KONDISI TRANSPORTASI JAKARTA

B. KONDISI TRANSPORTASI JAKARTA

1. Kondisi Transportasi Jakarta secara Umum Dewasa ini, permasalahan lalu lintas yang terjadi di wilayah DKI Jakarta antara lain disebabkan oleh meningkatnya tekanan terhadap prasarana dan sarana 1. Kondisi Transportasi Jakarta secara Umum Dewasa ini, permasalahan lalu lintas yang terjadi di wilayah DKI Jakarta antara lain disebabkan oleh meningkatnya tekanan terhadap prasarana dan sarana

Pada tahun 1990, jumlah penduduk tercatat yang bermukim di wilayah ini telahmencapai lebih dari 8,2 juta jiwa. Jumlah ini akan senantiasa meningkat, baikyang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alamiah, maupun karena migrasi yang terjadi sebagai akibat dari meningkatnya harapan ekonomi dan kesempatankerja di wilayah ini. Untuk periode 1985-1990 misalnya, pertumbuhan pendudukyang terjadi adalah sekitar 2,31% per tahunnya. Tingkat pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga masa yang akan datang, meskipundengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan mengalami penurunan, yaiturata-rata Jabotabek untuk periode pasca tahun 2000 menjadi 2,19% per tahun dari 3,11% yang terjadi pada periode sebelumnya. Diprediksikan bahwa jumlah penduduk pada tahun 2000 akan mencapai sekitar 23,3 juta jiwa dan pada tahun2015 akan mencapai lebih kurang 32,2 juta jiwa. Jumlah ini berarti hampirmencapai dua kali lipat dari jumlah penduduk eksisting dan tentunya akan mengakibatkan terjadinya peningkatan yang sangat berarti terhadap Pada tahun 1990, jumlah penduduk tercatat yang bermukim di wilayah ini telahmencapai lebih dari 8,2 juta jiwa. Jumlah ini akan senantiasa meningkat, baikyang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alamiah, maupun karena migrasi yang terjadi sebagai akibat dari meningkatnya harapan ekonomi dan kesempatankerja di wilayah ini. Untuk periode 1985-1990 misalnya, pertumbuhan pendudukyang terjadi adalah sekitar 2,31% per tahunnya. Tingkat pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga masa yang akan datang, meskipundengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan mengalami penurunan, yaiturata-rata Jabotabek untuk periode pasca tahun 2000 menjadi 2,19% per tahun dari 3,11% yang terjadi pada periode sebelumnya. Diprediksikan bahwa jumlah penduduk pada tahun 2000 akan mencapai sekitar 23,3 juta jiwa dan pada tahun2015 akan mencapai lebih kurang 32,2 juta jiwa. Jumlah ini berarti hampirmencapai dua kali lipat dari jumlah penduduk eksisting dan tentunya akan mengakibatkan terjadinya peningkatan yang sangat berarti terhadap

Dari kajian-kajian yang telah dilakukan sebelumnya yang merupakan penjabaranRTRW DKI 2010 untuk sektor transportasi, telah direkomendasikan panduan terhadap program-program yang menjadi prioritas dalam konteks system transportasi di DKI. Sebagian dari rekomendasi pada sisi pasokan (supply)merupakan hasil analisis kuantitatif terutama yang menyangkut pengembangansistem jaringan jalan dan sebagian lainnya yang menyangkut sistem angkutanumum diperoleh dari hasil analisis kualitatif serta kajian awal terhadap programdi sisi manajemen permintaan (demand). Gambar 8 menggambarkan SistemJaringan Pendukung Transportasi di Wilayah DKI Jakarta.

Ga mbar III.2 Sistem Jaringan Pendukung Transportasi Sumber: Pola Transpotrasi Makro, Dishub DKI Jakarta

Dari berbagai macam moda angkutan umum bus, baik yang berskala besar,menengah maupun kecil, tetap menjadi angkutan yang dekat dengan Dari berbagai macam moda angkutan umum bus, baik yang berskala besar,menengah maupun kecil, tetap menjadi angkutan yang dekat dengan

Angkutan umum merupakan inti dari pergerakan ekonomi di kota. Berbagai bentuk moda angkutan umum dengan karakteristik dan tingkat pelayanan yang diberikan mewarnai perkembangan sistem angkutanumum kota yang berorientasi kepada kenyamanan dan keamanan sehingga dapat bersaing dengan angkutan pribadi.

a. Jaringan Jalan Eksisting Jaringan jalan di wilayah DKI Jakarta berkembang sesuai dengan otoritas wilayah yangmenyangkut administratif jalan. Keutuhan wilayah Jabotabek dalam konteks sistemtransportasi darat terhubungkan baik melalui sistem jalan raya, sistem kereta api dansistem angkutan umum. Total panjang jalan di DKI Jakarta kurang lebih 10% dari totalpanjang jalan di Jawa. Perbandingan antara panjang jalan dan total area di wilayah DKIJakarta hanya 4 %, dimana idealnya untuk kota sebesar Jakarta adalah 10 – 15 %.

1) Pola Jaringan Jalan

Gambar III.3 Pola Jaringan Jalan DKI Jakarta Sumber: Pola Transpotrasi Makro, Dishub DKI Jakarta

Pola jaringan jalan di wilayah DKI Jakarta secara umum terdiri dari sistem jaringan jalanlingkar yaitu lingkar dalam (inner ring road) dan lingkar luar (outer ring road) yang jugamerupakan jaringan jalan arteri primer, jaringan radial yang melayani kawasan di luarinner ring road menuju kawasan di dalam inner ring road dan jaringan jalan berpola grid diwilayah pusat kota. (Gambar 3.3)

2) Kepadatan Jaringan Jalan Berdasarkan data dari Dinas PU DKI Jakarta dan SITRAMP Jabotabek, kepadatanjaringan jalan terlihat pada Gambar 3.4 yang direpresentasikan dengan rasio luas jalandan luas areal wilayah kelurahan.

Ga mbar III.4. Kepadatan Jaringan Jalan DKI Jakarta Sumber: Pola Transpotrasi Makro, Dishub DKI Jakarta

b. Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Seiring dengan bertambahnya prasarana jalan, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat, jumlah kendaraan turut meningkat, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Pada periode tahun 1990 s/d tahun 1997, terlihat bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan relatif tinggi untuk seluruh jenis kendaraan. Setelah tahun 1997, yaitu pada saat krisis ekonomi mulai terjadi, terlihat bahwa tingkat pertumbuhan jumlah kendaraan relative menurun untuk keseluruhan jenis kendaraan.

Ga mbar III.5 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Tahun 1990-1999 Sumber: Pola Transpotrasi Makro, Dishub DKI Jakarta

c. Karakteristik Perjalanan

Tabel III.2 Kebutuhan perjalanan harian Sumber: Pola Transpotrasi Makro, Dishub DKI Jakarta

Moda

Perjalanan

Orang Harian

Komposisi Terhadap

Total

Komposisi terhadap motorized mode Seluruh Moda (termasuk non-motorized)

100.0% - Non-motorized modes of transport

28.8% - Motorized modes of transport

71.2% 100.0% - Sepeda Motor

10.1% 14.2% - Mobil pribadi

22.0% 30.8% - Bus

37.5% 52.7% - KA

Tingkat motorisasi penduduk DKI Jakarta dan wilayah BOTABEK mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi sejalan dengan peningkatan pendapatan. Tingkat motorisasi ini pada akhirnya akan mempengaruhi mobilitas penduduk dalam arti bahwa tingkat perjalanan yang dilakukan penduduk baik di wilayah DKI Jakarta, maupun BOTABEK juga mengalami peningkatan. Tingkat motorisasi yang tinggi juga mengidentifikasikan diperlukannya pasokan (supply) sistem transportasi untuk menampung pertumbuhan lalu-lintas sejalan dengan peningkatan tingkat motorisasi. Kondisi motorisasi baik di wilayah DKI Jakarta dan BOTABEK terlihat pada

Tabel 3.3 Panjang Perjalanan Rata-rata menurut Maksud Perjalanan dan Kelompok Pendapatan Sumber: Pola Transpotrasi Makro, Dishub DKI Jakarta

Kelompok Pendapatan

8.98 10.22 4.36 7.43 Menengah Atas

8.05 10.04 3.47 4.59 Menengah Bawah

Tabel 3.3 menunjukkan panjang perjalanan rata-rata menurut maksud perjalanan dan kelompok pendapatan. Pada kondisi tersebut terlihat bahwa

pertumbuhan tingkat perjalanan tersebut pada periode tahun 1985-1990 adalah 1.5% pertahun. Pada tahun 1985, hasil Home Interview Survey yang dilakukan oleh ARSDS menunjukkan bahwa tingkat perjalanan penduduk DKI Jakarta adalah 1.67 perjalanan perorang perhari (baik motorised maupun non- motorised ).

Tabel 3.4 Pergerakan Komuter Jakarta-BODETABEK Tahun 2000 Sumber: Pola Transpotrasi Makro, Dishub DKI Jakarta

Arah Pergerakan

Volume Pergerakan

(kend/hari)

Volume Pergerakan (org/hari) DKI Jakarta-Tangerang

1,221,079 DKI Jakarta-Bekasi

1,503,654 DKI Jakarta-Bogor/Depok

Pertambahan tingkat perjalanan secara total akan menyebabkan pertumbuhan lalu-lintas relatif semakin tinggi. Hasil dari prakiraan permintaan didasarkan pada matriks O-D Jakarta tahun 1990 oleh JMTSS dan TNPR.

Data dari kedua studi menunjukkan selain perjalanan yang dilakukan penduduk DKI Jakarta di dalam kota sendiri terdapat perjalanan yang dilakukan bukan penduduk Jakarta (BOTABEK) yang dilakukan di dalam kota

Jakarta. Total perjalanan yang dilakukan diprakirakan meningkat sekitar 3,63% pertahun. Dari 9,7 juta perjalanan dengan kendaraan bermotor pada tahun 1990 diprakirakan meningkat menjadi sekitar 16 juta perjalanan per hari pada tahun 2005. Pada tahun 2000 telah dilakukan survei terhadap arus perjalanan antar wilayah Jakarta dengan wilayah sekitarnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel2.3. yang memperlihatkan arus komuter antara Jakarta dan BODETABEK tahun 2000 (SITRAMP, Phase I – JICA)

2. Kebijakan Bidang Transportasi Pada skenario tahun 2007, scenario kebijakan pendukung untuk tahun 2010 terdiri dari penerapan Tranport DemandManagement (TDM), Pengembangan Sistem kendali Lalu-lintas dan Sistem Informasi Lalu-lintas. Strategi TDM diarahkan pada “traffic restraint” dengan penerapan kawasanpembatasan lalu-lintas yang merupakakelanjutan dari pengembangan di tahun2007. Arahan RTRW 2010 tentang zonapembatasan lalu-lintas diterapkan denganpengembangan kawasan yang mencakupkawasan segi tiga emas.

Tahapan pengembangan KPL dapat dilihat pada Gambar 3.6 yaitu Phase I dikembangkan tahun 2007 dilanjutkan dengan Phase II yang mencakup kawasan segi tiga emas dan Phase III. Dalam implementasinya, KPL diarahkan sebagai kawasan “road pricing”.

Untuk mendukung penerapan KPL dengan “road pricing”, pengembangan sistem kendali dan informasi lalu-lintas sangat dibutuhkan mengingat segala informas mengenai kondisi lalu-lintas dan kondisi kawasan (seperti ketersediaan tempat parkir dan lainlain) harus dapat diterima oleh pengguna jalan sebelum memasuki KPL.

3. Prediksi Kondisi Transportasi Jakarta yang Akan Datang Saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1% per tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta (Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation Agency (JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet total pada 2020 (Study on Integrated Transportation Master Plan/ SITRAMP II)

4. Rencana Transportasi Rencana pengembangan transportasi public di kota Jakarta secara umum direncanakan terdapat 5 jenis moda, antara lain:

1. Moda Busway yang terbagi menjadi 15 koridor trayek tujuan

2. Moda monorel yang terbagi menjadi 2 yaitu monorel jalur lingkar dan monorel Kampung Melayu

3. Moda Waterways yaitu BKT (Banjir Kanal Timur), BKS (Banjir Kanal Selatan) dan BKB (Banjir Kanal Barat)

4. Moda Kereta KRL

5. Moda MRT (Mass Rapid Transit) yang terbagi menjadi Elevated dan Subway