Sajian Data

A. Sajian Data

1. Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Secara Konsep

Sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT) pada dasarnya merupakan suatu proses pembelajaran dimana kegiatan ini dilakukan secara bersama dilahan petani dimana petani dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan selama semusim dengan adanya kurikulum yang berbasis pada kondisi spesifik lokasi serta adanya pendampingan yang intensif dari penyuluh. Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani dilokasi setempat.

Sekolah lapang tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajarnya dapat dilakukan di saung pertemuan petani dan tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT terdapat satu unit laboratorium lapang yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompok tani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT dilahan tersebut. Adapun ketentuan pelaksana SL-PTT antara lain lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan, mempunyai potensi peningkatan produktivitas dan anggota kelompok taninya responsif terhadap penerapan teknologi, peserta tiap unit SL-PTT idealnya terdiri dari 15-25 petani yang berasal dari satu kelompok tani yang sama. Sedangkan persyaratan kelompok tani peserta SL-PTT antara lain kelompok tani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan, telah menyusun RUK, kelompok tani peserta SL-PTT diutamakan belum menerima bantuan SL-PTT tahun anggaran 2008, memiliki rekening yang

Pertemuan-pertemuan dalam SL-PTT diharapkan 8 kali pertemuan, oleh karena itu perlu dijadwalkan secara periodik dengan waktu pertemuan dirundingkan bersama petani peserta sehingga dapat dihadiri dan tidak mengganggu/ merugikan waktu petani. Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT, tempat pertemuan dilokasi pelaksana SL-PTT, peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh pemandu lapangan. Adapun materi pertemuan kelompok antara lain:

a. Teknik pengolahan tanah yang disesuaikan dengan tipologi lahan dan komoditi yang akan ditanam.

b. Penanaman dengan memilih benih atau bibit yang baik, jarak tanam yang tepat, jumlah bibit/benih per lubang yang sesuai.

c. Pemupukan dengan tepat, yaitu tepat jenis dan dosis, tepat waktu pemberian didasarkan pada fase pertumbuhan tanaman dan sifat pupuk.

d. Pengelolaan air didasarkan pada kebutuhan tanaman akan air, cara dan waktu yang tepat.

e. Pengendalian OPT didasarkan pada prinsip pengendalian hama terpadu dengan melakukan tindakan pencegahan dan mengembangkan musuh alami yang terdapat dialam itu sendiri serta aplikasi kimiawi secara bijaksana.

f. Penanganan panen dan pasca panen dilakukan dengan cara yang tepat dan benar yaitu dengan mempertimbangkan kemasakan biji, ketepatan dalam penggunaan alat panen, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan sehingga mampu mengurangi kehilangan dan kerusakan hasil.

Komponen teknologi yang diterapkan dalam SL-PTT terdiri dari komponen PTT dimana tiap komponen PTT tersebut memiliki peran antara lain :

a. Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan a. Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan

b. Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragamserta hasil yang tinggi.

c. Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhantanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.

d. Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah kebagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya sterss pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan air dan kelebihan air.

e. Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan serangan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu. Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku hingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan.

f. Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, f. Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman,

Adapun Keuntungan Penerapan Teknologi PTT antara lain :

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usaha tani

b. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi

c. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga

Dalam penerapan teknologi PTT menggunakan kelompok tani yang masih aktif dan diharapkan lahan yang menjadi percontohan atau LL berada di tempat yang bisa dilihat oleh orang banyak. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan atau area yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompok tani atau petani. Adapun penentuan calon lokasi SL-PTT adalah sebagai berikut : lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan kering dan pasang surut yang produksinya masih dapat ditingkatkan; diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit; unit SL-PTT diusahakan agar berada dalam satu hamaparan yang strategis dan mudah dijangkau petani serta dipasang papan pelaksanaan SL/LL; letak lokasi laboratorium lapangan seluas minimal 1 ha, ditempat yang sering dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat petani sekitarnya. Selain penentuan calon lokasi tersebut adapun penentuan calon petani/kelompok tani SL-PTT adalah sebagai berikut: kelompok tani/petani yang dinamis dan bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan; petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru; bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-

PTT serta kelompok tani SL-PTT ditetapkan dengan surat keputusan kepala dinas pertanian tanaman pangan atau yang membidangi tanaman pangan kabupaten atau kota. Organisasi yang paling berperan dalam kegiatan sekolah lapang adalah kelompok tani karena dalam pelaksanaanya lahan percontohan yang digunakan diusahakan milik ketua kelompok tani atau orang yang paling berpengaruh dalam kelompok tani tersebut sehingga diharapkan suatu inovasi teknologi tersebut dapat diterima oleh masyarakat sekitar

2. Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Secara Praktek

Pelaksanaan SL-PTT awalnya diadakan PRA (partisipatory rural appraisal ) dimana anggota kelompok tani dikumpulkan kemudian masing- masing anggota diminta untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi baik berupa air, tanah, OPT (organisme pengganggu tanaman) maupun sarana produksi kemudian permasalahan tersebut ditampung, setelah ditampung lalu oleh petugas PHP (pengamat hama dan penyakit) diberi skor. Dari data tersebut lalu disimpulkan mana yang memiliki skor yang tinggi itu yang akan dilaksanakan. Adapun contoh permasalahannya seperti misalkan ada suatu masalah terkait dengan tanah yaitu strukturnya lengket maka perlu dilakukan penambahan pupuk organik, bila suatu daerah terdapat keong mas maka dianjurkan tanam bibit muda lebih dari satu per lubang serta dibuatkan saringan pada saluran air yang masuk ke sawah sehingga keong yang kecil tidak masuk atau pemberian kapur tohor. Pendekatan PRA memiliki beberapa keunggulan diantaranya :

a. Memposisikan petani sebagai pusat kegiatan pembangunan

b. Memposisikan petani sebagai narasumber utama dalam memahami kondisi dan situasi agroekosistem sekitarnya.

c. Fasilitator atau tenaga pendamping berproses membaur masuk sebagai anggota mayarakat bukan sebagai tamu asing.

d. Fasilitator atau tenaga pendamping harus memperhatikan jadwal petani bukan sebaliknya

(Salikin, 2003).

Sebelum kegiatan SL-PTT dimulai diadakan pertemuan dalam rangka untuk merencanakan segala sesuatu yang menyangkut dengan pelaksanaan kegiatan sekolah lapang. Dalam tahap perencanaan ini petani diarahkan oleh penyuluh terkait teknologi yang akan diterapkan memberikan gabaran secara umum teknologi yang akan diterapkan, pada tahap ini informasi yang diperoleh petani belum begitu maksimal sehingga untuk pertemuan selanjutnya perlu dibahas lagi hingga saat pelaksaanaan sekolah lapang. Sosialisasi sudah mulai dilaksanakan pada bulan maret saat pertemuan rutin kelompok dengan menggunakan teknik ceramah dalam penyampaian informasi terkait SL-PTT tersebut. Dalam pertemuan ini memnahas tentang rencana pembagian bibit persemaian, pupuk organik dan angorganik serta penelitian keadaan dilapang. Penentuan kelompok tani penerima bantuan SL-PTT dilakukan dengan melihat kondisi kelompok tani dimana kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani yang masih hidup.

Pelaksanaan kegiatan sekolah lapang dalam 1x musim tanam terdiri dari 8x pertemuan dimana lokasi pertemuan itu dilaksanakan di laboratorium lapang (LL) yang dimiliki setiap kelompok ada juga pertemuannya dilaksanakan di rumah kelompok tani untuk mensosialisasikan kegitan tersebut kepada petani lain serta mengatur waktu

pertemuannya sehingga ada kesepakatan antara petani dan penyuluh 1 . Beberapa komponen teknologi yang diterapkan dalam SL-PTT adalah

penggunaan varietas unggul (penggunaan benih unggul diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit), pengolahan tanah yang baik (pengolahan tanah yang baik bertujuan untuk membenamkan dan melapukkan jerami, gulma dan bahan organik lain

1 Seperti halnya diungkapkan oleh bapak Soewardi, A.Md selaku koordinator PPL : “untuk pelaksanaan SL-PTT sebenarnya sudah berdasarkan prosedur, dalam musim tanam itu sendiri terdiri

dari 8x pertemuan dimana lokasi pertemuan itu dilaksanakan di laboratorium lapang (LL) yang dimiliki setiap kelompok ada juga pertemuannya dilaksanakan di rumah kelompok tani untuk mensosialisasikan kegitan tersebut kepada petani lain serta mengatur waktu pertemuannya sehingga ada kesepakatan antara petani dan penyuluh. Adapun pertemuan yang 8x tersebut mengenai informasi teknologi yang akan diterapkan dalam SL-PTT seperti pengolahan lahan kebutuhan benih, persemaian, pupuk dasar dan diskusi pengamatan, pengairan, diskusi tentang hama dan penyakit hingga panen. Untuk mebandingkan hasil SL- PTT dengan pola tanam yang biasa dilakukan oleh petani ternyata terdapat perbedaan hasil terbukti dengan adanya penerapan komponen teknologi tersebut ”

selain itu juga bertujuan untuk meratakan tanah agar bisa selalu tergenang air sehingga dapat mempercepat pelapukan serta untuk menekan pertumbuhan gulma dan menghindari terganggunya pertumbuhan padi akibat pengolahan tanah yang kurang sempurna), penanaman bibit muda kurang dari 21 hari penanaman bibit muda dan 1-3 batang per lubang (penanaman bibit muda ini diharapkan akan meningkatkan jumlah anakan pada tanaman dibanding penanaman bibit tua serta tanaman akan lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan, apabila suatu daerah terdapat serangan keong mas dianjurkan menanam bibit lebih dari satu apabila ada yang dimakan keongmasih ada yang lain) peningkatan populasi tanaman dengan sistem legowo, penggunaan pupuk organik (diharapkan mampu meningkatkan mikroba dalam tanah karena tanahnya terlalu banyak menggunakan pupuk kimia), penggunaan pupuk kimia sesuai kebutuhan, pengairan berselang (intermiten) karena padi bukan tanaman air melainkan tanaman yang membutuhkan air, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, pengendalian gulma serta penanganan panen dan pasca panen yang

baik untuk meminimalkan kehilangan hasil pada panen 2 . Metode belajar yang diterapkan dalam kegiatan sekolah lapang ini

adalah metode belajar orang dewasa dengan bertukar pengalaman antar petani serta mencermati dan mengamati kondisi lapang dan mencari solusi

atas permasalahan yang terjadi 3 . Freire (1973) dalam Mardikanto dan Arip

2 Seperti halnya diungkapkan oleh bapak Soewardi, A.Md selaku koordinator PPL : “ada beberapa komponen teknologi yang bisa diterapkan diantaranya ada penggunaan benih unggul,

penggunaan benih unggul diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit; pengolahan tanah terpadu; peningkatan populasi tanaman dengan sistem legowo; penanaman bibit muda dan 1-3 batang tiap lubang, penanaman bibit muda ini diharapkan akan meningkatkan jumlah anakan pada tanaman dibanding penanaman bibit tua apabila suatu daerah terdapat serangan keong mas dianjurkan menanam bibit lebih dari satu apabila ada yang termakan keong masih ada yang lain; pemberian pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan mikroba dalam tanah karena tanah kita terlalu banyak menggunakan pupuk kimia; penggunaan pupuk sesuai kebutuhan; pengairan intermiten (terputus-putus) perlu diperhatikan bahwatanaman padi bukan tanaman air melainkan tanaman yang butuh air jadi pengairannya harus diperhatikan; pengendalian hama dan penyakit secara terpadu; pengendalian gulma serta penanganan panen dan pasca panen yang baik untuk meminimalkan kehilangan hasil pada panen”. ( Wawancara 16 Maret 2010).

3 Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Sri Mulyono: “metode belajarnya langsung pengamatan di lapang, memahami apa yang terjadi lalu mencari

solusi permasalahan yang dihadapi tersebut. Jadi tidak seperti anak sekolahan yang diajar oleh guru tetapi kita lebih belajar bersama” (Wawancara 25 Maret 2010).

(2005) menyatakan bahwa pendidikan terutama pendidikan orang dewasa adalah merupakan proses penyadaran menuju kepada pembebasan. Pemilihan

dewasa harus selalu mempertimbangkan waktu penyelenggaraan yang tidak terlalu mengganggu kegiatan/pekerjaan pokoknya, waktu penyelenggaraan sesingkat mungkin dan lebih banyak menggunakan alat peraga. Selanjutnya Scmidt (1974) dalam Mardikanto dan Arip (2005) menekankan agar pemilihan metode pendidikan orang dewasa harus selalu mengacu pada tujuan yang akan dicapai yang pada dasarnya terbagi dua yaitu menata pengalaman masa lampau yang telah dimilikinya dengan cara baru dan memberikan pengalaman baru berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Untuk permasalahan yang terjadi dilapang adanya hama yang menyarang tanaman dan adanya petani yang belum menerapkan sistemjajar legowo, hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa lahan petani yang belum menerapkannya. Untuk mengatasi hal tersebut petani biasanya menggunakan cara-cara lama dalam mengatasi masalah hama. Dengan cara berdiskusi dan disampaiakn pada saat pertemuan apa yang menjadi masalah. Dalam memahami dan memecahkan masalah petani mampu memahami dan memecahkan masalah yang terjadi dilapang. Misalnya ada serangan hama petani akan melakukan pengendalian dengan menggunakan cara yang lama serta terkadang bertanya kepada petugas penyuluhan setempat untuk meminta solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Benih yang digunakan petani dalam kegiatan berusaha tani sudah memenuhi standar yang dianjurkan yaitu petani sudah menggunakan benih unggul, kebanyakan petani menanam padi jenis IR 64 dan ada juga yang menanam jenis INPARI 1 dengan alasan umur tanaman lebih pendek yaitu sekitar 108 hari sedangkan IR 64 berumur antara 115-120 hari dan hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan padi jenis IR 64. sebelum benih tersebut disebar perlu dilakukan perendaman terlebih dahulu. Perendaman dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan akar benih di lahan persemaian dan agar benih dapat melekat dengan tanah sehingga apabila sewaktu-waktu turun Benih yang digunakan petani dalam kegiatan berusaha tani sudah memenuhi standar yang dianjurkan yaitu petani sudah menggunakan benih unggul, kebanyakan petani menanam padi jenis IR 64 dan ada juga yang menanam jenis INPARI 1 dengan alasan umur tanaman lebih pendek yaitu sekitar 108 hari sedangkan IR 64 berumur antara 115-120 hari dan hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan padi jenis IR 64. sebelum benih tersebut disebar perlu dilakukan perendaman terlebih dahulu. Perendaman dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan akar benih di lahan persemaian dan agar benih dapat melekat dengan tanah sehingga apabila sewaktu-waktu turun

Sebelum penanaman perlu dilakukan pengolahan lahan. Sebelum tanah dibajak dilakukan pencangkulan tanah di tepi sawah yang dekat dengan pematang. Kegiatan ini bertujuan untuk mempermudah pembajakan karena bagian sawah yang dekat dengan pematang sawah sulit untuk dijangkau oleh traktor, setelah itu baru dilakukan pembajakan dan penggaruan sawah. Penggaruan ini dilakukan agar gumpalan tanah menjadi hancur dan merata. Setelah penggaruan selesai baru lahan dapat ditanami dengan bibit padi, adapun jumlah bibit yang ditanam perlubang adalah 1-3 batang dan dalam menanamnya tidak boleh terlalu dangkal juga tidak boleh terlalu dalam hal ini dikarenakan bibit yang ditanam jika terlalu dalam dapat menyebabkan batang tanaman mudah membusuk. Sedangkan jika terlalu dangkal akan berakibat pada sistem perakaran yang kurang kuat, sehingga tanaman mudah rebah.

Untuk pemupukan petani menggunakan phonska dengan jumlah 350 kg/ha dan menggunakan urea sekitar 200 kg/ha dari anjuran untuk pupuk phonska 300-400 kg/ha dan urea 150-250 kg/ha. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat umur 0-14 hari, pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 21-28 hari serta pemupukan ketiga dilakukan pada saat tanaman berumur 35 hari. Pemberian air pada tanaman sudah dilakukan dengan cara intermitten atau berselang, mengingat lahan petani merupakan lahan tadah hujan, apabila tanaman tersebut kekurangan air baru akan di pompa dari sungai bengawan yang berada dekat dengan Untuk pemupukan petani menggunakan phonska dengan jumlah 350 kg/ha dan menggunakan urea sekitar 200 kg/ha dari anjuran untuk pupuk phonska 300-400 kg/ha dan urea 150-250 kg/ha. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat umur 0-14 hari, pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 21-28 hari serta pemupukan ketiga dilakukan pada saat tanaman berumur 35 hari. Pemberian air pada tanaman sudah dilakukan dengan cara intermitten atau berselang, mengingat lahan petani merupakan lahan tadah hujan, apabila tanaman tersebut kekurangan air baru akan di pompa dari sungai bengawan yang berada dekat dengan

Terkait dengan penanganan panen dan pasca panen pada saat panen petani menggunakan power threaser dalam merontokkan padi karena dianggap lebih cepat dibandingkan menggunakan cara lama yaitu menggunakan erek, kemudian dimasukkan kedalam karung-karung untuk dingkut kerumah lalu dijemur,untuk penjemuran itu sendiri ada petani yang menggunakan tempat penggilingan pada sebagai tempat menjemur hasil panen karena halamannya lebih luas, selain dipanen sendiri ada juga beberapa petani yang menebaskan langsung kepada penebas.

Dalam kegiatan sekolah lapang ini juga terdapat hari lapang tani kegiatan seperti ini dilaksanakan untuk menunjukkan kepada petani tentang keadaan lapang dari kegiatan pengujian lokal atau percobaan-percobaan dipusat penelitian dan pengembangan, petani-petani yang diundang biasanya dipilih dan diajak untuk memperhatikan tanaman, pemupukan dimana tujuannya adalah untuk menyebar luaskan teknologi yang telah diterapkan selama petani melaksanakan komponen teknologi yang diterapkan. Adapun peserta dalam acara ini adalah pemandu lapang/PPL, petani sekitar SL, perangkat Desa/Kecamatan, Dinas Pertanian Kabupaten. Acara ini dilakukan didekat lahan percontohan dengan mendirikan tenda, selain itu acara ini juga terdapat hiburan agar suasananya bisa lebih rileks dan tidak terlalu membosankan. Dalam acara ini petani yang lahannya dijadikan lahan percontohan menginformasikan kepada petani lain tentang suka dukanya dalam menerapkan komponen teknologi, sedangkan dari pihak BPP menyampaikan hasil produksi yang diperoleh dari kegiatan

sekolah lapang dimana sebelumnya telah dilakukan pengubinan terlebih dahulu agar petani yang lain juga tertarik menerapkan komponen yang ditawarkanuntuk pihak kabupaten menyampaikan tentang kondisi sekolah lapang di berbagai daerah lain selain itu juga ada pihak swasta yang menghadiri kegiatan ini, mereka bertujuan untuk menawarkan produk- produk pertanian berupa pestisida dan contoh tanaman yang diberi perlakuan terhadap produk yang mereka tawarkan dengan begitu diharapkan petani mau membeli produk yang mereka bawa. Pada akhir acara kegiatan hari lapang ini ada doorprise bagi petani sehingga acara ini juga menarik bagi petani. Adapun perubahan ketrampilan yang dialami petani selama kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu adalah sebagai berikut: Tabel 10. Perubahan Ketrampilan Petani Peserta Kegiatan Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Dimensi

Sebelum

Mengikuti Sesudah Mengikuti

Kegiatan SL-PTT 1. Perlakuan

Kegiatan SL-PTT

melakukan Benih

Petani langsung menebar Petani

benih ke lahan persemaian perlakukan terhadap benih yaitu dengan melakukan perendaman benih sebelum persemaian

2. Pengolahan Pengolahan tanah sudah Petani lebih terampil dalam Tanah

dilakukan dengan baik oleh melakukan pengolahan

petani

tanah

3. Penanaman Petani belum mengetahui Petani mengetahui teknik teknik penanaman yang penanaman yang baik yaitu baik, dimana petani masih dengan

menggunakan

menggunakan sistem blak

sistem jajar legowo yang dapat

meningkatkan populasi tanaman. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan

yang Pemeliharaan lebih mudah

menggunakan sistem jajar legowo 5. Panen

dilakukan sudah baik

karena

terampil dalam Pasca Panen

dan Petani

kurang Petani

memperhatikan

mengatasi kekurangan hasil penanganan panen dan pada saat panen dan pasca pasca panen

panen

3. Karakteristik Petani

a. Kondisi Internal

1) Pendidikan formal Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial maupun ekonomi (PBB, report on the World Social Situation dalam Todaro, 2000).

Pendidikan formal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh petani dibangku sekolah. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seorang petani diharapkan petani tersebut mau dan mampu untuk menerima suatu teknologi baru. Adapun tingkat pendidikan yang ditempuh oleh petani dalam kegiatan sekolah lapang dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 11. Distribusi Petani Berdasarkan Pendidikan Formal

No Tingkat Pendidikan Formal

Jumlah

Prosentase

(%) 1 Tidak sekolah-Tamat SD

13 100 Sumber : Analisis Data Primer 2010

Jumlah

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa pendidikan dari petani kebanyakan tamat SLTP dengan jumlah 7 orang atau sebanyak 53,84%. Tingkat pendidikan akan berpengaruh dengan pola pikir petani dalam menerapkan suatu komponen teknologi. Dengan pendidikan yang telah ditempuh memungkinkan petani mau terbuka terhadap suatu inovasi yang diberikan serta mampu untuk menerapkan suatu inovasi yang diberikan. Dengan pendidikan yang ditempuh oleh petani yang kebanyakan SLTP akan mempengaruhi cara berpikir petani menghadapi permasalahan yang terjadi.

2) Pendidikan non formal Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diperoleh petani diluar pendidikan formal, seperti mengikuti penyuluhan pertanian dan pelatihan diluar kegiatan penyuluhan seperti kegiatan karyawisata ke daerah lain atau mengikuti pelatihan mengenai kegiatan budidaya tanaman seperti pelatihan budidaya tanaman padi dan pelatihan budidaya tanaman jeruk. Semakin sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan atau pelatihan di bidang pertanian, diharapkan informasi yang diperoleh akan semakin banyak. Hal ini akan berpengaruh terhadap keterampilan petani dalam pengelolaan usaha taninya. Dibawah ini dapat dilihat distribusi pendidikan non formal: Tabel 12. Distribusi Petani Berdasarkan Pendidikan Non Formal

1 Tidak pernah

13 100 Sumber : Analisis Data Primer 2010

Jumlah

Berdasarkan Tabel 12distribusi petani berdasarkan pendidikan nonformal dapat dilihat bahwa petani yang sering mengikuti pelatihan hanya sebanyak 3 orang atau sebanyak 23,08 % yang sering mengikuti pelatihan hal ini dikarenakan informasi tentang

kegiatan pelatihan atau budidaya sangat terbatas 4 . Pelatihan yang diikuti oleh petani kebanyakan berasal dari dinas pertanian. Para

petani yang sering mengikuti kegiatan pelatihan atau teknik budidaya ini rata-rata sebagai ketua kelompok tani atau petani yang maju dalam suatu wilayah, hal ini diharapkan setelah mengikuti kegiatan pelatihan petani tersebut mau berbagi pengalaman kepada

4 Hal ini ditegaskan oleh key informan bpk Soewardi yang mengatakan : “Hanya beberapa orang dalam kelompok tani yang dapat mengikuti pelatihan jadi tidak

semuanya ikut, tiap kelompok paling Cuma 2 atau 3 orang saja”.

anggotanya setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Pendidikan non formal seperti kegiatan pelatihan seperti ini sangat diperlukan oleh petani untuk menambah pengetahuan serta informasi-informasi yang tidak mereka peroleh dari kegiatan penyuluhan, semakin sering mereka mengikuti kegiatan pelatihan dan teknik budidaya maka wawasan mereka juga akan terbuka terhadap suatu inovasi yang ditawarkan oleh pemerintah.

3) Luas Penguasaan Lahan Untuk petani lahan merupakan tempat mereka untuk menghidupi keluarganya, dengan kegiatan usahatani yang semakin berkembang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani. Adapun luas penguasaan lahan petani dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 13. Distribusi Petani Berdasarkan luas Penguasaan Lahan

No Luas lahan

Prosentase (%) petani

Jumlah

(orang)

1 0,1-0,3Ha 7 53,84 2 0,4-0,6 Ha

2 15,38 3 0,7-1Ha

4 30,77 Jumlah

13 100 Sumber : Analisis Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa distribusi petani berdasarkan luas pengusaan lahan termasuk dalam kategori sempit. Luas penguasaan lahan terbanyak yang dimiliki oleh petani yaitu 0,1-0,3 Ha sebanyak 7 orang atau sebesar 53,84 %. Dengan luas lahan yang dimiliki oleh petani diharapkan petani mampu berpikir untuk meningkatkan produksi tanpa harus menambah pupuk kimia. Perlu dilakukan upaya-upaya pendekatan yang intensif kepada petani terkait dengan suatu inovasi yang dianggap baru oleh mereka. Adanya informasi tentang SL-PTT yang dapat meningkatkan produksi usahatani membuat petani tertarik untuk terlibat dalam kegiatan ini. Sehingga walaupun luas lahan yang dimiliki sempit tetapi hasil produksi dapat meningkat.

4) Pendapatan Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh petani dari kegiatan berusahatani ataupun pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan lain. Adapun distribusi petani berdasarkan bendapatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 14. Distribusi Petani Berdasarkan Pendapatan Usaha Tani

13 100 Sumber : Analisis Data Primer 2010

Jumlah

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa sekitar 84,6% atau sekitar 11 petani berada dalam kondisi kecukupan dalam arti sudah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain mengandalkan pendapatan dari kegiatan usahatani wanita tani juga bekerja sampingan yaitu

sebagai buruh batik 5 . Sebanyak 2 orang atau 15,4 % petani dalam keadaan berlebih artinya selain mampu mencukupi kebutuhan

sehari-hari mereka juga bisa menabung untuk keperluan yang tak terduga dimasa mendatang.

Dalam partisipasi, petani yang memiliki pendapatan tinggi atau sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka akan lebih mudah melakukan sesuatu yang diinginkan. Biaya bukan lagi menjadi masalah dalam melakukan apapun yang dikehendaki bila mereka sudah tercukupi sehingga petani nantinya dapat aktif dalam berpartisipasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh petani memang sudah mencukupi kebutuhan sehari- hari akan tetapi ada beberapa petani yang belum mampu menerapkan teknologi yang diberikan khususnya sistem tanam jajar

5 Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ny gunarsih : “selain itu para istri juga membantu suami untuk mencukupi kebutuhan hidup, kebanyakan yang

perempuan itu mbatik. Hasilnya bisa buat jajan anak .” perempuan itu mbatik. Hasilnya bisa buat jajan anak .”

b. Kondisi Eksternal

1) Lingkungan Sosial Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat sekitar petani terkait dengan hubangan antar masyarakat. Adapun lingkungan sosialnya termasuk baik karena masyarakat sekitar masih saling membantu bila ada

hajatan serta berbagi tentang informasi baru 6 . Lingkungan sosial yang baik diharapkan mampu memberikan dampak yang positif bagi

petani, diharapkan dengan adanya hubungan antar masyarakat yang baik petani mampu memperoleh informasi tentang suatu inovasi tidah hanya dari penyuluh saja melainkan diharapkan petani itu mampu untuk mencari sumber informasi yang lain. Dengan lingkungan sosial yang baik petani juga dapat untuk saling bertukar pengalaman dengan petani lain terkait dengan kegiatan usahatani yang mereka jalani, petani biasa bertukar pengalaman mengenai pemberantasan hama yang selama ini dilaksanakan dan juga petani mendapat informasi lain dari penanganan masalah hama dari petani lain.

2) Lingkungan Ekonomi Lingkungan ekonomi merupakan kekuatan ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang. Diantaranya lembaga pemerintah maupun swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi

6 Hal ini seperti yang di utarakan oleh bpk Narto: “hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik. Kalau ada kegiatan juga gotong royong saling

membantu, misalnya ada hajatan atau ada kerja bakti membetulkan jalan. Sesama anggota dalam kelompok tani juga baik, bila ada sesuatu selalu dibicarakan dalam perkumpulan seperti informasi pestisida atau ada permasalahan selalu di bahas”.

seseorang (Soekartawi, 1988). Dari hasil penelitian diketahui bahwa keadaan ekonomi sekitar petani sudah dapat dikatakan cukup atau

sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka 7 akan tetapi salah satu kesulitannya adalah kurangnya ketrampilan petani

itu sendiri dalam menerapkan sistem legowo sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar dalam kegiatan usaha tani. Salah satu kendala dalam pelaksanaan sekolah lapang adalah tingginya biaya yang diperlukan dalam upaya menerapkan komponen jajar legowo, hal ini yang menyulitkan para petani dengan pendapatan yang pas-pasan untuk ikut serta dalam menerapkan sistem jajar legowo. Untuk kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan bisa meminjam uang kepada gapoktan untuk membantu kelancaran berusaha tani. Selain pinjaman berupa uang gapoktan juga menyediakan pinjaman berupa pupuk bersubsidi dari pemerintah kemudian dibayar ketika setelah panen.

4. Tumbuh dan Berkembangnya Partisipasi Petani dalam Kegiatan SL-PTT ditentukan oleh Kemauan, Kesempatan dan Kemampuan.

a. Kemauan Berpartisipasi Dalam mensukseskan pelaksanaan sekolah lapang diperlukan adanya peserta atau petani yang terlibat didalamnya. Pelaksanaan sekolah lapang ini mendapat sambutan yang baik oleh petani, hal ini dibuktikan dengan keterlibatan mereka dalam setiap rangkaian kegiatan yang diadakan. Pada awalnya petani dilibatkan dalam proses perencanaan untuk menentukan jumlah benih yang dibutuhkan serta menentukan lahan petani mana yang cocok dan sesuai untuk dijadikan lahan percontohan.

7 Hal ini seperti yang dijelaskan oleh bapak jumadi : ” Kalau keadaan ekonomi ya bervariasi ya, ada yang mapan ada yang cukup untuk kehidupan

sehari-hari. Kalau untuk menerima inovasi ya butuh waktu gak langsung diterima begitu saja, kan juga ada petani yang sudah tua itu kadang mereka susah sekali untuk menerapkan inovasi yang diberikan .” (Wawancara 30 Maret 2010). Dan ditegaskan oleh Bapak Narto: “kalau masyarakat sekitar sini itu ya sudah bisa dibilang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebanyakan mereka sudah mapan .” (Wawancara 29 Maret 2010).

Berdasarkan keterangan informan kunci dari beberapa desa diperoleh data kemauan petani berpartisipasi sebagai berikut: Tabel 15. Kehadiran Petani Dalam Sekolah Lapang

No Nama Desa

Kehadiran Petani

86 100 Sumber: Analisis Data Primer dan Sekunder 2010

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah petani terbanyak yang memiliki kemauan untuk hadir dalam berpartisipasi berada di desa karanganyar dengan 26,76 % atau 23 orang memiliki keinginan untuk menerima inovasi yang diberikan terkait dengan kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu.

b. Kesempatan Berpartisipasi Adanya kesempatan yang diberikan pemerintah kepada petani dalam melaksanakan program merupakan hal positif bagi petani karena dengan begitu petani memiliki kesempatan untuk menggunakan teknologi yang diberikan. Kesempatan yang diberikan pemerintah berupa kesempatan bagi petani untuk memperoleh informasi terkait dengan sekolah lapang dan komponen teknologi yang menyertainya. Informasi tersebut diberikan kepada para petani pada saat pertemuan-pertemuan rutin yang digelar oleh petani. Setelah memperoleh informasi mereka juga memperoleh kesempatan untuk mengikuti kegiatan sekolah lapang serta mempelajari komponen teknologi lebih mendalam. Untuk petani yang tidak memperoleh kesempatan dalam sekolah lapang mereka tetap tidak ketinggalan informasi karena selalu dilaporkan dalam pertemuan rutin apa-apa saja yang menjadi keputusan dan informasi yang berguna bagi petani lain. Dengan petani mau menghadiri pertemuan, maka akan memperoleh kesempatan untuk menerima informasi. Berdasarkan b. Kesempatan Berpartisipasi Adanya kesempatan yang diberikan pemerintah kepada petani dalam melaksanakan program merupakan hal positif bagi petani karena dengan begitu petani memiliki kesempatan untuk menggunakan teknologi yang diberikan. Kesempatan yang diberikan pemerintah berupa kesempatan bagi petani untuk memperoleh informasi terkait dengan sekolah lapang dan komponen teknologi yang menyertainya. Informasi tersebut diberikan kepada para petani pada saat pertemuan-pertemuan rutin yang digelar oleh petani. Setelah memperoleh informasi mereka juga memperoleh kesempatan untuk mengikuti kegiatan sekolah lapang serta mempelajari komponen teknologi lebih mendalam. Untuk petani yang tidak memperoleh kesempatan dalam sekolah lapang mereka tetap tidak ketinggalan informasi karena selalu dilaporkan dalam pertemuan rutin apa-apa saja yang menjadi keputusan dan informasi yang berguna bagi petani lain. Dengan petani mau menghadiri pertemuan, maka akan memperoleh kesempatan untuk menerima informasi. Berdasarkan

No Nama Desa

Kemauan

Prosentase (%)

berpartisipasi (orang)

86 100 Sumber: Analisis Data Primer dan Sekunder 2010

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa jumlah petani terbanyak yang memiliki kesempatan berpartisipasi berada di desa karanganyar dengan 26,76 % atau 23 orang. Petani yang memiliki kemauan untuk menerima inovasi terkait dengan teknologi pengelolaan tanaman terpadu maka petani tersebut akan memiliki kesempatan untuk memperoleh informasi teknologi PTT yang diberikan oleh pemerintah tersebut.

c. Kemampuan Berpartisipasi Adanya kemauan dan kesempatan dari petani tidak akan terlaksana apabila mereka tidak memiliki ketrampilan atau kemampuan dalam menjalankan teknologi yang diberikan. Terkait dengan sekolah lapang kemampuan petani dalam kegiatan berusaha tani memang sudah tidak diragukan lagi, hanya saja kendala yang utama adalah adanya beberapa petani yang kesulitan dalam menerapkan sistem jajar legowo. Sistem legowo ini merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari jarak tanam blak/tegel menjadi jajar legowo. Dalam prakteknya sistem legowo ini dianggap sulit oleh petani. Hal ini dikarenakan tenaga/buruh tanam yang belum terampil dalam melaksanakannya serta kebiasaan para buruh tanam dalam melakukan jarak tanam tegel sudah melekat sehingga dianggap sulit. Selain itu biaya yang dikeluarkan juga menjadi lebih besar. Berdasarkan keterangan informan kunci dari beberapa desa diperoleh data kemampuan petani c. Kemampuan Berpartisipasi Adanya kemauan dan kesempatan dari petani tidak akan terlaksana apabila mereka tidak memiliki ketrampilan atau kemampuan dalam menjalankan teknologi yang diberikan. Terkait dengan sekolah lapang kemampuan petani dalam kegiatan berusaha tani memang sudah tidak diragukan lagi, hanya saja kendala yang utama adalah adanya beberapa petani yang kesulitan dalam menerapkan sistem jajar legowo. Sistem legowo ini merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari jarak tanam blak/tegel menjadi jajar legowo. Dalam prakteknya sistem legowo ini dianggap sulit oleh petani. Hal ini dikarenakan tenaga/buruh tanam yang belum terampil dalam melaksanakannya serta kebiasaan para buruh tanam dalam melakukan jarak tanam tegel sudah melekat sehingga dianggap sulit. Selain itu biaya yang dikeluarkan juga menjadi lebih besar. Berdasarkan keterangan informan kunci dari beberapa desa diperoleh data kemampuan petani

Jajar Legowo No Nama Desa

Kemauan

Prosentase (%)

berpartisipasi (orang)

47 100 Sumber : Analisis Data Primer 2010 Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa kemampuan petani dalam

menerapkan jarak tanam legowo terbanyak berada di desa karanganyar dengan 31,91% atau sebanyak 15 orang menerapkan sistem legowo.

5. Partisipasi Petani Dalam Kegiatan SL-PTT

a. Lingkup Keterlibatan Petani peserta sekolah lapang terlibat secara langsung dalam kegiatan ini. Untuk petani yang lahannya tidak dijadikan lahan percontohan hanya menerima bantuan berupa benih unggul dan biaya yang lainnya termasuk pemeliharaan ditanggung sendiri oleh petani yang bersangkutan. Sedangkan lahan petani yang dijadikan lahan percontohan tidak hanya mendapat benih tetapi juga pupuk. Sedangkan untuk biaya pemeliharaannya ditanggung sendiri oleh petani tersebut. Adanya bantuan dari pemerintah membuat petani mulai terbuka wawasannya mengenai suatu teknologi baru. Bantuan tersebut meliputi bantuan benih padi, bantuan pupuk anorganik berupa pupuk urea dan phonska, bantuan pupuk organik berupa pupuk organik cair dan pupuk kompos, bantuan agensia hayati berupa bacteri chorin, Sedangkan untuk non lahan percontohan petani hanya mendapatkan bantuan benih sebesar 25kg/ha. Terkait tentang informasi mengenai komponen teknologi tersebut informasi dapat berasal dari penyuluh (karena para penyuluh sudah ditugaskan di desa-desa yaitu satu desa satu penyuluh a. Lingkup Keterlibatan Petani peserta sekolah lapang terlibat secara langsung dalam kegiatan ini. Untuk petani yang lahannya tidak dijadikan lahan percontohan hanya menerima bantuan berupa benih unggul dan biaya yang lainnya termasuk pemeliharaan ditanggung sendiri oleh petani yang bersangkutan. Sedangkan lahan petani yang dijadikan lahan percontohan tidak hanya mendapat benih tetapi juga pupuk. Sedangkan untuk biaya pemeliharaannya ditanggung sendiri oleh petani tersebut. Adanya bantuan dari pemerintah membuat petani mulai terbuka wawasannya mengenai suatu teknologi baru. Bantuan tersebut meliputi bantuan benih padi, bantuan pupuk anorganik berupa pupuk urea dan phonska, bantuan pupuk organik berupa pupuk organik cair dan pupuk kompos, bantuan agensia hayati berupa bacteri chorin, Sedangkan untuk non lahan percontohan petani hanya mendapatkan bantuan benih sebesar 25kg/ha. Terkait tentang informasi mengenai komponen teknologi tersebut informasi dapat berasal dari penyuluh (karena para penyuluh sudah ditugaskan di desa-desa yaitu satu desa satu penyuluh

No Dimensi Lingkup Keterlibatan

1. Partisipasi dalam Perencanaan Pada tahap perencanaan petani dilibatkan dalam pembuatan RUK (rencana usaha kelompok) yang berisi tentang rincian bantuan yang akan diterima oleh petani berupa bibit pupuk organik dan anorganik.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan Petani terlibat secara kegiatan

langsung dalam mererapkan komponen teknologi anjuran mulai dari tahap pengolahan tanah,

persemaian, penanaman, pemeliharaan hingga panen.

3. Partisipasi dalam pemantauan Dalam pemantauan petani dan evaluasi

melakukan pengamatan

tanaman

yang ada dilahannya

lalu membandingkan

dengan lokasi percontohan.

4. Partisipasi dalam pemanfaatan Petani menerima manfaat hasil

dari usaha yang mereka keluarkan

dalam keikutsertaannya

dalam setiap proses kegiatan yang berlangsung

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Adapun partisipasi petani dalam setiap kegiatan sekolah lapang dapat dilihat sebagai berikut:

No Lingkup

Desa

Jumlah Prosentase (orang)

1 Partisipasi pada tahap Gentanbanaran

2. Partisipasi pada tahap Gentanbanaran

3. Partisipasi pada tahap Gentanbanaran

22 25,58 pemantauan

21 24,42 evaluasi

dan Karungan

4. Partisipasi pada tahap Gentanbanaran

25 25 pemanfaatan hasil

25 25 Sumber : Analisis Data Primer dan Sekunder 2010

Karanganyar

b. Tingkat Kesukarelaan Petani berpasrtisipasi secara sukarela hal ini ditunjukkan dalam keikutsertaan mereka dalam pertemuan yang telah dijadwalkan sebelumnya. Dalam menerima suatu inovasi diharapkan petani bisa terbuka terhadap suatu perubahan, dan mereka mampu untuk menentukan sikap agar menjadi lebih maju lagi. Keadaan dilapang menunjukkan bahwa petani mau berpartisipasi karena adanya rangsangan dan dorongan dari pihak luar yang berupa bantuan benih unggul dari pemerintah dan juga sarana lain berupa pupuk kimia dan organik bagi lahan petani yang dijadikan percontohan, akan tetapi tidak semua subyek atau informan yang berpartisipasi semata-mata karena adanya bantuan dari pemerintah, ada juga dari mereka yang mau ikut ambil bagian dalam program SL-PTT ini karena adanya kesadarannya sendiri. Setelah mengetahui tujuan dan manfaat dari b. Tingkat Kesukarelaan Petani berpasrtisipasi secara sukarela hal ini ditunjukkan dalam keikutsertaan mereka dalam pertemuan yang telah dijadwalkan sebelumnya. Dalam menerima suatu inovasi diharapkan petani bisa terbuka terhadap suatu perubahan, dan mereka mampu untuk menentukan sikap agar menjadi lebih maju lagi. Keadaan dilapang menunjukkan bahwa petani mau berpartisipasi karena adanya rangsangan dan dorongan dari pihak luar yang berupa bantuan benih unggul dari pemerintah dan juga sarana lain berupa pupuk kimia dan organik bagi lahan petani yang dijadikan percontohan, akan tetapi tidak semua subyek atau informan yang berpartisipasi semata-mata karena adanya bantuan dari pemerintah, ada juga dari mereka yang mau ikut ambil bagian dalam program SL-PTT ini karena adanya kesadarannya sendiri. Setelah mengetahui tujuan dan manfaat dari

Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri. Peran serta yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh dan dorongan) dari luar, meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi Dussel (1981) dalam Mardikanto (2009).

c. Bentuk Partisipasi Adapun bentuk partisipasi yang dilakukan oleh petani adalah partisipasi terbatas, dimana partisipasi ini hanya digerakkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu demi tercapainya tujuan pembangunan. Partisipasi petani dalam pelaksanaan program cukup besar, hal ini tampak dari keinginan petani untuk menerapkan inovasi teknologi yang diberikan oleh penyuluh. Dengan adanya partisipasi petani dalam kegiatan sekolah lapang ini memungkinkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya sekolah lapang sangat membantu petani sehingga petani mampu meningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan kegiatan usahataninya serta petani menjadi lebih paham bahwa dengan menanam bibit muda anakan yang dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan menanambibit yang sudah tua. Dalam hal ini, petani yang lahannya dijadikan percontohan ikut memberikan input berupa kesediaan mereka untuk menerapkan teknologi yang ditawarkan ke lahan mereka serta mendapat imbalan atas input yang diberikan berupa benih unggul serta fasilitas lain seperti pupuk kimia dan organik bagi lahannya yang dijadikan demplot tetapi mereka juga menikmati hasil dari apa yang mereka kerjakan. Hasil yang dinikmati petani yaitu pada saat panen mereka merasakan manfaat dari penerapan teknologi PTT tersebut. Selain pemeliharaan yang mudah juga hasil yang diperoleh meningkat dari biasanya. Dalam

1ha petani mampu memperloleh hasil 7,5 ton dari hasil sebelumnya yang hanya 7 ton/ha.

6. Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Dan Pendorong Petani Untuk Berpartisipasi Dalam Kegiatan Sl-PTT

a. Faktor Pendukung Kondisi internal dan eksternal petani dapat mendukung serta menghambat partisipasi petani dalam kegiatan SL-PTT. Pendidikan formal atau pendidikan di bangku sekolah yang ditempuh oleh petani dapat menjadi faktor pendukung dalam kegiatan sekolah lapang. Dengan tingginya pendidikan diharapkan petani dapat memahami dan mudah untuk melaksanakan suatu inovasi baru yang ditawarkan. Komponen teknologi yang ditawarkan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani dan dapat mensejahterakan petani. Pendidikan petani yang kebanyakan SLTP mampu mempengaruhi sikap petani terhadap suatu inovasi teknologi. Selain pendidikan formal pendidikan non formal juga dapat menjadi faktor pendukung petani dalam berpartisipasi. Pendidikan non formal yang dimaksud adalah seberapa seringnya petani mengikuti pelatihan seperti mengikuti penyuluhan pertanian dan pelatihan diluar kegiatan penyuluhan seperti kegiatan karyawisata ke daerah lain atau mengikuti pelatihan mengenai kegiatan budidaya tanaman seperti pelatihan budidaya tanaman padi dan pelatihan budidaya tanaman jeruk. Semakin sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan atau pelatihan di bidang pertanian, diharapkan informasi yang diperoleh akan semakin banyak. Hal ini akan berpengaruh terhadap keterampilan petani dalam pengelolaan usaha taninya, serta mampu membuka wawasan petani untuk lebih terbuka terhadap suatu inovasi baru. Pendidikan non formal yang diikuti oleh petani diharapkan mampu memberikan sumbangan yang positif terhadap pola pikir yang selama ini diyakininya.

Kegiatan pelatihan yang diadakan memang sangat terbatas hal tersebut yang memungkinkan tidak semua petani memperoleh informasi terkait kegiatan pelatihan dan budidaya tersebut, karena hanya beberapa orang dari petani yang mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan diadakan untuk meningkatkan pengetahuan petani akan cara berusahatani. Biasanya petani yang menghadiri kegiatan pelatihan tersebut adalah ketua kelompok tani dari tiap-tiap desa, setelah ketua kelompok tersebut memperoleh pengetahuan diharapkan saat petemuan kelompok ketua kelompok tani tersebut dapat membagi pengalamannya sehingga anggota kelompok tani yang lain juga tidak ketinggalan informasi.

b. Faktor Penghambat Pendapatan merupakan satu faktor penghambat dalam partisipasi petani. Pendapatan yang rendah mengakibatkan petani sulit untuk menerapkan teknologi yang diberikan, karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari yang biasanya dikeluarkan dalam berusaha tani. Penanaman dengan sistem blak dalam 1ha dibutuhkan 8 orang buruh tanam dengan sistem borongan dimana upahnya sebesar Rp. 600.000 dan diselesaikan dalam waktu 2 hari sedangkan bila menggunakan sistem jajar legowo waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penanaman selama 2,5 hari dengan tambahan upah 20% dari biaya penanaman yaitu penambahannya sebanyak Rp. 120.000. Selain pendapatan sistem jajar legowo dianggap sulit oleh sebagian petani karena petani sudah terbiasa menggunakan sistem blak. Salah satu kendala dalam penerapan sistem legowo adalah tenaga khususnya tanam kurang mengerti dan kurang paham bagaimana sistem ini dilakukan. Kesulitan tersebut mengakibatkan tenaga kerja tanam meminta tambahan upah kepada pemilik lahan.

Tabel 19. Komponen Yang Mempengaruhi Kegiatan SL-PTT No. Komponen

yang Pengaruh pada kegiatan SL-PTT mempengaruhi kegiatan SL-PTT

1. Pendidikan Formal

Kemampuan

petani dalam membaca dan menulis dapat membantu pelaksanaan kegiatan sekolah lapang serta dengan pengetahuan

yang yang

dimilikinya

dapat membantu penyerapan komponen teknologi yang ditawarkan

2. Pendidikan non formal Pengalaman petani dalam kegiatan pelatihan dan bubidaya dapat membantu dalam menerapkan komponen

teknologi yang

diberikan.

3. Luas lahan Petani yang memiliki luas lahan yang relatif luas dan berada ditempat yang strategis seperti dekat dengan jalan raya dan sering dilalui oleh orang digunakan sebagai lahan percontohan agar petani lain yang melalui jalan tersebut dapat melihat dan mendorong keingintahuan mereka tentang SL-PTT

4. Pendapatan

Pendapatan

yang rendah merupakan suatu kendala dalam menerapkan komponen teknologi yang ditawarkan, karena sistem jajar legowo dalam Sl-PTT membutuhkan biaya yang lebih dari yang biasanya dikeluarkan oleh petani.

Sumber : Analisis Data Primer 2010