19 prasarana dan sarana fisik yang terletak di daerah pesisirkepulauan yang tidak
mempunyai prasarana dan sarana yang memadai. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhankondisi khusus adalah: 1 kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan
dengan menggunakan rumus alokasi umum, dalam artian kebutuhan tersebut tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, seperti: kebutuhan di kawasan transmigrasi,
kebutuhan beberapa jenis saranaprasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer, dan saluran drainase primer; dan 2 kebutuhan
yang merupakan komitmen atau prioritas nasional Syahputra, 2010: 28. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu Gubsu telah memaparkan mengenai
kemajuan pembangunan infrastruktur jalan dan irigasi. Mengenai infrastruktrur, ujar Gubsu, memang ruas jalan di Provinsi Sumatera Utara merupakan ruas jalan
terpanjang dari Provinsi lain. Tak bisa dipungkiri, keluhan akan infrastruktur jalan ini menjadi keluhan utama saat para Gubernur melakukan rapat koordoinasi
dengan Presiden. Hal yang menggembirakan di Sumut adalah telah dimulainya pembangunan jalan tol Medan-Binjai dan jalan tol Medan-Tebing Tinggi yang
tentunya akan memberi dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Untuk tahun 2015, pembenahan infrastruktur seperti jalan dan irigasi dianggarkan dari DAK
Waspada Online, 9 November 2014.
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah
Pemerintahan daerah dalam membiayai belanjanya, selain menggunakan
transfer dari pemerintahan pusat, juga menggunakan sumber dananya sendiri yaitu
Pendapatan Asli Daerah. Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli
Daerah —untuk selanjutnya disingkat PAD, adalah pendapatan daerah yang
Universitas Sumatera Utara
20
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah yang dimaksudkan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi Ndadari dan Adi, 2008: 5.
Menurut Ndadari dan Adi 2008: 6, PAD memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah. Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan
PAD yang positif mempunyai kemungkinan untuk mencapai pendapatan per kapita yang lebih baik. Apabila suatu daerah PAD-nya meningkat maka dana yang
dimiliki pemerintahan akan meningkat pula. Peningkatan ini akan menguntungkan pemerintahan, karena dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan daerahnya.
Kendala utama yang dihadapi pemerintahan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari PAD. Proporsi
PAD yang rendah, di lain pihak menyebabkan pemerintahan daerah memiliki derajat kebebasan diskresi yang rendah pula dalam mengelola keuangan daerah.
Sebagian besar pengeluaran, baik belanja rutin maupun pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan, terutama Dana Alokasi Umum. Kenyataan ini tentu tidak
sejalan dengan tujuan dan maksud otonomi daerah, yaitu memandirikan daerah dengan potensi-potensi yang dimilikinya.
Daerah yang mandiri bukan berarti daerah yang mampu membiayai semua belanjanya dari PAD, karena bukan itu yang dimaksud dengan kemandirian
keuangan daerah. Hal yang penting dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya sejumlah sumber penerimaan yang cukup signifikan bagi daerah untuk
memanfaatkannya secara lebih leluasa. Dalam artian bahwa, ketika pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
21 daerah dapat menghasilkan PAD yang signifikan, tentu pemerintahan daerah lebih
memiliki keleluasaan yang lebih besar dalam merencanakan pembangunan sesuai dengan inisiasi sendiri Kuncoro, 2007: 2.
Wujud dari desentralisasi fiskal adalah pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi yang diatur dalam Undang-undang
No. 34 Tahun 2000, yang tata cara pelaksanaannya diperbaharui dalam Undang- undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Berdasarkan ketentuan tersebut, daerah diberikan kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak dan 28 jenis retribusi Rahmawati, 2009: 34. Pemerintahan daerah
dituntut kemandiriannya dalam melaksanakan kebijakan desentralisasi fiskal secara bertanggungjawab. Karenanya, pajak dan retribusi yang pemungutannya
telah diserahkan dan menjadi urusan pemerintahan daerah sebagai bagian dari kebijakan desentralisasi fiskal, harus dikelola dan ditingkatkan sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah. Hal ini mengingat bahwa pajak dan retribusi daerah merupakan kelompok PAD dan menjadi sumber pendanaan bagi keberlangsungan
pembangunan dalam kerangka otonomi daerah Peraturan Pemerintah, 2010. Menurut jenisnya, PAD dikelompokkan menjadi empat jenis pendapatan,
adalah sebagai berikut. 1.
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah
yang dikelola oleh pemerintahan provinsi antara lain: Pajak Kendaraan
Universitas Sumatera Utara
22 Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Pajak yang dipungut oleh kabupatenkota meliputi: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Pengambilan dan Pengelolahan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir.
2. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintahan daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Retribusi ini dirinci menjadi: a
Retribusi Jasa Umum, meliputi: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akte Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Maya, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum,
Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemeriksanaan Alat Pemadam Kebakaran,
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, dan Retribusi Pengujian Kapal Perikanan,
b Retribusi Jasa Khusus, meliputi: Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan, Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus
Parkir, Retribusi Tempat PenginapanPesangrahanvilla, Retribusi
Universitas Sumatera Utara
23 Penyedotan Kakus, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi
Pelayanan Pelabuhan Kapal, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi Penyeberangan di atas Air, dan Retribusi
Pengolahan Air Limbah, c
Retribusi Perijinan Tertentu, meliputi: Retribusi Izin Mendirikan Bagunan, Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol,
Retribusi Izin Gangguan, dan Retribusi Izin Trayek. 3.
Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan, terdiri dari: bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintahan daerahnegara
dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
4.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, seperti penerimaan jasa giro, penerimaan bunga, penerimaan ganti rugi atas
kekayaan daerah, komisi denda keterlambatan pekerjaan, dan lain-lain.
2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto PDRB