Hasil Model Summary pada Korelasi Berganda

Tabel 5: Hasil Model Summary pada Korelasi Berganda

1. Kontanta sebesar 12,659,

Summary Regresi Linier

artinya jika kepemimpinan kepala sekolah dan komuni-

Model R R Square Adjusted R Std. Error of kasi asertif guru nilainya 0,

Square Estimate

maka tingkat kepuasan kerja

a . .462 .451 382.028 1. 680 guru nilainya sebesar 12,659.

2. Koefisien regresi variabel

a. Predictors: (Constant), Tot__asrtf, Tot__kepmp

b. Dependent Variable: Tot__kepkerj (X 1 ) = 0,373, artinya jika

kepemimpinan kepala sekolah

kepemimpinan kepala sekolah Sumber: Hasil pengolahan data (2013)

mengalami kenaikan senilai 1 maka tingkat kepuasan kerja

Nilai korelasi berganda yaitu R = 0,680, artinya guru akan mengalami kenaikan sebesar variabel kepemimpinan kepala sekolah dan

0,373 satuan dengan asumsi variabel X 2 komunikasi asertif guru memiliki hubungan

bernilai tetap.

yang positif dan kuat terhadap variabel

3. Koefisien regresi variabel komunikasi asertif kepuasan kerja guru. Koefisien determinasi yaitu

guru X 2 = 0,128, artinya jika komunikasi R 2 menunjukkan nilai sebesar 0,451, artinya

asertif guru mengalami kenaikan senilai 1 variabel kepemimpinan kepala sekolah dan

maka tingkat kepuasan kerja guru akan komunikasi asertif guru mempengaruhi sebesar

mengalami peningkatan sebesar 0,128 45,1% terhadap variabel kepuasan kerja guru

dengan asumsi variabel X 1 bernilai tetap. sedangkan 54,9% dipengaruhi oleh variabel

lainnya.

Hasil Uji Hipotesis

Besarnya angka probabilitas atau Berdasarkan hasil nilai signifikasi probabilitas signifikansi perhitungan ANOVA. Uji kelayakan pada metode korelasi parsial diperoleh nilai regresi yang baik jika nilai signifikansi lebih kecil sebesar 0,000 untuk korelasi variabel

Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru

kepemimpinan kepala sekolah dengan Sedangkan menurut Munandar (dalam Ariati kepuasan kerja guru. Artinya terdapat hubungan 2010: 118), faktor-faktor kepuasan kerja adalah antara kepemimpinan kepala sekolah dengan ciri-ciri intrinsik pekerjaan, imbalan, supervisi, kepuasan kerja guru dan nilai kekuatan rekan kerja dan kondisi kerja. hubungan sebesar 0,581 dan bersifat positif.

Berbedanya karakter dan cara memimpin Berdasarkan nilai signifikansi yang dipero- setiap kepala sekolah di Sekolah Kristen Kalam leh melalui metode korelasi parsial sebesar 0,132, Kudus tidak memberikan arti yang berbeda maka berarti probabilitas hasil perhitungan terhadap nilai hubungan kepuasan kerja guru yaitu 0,132 > 0,05. Artinya, sesuai dengan hukum dengan kepemimpinan kepala sekolah. Artinya,

pengambilan keputusan hipotesis maka H 0 para kepala sekolah di Sekolah Kristen Kalam diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak Kudus sudah menerapkan prinsip kasih dan terdapat hubungan antara komunikasi asertif melayani dalam kepemimpinannya sebagai guru dengan kepuasan kerja guru.

landasan seorang pemimpin Kristen. Pemimpin Pada uji ANOVA terhadap nilai F dalam yang melayani memiliki karakteristik tersendiri regresi linier terdapat angka probabilitas yang menjadi ciri khas seorang pemimpin yang sebesar 42,476 dengan tingkat signifikansi 0,000. melayani (Kinicki dan Kreitner 2006: 360-361). Uji kelayakan regresi yang baik jika nilai

Deskriptor yang menunjukkan rendahnya signifikansi lebih kecil dari 0,05 (Sarwono 2012, kepuasan kerja guru adalah “Gaji yang saya 190). Karena angka 0,000 lebih kecil dari 0,05 terima sesuai dengan usaha yang dilakukan”

maka dapat disimpulkan H 0 ditolak, yang berarti dan indikator “pihak sekolah memperhatikan terhadap hubungan antara kepemimpinan kesejahteraan gurunya”. Artinya, guru merasa kepala sekolah dan komunikasi asertif guru tidak puas bukan karena kepemimpinan kepala dengan kepuasan kerja guru secara simultan.

sekolah tetapi lebih kepada faktor kesejah- Hipotesa pertama, yaitu kepemimpinan teraannya, Sekolah Kristen Kalam Kudus kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru mungkin belum memberikan pembayaran gaji terbukti. Hasil penilitian ini menujukkan adanya sesuai standar atau mungkin tidak adanya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah bonus-bonus sebagai keuntungan hasil kerja dengan kepuasan kerja guru. Sebanyak 66,12% dalam menunjang hasil jerih payahnya. menyatakan setuju bahwa guru-guru sebagai Hanggraeni (2011: 16) menekankan faktor responden. Hasil penelitian ini sesuai juga kepuasan kerja dibagi menjadi empat kelompok, dengan penelitian yang telah diadakan oleh yaitu lingkungan kerja, atasan/gaya kepemim- Mehboob, Arif dan Jalal (2011: 2984) yang pinan, sifat pekerjaan dan aktivitas kerja, lalu melakukan penelitian analisis efek dari perilaku terakhir adalah keuntungan kerja. supervisor terhadap kepuasan kerja bawahan-

Pada hipotesis kedua yang menyatakan nya di beberapa universitas di Karachi, Pakistan. bahwa tidak terdapat hubungan antara Kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru dengan komunikasi asertif kepuasan kerja guru di Sekolah Kristen Kalam guru. Hasil penelitian ini menunjukkan Kudus menunjukkan hubungan yang positif hubungan yang memiliki nilai sebesar 0,151. dengan kekuatan hubungan yang kuat. Nilai r yang rendah menunjukkan lemahnya Meskipun komunikasi asertif dikontrol, tetap hubungan antara komunikasi asertif guru memiliki hubungan antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Sedangkan, berdasarkan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. nilai signifikansi korelasi parsial dapat terlihat Artinya, kepuasan kerja guru dapat dipengaruhi bahwa nilai signifikansinya sebesar 0,132 > oleh kepemimpinan kepala sekolah namun juga 0,005 sehingga data responden tidak dapat dipengaruhi faktor lain seperti komunikasi digeneralisir ke populasi. asertif guru itu sendiri. Faktor-faktor tersebut

Hipotesis ketiga, menyatakan adanya juga terlihat pada pernyataan Locke (dalam hubungan antara kepuasan kerja dengan

Sholihah 2009: 73) menyebutkan sumber-sumber kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi kepuasan kerja adalah serikat kerja, manajemen, asertif guru. Kepemimpinan kepala sekolah dan kondisi kerja, dan keuntungan yang didapat. komunikasi asertif guru bersama-sama memiliki

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014 57

Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru

hubungan yang positif dengan kepuasan kerja guru. Hubungan tersebut dapat dilihat dari hasil korelasi berganda yaitu R = 0,680, artinya hubungan yang positif dan kuat terjadi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan komuni- kasi guru terhadap variabel kepuasan kerja guru.

Pada koefisien determinasi yaitu R 2 menun- jukkan nilai sebesar 0,451, artinya variabel kepe- mimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru mempengaruhi sebesar 45,1% terha- dap variabel kepuasan kerja guru sedangkan 54,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Dalam penelitian ini tergambarkan juga tingkat pendidikan guru dalam kualifikasinya sebagai seorang pengajar. Sebanyak 65% guru sudah memiliki pendidikan S1, dan 9% lulusan S2. Tingkat pendidikan tentunya memiliki pengaruh terhadap persepsi mereka dalam menilai kepuasan kerja. Keterkaitan dengan kepemimpinan dan komunikasi asertif, hasil penelitian menunjukkan bahwa para guru sudah dapat memahami secara baik proses kepemimpinan dalam meningkatkan kepuasan kerjanya. Pola berpikir kritis dalam memahami kebijakan-kebijakan sekolah dapat terlihat melalui cara berkomunikasi guru yang digambarkan sebesar 84,71% responden menyatakan diri mereka sebagai seorang yang memiliki komunikasi asertif.

Responden yang berstatus guru tetap adalah sebesar 66% dan 34% nya masih berstatus guru tidak tetap. Persepsi seorang guru yang sudah berstatus tetap terhadap kepuasan kerja tentunya akan memiliki perbedaan dengan guru yang belum tetap. Keuntungan kerja yang diperoleh antara seorang guru tetap dengan tidak tetap sudah pasti memiliki perbedaan. Keuntungan kerja adalah pemberian keuntungan-keuntungan kerja yang dikenal sebagai manfaat, jika seseorang merasa bahwa pekerjaannya bisa memberikan banyak manfaat bagi dirinya maka kepuasan dirinya akan meningkat (Hanggraeni 2011: 16). Aspek kepuasan kerja yang umum terjadi adalah masalah pengakuan, kompensasi, dan supervisi (Kinicki dan Kreitner 2006: 164).

Simpulan

Kesimpulan

Kesimpulan terhadap ketiga variabel penelitian ini yaitu kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi asertif guru dan kepuasan kerja guru, adalah:

1. Terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru yang bersifat positif.

2. Tidak terdapat hubungan antara komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru

3. Terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru secara simultan dengan kepuasan kerja guru

Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu menerapkan prinsip kepemimpinan Kristen dalam kepemimpinannya. Hal ini sejalan dengan visi misi Kalam Kudus sebagai sekolah Kristen yang bertujuan mengabarkan kabar baik bagi semua orang.

2. Guru sebagai pelaksana harian dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar harus mampu meningkatkan sikap asertif dalam berkomunikasi. Guru-guru harus melakukan

pekerjaanya dengan kesungguhan hati dan bersikap melayani kepada murid-murid didikannya. Sebab, guru juga adalah seorang pemimpin kelas. Ketidakpuasan dalam bekerja janganlah diungkapkan dalam sikap kerja sehingga siswa merasa tidak nyaman dengan cara mengajarnya, tetapi ketidakpuasan itu diungkapkan secara baik kepada pimpinan ataupun kepada yayasan dengan cara yang baik dan sopan. Sikap itulah yang merupakan sikap asertif yang harus terus dikembangkan oleh para guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus.

3. Yayasan Kristen Kalam Kudus, disarankan lebih memperdulikan kesejahteraan guru-

Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru

gurunya. Melihat data guru yang didapat Hanggraeni, Dewi. (2011). Perilaku organisasi: dalam penelitian ini, terlihat para guru

teori, kasus, dan analisis. Disunting oleh SE Kristen Kalam Kudus begitu setia mengabdi

Muhammad Irfan Syaebani. Jakarta: dan melayani sampai puluhan tahun.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Janganlah yayasan sampai lalai dalam Hughes, Richard L, Robert C. Ginnett, dan menghargai kesetiaan para gurunya. Jika

Gordon J. Curphy. (1996). Leadership: guru dapat mengalami kepuasan kerja

Enhancing the lessons of experience. Chicago: Irwin Book Team

dengan baik tentunya akan mempengaruhi Kinicki, Angelo dan Robert Kreitner. (2006). sikap kerja mereka, dan jika para siswa Organizational behavior: Key concepts, skills, nyaman dengan sikap kerja guru-guru tentu and best practices. Boston: McGraw-Hill penurunan jumlah murid dapat Lembaga Alkitab Indonesia. (2008). Jakarta:

diantisipasi dengan baik. Lembaga Alkitab Indonesia

4. Karena keterbatasan waktu, maka penelitian Luthans, Fred. Organizational behavior. (2005). ini hanya menggunakan metode kuantitatif.

New York: Mc-Graw Hill, Inc Untuk penelitian selanjutnya bisa Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku organisasi.

dikembangkan dengan penelitian kualitatif 10th . Jakarta: PT INDEKS, Kelompok dengan metode triangulasi data untuk

Gramedia

menggali lebih dalam lagi faktor-faktor yang Robbins, Stephen P. dan Timothy A.(2009). Judge menyebabkan kepuasan kerja guru terjadi

organizational behavior. New Jersey: di Sekolah Kristen Kalam Kudus. Selain itu,

Pearson Prentice Hall pemelitian selanjutnya juga bisa Sarwono, Jonathan. (2012). Metode riset skripsi: mengembangkan variabel dengan

Pendekatan kuantitatif (Menggunakan menambah beberapa variabel seperti kinerja

prosedur SPSS). Jakarta: PT Elex Media guru, komitmen guru dan lainnya.

Komputindo Shelton, Ken. (1997). A new paradigm of leadership. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Sholihah, Afifatus. Hubungan antara kepangkatan

Daftar Pustaka

dan kepuasan kerja guru SMU Negeri se Kota Kediri. Jurnal Kependidikan Triadik Volume

Ariati, Jati. Subjective Well Being (Kesejahteraan

12, no. No. 1 (April 2009): 71-76 Subjektif) dan Kepuasan Kerja Pada Staff Webb, Kerry S. Creating satisfied employees in Pengajar (Dosen) di Lingkungan Fakultas Christian higher education: Research on Psikologi Universitas Dipenogoro. Jurnal leadership competencies. Christian Higher Psikologi Undip Vol. 8, no. No. 2 (Oktober

8, no. 1 (January 2009): 18-31. 2010): 117-125. Academic Search Complete , EBSCOhost Bass, Bernard M. (1985). Leadership and (accessed January 14, 2013). performance beyond expectations. New York: Wirjana, Bernardine R. dan Susilo Supardo. The Free Press. (2005). Kepemimpinan, dasar-dasar dan Beall, William J. Seiler dan Melissa L. (2008). pengembangannya. Yogyakarta: Andi Communication: Making connections. Boston: Yohana, Corry. Pengaruh profesionalisme, kepuasan Pearson Education, Inc. kerja dan komitmen organisasi terhadap Colquitt, Jason A., Jeffrey A. Lepine, dan Michael kinerja guru di SMPN Pamulang-Tangerang J. Wesson. (2011). Organizational behavior. Selatan . Jurnal EconoSains Volume 2, no. 2nd ed. New Jersey: McGraw-Hill Nomor 2 (Agustus 2012): 131-143 Davis, Keith dan John W. Newstrom. (1997). Yudho, Bambang.(2006). How to become a christian Organizational behavior: Human behavior at leader. Yogyakarta: Yayasan Andi work. New York: The Mcgraw-Hill Yukl, Gary. (2006). Leadership in organizations. Companies. Inc New Jersey: Pearson Education, Inc.

Education

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

Penelitian Meningkatkan Kinerja Pekerjaan dan Komitmen Organisasi