6
BAB II KERANGKA TEORITIS
2.1. Penelitian Terdahulu
Murtiningrum 2009, Kebutuhan Peningkatan Kemampuan Petugas Pengelolaan Irigasi Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan
pembagian kewenangan antar strata pemerintah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang kewenangan pengelolaan irigasi, maka pemerintah
tingkat propinsi mempunyai wewenang mengelola daerah irigasi dengan luasan antara 1000 ha sampai 3000 ha dan daerah irigasi dengan luas kurang dari 1000 ha
yang berada pada dua kabupaten atau lebih. Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Bidang Pengairan, Dinas kimpraswil menghadapi
perubahan kewenangan pengelolaan irigasi memerlukan pemetaan kondisi sumber daya manusia yang ada. Selanjutnya untuk menghadapi perkembangan
permasalahan pengelolaam irigasi yang semakin berkembang, peningkatan kemampuan sumberdaya manusia yang ada perlu ditingkatkan secara tepat dan
efisien. Maksud dari tulisan ini adalah untuk memetakan kondisi sumber daya manusia yang merupakan petugas pengelola irigasi di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Tujuan dari penyusunan tulisan ini merumuskan metode peningkatan kemampuan yang diperlukan untuk peningkatan kemampuan SDM pengelolaan
irigasi sesuai kondisi yang ada. Kesimpulannya pada dasarnya permasalahan yang dihadapi di tingkat
lapangan adalah kurangnya tenaga pelaksana Operasi dan Pemeliharaan irigasi karena perubahan struktur kepegawaian yang disebabkan perubahan kewenangan
pengelolaan irigasi dan pelaksanaan otonomi daerah, kebutuhan utama
Universitas Sumatera Utara
7
pengembangan kemampuan pengelolaan irigasi adalah penambahan jumlah tenaga lapangan dan penyusunan aturan operasional lapangan, pelatihan yang dibutuhkan
saat ini berkaitan dengan manajemen operasional yang sesuai bidang tugas sehari- hari, manajemen SDM, metode perencanaan partisipatif, dan manajemen aset.
Sumaryanto, Masdjidin Siregar, Deri Hidayat, M. Suryadi 2006, Evaluasi Kinerja Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dan Upaya
Perbaikannya. Pada dasarnya kinerja jaringan irigasi merupakan resultante dari kinerja manajemen operasi dan pemeliharaan irigasi dan kondisi fisik jaringan
irigasi secara simultan. Antar keduanya terdapat hubungan timbal balik: kondisi fisik jaringan irigasi yang rusak mengakibatkan pengoperasiannya tidak optimal;
di sisi lain jika operasi dan pemeliharaannya tidak memenuhi ketentuan teknis yang dipersyaratkan maka kondisi fisik jaringan irigasi juga tidak akan berfungsi
optimal. Penyebab rendahnya kualitas fisik jaringan irigasi dapat dipilah menjadi
dua kategori: 1 adanya kerusakan prasarana, 2 akibat salah disain. Kategori 1 terkait dengan terbatasnya sumberdaya yang tersedia untuk melakukan
pemeliharaan dan atau perbaikan; atau akibat dari terjadinya perubahan lingkungan sekitarnya atau di wilayah hulunya sehingga jaringan irigasi di
wilayah tersebut rusak. Kategori 2 terkait dengan sistem pembangunan prasarana fisik yang tidak dilaksanakan dengan prosedur yang benar. Secara
empiris, kasus-kasus yang terkait dengan kategori 1 lebih banyak ditemukan daripada kategori 2.
Universitas Sumatera Utara
8
Sasaran penelitian ini adalah menghasilkan data, informasi, dan rekomendasi kebijakan untuk memperbaiki kinerja jaringan irigasi. Tujuan
penelitian adalah: 1.
Mengevaluasi kinerja jaringan irigasi dengan penekanan pada aspek operasi dan pemeliharaannya.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi kinerja jaringan
irigasi. 3.
Mengidentifikasi potensi dan kendala yang dihadapi dalam perbaikan kinerja jaringan irigasi.
Dengan Kesimpulan : 1.
Dari evaluasi diperoleh kesimpulan bahwa degradasi kinerja irigasi terjadi akibat pengaruh simultan dari degradasi kondisi fisik jaringan dan rendahnya
kinerja operasi dan pemeliharaan. Sebagian besar degradasi kondisi fisik jaringan terkait dengan kerusakan saluran irigasi, banyaknya pintu-pintu air
yang rusak, dan sedimentasi saluran-saluran pembuang, terutama di level tertier. Rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan irigasi terkait dengan
sangat terbatasanya anggaran OP irigasi dari pemerintah yang jauh dari mencukupi; sementara itu keswadayaan petani dalam memupuk dana OP
irigasi sangat terbatas. 2.
Tingkat kehandalan jaringan irigasi maupun tingkat pemerataan distribusi air irigasi termasuk kategori rendah – sedang. Di Way Sekampung dan Brantas,
hal itu lebih banyak disebabkan oleh debit air irigasi yang cenderung semakin menurun, sedangkan di Wawotobi terutama disebabkan oleh
banyaknya jaringan irigasi yang rusak.
Universitas Sumatera Utara
9
3. Pada level tertier penyebab degradasi kinerja jaringan irigasi yang bersifat
eksternal di luar kendali petaniP3A terkait dengan lima aspek berikut: 1 anggaran OP irigasi dari pemerintah yang sangat terbatas sehingga hanya
dapat dimanfaatkan di sebagian jaringan sekunder dan tertier, 2 jumlah petugas dan fasilitas pendukung yang tidak mencukupi, 3 pembinaan P3A
yang kurang memadai terutama di Wawotobi, 4 koordinasi antar lembaga terkait yang lemah dan tumpang tindih, dan 5 perubahan kawasan yang
mendorong terjadinya konversi lahan sawah ke penggunaan lain. 4.
Faktor internal yang mempengaruhi kinerja jaringan irigasi adalah kinerja P3A. Secara umum kinerja P3A termasuk kategori rendah – sedang; bahkan
cukup banyak ditemukan adanya petak-petak tertier yang irigasinya tidak dikelola secara sistematis dalam wadah P3A P3A hanya sekedar nama. Ini
dapat disimak dari keberadaan pengurus, kejelasan pembagian tugas antar pengurus, kemampuan untuk mendorong partisipasi petani dalam
pemeliharaan jaringan tertier dan kuarter, kemampuan mengumpulkan dan keterbukaan dalam penggunaan iuran irigasi, dan keterampilan
mencegahmemecahkan konflik internal organisasi P3A ataupun dengan pihak lain.
5. Kendala yang dihadapi dalam memperbaiki kinerja OP irigasi tampaknya
justru terletak pada kebijakan pemerintah, terutama dalam kaitannya dengan antisipasi terhadap dinamika budaya dan perkembangan wilayah, serta
konsistensi dalam pengembangan dan pendayagunaan irigasi. 6.
Peluang untuk menggalang aksi kolektif petani dalam operasi dan pemeliharaan irigasi sangat bervariasi, akan tetapi secara umum masih
Universitas Sumatera Utara
10
terbuka untuk dilakukan perbaikan. Di sisi lain, meskipun peluang untuk meningkatkan partisipasi petani dalam membayar iuran irigasi juga masih
terbuka akan tetapi jumlah iuran yang dapat dikumpulkan diperkirakan tidak cukup untuk mempertahankan fungsi irigasi secara optimal.
7. Adanya kecenderungan bahwa partisipasi yang relatif tinggi hanya terjadi
pada petak-petak tertier yang kondisinya moderat dan pada lokasi-lokasi tertentu dalam jangka panjang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka
peningkatan fungsi pembinaan mengingat sistem irigasi adalah sistem yang tidak bisa berdiri sendiri.
2.2. Irigasi