Identifikasi Bekal Ajar Berdasarkan Sikap Awal

1. Identifikasi Bekal Ajar Berdasarkan Sikap Awal

1.1. Pengertian Sikap Awal

Sikap awal peserta didik merupakan salah satu variabel didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta didik. Aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir yang telah dimiliki peserta didik.

1.2. Identifikasi Sikap Awal

Pengalaman belajar merupakan proses yang dinamis dan kompleks dalam keseharian hidup manusia, sehingga terus ditingkatkan secara skala waktu dan kualitas maupun kuantitas. Beberapa hal yang harus ditelaah dan diteliti terlebih dahulu tentang keadaan dasar atau sikap dasar atau kemampuan yang telah ada sebelum adanya proses belajar. hal ini diharapkan atau bertujuan agar para pendidik mampu mengukur pencapaian tujuan belajar yang dilakukan dilihat dari segi proses dan hasil.

Dalam proses pengamatan ini, ada beberapa hal yang patut diperhatikan sebagai suatu perhatian yang lebih khusus diantaranya : a. Faktor-faktor akademis b. Faktor-faktor sosial c. Kondisi belajar

Adapun sikap awal peserta didik menurut Goleman,Daniel (2000) dikelompokkan ke dalam delapan kelas yaitu : 1)

Belajar isyarat (signal learning). Yaitu belajar dimana tidak semua reaksi sepontan manusia menimbulkan respon.dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.

2) Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru memberI pertanyaan kemudian peserta didik menjawab.

3) Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.

4) Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam 4) Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam

5) Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) peserta didik menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.

6) Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek- obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.

7) Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban peserta didik, dalam hal itu hukuman diberikan supaya peserta didik tidak mengulangi kesalahannya.

8) Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada peserta didik untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.

Dalam mengenal dan mengetahui sikap awal dan karakteristik peserta didik biasanya diterapkan dalam beberapa hal, yaitu:

1) Secara langsung dengan menggunakan metode-metode tertentu dengan melakukan pengambilan data yang ada dilapangan, baik melalui pengumpulan data, observasi dan sebagainya.

2) Secara tidak langsung melalui orang-orang terdekat dari peserta didik yang bersangkutan.

3) Dan juga bisa dilakukan melalui lingkungan peserta didik yang bersangkutan.

Adapun metode sederhana yang kiranya dapat dilakukan sebagai latihan dalam menganalisis sikap dan karakteristik peserta didik, sebagai berikut : 1)

Kumpulkanlah data sikap awal peserta didik dari sampel. Di samping data dari orang- orang yang dekat dengan sasaran, diperlukan pula data dari sampel sasaran itu sendiri dengan bentuk self-report. Ikutilah langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tulislah kembali perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam analisis intruksional;

b. Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian dalam bentuk skala Likert (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju);

c. Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak secukupnya;

d. Berikan skala penilaian tersebut kepada sejumlah orang yang dapat mewakili populasi sasaran. Jumlahnya juga tergantung dari besarnya populasi sasaran. Yang paling penting diperhatikan adalah orang-orang tersebut memang memiliki ciri seperti populasi sasaran, sehingga dapat dipandang sebagai sampel yang representative;

e. Kumpulkan hasil isian tersebut. 2)

Kumpulkanlah data sikap awal peserta didik dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Buatlah daftar pertanyaan atau kuisioner tentang sikap awal peserta didik seperti;

b. Tempat kelahiran dan tempat dibesarkan;

c. Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahliannya atau dicita-citakan untuk menjadi bidang keahliannya; c. Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahliannya atau dicita-citakan untuk menjadi bidang keahliannya;

e. Bahasa sehari-hari dan bahasa asing yang dikuasai;

f. Alat-alat audio-visual yang dimiliki di rumah atau biasa digunakan sehari-hari;d an lain-lain yang dianggap penting bagi pengembangan desain instruksional.

g. Berikanlah kuisioner tersebut kepada sejumlah sampel yang dapat mewakili populasi sasaran;

h. Kumpulkan hasilnya. 3)

Analisislah hasil pengumpulan data untuk menentukan sikap awal yang telah dikuasai. Kelompokkan sikap yang mendapat nilai cukup dan di atasnya. Pisahkan dari sikap yang masih sedang, kurang atau buruk.

4) Buatlah garis batas antara kedua kelompok perilaku tersebut pada bagan hasil analisis instruksional untuk menunjukkan dua hal sebagai berikut:

a. Sikap yang ada di bawah garis batas adalah perilaku yang telah dikuasai oleh populasi sasaran sampai tingkat cukup dan baik. Sikap ini tidak akan diajarkan kembali kepada peserta didik;

b. Sikap yang ada di atas garis batas adalah sikap yang belum dikuasai oleh populasi sasaran atau baru dikuasai sampai tingkat sedang, kurang, dan buruk. Sikap-sikap tersebut akan diajarkan kepada peserta didik.

5) Susunlah urutan sikap yang ada di atas garis batas untuk dijadikan pedoman dalam menentukan urutan materi pelajaran.

6) Tafsirkanlah data tentang karakteristik peserta didik untuk menggambarkan hal sebagai berikut:

a. Lingkungan budaya;

b. Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahlian;

c. Kesenangan (hobi);

d. Bahasa yang dikuasai;

e. Alat audio visual yang dimiliki atau yang biasa digunakan sehari-hari;

f. dan lain-lain.

Data tentang sikap peserta didik untuk digunakan dalam menyusun strategi pembelajaran pada tahap selanjutnya.