Karakteristik Subjek Penelitian

B. Karakteristik Subjek Penelitian

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan banyak waktunya di jalan. Kehidupan jalanan yang keras dan bebas akan membentuk karakteristik pada dirinya. Anak jalanan di daerah Surakarta memiliki ciri yang hampir sama di setiap daerahnya. Hal ini dipertegas dari penelitian Saludung (2002), bahwa anak jalanan tidak bekerja, sakit, dan cacat. Mengemis setiap hari dari pagi sampai sore dan Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan banyak waktunya di jalan. Kehidupan jalanan yang keras dan bebas akan membentuk karakteristik pada dirinya. Anak jalanan di daerah Surakarta memiliki ciri yang hampir sama di setiap daerahnya. Hal ini dipertegas dari penelitian Saludung (2002), bahwa anak jalanan tidak bekerja, sakit, dan cacat. Mengemis setiap hari dari pagi sampai sore dan

1. Anak Jalanan Daerah Kecamatan Jebres

a. Dalam pergaulan dan berkehidupan sehari-hari anak jalanan sebagian besar menggunakan bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan sedikit dalam bahasa Inggris (stop, you, fuck, swear).

b. Anak jalanan di daerah Kecamatan Jebres memiliki keanekaragaman usia, karakteristik alat musik, dan beberapa ciri fisik seperti menggunakan tindik di telinga, baju kumal, celana setinggi 3/4, dan rambut yang tidak tertata atau bahkan di tata berantakan. Namun, secara umum tidak ditemukan satu gaya sama yang dimiliki anak jalanan.

c. Anak jalanan di kecamatan ini tersebar di Perempatan Panggung, Perempatan Balaikota, Teras Panggung Motor, Pasar Ledoksari, dan di Stasiun Jebres Surakarta.

d. Sebagian besar anak jalanan menggunakan bahasa Indonesia dalam situasi formal, seperti bersekolah di PPAP Seroja, namun dalam pergaulan sehari- hari tidak. Mereka cenderung menggunakan ragam santai, ragam akrab, atau ragam intim.

e. Usia anak jalanan sangat variatif. Beberapa anak jalanan berkisar 4 tahun. Anak jalanan berusia 4 tahun masih bersama orangtuanya ketika berkegiatan di jalanan. Namun orang tua anak jalanan hanya mengawasi dari kejauhan.

f. Anak jalanan berusia 10 tahun biasanya berkumpul dengan anak jalanan seusianya, mereka lebih sering terlihat bercanda dan tertawa satu dengan yang lainnya. Anak jalanan dalam usia 10 tahun, tidak lagi di antar orang tuanya

g. Anak jalanan yang berusia berkisar dari 15 tahun ke atas sering kali terlihat menggerombol dan berkumpul dengan seusianya. Anak jalanan seusia ini tidak mudah bersosialisasi dengan masyarakat umum. Mereka terkesan mengisolasi diri dan tidak peduli terhadap masyarakat. Namun, ketika g. Anak jalanan yang berusia berkisar dari 15 tahun ke atas sering kali terlihat menggerombol dan berkumpul dengan seusianya. Anak jalanan seusia ini tidak mudah bersosialisasi dengan masyarakat umum. Mereka terkesan mengisolasi diri dan tidak peduli terhadap masyarakat. Namun, ketika

h. Anak jalanan di Jebres, Surakarta paling variatif dari kecamatan lain. Mereka tidur dan menganggap Pasar Ledoksai sebagai tempat tinggal dan pulang. Sebagian tidur di teras toko, dan berkegiatan di jalanan.

i. Anak jalanan di Kecamatan Jebres tidak bersekolah di sekolah formal, namun sebagian kecil anak jalanan bersekolah di pendidikan informal yang dikelola oleh LSM PPAP Seroja.

2. Anak Jalanan Daerah Kecamatan Banjarsari

a. Anak jalanan di wilayah Banjarsari memiliki gaya yang sama, namun ada pula yang memiliki karakter berbeda. Karakter tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian dan alat musik yang dimainkan. Cara berpakaian yang paling menonjol berbeda adalah anak jalananan yang sudah mulai mengenakan kacamata fantasi, rantai yang mengalung di dompet, dan mengenakan sepatu (tidak lagi sandal).

b. Alat musik yang dimainkan di daerah ini seperti halnya di daerah lain, namun cenderung satu dengan yang lainnya sama, dalam memainkan alat musik, anak jalanan di kecamatan ini menggunakan alat yang sama.

c. Anak jalanan di Kecamatan Banjarsari berada di daerah Terminal Tirtonadi dan Perempatan Radio Jimbaran. Jika dispesifikkan, anak jalanan di daerah Terminal Tirtonadi berada di kawasan belakang terminal, di taman depan terminal, dan di perkampungan di sekitar Terminal Tirtonadi.

d. Anak jalanan tidur di tempat yang ia sebut rumah dan ia merasa nyaman berada di tempat tersebut. Seperti emper toko, taman depan Terminal Tirtonadi, dan kursi kosong di beberapa daerah sedekatnya.

e. Anak jalanan di daerah ini menggunakan bahasa Jawa sebagai komunikasi utamanya. Penggunaan bahasa Jawa dipakai sebagai sarana berbincang satu dengan yang lainnya, namun ketika anak jalanan mengamen di bus, menggunakan lagu berbahasa Indonesia.

f. Tidak ada spesifikasi perbedaan model percakapan antara satu orang dengan yang lainnya. Antara yang lebih muda dan yang lebih tua, tidak f. Tidak ada spesifikasi perbedaan model percakapan antara satu orang dengan yang lainnya. Antara yang lebih muda dan yang lebih tua, tidak

g. Rerata usia anak jalanan di daerah kecamatan Banjarsari, berkisar antara 14 sampai 20 tahun, dan keseluruhan anak jalanan bercampur dalam satu wilayah yang sama, tidak saling memisah. Namun, dalam keseharian satu sama lain, saling menjaga diri dalam bergaul.

h. Anak jalanan di daerah ini, nantinya akan berpindah dari satu bis ke bis yang lain, jadi dimungkinkan interaksi sangat sedikit. Selain itu, secara umum anak jalanan yang berpindah dari satu bis ke bis yang lain tampak lebih rapi, karena sebagian besar lahan pekerjaan mereka di dalam bis.

3. Anak Jalanan Daerah Kecamatan Serengan

a. Kawasan Kecamatan Serengan lebih tepatnya berada di Barat Solo Grand Mall, Jalan Slamet Riyadi, Surakarta.

b. Anak jalanan menggunakan bahasa Jawa sebagai komunikasi utamanya, dan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan orang yang lalu lalang.

c. Penggunaan bahasa Jawa relatif lebih tinggi daripada penggunaan bahasa Indonesia atau bahasa lainnya. Anak jalanan sering bersuara dengan lantang dan tanpa beban. Bahasa Jawa yang digunakan adalah bahasa Jawa ngoko tanpa mengindahkan norma dan peraturan dalam bahasa Jawa.

d. Tidak ada yang merasa terganggu dengan sikap satu dengan yang lainnya,

kegiatan berjalan kompak dan bekerja sama dalam mencari uang.

e. Setiap anak jalanan tidur di tempat yang dirasa nyaman, seperti halte dan

teras sekolah, namun ketika di pagi hari, mereka berpindah.

f. Pada siang hari beberapa anak jalanan menjual koran, mengamen dan meminta-minta di daerah Kecamatan Serengan.

g. Usia anak jalanan relatif sama, berkisar antara 16-18 tahun dan karakter yang hampir sama.

h. Karakter anak jalanan hampir sama, menggunakan sepatu yang serupa, gelap. Anak jalanan juga menggunakan model rambut yang serupa, punk.

yang hampir sama, khususnya di bagian telinga

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak jalanan di Kota Surakarta sebagian besar menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Usia anak jalanan bervariasi. Namun, dapat dikatakan bahwa anak jalanan yang umur balita dan anak-anak masih didampingi orang tua sedangkan usia remaja dan dewasa lebih sering sendiri dalam melakukan aktivitasnya. Anak jalanan memiliki karakteristik fisik yang lusuh, tidak terawat, dan acak-acakan. Gaya hidup yang miliki dapat dikatakan bebas seperti tidur di jalan atau pasar.