestalozzi Yesus

Kristen (PAK)

adalah manusia sejati yang dimaksudkan Allah

dan melalui teladan-Nya ia dapat memperkuat Pandangan praktik PAK Pestalozzi didasari oleh pengabdiannya untuk kebutuhan rakyat. penghayatannya terhadap ajaran Teologis yang

1. Dasar Teologis PAK

Pestalozzi tertarik menghayati ajaran Kristus dimilikinya. Kepercayaannya kepada Allah dan melaksanakannya. Pengajaran Kristus

dinyatakan melalui kasih kepada Allah dan dipahami sebagai filsafat yang mendidik dan sesama. Ia sangat tertarik kepada hal-hal yang mendatangkan keadilan bagi umat manusia. praktis untuk mewujudkan ajaran tentang Allah Melalui pengajaran-Nya itu Yesus menyatakan Bapa dalam kehidupan sehari-hari yang kasih Allah yang terwujud dalam kehidupan merupakan aktualisasi ajaran hukum kasih manusia. Kepercayaan kepada Allah menjadi dalam Markus 12:29-31 :

dasar bagi manusia dalam menjalani

Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter

kehidupannya. Manusia memiliki pengharapan, dan mengetahui panggilannya untuk bekerja hikmat, kebahagiaan dan daya tahan bagi semua dan melakukan apa yang dikehendaki Allah. golongan manusia. Manusia adalah makhluk yang percaya kepada Allah dan juga kepada

2. Dasar Psikologis

sesamanya. Rasa kepercayaan terhadap Pestalozzi melakukan penelitian tentang sesamanya akan terkikis karena pengalaman kelakuan anak berdasarkan pengalaman pahit yang dialaminya.

hidupnya di dalam kelas. Ia mencoba untuk Pandangan Pestalozzi tentang manusia memahami proses perkembangan anak dengan lebih menekankan pada kesamaan status di menyelidiki keberadaan mereka. Dia memulai antara manusia. Mereka memiliki struktur penelitiannya melalui alam yang dapat jasmani yang sama, lahir dan berkembang membuka rahasia perkembangan anak. Proses menurut proses yang sama sehingga tidak ada perkembangan belajar mengajar terjadi seiring alasan mereka dibedakan atas beberapa dengan proses pertumbuhan alamiah. Tahapan golongan sosial. Semua manusia memiliki hak yang mengawali proses tersebut diawali dengan yang sama atas alam ciptaan Allah. Mereka penerapan hal-hal praktis, mengadakan berhak untuk mendapatkan pengetahuan yang pengujian lalu dirumuskan kesimpulan umum berasal dari alam melalui proses pendidikan untuk menetapkan langkah selanjutnya. yang dapat menolong mereka memperoleh

Asas-asas belajar mengajar yang manfaat dari alam. Menurutnya setiap manusia dipraktikkan Pestalozzi melalui usaha mem- memiliki kekhu-

bangun pengetahuan susan dan keter-

yang sudah ada dalam batasan yang ti-

diri anak. Tahap perta- dak dimiliki sesa-

ma mereka diajar manya yang lain.

Asas-asas belajar mengajar

untuk menyelesaikan Manusia me-

yang dipraktikkan Pestalozzi

hal-hal sederhana sebe- rupakan makhluk

melalui usaha membangun

lum menuju ke yang bermoral yang

pengetahuan yang sudah ada

majemuk. Anak diajar melaksanakan hal

dalam diri anak.

untuk dapat memaha- tersebut tanpa

mi materi pelajaran paksaan oleh ke-

yang sederhana sebe- biasaan sosial atau hukum negara. Manusia lum beranjak kepada pelajaran yang lebih sulit. dapat mengalami kegagalan saat melakukan Tahap kedua anak diberikan materi pelajaran tindakan moral dalam kehidupan pribadi dan yang terfokus pada salah satu jenis materi saja, hubungannya dengan sesama manusia. Kondisi sehingga pemahaman mereka tidak meluas pada tersebut disebabkan oleh kegagalan untuk materi pelajaran lain yang tidak berhubungan. mendengarkan hati nurani, tidak percaya akan Tahap ketiga anak didik diarahkan untuk belajar

diri sendiri dan tidak percaya kepada Allah. 6 melalui proses pengalaman pancaindera. 7 Manusia dengan tugasnya masing-masing Mereka diberi kesempatan untuk berinteraksi memiliki derajat yang sama di bawah otoritas langsung dengan objek yang akan dipelajarinya. Allah. Mereka berhak untuk mendapatkan Tahap keempat pengetahuan melalui kemerdekaan atas hidupnya dan melaksanakan pancaindera bertujuan untuk mendapatkan keadilan bagi diri dan sesamanya. Keadilan pengetahuan tentang jumlah, bentuk dan dalam diri manusia dibangun atas dasar kasih bahasa. Tiga kekuatan dasariah dari dan moralitas yang murni. Keadilan yang pengetahuan menurut Pestalozzi, yaitu : 8 dipraktikkan di tengah-tengah kehidupan 1) Kekuatan daya imajinasi yang teratur tetapi manusia dapat menjadi dasar berdirinya

tidak dibatasi dengan kemampuan untuk kemerdekaan bagi setiap individu. Pokok-pokok

memupuk perasaan saja. Dari situlah kesa- dasar teologi Pestalozzi dapat mencerminkan

daran akan keutuhan dan kemampuan bahwa ia adalah seorang yang mengabdikan diri

menghitung dan ilmu hitung itu sendiri

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014 77

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter

membuat bunyi yang berarti asal mula bahasa.

2) Kekuatan daya imajinasi yang belum teratur tetapi penuh dengan kemampuan memupuk perasaan, dari situ timbullah kesadaran akan semua bentuk.

3) Kekuatan membuat bunyi yang berarti asal mula bahasa. Pengetahuan yang disampaikan kepada

anak didik dikelompokkan berdasarkan kesamaan sifatnya sehingga memudahkan mereka untuk memahami hubungan yang berlaku di antara beberapa objek. Anak didik dapat diarahkan untuk melihat persamaan beberapa gagasan objek yang berbeda sebelum

merumuskan kesimpulan. 9 Dengan demikian,

menjauhkan mereka dari pandangan yang dogmatis dan memiliki kecenderungan memutlakkan suatu pandangan.

Berlakunya hukum alam sebagai pengeta- huan bagi anak didik tidak menghambat mereka untuk bertumbuh dalam proses belajar. Hukum alam yang dipelajari tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia secara utuh. Perkembangan manusia memerlukan hukum kehidupan moral dan rohani untuk mencapai tujuan pengalaman pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang

benar. 10 Pestalozzi berminat mengembangkan pokok iman anak didik dalam bidang pendidikan. Pertumbuhan iman anak didik merupakan hasil dari pengalaman kasih. Pandangan tersebut menyatakan bahwa Pestalozzi menegaskan kasih yang telah dinyatakan kepada anak adalah pondasi untuk mereka melakukan pekerjaan. Tanpa kasih, kekuatan intelektual tidak berkembang secara alami. Pestalozzi bertindak sebagai orang tua dari anak-anak yang didiknya sehingga mereka merasakan berada dalam lingkungan kasih yang nyata. Anak belajar mengenal Allah pada saat ibunya menyebut nama Allah dihadapannya. Pestalozzi menyatakan bahwa ia ingin mengarahkan pendidikan pada kekuatan alamiah yang dimiliki manusia dan diterangi oleh Allah sehingga terpelihara di dalam hati para orang tua dan mereka akan tumbuh dalm kasih kepada Allah dan manusia. 11

Allah dipahami hadir dalam setiap fenomena alam kehidupan manusia. Pengenalan kepada Allah mulai diberikan

kepada anak didik untuk menanamkan perkembangan moral dan rohani mereka. Pendidikan yang penuh dengan kasih mendorong anak didik untuk bersemangat belajar sehingga tercipta suasana yang menumbuhkan pengetahuan, semangat dan kasih. Ia mengembangkan suatu roh dalam bidang pendidikan baru, yaitu menanamkan kasih yang tulus kepada anak-anak. 12

Atas dasar teologis dan psikologis PAK yang ditulisnya, Pestalozzimerumuskan implementasi PAK bagi anak didiknyasebagai berikut.

a. Hakikat PAK

Pestalozzi adalah seorang pendidik yang belajar dari pengalaman mengajar di kelas. Ia tidak merumuskan teori belajar tanpa melalui pengalaman belajar bersama dengan anak didik. Bagi Pestalozzi teori yang disusun tidak terlepas dari praktik. Teori dibangun berdasarkan praktik dan mengalami perbaikan ketika dipraktikkan kembali. Menurutnya Pendidikan Agama Kristen melibatkan kekuatan alam dan pancaindera manusia. Melalui pendekatan praktik dan teori dalam pendidikan, ia menyatakan arti PAK sebagai suatu usaha untuk memperlengkapi kemampuan anak didik dengan memperhatikan kebutuhan dasar di tempat mereka hidup. Menurut pendapatnya, perbaikan pendidikan bagi anak miskin di Swiss harus dilaksanakan melalui praktik dan teori untuk memenuhi kebutuhan dasar sesuai dengan tempat tinggal mereka. Pendidikan bagi anak- anaka miskin diberikan dalam tiga bidang, yaitu:

1. Belajar menulis, membaca, dan berhitung

2. Latihan yang mempersiapkan mereka mendapat pekerjaan dalam sektor perindustrian sederhana yang sedang berkembang.

3. Pendidikan moral dan keagamaan diperlukan untuk mendidik anak jujur, rajin dan saleh. 13

b. Tujuan Pendidikan Agama Kristen

Pestalozzi membagi tujuan PAK menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum diarahkan untuk menghasilkan seorang yang bijaksana dan bajik dalam kehidupannya, manusiawi dalam semua hubungan dengan sesamanya dan hidup beriman sebagai makhluk yang bergantung pada Allah. Sementara itu

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter

tujuan khusus untuk memperlengkapi pelajar memperolah keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi perannya dalam mendatang-

kan kesejahteraan bagi masyarakat. 14 Kedua

tujuan ini saling melengkapi untuk menciptakan manusia berpendidikan moral kepada Allah dan menolong mereka untuk memiliki pengetahuan.

c. Konteks PAK

Pestalozzi menyebutkan ada tiga konteks PAK yang saling berhubungan. Ketiga konteks PAK tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan bagi anak-anak. Adapun ketiga konteks PAK itu adalah sebagai berikut.

1. Rumah Tangga

Terciptanya suasana kasih dan ketertiban dalam rumah tangga dapat mendukung terlaksananya PAK bagi anggota keluarga. Kasih sayang orang tua yang dilandasi dengan ketulusan dapat membangun kepercayaan dan sisi kemanusiaan dalam diri anak. Melalui roman karyanya yang berjudul Lienhard und Gertrud, Pestalozzi menggambarkan tentang pentingnya lingkungan rumah tangga sebagai lingkungan yang paling wajar dalam pelaksanaan PAK. Dalam lingkungan rumah tangga yang baik anak-anak dapat belajar tentang kerukunan hidup, menaati peraturan yang berlaku dalam rumah tangga, mendapatkan pengetahuan dan keterampilan serta mereka mengenal Allah dan merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan bersama di tengah-tengah keluarga.

2. Rumah Dermawan

Rumah dermawan milik golongan atas yang letaknya di suatu daerah yang luas dapat membantu terlaksananya pendidikan bagi anak-anak miskin yang tidak dapat bersekolah. Rumah dermawan tersebut dapat dipakai mereka untuk memperolah pengetahuan dan keterampilan sehingga memiliki gaya berpikir yang lebih maju. Mereka dapat memiliki rencana yang baik untuk usaha dan pekerjaan apa yang akan mereka lakukan untuk dapat memperbaiki kesejahteraannya.

Para dermawan yang memiliki pabrik dapat menyediakan kesempatan belajar bagi anak- anak pekerja mereka sehingga mendapatkan bimbingan, pengetahuan, dan keterampilan yang sesuai bidang pekerjaan tertentu. Para dermawan diharapkan dapat mengarahkan anak-anak untuk dapat belajar menabung hasil kerja mereka untuk membiayai usahanya.

3. Sekolah Dasar bagi Rakyat

Pestalozzi mengibaratkan pendidikan seperti rumah bertingkat. Pada tingkat atas kondisi pendidikan terlihat bagus dan diperlengkapi dengan peralatan mutakhir dan jumlah penghuni yang sedikit. Tingkat kedua jumlah penghuni lebih banyak tetapi tidak ada tangga yang menghubungkan dengan tingkat atas. Keadaan penghuni di lantai dasar jauh lebih parah dan jumlahnya begitu banyak. Pestalozzi melihat adanya perbedaan kesempatan bagi anak untuk mendapatkan pendidikan. Ia tidak menyetujui adanya tingkatan pendidikan yang bertingkat. Pola pendidikan yang dipraktikkan

Pestalozzi adalah Sekolah Dasar bagi anak miskin yang bersifat kerumahtanggaan atas dasar kasih, kebahagiaan, kedisiplinan dengan tujuan untuk membekali anak melalui pengetahuan yang disesuaikan dengan tahap perkembangan setiap anak. Ia menuangkan idenya melalui cerita dalam roman yang ditulisnya dengan judul Lienhard Und Gertrud. Dalam roman tersebut dituliskan bagaimana anak diajar mengerjakan pekerjaan bersama- sama dan mereka selalu dibacakan perikop Alkitab. Pola pendidikan yang dikembangkan tetap memperhatikan ketertiban perilaku anak melalui bimbingan yang mengarah pada kehidupan yang benar. Pengaturan waktu yang baik, penampilan yang bersih dan pemeliharaan terhadap benda yang ada di sekitar tempat pembelajaran. Hukuman bagi anak dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Pengajar tetap menjalankan hukuman bagi anak dengan kebaikan hatinya untuk menolong mereka mengatasi kesalahannya, sehingga ia lebih

Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014 79

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter

banyak meluangkan waktunya untuk berbicara dengan mereka.

d. Pengajar

Pestalozzi menuliskan ada empat pengajar dalam pendidikan yang saling berhubungan. Mereka memberikan pengaruh yang besar bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Keempat pengajar itu adalah sebagai berikut.