ANALISA SISTEM PERUANGAN
B. ANALISA SISTEM PERUANGAN
1. Kebutuhan Ruang
a. Kegiatan Stasiun Transit
1) Kegiatan Utama
a) Pedestrian Level
b) Free concourse
c) Paid concourse
d) Platform
2) Kantor Stasiun Transit
a) station front office
b) station back office b) station back office
f) platform office
3) Ruang Utilitas
a) traction substation
b) ruang elektrik
c) ruang alat persinyalan dan telekomunikasi
d) ruang tangki air
e) ruang pompa
4) Ruang Service
a) Toilet
b) ATM Untuk optimalisasi fungsi concourse area, dan memudahkan penumpang untuk membeli tiket, maka pada Concourse area ini perlu diberikan fasilitas tambahan berupa ATM.
c) Mushalla Sedangkan untuk optimalisasi sirkulasi, serta memfasilitasi penumpang yang beragama muslim, maka perlu direncanakan sebuah mushalla, agar nantinya tidak terjadi fenomena “mushalla darurat”.
d) Tempat wudhu Untuk memberikan kenyamanan berwudhu bagi penumpang agar tidak wudhu di toilet.
a) Lahan parkir
b) Rest area
c) Pos jaga
d) Toilet
e) Mushalla
2) Kegiatan cuci mobil
a) Parkir mobil
b) Ruang peralatan dan perlengkapan
c) Ruang karyawan
d) Lavatory
3) Kegiatan bengkel
a) Ruang bengkel
b) Ruang peralatan dan perlengkapan
c) Ruang karyawan
d) Lavatory
c. Kegiatan Depo
1) Penyimpanan dan pemeriksaan
a) Stabling yard
b) Train inspection shed
c) Motor car shed
2) Site administration/ OCC (Operational Control Center)
Communication Backbone
b) TETRA Radio System
c) Public Address (PA) System
d) CCTV and DVR System
e) Clock System
f) Electronic Private Automatic Branch Exchange (EAPBX) System and Digital Voice Recording Sound (DVRS)
g) Direct Line Telephone System (DLTS)
h) Video and Voice Intercom System (ICOM)
i) Supervisory Control and Date Acquisition (SCADA) System j) Intruder Alarm System (IAS) k) Passenger Information Display Sistem (PIDS) l) Power Supply System m) Large Screen Projector System (LSPS)
3) Workshop
a) Emplasemen quality control
b) LOSD
c) Logistik
d) Ruang alat
e) Ruang carger
f) Ruang penyimpanan minyak
g) Ruang penyimpanan drum bekas g) Ruang penyimpanan drum bekas
4) Workshop office
a) Senior supervisor Depo
b) Senior supervisor administrasi
c) Supervisor program
d) Supervisor ruas organisasi dan rencana
e) Supervisor ruas elektrik
f) Supervisor ruas mekanik
g) Supervisor ruas interior dan eksterior
h) Supervisor ruas Quality Control (QC)
i) Ruang karyawan j) Ruang belajar
5) Infrastructure Maintenance office
a) Supervisor electrical maintenance
b) Supervisor rail maintenance
c) Supervisor civil infrastructure maintenance
d) Supervisor administration
6) Service
a) Mushalla
b) Toilet b) Toilet
1) Lobby
2) Lounge
3) Office floor
4) Service
a) Lift
b) Escalator
c) Toilet
d) Pantry
e) Mushalla
5) Ruang utilitas
a) Gudang
b) Ruang pemilah sampah
c) Ruang penyimpanan sementara
d) Ground tank
e) Roof tank
f) Ruang AHU
g) Ruang Chiller
h) Ruang Cooling Tower
i) Shaft j) Ruang pompa air bersih k) Ruang pompa air kotor i) Shaft j) Ruang pompa air bersih k) Ruang pompa air kotor
e. Commercial Area
1) Shop and food court
a) Lobby
b) Lounge
c) Retail
d) Café
e) Restaurant
f) Service
a) Pemanas minyak
b) Mesin pendingin
c) Penyimpanan dingin lemak c) Penyimpanan dingin lemak
g) Ruang ante
h) Rak daging
i) Daging dingin j) Rak ikan k) Pendinginan mendalam l) Rak kopi m) Rak lemak n) Rak sayur o) Rak buah p) Kasir q) Rak bunga r) Area troli s) Area tunggu t) Rak pakaian wanita u) Rak pakaian pria v) Rak pakaian anak-anak w) Ruang ganti wanita x) Ruang ganti pria y) Toilet wanita z) Toilet pria
aa) Ruang persiapan sayur dan buah aa) Ruang persiapan sayur dan buah
2. Pelaku, Jenis Kegiatan, dan Macam Ruang
Tabel V.1 Pelaku, Jenis Kegiatan dan Macam Ruang Sumber: Analisa Penulis
Pelaku Kegiatan
Jenis Kegiatan
Macam Ruang Penumpang Penumpang naik MRT
Datang
Pedestrian Level Halte
Parkir
Taman Park and Ride
Masuk stasiun
Hall/ free concourse
Belanja
Commercial area
Beli tiket
Paid concourse
Menunggu MRT
Platform/ paid concourse
Naik MRT
Platform
Service
Foodcourt Mushalla ATM
Metabolisme
Toilet
Penumpang turun MRT
Turun dari MRT
Platform
Belanja
Commercial Area
Keluar stasiun
Pedestrian Level
Service
Foodcourt Mushalla ATM
Metabolisme
Toilet
Ambil kendaraan di park and ride
Taman Park and Ride
Pulang
Halte
Pengantar/ penjemput
Datang
Area penerima
Drop penumpang di lobby
Drop area
Menunggu
Rest area
Pulang
Exit area
Service
Foodcourt Mushalla ATM
Metabolism
Toilet
Pengelola Regional Station
Datang
Pedestrian level Halte
Parkir
Taman Park and Ride
Masuk stasiun
Hall/ free concourse
· Station front office · Station back office · Ticket sales office · Fair adjustment office · Station control room · Platform office · Traction substation office · Signaling &
telecom equipment room
Rapat
Ruang rapat
Service
Foodcourt Mushalla ATM
Commercial Area
Pulang
Park and Ride Halte
Pengelola Depo
Datang
Pedestrian Level Halte
Masuk depo
Area penerima
Parkir
Area parkir khusus depo
Bekerja
· Stabling yard · Train inspection shed · Workshop · Workshop office · Infrastructure Maintenance
office · Site administration/ OCC
(Operational Control Center) · Motor car shed
Rapat
Ruang rapat
Service
Foodcourt Mushalla ATM
Commercial Area
Pulang
Halte
Pengelola Park and Ride
Datang
Area penerima Halte
Parkir
Park and Ride
Bekerja
· Petugas parkir · Petugas cuci mobil · Petugas bengkel
Belanja
Commercial Area
Park and Ride Halte
Pegawai PT. MRT Jakarta
Datang
Area penerima Halte
Parkir
Park and Ride
Masuk stasiun
Free concourse
Masuk kantor
Lobby Lounge
Bekerja
Ruang kantor
Service
Foodcourt Mushalla ATM
Park and Ride Halte
Pengelola Commercial Area
Datang
Area penerima Halte
Parkir
Park and Ride
Masuk stasiun
Free concourse
Masuk Commercial Area
Lobby Lounge
Bekerja
Ruang kerja pengelola
Belanja
Commercial Area
Service
Foodcourt Mushalla ATM
Metabolism
Toilet
Keluar stasiun
Pedestrian Level
Pulang
Park and Ride Halte
Pedagang/ sales retail
Datang
Area penerima Halte
Parkir
Park and Ride
Masuk stasiun
Free concourse
Masuk Commercial Area
Lobby Lounge
Bekerja
Retail Café Restaurant Hypermart
Belanja
Commercial Area
Service
Foodcourt Mushalla
Keluar stasiun
Pedestrian Level
Pulang
Park and Ride Halte
Dealer barang
Datang
Area penerima mobil barang
Parkir
Parkir mobil barang
Loading-unloading
Hall dan koridor loading
Pergi
Exit area dealer
3. Besaran Ruang
a. Dasar Pertimbangan : Untuk menentukan kebutuhan luas (besaran ruang) yang berhubungan dengan
masing-masing kegiatan serta fasilitas ruang yang dibutuhkan, diperlukan suatu standart besaran ruang. Standart besaran ruang yang digunakan bersumber dari:
1) Literatur
a) Architects Data, Ernest Neufert ( NAD )
b) Time Server Standard for Building Ty, Architecture of Welton Bechet and Associated William Dudley Hunt, Jr. F.A.L.A. ( TSS )
2) Survey lapangan, tentang kegiatan dan peralatan yang digunakan/ Study banding yang dilakukan ke beberapa obyek terkait.
3) Asumsi
a) Studi literatur
b) Data dan informasi dari Instansi/ lembaga terkait
4) Penentuan Flow (ruang gerak / sirkulasi) Sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya flow gerak/sirkulasi yang dibutuhkan berdasar Neufert’s Architects Data untuk masing-masing ruang adalah:
: Tuntutan kenyamanan fisik
: Tuntutan kenyamanan psikologis
: Tuntutan spesifik kegiatan
70% - 100% : Keterkaitan dengan banyaknya kegiatan
a. Besaran Ruang Stasiun Transit
1) Besaran Ruang Utama
Tabel V.2 Besaran Ruang Utama Sasiun Transit Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Pedestrian level
0.8 m 2 /orang
800orang
0.6 m 2 x 800 orang = 480m 2 Flow 8% = 0.08 x 480 = 38.4 m 2
Total: 480 + 38.4 = 518.4 m 2
520 m 2
Free concourse
0.8 m 2 /orang
800orang
0.6 m 2 x 800 orang = 538 m 2 Flow 8% = 0.08 x 538 = 43.04 m 2 Total: 538 + 43.04 = 581.04
520 m 2
Paid concourse
0.8 m 2 /orang
800orang
0.6 m 2 x 800 orang = 538 m 2 Flow 8% = 0.08 x 538 = 43.04 m 2 Total: 538 + 43.04 = 581.04
520 m 2
Platform
0.8 m 2 /orang
800orang
0.6 m 2 x 800 orang = 538 m 2 Flow 8% = 0.08 x 538 = 43.04 m 2 Total: 538 + 43.04 = 581.04
520 m 2
Emplasemen
250m*3m
2 jalur
250m*3m*2 = 1500 m 2 Flow = 20% = 0.2 * 1500 m 2 =
300 m 2
Total = 1500 m 2 + 300 m 2 =
1800 m 2
1800 m 2
Luas Total
2) Besaran Ruang Kantor Stasiun Transit
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Station front office
0.8 m 2 /orang * 3
org
1 meja pjg =3
2 kursi =1 m 2
1 unit
3*0.8 m 2 = 2.4 m 2 3m 2 +1 m 2 =4m 2
Flow 70% = 0.7 * (2.4+4 m 2 )
= 4.48 m 2
Total = 6.4 m 2 + 4.48 m 2 =
10.88 m 2
11 m 2
Station back office
0.8 m 2 /orang * 4
org
4 meja = 10 m 2
4 kursi =2 m 2
1 unit
4*0.8 m 2 = 3.2 m 2 10 m 2 +2 m 2 = 124 m 2 Flow 50% = 0.5 * 127.2 m 2 =
63.6 m 2
Total = 63.6 m 2 + 127.2 m 2 =
190.8 m 2
190 m 2
Ticket sales office
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
2 unit
(0.8 m 2 + 2.5 m 2 + 0.5 m 2 )*2 =
7.6 m 2
Flow 20% = 0.2 * 7.6 m 2 =
1.52 m 2
Total = 7.6 m 2 + 1.52 m 2 =
9.12 m 2
10 m 2
Fair adjustment office
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
2 orang
(0.8 m 2 + 2.5 m 2 + 0.5 m 2 )*2 =
15.2 m 2
Flow 50% = 0.5 * 15.2 m 2 =
7.6 m 2
Total = 7.6 m 2 + 1.52 m 2 =
22.8 m 2
25 m 2
Station control room
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
2 orang
(0.8 m 2 + 2.5 m 2 + 0.5 m 2 )*2 =
15.2 m 2
Flow 50% = 0.5 * 15.2 m 2 =
7.6 m 2
Total = 7.6 m 2 + 1.52 m 2 =
22.8 m 2
25 m 2
Platform office
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
2 orang
(0.8 m 2 + 2.5 m 2 + 0.5 m 2 )*2 =
15.2 m 2
Flow 50% = 0.5 * 15.2 m 2 =
7.6 m 2
Total = 7.6 m 2 + 1.52 m 2 =
22.8 m 2
25 m 2
Luas Total
3) Besaran Ruang Utilitas Transit
Tabel V.4 Besaran Ruang Utilitas Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Traction substation -
1 gardu
Asumsi 27 m x 17 m = 459 m 2 460 m 2 Asumsi 48 m 2 48 m 2 Asumsi 27 m x 17 m = 459 m 2 460 m 2 Asumsi 48 m 2 48 m 2
1 kursi =0.5 m 2
Flow 50% = 0.5 * 15.2 m 2 =
7.6 m 2
Total = 7.6 m 2 + 1.52 m 2 =
22.8 m 2
Ruang tangki air
2 tangki
Asumsi 15 m 2 15 m 2 Ruang pompa
1 pompa
64 m 2 64 m 2
Luas Total
4) Besaran Ruang Service
Tabel V.5 Besaran Ruang Service Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Toilet
1.5m x 2m x 3 kamar
2 unit (pria dan wanita)
2 * (1.5m x 2m x 3) = 18 m 2 Flow 40% = 0.4 x 18 = 7.2 m 2 Total = 18 m 2 + 7.2 m 2 = 25.2
26 m 2
Security service
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
2 orang
(0.8 m 2 + 2.5 m 2 + 0.5 m 2 )*2 =
15.2 m 2
Flow 50% = 0.5 * 15.2 m 2 =
7.6 m 2
Total = 7.6 m 2 + 1.52 m 2 =
Mesin ATM =
Flow 50% = 0.5 x 6 = 3 m 2 Total = 6 m 2 +3m 2 =9m 2
9m 2 Mushalla
0.8 m 2 /orang
400 orang
(0.8 x 400) = 320 m 2
Flow 8% = 0.08 x 320 = 25.6
Total = 320 + 25.6 = 345.6 m 2
350 m 2
Tempat wudhu
0.8 m 2 /orang
400 orang
(0.8 x 400) = 320 m 2
Flow 8% = 0.08 x 320 = 25.6
Total = 320 + 25.6 = 345.6 m 2
350 m 2
Luas Total
b. Besaran Ruang Park and Ride
1) Besaran Ruang Parkir Komunal
Tabel 5.6 Besaran Ruang Parkir Komunal Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Lahan parkir
Mobil 2.5 x 5 Motor 1 x 2
500 mobil 500 motor
2.5 x 5 x 500 = 6250 m 2 2 x 1 x 500 = 1000 m 2
12.325 m 2
Rest area supir
0.8 m 2 /orang
500 orang
0.5 x 500 = 250 m 2
Flow 50% = 0.5 x 250 = 125
Total = 250 + 125 = 375 m 2
375 m 2
Pos jaga
2 unit
Asumsi 4 m 2 8m 2 Toilet
1.5m x 2m x 3 kamar
2 unit (pria dan wanita)
2 * (1.5m x 2m x 3) = 18 m 2 Flow 40% = 0.4 x 18 = 7.2 m 2 Total = 18 m 2 + 7.2 m 2 = 25.2
26 m 2
Mushalla
0.8 m 2 /orang
400 orang
(0.8 x 400) = 320 m 2
Flow 8% = 0.08 x 320 = 25.6
Total = 320 + 25.6 = 345.6 m 2
350 m 2
Tempat wudhu
0.8 m 2 /orang
400 orang
(0.8 x 400) = 320 m 2
Flow 8% = 0.08 x 320 = 25.6
Total = 320 + 25.6 = 345.6 m 2
350 m 2
Luas Total
2) Besaran Ruang Cuci Mobil
Tabel V.7 Besaran Ruang Cuci Mobil Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Ruang cuci mobil
Mobil 2.5 x 5
3 mobil
(2.5 x 5)*3 = 37.5 m 2 Flow 50% = 0.5 x 37.5 = 18.75
m 2 Total = 37.5 + 18.75 = 56.25
57 m 2
Ruang cuci motor
Motor 1 x 2
5 motor
2 x 5 = 10 m 2
Flow 50% = 0.5 x 10= 5 m 2 Total = 10 + 5 = 15 m 2
15 m 2 Ruang peralatan
1 unit
Asumsi 9 m 2 9m 2 Ruang karyawan
1 unit
Asumsi 15 m 2 15 m 2
Luas Total
3) Besaran Ruang Bengkel
Tabel V.8 Besaran Ruang Bengkel Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Ruang bengkel
Mobil 2.5 x 5 Motor 1 x 2
3 mobil 5 motor
(2.5 x 5)*3 = 22.5 m 2
2 x 5 = 10 m 2
Flow 50% = 0.5 x 32.5 = 16.25
39 m 2
Ruang peralatan
1 unit
Asumsi 9 m 2 9m 2 Ruang karyawan
1 unit
Asumsi 15 m 2 15 m 2 Lavatory
1.5m x 2m x 3 kamar
2 unit (pria dan wanita)
2 * (1.5m x 2m x 3) = 18 m 2 Flow 40% = 0.4 x 18 = 7.2 m 2 Total = 18 m 2 + 7.2 m 2 = 25.2
26 m 2
Luas Total
c. Besaran Ruang Depo
1) Penyimpanan dan Pemeriksaan
Tabel V.9 Besaran Ruang Penyimpanan dan Pemeriksaan
Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Stabling yard
3 x 420 meter
16 emplasemen
(3 x 420 m)* 16 = 20.160 m 2 Flow 20% = 0.2 x 20.160 =
4032 m 2 Total = 20.160 + 4032 =
24.192 m 2
24.192 m 2
Train Inspection shed
3 x 420 meter
3 emplasemen (3 x 420 m)* 3 = 3.780 m 2 Flow 20% = 0.2 x 3.780 = 756 m 2
Total = 3780 + 756 = 4536 m 2
4600 m 2
Motor car Shed
1 unit
Asumsi 15 m 2 15 m 2
Luas Total
2) Site Admi/ Operational Control Center (OCC)
Tabel V.10 Besaran Ruang Operational Control Center
Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
SDH and GE Communication Backbone
0.8 m 2 /orang
2 meja = 2.5 m 2
2 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 x 2 orang = 1.6 m 2
2 x 2.5 = 5 m 2
2 x 0.5 = 1 m 2
Flow 50% = 0.5 x (1.6 + 5 + 1)
= 3.8 m 2
Total = 7.6 + 3.8 = 11.4 m 2
12 m 2
TETRA Radio
0.8 m 2 /orang
1 unit
0.8 + 2.5 + 0.5 = 3.8 m 2 Flow 50% = 0.5 x 3.8 = 1.9 m 2 6m 2
PA
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 + 2.5 + 0.5 = 3.8 m 2 Flow 50% = 0.5 x 3.8 = 1.9 m 2 Total = 7.6 + 3.8 = 5.7 m 2
6m 2 CCTV and DVR
0.8 m 2 /orang
2 meja = 2.5 m 2
2 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 x 2 orang = 1.6 m 2
2 x 2.5 = 5 m 2
2 x 0.5 = 1 m 2
Flow 50% = 0.5 x (1.6 + 5 + 1)
= 3.8 m 2
Total = 7.6 + 3.8 = 11.4 m 2
12 m 2
Clock System
0.8 m 2 /orang
2 meja = 2.5 m 2
2 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 x 2 orang = 1.6 m 2
2 x 2.5 = 5 m 2
2 x 0.5 = 1 m 2
Flow 50% = 0.5 x (1.6 + 5 + 1)
= 3.8 m 2
Total = 7.6 + 3.8 = 11.4 m 2
12 m 2
EAPBX and DVRS 0.8 m 2 /orang
2 meja = 2.5 m 2
2 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 x 2 orang = 1.6 m 2
2 x 2.5 = 5 m 2
2 x 0.5 = 1 m 2
Flow 50% = 0.5 x (1.6 + 5 + 1)
= 3.8 m 2
Total = 7.6 + 3.8 = 11.4 m 2
12 m 2
DLTS
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 + 2.5 + 0.5 = 3.8 m 2 Flow 50% = 0.5 x 3.8 = 1.9 m 2 Total = 7.6 + 3.8 = 5.7 m 2
6m 2 ICOM
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 + 2.5 + 0.5 = 3.8 m 2 Flow 50% = 0.5 x 3.8 = 1.9 m 2 Total = 7.6 + 3.8 = 5.7 m 2
6m 2 SCADA System
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 + 2.5 + 0.5 = 3.8 m 2 Flow 50% = 0.5 x 3.8 = 1.9 m 2 Total = 7.6 + 3.8 = 5.7 m 2
6m 2 Intruder Alarm
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 + 2.5 + 0.5 = 3.8 m 2 Flow 50% = 0.5 x 3.8 = 1.9 m 2 Total = 7.6 + 3.8 = 5.7 m 2
6m 2 PIDS
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 + 2.5 + 0.5 = 3.8 m 2 Flow 50% = 0.5 x 3.8 = 1.9 m 2 Total = 7.6 + 3.8 = 5.7 m 2
6m 2 Power
Supply System
0.8 m 2 /orang
2 meja = 2.5 m 2
2 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 x 2 orang = 1.6 m 2
2 x 2.5 = 5 m 2
2 x 0.5 = 1 m 2
Flow 50% = 0.5 x (1.6 + 5 + 1)
= 3.8 m 2
Total = 7.6 + 3.8 = 11.4 m 2
12 m 2
LSPS
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
1 unit
0.8 + 2.5 + 0.5 = 3.8 m 2 Flow 50% = 0.5 x 3.8 = 1.9 m 2 Total = 7.6 + 3.8 = 5.7 m 2
6m 2
Luas Total
3) Workshop
Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Emplasemen quality control
3 x 420 m
3 emplasemen (3 x 420 m)* 3 = 3.780 m 2 Flow 20% = 0.2 x 3.780 = 756 m 2
Total = 3780 + 756 = 4536 m 2
3 emplasemen (3 x 420 m)* 3 = 3.780 m 2 Flow 20% = 0.2 x 3.780 = 756 m 2
Total = 3780 + 756 = 4536 m 2
4600 m 2
Logistik
10 rak = 1.2 m 2 1 unit
1.2 x 10 = 12 m 2
Flow 60% = 0.6 x 12 = 7.2 m 2 Total = 12 + 7.2 = 19.2 m 2
20 m 2 Ruang alat
10 rak = 1.2 m 2 1 unit
1.2 x 10 = 12 m 2
Flow 60% = 0.6 x 12 = 7.2 m 2 Total = 12 + 7.2 = 19.2 m 2
20 m 2 Ruang carger
3 carger
1 unit
(0.75 x 1) x 3 = 2.25 m 2 Flow 50% = 0.5 x 2.25 = 1.125
m 2 Total = 2.25 + 1.125 = 3.375
4m 2
Ruang penyimpanan drum minyak
10 drum = 2.043
1 unit
2.043 x 10 = 20.43 m 2 Flow 50% = 0.5 x 20.43 =
10.215 m 2 Total = 20.43 + 10.215 =
30.645 m 2
31 m 2
Ruang penyimpanan vaseline
6 drum = 2.043
1 unit
2.043 x 6 = 12.258 m 2 Flow 50% = 0.5 x 12.258 =
6.129 m 2 Total = 12.258 + 6.129 =
18.387 m 2
20 m 2
Stok minyak
4 dirigen = 0.81
1 unit
0.81 x 4 = 3.24 m 2
Flow 50% = 0.5 x 3.24 = 1.62
Total = 3.24 + 1.62 = 4.86 m 2
5m 2
Ruang penyimpanan drum bekas
60 drum = 0.72
1 unit
0.72 x 60 = 43.2 m 2
Flow 60% = 0.6 x 43.2 = 25.92
m 2 Total = 43.2 + 25.92 = 69.12
70 m 2
Ruang kerja bangku
1 unit
Asumsi 24 m 2
24 m 2 Gudang mekanikal
1 unit
Asumsi 24 m 2 24 m 2 Gudang elektrikal
1 unit
Asumsi 24 m 2 24 m 2 Ruang
penyimpanan sementara
1 unit
Asumsi 20 m 2
20 m 2
Luas Total
Tabel V.12 Besaran Ruang Workshop Ofice Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Senior Supervisor Depo
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
1 orang
(0.5 + 2.5) = 3 m 2
Flow 40 % = 0.4 x (3 + 0.8) =
1.52 m 2 Total = 0.8+ 3 + 1.52 = 5.32
6m 2
Senior Supervisor administrasi
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
1 orang
(0.5 + 2.5) = 3 m 2
Flow 40 % = 0.4 x (3 + 0.8) =
1.52 m 2 Total = 0.8+ 3 + 1.52 = 5.32
6m 2
Supervisor program 0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
Sofa 2 seat = 1.2
m 2 Sofa 1 seat =
0.64 m 2
2 orang
(0.8 x 2) = 1.6 m 2
(0.5 + 2.5) x 2 = 6 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (6 + 1.6) =
3.04 m 2 Total = 1.6 + 6 + 3.04 = 10.64
12 m 2
Spv. Organisasi dan rencana
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
Sofa 2 seat = 1.2
m 2 Sofa 1 seat =
0.64 m 2
2 orang
(0.8 x 2) = 1.6 m 2
(0.5 + 2.5) x 2 = 6 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (6 + 1.6) =
3.04 m 2 Total = 1.6 + 6 + 3.04 = 10.64
12 m 2
Spv. elektrik
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
Sofa 2 seat = 1.2
m 2 Sofa 1 seat =
0.64 m 2
2 orang
(0.8 x 2) = 1.6 m 2
(0.5 + 2.5) x 2 = 6 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (6 + 1.6) =
3.04 m 2 Total = 1.6 + 6 + 3.04 = 10.64
12 m 2
Spv. Mekanik
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
Sofa 2 seat = 1.2
m 2 Sofa 1 seat =
0.64 m 2
2 orang
(0.8 x 2) = 1.6 m 2
(0.5 + 2.5) x 2 = 6 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (6 + 1.6) =
3.04 m 2 Total = 1.6 + 6 + 3.04 = 10.64
12 m 2
Spv. Interior eksterior
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
Sofa 2 seat = 1.2
m 2 Sofa 1 seat =
2 orang
(0.8 x 2) = 1.6 m 2
(0.5 + 2.5) x 2 = 6 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (6 + 1.6) =
3.04 m 2 Total = 1.6 + 6 + 3.04 = 10.64
12 m 2
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
Sofa 2 seat = 1.2
m 2 Sofa 1 seat =
0.64 m 2
(0.5 + 2.5) x 2 = 6 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (6 + 1.6) =
3.04 m 2 Total = 1.6 + 6 + 3.04 = 10.64
Ruang karyawan
0.8 m 2 /orang
2 meja = 4.5 m 2
20 kursi =0.5 m 2
20 orang
(0.8 x 20) = 16 m 2
(0.5 x 20) = 10 m 2
(4.5 x 2) = 9 m 2
Flow 40 % = 0.4 x (16 + 10 +
9) = 14 m 2
Total = 14 + 35 = 49 m 2
50 m 2
Ruang belajar
0.8 m 2 /orang
3 meja = 2.5 m 2
6 kursi =0.5 m 2
6 orang
(0.8 x 6) = 4.8 m 2
(0.5 x 6) = 3 m 2
(4.5 x 3) = 13.5 m 2
Flow 40 % = 0.4 x (4.8 + 3 +
13.5) = 8.52 m 2
Total = 21.3 + 35 = 49 m 2
50 m 2
Luas Total
5) Infrastructure Maintenance Office
Tabel V.13 Besaran Ruang Infrastructure Maintenance Office
Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Spv. Electrical maintenance
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
3 orang
(0.8 x 3) = 2.4 m 2
(0.5 + 2.5) x 3 = 9 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (9 + 2.4) =
4.56 m 2 Total = 2.4 + 9 + 4.56 = 15.96
16 m 2
Spv. Rail maintenance
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
3 orang
(0.8 x 3) = 2.4 m 2
(0.5 + 2.5) x 3 = 9 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (9 + 2.4) =
4.56 m 2 Total = 2.4 + 9 + 4.56 = 15.96
16 m 2
Spv. Civil infrastructure maintenance
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
3 orang
(0.8 x 3) = 2.4 m 2
(0.5 + 2.5) x 3 = 9 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (9 + 2.4) =
4.56 m 2 Total = 2.4 + 9 + 4.56 = 15.96
16 m 2
Spv. administration
0.8 m 2 /orang
1 meja = 2.5 m 2
1 kursi =0.5 m 2
3 orang
(0.8 x 3) = 2.4 m 2
(0.5 + 2.5) x 3 = 9 m 2 Flow 40 % = 0.4 x (9 + 2.4) =
4.56 m 2
16 m 2
6) Service
Tabel V.14 Besaran Ruang Service Depo Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Mushalla
0.8 m 2 /orang
50 orang
0.8 x 50 = 40 m 2
Flow 20% = 0.2 x 40 = 8 m 2 Total = 40 + 8 = 48 m 2
48 m 2 Tempat wudhu
0.8 m 2 /orang
50 orang
0.8 x 50 = 40 m 2
Flow 20% = 0.2 x 40 = 8 m 2 Total = 40 + 8 = 48 m 2
48 m 2 Toilet
1.5m x 2m x 3 kamar
2 unit (pria dan wanita)
2 * (1.5m x 2m x 3) = 18 m 2 Flow 40% = 0.4 x 18 = 7.2 m 2 Total = 18 m 2 + 7.2 m 2 = 25.2
Asumsi 4 m 2 8m 2 Cleaning service
1 unit
Asumsi 15 m 2 15 m 2 Parkir pengelola
Mobil 2.5 x 5 Motor 1 x 2
20 mobil 50 motor
(2.5 x 5)*20 = 250 m 2
2 x 50 = 50 m 2
Flow 50% = 0.5 x 300 = 150
Total = 250 + 150 = 400 m 2
400 m 2
Luas Total
d. Besaran Ruang PT. MRT Office Building
1) Besaran Ruang Kantor Utama
Tabel V.15 Besaran Ruang Utama PT. MRT Jakarta Office
Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Lobby
0.8 m 2 /orang
186 orang
0.8 x 186 = 148.8 m 2
Flow 100% = 1 x 148.8 =
148.8 m 2 Total = 148.8 + 148.8 = 297.6
300 m 2
Lounge
0.8 m 2 /orang Sofa 1 seat: 0.36
m 2 x 10 Coffe table: 0.25 x5
186 orang
0.8 x 186 = 148.8 m 2
3.6 + 2.5 = 6.1 m 2
Flow 70% = 0.7 x 154.9 = 108.43 m 2 Total = 154.9 + 108.43 =
263.33 m 2
270 m 2
Office floor Given 4.500 m 2 4.500 m 2 Rental Office
Asumsi 4500 x 19
85.500 m 2
Mushalla
0.8 m 2 /orang
186 orang x 2 unit
(0.8 x 186)* 2 = 297.6 m 2 Flow 20% = 0.2 x 297.6 =
59.52 m 2 Total = 297.6 + 59.52 =
357.12 m 2
350 m 2
Tempat wudhu
0.8 m 2 /orang
186 orang x 2 unit
(0.8 x 186)* 2 = 297.6 m 2 Flow 20% = 0.2 x 297.6 =
59.52 m 2 Total = 297.6 + 59.52 =
Asumsi 6 m 2 6m 2 Gudang
1 unit
Asumsi 6 m 2 6m 2
Luas Total
2) Besaran Ruang Utilitas Kantor
Tabel V.16 Besaran Ruang Utilitas PT. MRT Jakarta Office Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Gudang
1 unit
15 m 2 15 m 2 Ruang
pemilah sampah
1 unit
30 m 2
30 m 2 Ruang
penyimpanan sementara
1 unit
30 m 2
30 m 2 Ground tank
1 unit
10 m 2 10 m 2 Roof tank
1 unit
Asumsi 15 m 2 15 m 2 Ruang AHU
1 unit
Asumsi 3 m 2 3 m 2 Ruang Chiller
1 unit
Asumsi 48 m 2 48 m 2 Ruang
Cooling Tower
1 unit
Asumsi 48 m 2 48 m 2
Shaft
5 unit
Asumsi 1.5 m 2 7.5 m 2 Ruang pompa air
bersih
1 unit
64 m 2 64 m 2 Ruang pompa air
kotor
1 unit
64 m 2 64 m 2 Ruang
penampungan air kotor
80 m 2 80 m 2 Ruang genset
1 unit
48 m 2 48 m 2 Ruang mesin lift
1 unit
Luas Total
1) Shop and food court
Tabel V.17 Besaran Ruang Commercial Area Sumber: Analisa Penulis, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN RUANG LUAS (m 2 )
Lobby
0.8 m 2 /orang
186 orang
0.8 x 186 = 148.8 m 2
Flow 100% = 1 x 148.8 =
148.8 m 2 Total = 148.8 + 148.8 = 297.6
300 m 2
Lounge
0.8 m 2 /orang Sofa 1 seat: 0.36
m 2 x 10 Coffe table: 0.25 x5
186 orang
0.8 x 186 = 148.8 m 2
3.6 + 2.5 = 6.1 m 2
Flow 70% = 0.7 x 154.9 = 108.43 m 2 Total = 154.9 + 108.43 =
16 m 2 x 14 = 224m 2
Flow 50% = 0.5 x 224 = 112
Total = 224 + 112 = 336 m 2
Flow 40% = 0.4 x 180 = 72 m 2 Total = 180 + 72 = 252 m 2
252 m 2 Restaurant
Flow 40% = 0.4 x 250 = 100
Total = 250 + 100 = 350 m 2
350 m 2
Toilet
1.5m x 2m x 3 kamar
2 unit (pria dan wanita)
2 * (1.5m x 2m x 3) = 18 m 2 Flow 40% = 0.4 x 18 = 7.2 m 2 Total = 18 m 2 + 7.2 m 2 = 25.2
26 m 2
ATM
Mesin ATM =
Flow 50% = 0.5 x 6 = 3 m 2 Total = 6 m 2 +3m 2 =9m 2
9m 2 Mushalla
0.8 m 2 /orang
186 orang x 2 unit
(0.8 x 186)* 2 = 297.6 m 2 Flow 20% = 0.2 x 297.6 =
59.52 m 2 Total = 297.6 + 59.52 =
357.12 m 2
350 m 2
Tempat wudhu
0.8 m 2 /orang
186 orang x 2 unit
(0.8 x 186)* 2 = 297.6 m 2 Flow 20% = 0.2 x 297.6 =
59.52 m 2 Total = 297.6 + 59.52 =
Asumsi 6 m 2 6m 2 Gudang
1 unit
Asumsi 6 m 2 6m 2
Tabel V.18 Besaran Ruang Commercial Area Sumber: Analisa Pribadi, Neufert, Time Saver
KEBUTUHAN RUANG
STANDAR
RUANG (m 2 )
KAPASITAS
ANALISA BESARAN
RUANG
LUAS (m 2 )
Ruang Mesin Pendingin
1 unit
Asumsi 70 m 2 70 m 2 Ruang
pendinginan mendalam
1 unit
30 m 2 30 m 2
Area rak display
1 unit
Asumsi 1.5 m 2 1.5 m 2 Ruang persiapan
sayur dan buah
1 unit
64 m 2 64 m 2 Rak buah dan
sayur
1 unit
64 m 2 64 m 2 Bakery Area
1 unit
30 m 2 30 m 2 Rak
display makanan
low frozen
1 unit
Rak display ice cream
1 unit
80 m 2 80 m 2 Rak
produk olahan susu
1 unit
48 m 2 48 m 2 Gudang
stok barang
1 unit
3 m 2 3 m 2 Kasir
10 unit
2m 2 20 m 2 Rak bunga
1 unit
10 m 2 10 m 2 Area troli
1 unit
50 m 2 50 m 2 Lavatory
2 unit
15 m 2 30 m 2 Area tunggu
1 unit
15 m 2 15 m 2 Hall
loading unloading
1 unit
100 m 2 100 m 2 Gudang sampah
1 unit
150 m 2 150 m 2
Luas Total
4. Hubungan Ruang · Tujuan
Menentukan pola hubungan antar ruang yang paling efektif dan memudahkan user untuk melakukan navigasi.
· Dasar Pertimbangan: - Konsistensi fungsi dalam satu massa
- Kemudahan sirkulasi dan navigasi user · Analisa:
Tabel V.19 Analisa Hubungan Peruangan Sumber: Francis D. K. Ching, Bentuk, Ruang dan Susunannya , dan Analisa Penulis
Jenis Sirkulasi Ruang
Kele bihan
Kekurangan
Linier
Alur mudah
Membutuhkan penekanan yang lebih untuk menegaskan fungsi ruang
Memusat
· Terdapat vocal point pada ruang
dipusat
· Kurangnya penekanan pada ruang- ruang yang lain · Kurangnya konsistensi fungsi ruang Radial
· Konsistensi ruang cukup baik
Kurangnya integrasi antar ruang Cluster
· Sirkulasi jelas · Konsistensi fungsi ruang
· Memungkinkan vocal point dan integrasi ruang
Membutuhkan penghubung antar ruang
Grid
· Keteraturan ruang
Kurangnya konsistensi fungsi ruang
Hasil
Untuk pengelompokan ruang digunakan jenis cluster
a. Ruang Stasiun Transit
Tabel V.20 Matrik Hubungan Ruang Stasiun Transit
Sumber: Analisa Penulis
Ruang
Ruang Kegiatan Utama Ruang Kantor Stasiun Transit Ruang Utilitas Ruang Service
b. Ruang Park and Ride
Tabel V.21 Matrik Hubungan Ruang Park and Ride
Sumber: Analisa Penulis
Ruang
Parkir Komunal Ruang Cuci Mobil Ruang Bengkel
Tabel V.22 Matrik Hubungan Ruang Depo Sumber: Analisa Penulis
Ruang
Penyimpanan dan pemeriksaan Site Admi/ OCC Workshop Workshop Office
Infrastructure Maintenance Office Service
d. Ruang Kantor PT. MRT Jakarta
Tabel V.23 Matrik Hubungan Ruang PT. MRT Jakarta Sumber: Analisa Penulis
Ruang
Lobby Lounge Office floor Toilet Mushalla Pantry Gudang Utilitas
e. Ruang Commercial Area
Tabel V.24 Matrik Hubungan Commercial Area Sumber: Analisa Penulis
5. Persyaratan Ruang
a. Analisa Pencahayaan Pencahayaan Alami
1) Dasar pertimbangan : o Pemanfaatan matahari untuk pencahayaan alami pada siang hari.
o Memanfaatkan cahaya matahari untuk memberikan efek shading tertentu
pada massa bangunan, o Optimalisasi pencahayaan sesuai dengan kebutuhan tanpa pemborosan.
2) Analisa : Waktu operasional MRT adalah dari jam 05.00 sampai dengan 24.00, untuk itu energy listrik yang diperlukan untuk penerangan sangat besar. Untuk menlakukan penghematan, maka diperlukan sebuah system yang dapat meminimalisir asupan listrik untuk penerangan terutama pada waktu siang hari.
3) Hasil :
Lobby Lounge Retail Café Restaurant Hypermart Toilet Mushalla Pantry
pencahayaan alami, yaitu dengan memperluas bidang transparan pada kulit bangunan untuk memasukkan sinar alami pada bangunan sehingga dapat meminimalisir penggunaan listrik.
Pencahayaan Buatan
1) Dasar pertimbangan :
1) Kebutuhan arah navigasi user
2) Kebutuhan kuat penerangan
3) Jenis penerangan
4) Jenis ruang
2) Analisa dan Hasil : Pencahayaan buatan (lampu) digunakan selain untuk memberikan penerangan saat kondisi cuaca buruk atau malam hari, juga digunakan untuk memberikan penerangan ruang-ruang yang membutuhkan pencahayaan khusus sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Dalam melakukan penataan cahaya buatan yang kaitannya dengan system navigasi user, cahaya di tempatkan makin rapat ke tempat-tempat yang menjadi jalur sirkulasi pengunjung. Sedangkan saat memasuki bagian ruang yang tidak seharusnya dimasuki pengunjung umum, pencahayaan dibuat semakin jarang dan redup. Terdapat beberapa alternatif pencahayaan buatan, diantaranya:
a) Fluorescence (FL) a) Fluorescence (FL)
b) Lampu pijar Digunakan untuk ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan sedang, seperti : lift, shaft, dan lavatory.
c) Special lighting (spot light) Digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan kuat penerangan
khusus dalam upaya menciptakan suasana khusus, seperti: commercial area, lobby, lounge.
b. Analisa Penghawaan Tujuan dari analisa sistem penghawaan ini adalah untuk mendapatkan penyegaran udara sehingga temperatur, kelembaban, kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan. Untuk mencapai hal tersebut, dapat dipilih sistem pendinginan dan ventilasi yang sesuai dengan kebutuhan. Penghawaan Alami
1) Dasar Pertimbangan :
a) Optimalisasi angin sebagai penghawaan alami
b) Standart kenyamanan suhu udara
2) Analisa dan Hasil : Untuk bangunan Lebak Bulus Regional MRT Station yang 2) Analisa dan Hasil : Untuk bangunan Lebak Bulus Regional MRT Station yang
Penghawaan Buatan
1) Dasar Pertimbangan :
a) Jenis kegiatan
b) Besaran ruang
c) Kebutuhan laju udara
2) Analisa: Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan konstan, maka bisa digunakan penghawaan buatan, seperti:
Tabel V. 25. Macam Sistem Air Conditioning dalam Bangunan Sumber : Utilitas Bangunan, Ir. Hartono Poerbo, M Arch
Jenis Penghawaan
Kelebihan
Kekurangan
AC sentral
o Scope pelayanannya
besar o Udara segar
terdistribusi secara merata ke dalam beberapa zone yang terkontrol oleh sebuah induk/pusat
o Apabila beban kalor besar, AHU harus
berkapasitas besar pula o Jika
pusat mati, keseluruhan
area penghawaan terkena
AC split
o Kondisi penghawaan
antar tiap ruang tidak akan saling tergantung
o Scope pelayanannya
kecil
Exhaust Fan
o Membantu
pembuangan dan pergantian udara kotor
o Biasa digunakan pada area servis, beban kalor
besar
Hasil : Penggunaan pengkondisian udara pada ruang-ruang: Hasil : Penggunaan pengkondisian udara pada ruang-ruang:
b) Sistem Split AC, digunakan pada ruang-ruang privat yang membutuhkan pengaturan penghawaan tersendiri dan skope yang kecil, seperti: ruang pengelola.
c) Exhaust Fan, digunakan pada ruang service / pelayanan, seperti dapur, fasilitas parkir basement dll.
1. Tujuan: Mendapatkan konsep penataan kawasan yang paling sesuai dengan karakter kawasan dan tuntutan kebutuhan kawasan sehingga dapat mengoptimalkan fungsi bangunan Lebak Bulus Regional MRT Station.
2. Dasar Pertimbangan
a. Kemudahan navigasi user
b. Karakteristik dan Identifikasi Kawasan
c. Pencapaian Kawasan
3. Analisa Ruang Kegiatan Berdasarkan Tuntutan Kebutuhan Dengan direncanakannya sebuah regional MRT station di Lebak Bulus yang terletak di pinggir kota Jakarta, maka akan muncul aktivitas-aktivitas lain untuk mendukung optimalisasi fungsi stasiun itu sendiri.
Aktivitas-asktivitas yang memerlukan pewadahan di Lebak Bulus Regional MRT Station ini yaitu:
1) Aktivitas Pencapaian
a) Analisa Makro
Ga mbar V.12 Pencapaian Makro ke Lokasi
Sumber: PT. LAPI ITB
Lokasi yang terletak di pinggir selatan kota Jakarta merupakan pintu gerbang menuju kota-kota satelit di luar Jakarta, seperti Depok, Cinere,
Palung, Pamulang, Pondok Cabe, Ciputat, Bumi Serpong Damai, dan Bintaro yang menuju Jakarta.
b) Analisa Mikro
Site bisa di capai dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum, maupun pejalan kaki. Namun, karena Jl. Pasar Jumat merupakan jalur satu arah, sehingga penumpang/ user dari origin transit harus memutar untuk mencapai site.
Hasil: Stasiun diposisikan pada vocal point antara kendaraan dari origin transit dan dari Jakarta.
2) Analisa Sistem Sirkulasi
a) Sirkulasi MRT Stasiun MRT di Lebak Bulus merupakan jenis stasiun elevated, dimana stasiunnya terletak diatas tiang-tiang pancang, dengan level peron setinggi 13 meter dari atas permukaan tanah. Dengan posisi station di atas, MRT membutuhkan sarana untuk menuju Depo yang posisinya pada permukaan tanah.
Tabel V.26 Analisa Siste m Sirkulasi Vertikal MRT
Sumber: Analisa Penulis
Alternatif Kelebihan Kekurangan Ramp
Hanya membutuhkan tiang-tiang pancang
· Menghabiskan lahan yang relatif panjang untuk jalur
ramp. · Membutuhkan dana yang
lebih
besar untuk mengakomodir lahan, track, dan infrastruktur untuk ramp.
Lift
· Penghematan waktu, ruang,
dan biaya untuk pergerakan dari stasiun dan depo.
Belum adanya preseden lift dalam skala kereta
: vertikal MRT dari stasiun ke Depo digunakan lift.
Ga mbar V.14 Standar Ketinggian Stasiun Elevated Sumber: Dinas Tata Ruang DKI Jakarta
Berdasarkan hasil analisa, maka penempatan massa-massa fix adalah sebagai berikut:
Ga mbar V.15 Analisa Sistem Sirkulasi Kereta MRT
Sumber: Analisa Penulis
: Jalur MRT elevated : Jalur MRT on Ground : Stasiun : Lift
depo
Gambar V.16 Analisa Sistem Sirkulasi Horizontal User
Sumber: Analisa Penulis
Sebelum user/ penumpang yang datang dari origin transit ataupun dari dalam kota memasuki stasiun, terlebih dahulu harus melalui pedestrian sebagai sarana navigasi user dengan fasilitas lain. Pada pedestrian disediakan tangga dan lift sebagai media sirkulasi vertical untuk mencapai level concourse stasiun. User yang menggunakan kendaraan pribadi dapat memarkirkan kendaraan pribadinya terlebih dahulu, baru kemudian transfer menggunakan MRT.
KETERANGAN
: Pengendara kendaraan pribadi : Pejalan kaki
: Pengguna kendaraan dan pejalan kaki : Stasiun
Sumber: Analisa Penulis
3) Analisa Penempatan Massa Terdapat dua jenis permasaan yangakan dilayout dalam site terpilih, yaitu massa-massa fix dan massa-massa fleksibel.
a) Penempatan Massa Fix
Massa-masa yang harus ditempatkan dengan pasti karena perencanaan secara makro, seperti jalur MRT dan perencanaan standar, seperti rel kereta dan infrasturkturnya.
· Standar Rel Ruang Bebas dan Ruang Bangun Rel
Ruang bebas adalah ruang diatas sepur yang senantiasa harus bebas dari segala rintangan dan benda penghalang; ruang ini
disediakan untuk lalu lintas rangkaian kereta api. Ukuran ruang bebas untuk jalur tunggal dan jalur ganda, baik pada bagian lalu lintas yang lurus maupun yang melengkung, untuk lintas elektrifikasi dan non elektrifikasi.
Ruang bangun adalah ruang disisi sepur yang senantiasa harus bebas dari segala bangunan tetap seperti tiang semboyan, tiang listrik, dan pagar.
Batas ruang bangunan diukur dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai 3,55 meter. Jarak ruang bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut: Batas ruang bangunan diukur dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai 3,55 meter. Jarak ruang bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut:
b. Pada emplasemen: 1,95 sampai 2,35 di kiri dan kanan sumbu sepur
c. Pada jembatan: 2,15 m di kiri dan kanan sumbu sepur
· Standar Perhitungan Wesel
- Perhitungan wesel harus didasarkan pada keadaan lapangan,
kecepatan, nomor wesel, dan jenis lidah. - Besar sudut tumpu (ß) dan sudut simpang arah ( ά) dihitung/ ditentukan dari nomor wesel dan jenis lidah yang dipilih.
Ga mbar V.18 Perhitungan Sudut Wesel Sumber: Perencanaan Konstruksi Jalan Rel
· Standar/ Spesifikasi Kereta MRT
Tabel V.27 Spesifikasi Kereta Sumber: Perencanaan Konstruksi Jalan Rel
No.
Items
Jakarta MRT
1. o Performance
Acceleration Deceleration
0.92 (m/s 2 ) SB: 0.8 (m/s 2 ) EB: 1.0 (m/s 2 )
4. o Max. axle load
Less than 14 (ton)
5. o Passenger Capacity
Seated
Seated + Standing
Tc: 48 M: 54 Tc: 147 M: 162
6. o Catenary Volt (VDC)
Rated Range
DC 1500 (V) DC 900 (V) – 1,800 (V)
7. o Material of Carbody Structure
Stainless steel or alumunium
8. o Seats Arrengement
Longitudinal
9. o Number of Passenger doors in each side
Width of passenger door
4 1,300 (mm)
Dengan adanya kebutuhan standar dari rel, wesel, dan kereta, maka, penempatan massa fix pada site dapat digambarkan seperti pada Gambar V.8.
Gambar V.19 Penempatan Massa fix Sumber: Analisa Penulis
b) Penempatan Massa Fleksibel
Massa-massa yang fleksibel adalaha massa yang penempatannya dapat memanfaatkan sela-sela lahan dan mengikuti posisi yang ada setelah ditempatkannya massa-massa yang fix/ standar. Massa-massa tersebut
Posisi Rel-rel depo
Posisi Stasiun MRT
Lift yang menjadi
media sirkulasi
vertical MRT vertical MRT
Ga mbar V.20 Penempatan Massa Fleksibel
Sumber: Analisa Penulis
Ga mbar V.21 Skema Potongan Penempatan Massa Fleksibel Sumber: Analisa Penulis
Posisi Rel-rel depo
Posisi Stasiun MRT
Lift yang menjadi
media sirkulasi
vertical MRT
Posisi Office
Posisi Comercial Area
KETERANGAN
: Massa fix
: Massa fleksibel
Kebutuhan akan penyediaan laha parkir yang mencukupi untuk parkir bagi masyarakat dari origin transit yang akan transfer kendaraan dari kendaraan pribadi menuju kendaraan umum.
a) Dasar Pertimbangan · Kemudahan sirkulai parkir dari jalanan utama
· Kebutuhan lahan yang memadai · Kemudahan untuk transfer menuju kendaraan umum.
b) Analisa
Ga mbar V.22 Analisa Pencapaian origin transit menuju site
Sumber. Analisa Pribadi
c) Respon Desain
· Menyediakan lahan parkir yang sesuai dengan arah datang mayarakat origin transit dengan menggunakan jalan eksisting
menuju site (tidak harus mencari jalan memutar) · Mencari lahan yang luasannya mencukupi untuk kendaraan yang menuju site (tidak harus mencari jalan memutar) · Mencari lahan yang luasannya mencukupi untuk kendaraan yang
Ga mbar V.23 Respon Desain Pencapaian origin transit menuju site
Sumber. Analisa Pribadi
5) Aktivitas Depo Sebagai sebuah regional station, yang terletak di pinggir kota Jakarta, maka berpotensi untuk mewujudkan kebutuhan Depo untuk MRT, khususnya, setelah jam operasional, MRT dapat disimpan di Depo ini.
a) Pertimbangan
· Kemudahan sirkulasi kereta MRT untuk keluar masuk Depo. · Minimalisir cross dengan jalur kendaraan lain.
b) Analisa
Area untuk park and ride
Area untuk Stasiun transit
Sirkulasi masyarakat origin transit
Penghubung langsung dari area parkir ke stasiun
Gambar V.24 Analisa user Depo Sumber. Analisa Pribadi
c) Respon Desain
· Posisi depo yang sejajar dengan stasiun transit MRT agar MRT tidak
perlu melintasi jalan untuk mencapai Depo. · Pembedaan entrance pengelola Depo dengan pengunjung lain, untuk
optimalisasi pekerjaan di Depo.
Arah rel MRT Sirkulasi pengelola Depo
Massa stasiun
Arah rel MRT
Massa stasiun Massa Depo
Arah ramp rel dari dan ke Depo
lift
Sumber. Analisa Pribadi
6) Terminal feeder (shelter busway) Sebagai perwujudan integyrasi antar moda transportasi (MRT dan Busway) untuk mempermudah penumpang menuju ke daerah tujuannya.
a) Dasar Pertimbangan
· Kemudahan pergantian moda dari MRT menuju Busway · Kejelasan sirkulasi penumpang · Efektifitas shelter busway eksisting
b) Analisa
Gambar V.26 Analisa penataan terminal fedeer Sumber. Analisa Pribadi
c) Respon Desain
· Massa shelter busway eksisting sudah optimal, sehingga posisi
shelter busway eksisting akan dipertahankan. · Perlu direncanakan sebuah void agar penumpang yang masih di level
atas dapat mengetahui kedatangan busway di bawah.
Rencana Massa stasiun
Massa styasiun yang berupa stasiun layang dapat memerjelas perbedaan jenis
penumpang MRT dan Busway agar tidak tercampur
Massa shelter eksisting
Shelter busway eksisting terletak di lantai dasar dipinggir jalan raya. Ini merupakan posisi yang optimal,
karena mudah dicapai oleh masyarakat umum dan juga user MRT, serta
posisinya yang dibawah
dapat membedakan dengan user MRT yang ada di stasiun layang.
Ga mbar V.27 Respon Desain penataan terminal fedeer
Sumber. Analisa Pribadi
7) Aktivitas Pegawai PT. MRT Jakarta Kebutuhan dari PT. MRT Jakarta untuk melakukan pengawasan langsung atas Operasional dan pemeliharaan MRT di Depo.
a) Dasar Pertimbangan
· Kemudahan pencapaian pegawai MRT dari parkir/ transit menuju ke
kantor. · Optimalisasi fungsi perkantoran untuk mengawasi operasional dan
pemeliharaan MRT.
b) Analisa
Massa stasiun
Massa shelter busway
Gambar V.28 Analisa penataan kantor PT. MRT Jakarta
Sumber. Analisa Pribadi
c) Respon Desain
· Mendekatkan massa perkantoran dengan massa stasiun dan Depo. · Menyediakan akses dari kantor menuju Depo.
Gambar V.29 Respon Desain penataan kantor PT. MRT Jakarta
Sumber. Analisa Pribadi
Area untuk park and ride
Area untuk Stasiun transit
Pergerakan dari origin transit Pergerakan dari pusat kota
Massa shelter busway
Area untuk Stasiun transit
Pergerakan dari origin transit Pergerakan dari pusat kota
Shelter busway
Massa office
Didekatkan terintegrasi dg busway, stasiun MRT, dan gedung
parkir untuk mempermudah
sirkulasi pegawai.
Area untuk park and ride
Kebutuhan untuk stok barang di Commercial area tanpa mengganggu aktivitas di stasiun ini.
a) Dasar Pertimbangan · Kejelasan sirkulasi dealer barang
· Mempermudah proses loading unloading barang ke commercial area.
b) Analisa
Gambar V.30 Analisa entrance dan sirkulasi mobil dealer
Sumber. Analisa Pribadi
Area untuk park and ride
Area untuk Stasiun transit
Shelter busway
Massa office
Entrance
· Menyediakan entrance khusus bagi dealer barang.
Gambar V.31 Respon Desain entrance dan sirkulasi mobil dealer
Sumber. Analisa Pribadi
Massa office
Massa commercial area
Entrance dan sirkulasi mobil dealer barang yang disatukan dengan entrance park and ride
Area untuk Stasiun transit
Area untuk park and ride
Perwujudan dari karakter bangunan Lebak Bulus Regional MRT Station adalah sebagai berikut:
a. Pergerakan Prioritas pergerakan pertama adalah pergerakan dari MRT, karena, MRT merupakan unsur yang fix, dan tidak dapat dirubah pada perencanaan ini. Sehingga, pergerakan MRT mempengaruhi bentuk bangunan, dalam hal ini, bangunan dikondisikan melayang.
Setelah pergerakan MRT jelas, baru kemudian bentuk bangunan ditentukan oleh pergerakan user. Dengan sirkulasi hubungan ruang yang jelas dan tepat, maka pengunjung tidak akan merasa bingung jika berada didalam maupun diluar bangunan. Dalam arsitektur, suatu pergerakkan dapat dibuat seperti lorong (colonade) yang panjang atau dengan memakai suatu sirkulasi yang tepat untuk memperlancar pergerakkan, mengingat adanya beberapa kegiatan yang akan diwadahi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan signage (petunjuk) atau memberikan irama pada ruangan, seperti pengulangan garis-garis, tatanan cahaya, ornament, dan lain-lain.
b. Fungsional Sebagai bangunan dengan fungsi yang berbeda, maka peruangan yang ada di Lebak Bulus Regional MRT Station haruslah fungsional dan terzonivikasi dengan baik. Karena mengingat berbagai macam kegiatan/ aktivitas berbeda yang akan diwadahi pada lokasi tersebut dan usaha Lebak Bulus Regional MRT b. Fungsional Sebagai bangunan dengan fungsi yang berbeda, maka peruangan yang ada di Lebak Bulus Regional MRT Station haruslah fungsional dan terzonivikasi dengan baik. Karena mengingat berbagai macam kegiatan/ aktivitas berbeda yang akan diwadahi pada lokasi tersebut dan usaha Lebak Bulus Regional MRT
c. Menumbuhkan Persepsi/ Image Tampilan Lebak Bulus Regional MRT Station dapat merubah paradigma masyarakat DKI Jakarta terhadap fasilitas transportasi publik. Adapun tampilan ruang pada bangunan ini dapat memberikan informasi dan secara persuasif mengajak pengunjung untuk menggunakan fasilitas dalam bangunan. Maka bangunan Lebak Bulus Regional MRT Station memerlukan material yang dapat mengekspos kegiatan di dalamnya yang nyaman dan lancar.
1. Tujuan : Mendapatkan konsep penampilan bangunan yang mampu merespon fungsi bangunan Lebak Bulus Regional MRT Station dan kondisi potensi site.
2. Dasar Pertimbangan : · Karakter fungsi untuk menjadi landmark di peta mental user
· Kemudahan identifikasi fungsi bangunan · Hasil analisa tapak dan aspek klimatologis · Karakter bangunan dan karakter lingkungan sekitar tapak
3. Analisa dan Hasil : Untuk mempermudah sirkulas antar fungsi, maka bangunan Lebak Bulus
Regional MRT Station akan terbagi menjadi beberapa massa pada site.
Sebagai salah satu pertimbangan utama fungsi fasilitas transportasi, Sebagai salah satu pertimbangan utama fungsi fasilitas transportasi,
Tabel V.28 Bentuk-Bentuk Dasar
Sumber: Francis D. K. Ching, Bentuk, Ruang dan Susunannya Bentuk Dasar
o Bentuk paling efektif o Sifat bentuk stabil
o Bentuk
memudahkan
navigasi
o Karena
terlalu
stabil
sehingga sedikit kaku
Cocok untuk fungsi yang membutuhkan efisiensi
ruang, seperti
stasiun, depo, dan kantor
o Bentuk dinamis o Mempermudah focus
o Kurang efektif
Cocok untuk fungsi sekunder,
seperti entertainment.
o Bentuk paling rigid
o Kurang
ukuran sudut yang kecil
Cocok sbagai void/ atrium.
Setiap massa memiliki kebutuhan kebutuhan bentuk dan material yang berbeda. Untuk itu perlu dilakukan analisa yang holistic pada masing-masing massa.
a) Massa Stasiun · Persyaratan Ruang
® Pertimbangan pertama bentuk dan persyaratan ruang Stasiun MRT di lebak Bulus adalah berdasarkan perencanaan MRT secara
makro di Kota Jakarta.
Berdasarkan rencana ketinggian jalur MRT secara umum di jakarta, jalur peron MRT di Lebak Bulus terletak pada ketinggian 13 m diatas tanah. Sedangankan ruang di bawahnya dapat dimanfaatkan untuk concourse are, dan pada level tanah tetap digunakan sebagai jalan raya Pasar Jumat.
® Pertimbangan kedua adalah aspek komunikatif dengan masyarakat, baik dari segi desain building, maupun desain
wayfindingnya. ® Pertimbangan
ketiga
adalah ketinggian ceiling yang memungkinkan untuk masuknya kereta dan kabel instalasi listrik diatas kereta yaitu 4,850 m.
· Material
Material untuk stasiun MRT haruslah material yang low- maintenance namun juga tetap komunikatif, sehingga dipilih material dominasi alumunium yang dikombinasikan dengan kaca, seperti pada shelter-shelter busway.
Gambar V.33 Skema Ketinggian Stasiun Elevated MRT Sumber. PT. MRT Jakarta
Sumber. Dokumentasi Pribadi
b) Massa Depo · Persyaratan Ruang
® Pertimbangan pertama, kebutuhan akan bentangan lebar untuk mewadahi fungsi penyimpanan, perawatan, dan perbaikan kereta.
® Pertimbangan kedua, kebutuhan akan ceiling yang tinggi, selain untuk kebutuhan ketinggian kereta, juga untuk mewadahi crane
setinggi 6 meter yang berfungsi mengangkat gerbong kereta untuk melakukan maintenance pada mesin di bawah MRT.
Ga mbar V.35 Crane Depo Sumber: Dokumentasi Pribadi
· Material
Material yang digunakan untuk Depo juga harus memiliki spesifikasi yang low-maintenance. Namun untuk memberikan karakter yang berbeda dengan stasiun, maka bangunan Depo di dominasi dengan batu alam yang dikombinasikan kaca untuk penghawaan dan pencahayaan alami.
c) Massa Office · Persyaratan Ruang
Pertimbangan pertama adalah massa Office harus menyesuaikan dengan massa fix yang telah direncanakan. Dengan sisa lahan yang ada, maka massa Office dapat diposisikan di sela-sela rencana rel pada depo, dengan cara mengangkat massa Office diatas massa Depo sesuai dengan ketinggian depo yang dibutuhkan, yaitu minimal 6 meter. Pertimbangan kedua adalah karakter bangunan office agar dengan mudah diidentifikasi dipeta mental masyarakat. Dengan kebutuhan ruang yang harus dipenuhi, akan lebih efektif juka bangunan dirancang secara vertical.
Ga mbar V.36 Persyaratan Ruang Office
Sumber: Analisa Penulis
· Material
Dasar pertimbangan: material pada Office harus memberikan kesan professional dan ramah pada lingkungannya. Hal ini bisa diwujudkan dengan kejujuran struktur pada bangunan, serta menggunakan dominasi material kaca.
· Persyaratan Ruang
Pertimbangan massa Comercial, seperti juga pada massa Office, perlu memperhatikan posisi massa-massa fix yang telah direncanakan, sehingga massa Commercial pun diletakkan diatas massa Depo dengan ketinggian yang menyesuaikan kebutuhan atribusi dari Depo, seperti jaringan infrastruktur listrik kereta, dengan ketinggian 4,850 m. selain pertimbangan standar diatas, perlu dipertimbangkan juga bentuk massa office agar fungsinya dan navigasinya mudah diingat oleh user.
Gambar V.37 Kebutuhan Ketinggian Instalasi Listrik MRT
Sumber: PT. MRT Jakarta
· Material Dasar pertimbangan:
- Mencerminkan kesan entertainment - Memperkuat karakter bangunan dipeta mental masyarakat - Ringan secara struktur - Harmonis dengan massa disekitarnya
Analisa:
Tabel V.29 Analisa Material Kulit Luar Comercial Area
Sumber: Analisai Penulis
Alternatif material
didominasi kaca
o Kurang berkesa n entertainment o Berat secara struktur o Kurang berkesa n entertainment o Berat secara struktur
Hasil : Menggunakan polycarbonate sebagai dominasi kulit luar commercial area, dengan dikombinasikan dengan panel cladding yang massif.
a b Gb V.38 a. Pondasi Sumuran b. Pondasi Tiang Pancang
1. Analisa Sub Struktur
a. Tujuan : Untuk menentukan sistem sub struktur / pondasi yang dapat mendukung bangunan.
b. Dasar Pertimbangan : Dasar pertimbangan secara umum adalah pemenuhan kebutuhan struktur pada setiap fungsi massa. Selain itu, system struktur juga harus dapat membantu user melakukan navigasi posisi dan tujuan mereka.
1) Kebutuhan prioritas Stasiun: mampu menyalurkan beban berat dari kereta dan
segala konsekuensinya dan massa stasiun yang diangkat.
2) Kebutuhan prioritas Depo: mampu menyalurkan beban bangunan 1 lantai.
3) Kebutuhan prioritas Office: mampu menyalurkan beban bangunan high rise yang diangkat dari tanah.
4) Kebutuhan prioritas Comercial Area: mampu menahan bangunan 2-7 lantai yang diangkat dari tanah
5) Daya dukung tanah dan kondisi hidrologis, dimana daya dukung tanah dan kondisi ketinggian air tanahnya normal.
6) Cukup kaku dalam menghadapi gaya lateral.
7) Berdasarkan kondisi site,maka sistem alternatif sub struktur yang dipilih adalah:
a) Sistem pondasi sumuran Digunakan untuk bangunan dengan jumlah lantai banyak (lebih dari 2 dan
Gambar V.39 Pondasi Footplate Sumber: Konst. Bangunan Bertingkat, Ir Benny P,1992
Untuk bangunan dengan lantai banyak (lebih dari 2 lantai).
Mempunyai kemampuan menahan beban besar dan stabil. Pondasi ini mampu menahan guncangan dari struktur di atasnya.
c) Sistem Pondasi Foot Plate Untuk bangunan berlantai 2 dengan lebar
konstruksi super struktur berat.
c. Analisa:
Tabel V.30 : Analisa pe milihan pondasi Sumber : analisa pribadi
Kriteria
Sumuran
Tiang pancang
Foot plate
Daya dukung thd bangunan berlantai banyak
Kurang
Baik Baik Kemudahan dan kecepatan mengerjakan
Baik
Cukup Cukup Kesesuaian terhadap kondisi geologis &
hidrologis
Cukup
Baik Baik Kekakuan menghadapi gaya lateral
Cukup
Baik Baik
Hasil
Sesuai untuk depo yang berlantai 1
Sesuai untuk Stasiun, Office, dan Comercial Area
Sesuai untuk Stasiun, Office, dan Comercial Area
2. Analisa Supper Struktur
a. Tujuan : Untuk menentukan sistem struktur pada bagian atas, yaitu badan bangunan, seperti : dinding, kolom, dan balok.
b. Faktor penentu :
3) Kebutuhan prioritas Depo: bentang lebar
4) Kebutuhan prioritas Office: fleksibilitas ruang
5) Kebutuhan priorotas Comercial Area: fleksibilitas ruang
6) Kemampuan menahan gaya-gaya lateral
7) Ekonomis
c. Analisa :
1) Sistem portal (kolom-balok) Sesuai dengan tuntutan fungsinya, diperlukan suatu system struktur yang dapat
mendukung berjalannya fungsi tersebut. Super struktur digunakan struktur rangka dengan pertimbangan:
a) Efektif
b) Jarak kolom sangat menentukan fleksibilitas pembagian ruang
c) Struktur ringan
d) Kebebasan pengolahan tampak bangunan
Kolom Kolom diperlukan untuk menyalurkan beban ke pondasi. Bentuk kolom perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan efisiensi ruang, khususnya pada rumah sakit. Balok
Balok digunakan untuk mendukung beban horizontal dari plat lantai menuju kolom, untuk kemudian diteruskan ke pondasi.
2) Sistem Truss
System ini memungkinkan penggunaan kolom dan balok yang sedikit.
Salah satu system truss ada yang dapat diintegrasikan dengan system struktur lain. Jenis truss antara lain: tetriced
bracing, single
diagonal
bracing, k-bracing, dll. (Wolfgang Schuler, High-Rise Building Structure, p. 67 )
3) System Core System ini biasa digunakan khususnya untuk menyalurkan beban bangunan tinggi. System ini tetap membutuhkan dukungan system portal (kolom dan balok)
4) Space frame System
ini
memungkinkan adanya bentangan lebar tanpa
memrlukan
adanya
kolom di tengah ruang.
d. Hasil: Berdasarkan pertimbangan kebutuhan masing-masing massa, maka untuk massa Stasiun akan digunakan system portal. Untuk massa Depo, digunakan system
Ga mbar V.41: Sistem Space Frame dengan tetriced bracing Sumber : www.google.id
Ga mbar V.40. : Sistem Belt Truss dengan tetriced bracing Sumber : www.google.id
space frame dan portal. Bangunan pendukung 2 lantai lainnya akan menggunakan system portal.
3. Analisa Upper Struktur
a) Tujuan Untuk menentukan jenis struktur atap yang paling sesuai.
b) Dasar pertimbangan Dasar pertimbangan utama adalah pemenuhan kebutuhan atribusi masing-masing
massa. Selain itu juga mambantu system sirkulasi user.
1) Untuk optimalisasi fungsi platform dan depo, harus mampu menahan beban bentang lebar
2) Ekonomis
c) Analisa
1) Struktur Kabel (cable stays) Dapat menahan atap dengan bentangan besar. Pada dasarnya sistem konstruksi ini mengacu pada kekuatan gaya tarik kabel yang kemudian dimanfaatkan sebagai penopang kantilever dengan bentang yang cukup lebar dengan cara menggantungkanya pada sebuah tiang/kolom struktur. Dengan penggunaan kabel ini kolom penopang atap pada tengah ruangan dapat ditiadakan.
2) Space Frame (struktur rangka ruang) Space frame adalah struktur rangka yang membentuk bidang 3 dimensi.
tertentu yang cukup lebar, hanya membutuhkan ketebalan 5% dari lebar bentang. Untuk kantilever membutuhkan ketebalan 7 sampai dengan 14 persen dari bentang. Hal ini sangat ekonomis karena hanya menggunakan rangka baja, tanpa penguatan beton. Selain itu, pemasangannyapun lebih mudah karena struktur space frame merupakan struktur yang merupakan bahan baku, sehingga pemasangannya hanya dengan merakit modul-modul yang sudah ada di pasaran tanpa perlu membuat yang baru dilokasi pembangunan.
3) Struktur rangka baja Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas. Struktur atap dengan karakter seperti ini sangat potensial untuk diekspos. Bisa menjadi alternatif ruang-ruang yang membutuhkan bentang lebar seperti serbaguna atau auditorium.
4) Struktur Tenda
Ga mbar V.42 Struktur tenda Sumber: Google.com Ga mbar V.42 Struktur tenda Sumber: Google.com
d) Hasil: Dari analisa di atas, maka struktur atap yang digunakan untuk massa stasiun,
depo, dan comercial area adalah space frame. Untuk massa Office digunakan integrasi antara sistem space frame dan sistem kabel. Untuk bangunan pendukung lainnya menggunakan sistem kuda-kuda baja ringan.
1. Analisa Sistem Listrik
a. Tujuan : Untuk mendapatkan sistem penyediaan listrik dan jumlah kebutuhan listrik.
b. Dasar Pertimbangan :
1) Jumlah kebutuhan listrik
2) Jumlah ketersediaan listrik
3) Efektivitas dan efisiensi
c. Analisa dan Hasil : Sumber tenaga listrik yang digunakan berasal dari PLN dan generator (genset) sebagai sumber listrik cadangan dalam keadaan darurat. Dalam penggunaannya memakai sistem Automatic Transfer Switch (ATS) yang berfungsi secara otomatis menghidupkan genset pada waktu listrik PLN mengalami pemadaman. Sedangkan untuk jaringan listrik yang berhubungan dengan komputer dilengkapi dengan UPS (Uniterrupted Power Supply).
2. Analisa Sistem Air Bersih
a. Tujuan : Untuk mendapatkan sistem penyediaan air bersih.
1) Dasar pertimbangan :
2) Jumlah pemakai
3) Jaminan ketersediaan air 3) Jaminan ketersediaan air
1) Pada prinsipnya dalam penyediaan air ada 2 sumber air bersih, dari sumur & PDAM.
2) Ada 2 cara pendistribusian air, yaitu Up Feed Distribution dan Down Feed Distribution.
3) Sistem yang dipilih untuk bangunan Solo Beauty Centre adalah sistem down feed distribution, karena air tanah tidak terus menerus dipompa ke atas (seperti up feed), tetapi ditampung dalam tangki-tangki air yang diletakkan di atas (top floor) kemudian didistribusikan. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah mampu memperhitungkan jangkauan distribusi dengan membagi area pelayanan terhadap luasan tapak.
Tabel V.31: Perbandingan System Up Feed dan Down Feed
Sumber : Mata Kuliah Utilitas 05
Up Feed Distribution
§ Distribusi air melimpah § Tekanan air sama untuk
tiap lantai
§ Boros karena pompa bekerja terus menerus § Jika terjadi kerusakan pada pompa,
distribusi air berhenti
Down Feed Distribution
§ Hemat karena pompa tidak
bekerja secara menerus § Jika terjadi kerusakan
pada pompa, distribusi air masih terus aktif sampai persediaan air di tangki habis
§ Tekanan air pada tiap lantai tidak sama, makin ke bawah makin besar
3. Analisa Sistem Drainase
a. Tujuan : Untuk mendapatkan sistem pembuangan air kotor dan air hujan.
1) Sistem pembuangan air kotor yang memperhatikan kondisi tapak
2) Menghindari pencemaran lingkungan
c. Analisa dan Hasil : Jaringan drainase ini meliputi pembuangan :
1) Air kotor : berasal dari floor drain, kamar mandi, dan pantry, dialirkan ke bak kontrol untuk dibuang ke roil kota.
2) Air buangan: berasal dari kloset, dialirkan ke septic tank, lalu ke sumur peresapan.
3) Air hujan : berasal dari atap, halaman, dsb. Pembuangan air hujan disalurkan langsung ke sumur resapan sedangkan sisanya baru dialirkan ke riol kota.
4. Analisa Sistem Komunikasi
a. Tujuan: Untuk mendapatkan system komunikasi yang sesuai untuk Regional MRT Station
b. Dasar Pertimbangan:
2) Jenis informasi yang akan disampaikan
3) Sifat informasi
4) Kemudahan koordinasi antar pengelola
5) Kemudahan penyampaian dan penerimaan informasi
c. Analisa dan Hasil: c. Analisa dan Hasil:
1) Komunikasi Intern Merupakan sistem yang digunakan untuk melakukan komunikasi di dalam Lebak Bulus Regional MRT Station. Komunikasi yang bersifat umum digunakan untuk didalam ruangan dan pengeras suara untuk ruang terbuka. Untuk komunikasi antar ruang kegiatan pengelola digunakan intercom.
2) Komunikasi Ekstern Merupakan komunikasi yang digunkan untuk berhubungan denga pihak luar. Digunakan sarana komunikasi radio amatir dan telepon dengan system PABX (Private Automatic Branch Excharge). Selain itu, untuk mempermudah kelancaran komunikasi dengan berbagai pihak, diperlukan juga jaringan internet dan faximile. Center.
5. Analisa Sistem Penanggulangan Kebakaran
a. Tujuan : Untuk menentukan sistem yang cocok untuk pengamanan terhadap bahaya kebakaran.
b. Dasar Pertimbangan :
1) Cocok untuk bangunan bertingkat tinggi 1) Cocok untuk bangunan bertingkat tinggi
1) Evakuasi Jalur evakuasi (tangga darurat) adalah jalur yang terpenting untuk diperhatikan dalam usaha pengamanan bahaya kebakaran. Tangga darurat harus bebas dari asap (gas panas dan beracun). Ruang tangga yang bertekanan (presurized stair well ) diaktifkan secara otomatis bila terjadi kebakaran.
2) Hidran Bangunan Hidran diletakkan dengan jarak 35 m antara satu dengan lainnya, berada di tempat yang mudah terjangkau dan relatif aman. Pada umumnya diletakkan di dekat pintu darurat.
3) Hidran Halaman Hidran berada di luar bangunan Lebak Bulus Regional MRT Station pada lokasi yang aman dari api dan mudah dijangkau.
4) Sprinkler air Sprinkler dihubungkan dengan jaringan pipa air bertekanan tinggi. Umumnya sprinkler dirancang untuk berfungsi jika panas telah mencapai suhu 68ºC dan air akan memancar pada radius sekitar 3 m. Sprinkler air dipasang pada ruangan yang jauh dari barang elektronik. Misalnya : ruang pelayanan servis.
5) Pemadam powder (dry chemical) 5) Pemadam powder (dry chemical)
Tabel V.32: Analisa Kebutuhan Air untuk Pemadam Kebakaran
Sumber: Analisa Penulis
6. Analisa Sistem Penangkal Petir
a. Tujuan : Untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya petir.
b. Dasar Pertimbangan :
1) Kemampuan tinggi untuk melindungi gedung dari sambaran petir.
2) Pemasangan tidak mengganggu tampak dan penampilan bangunan.
3) Keamanan dan kemudahan penerapan dalam bangunan.
c. Analisa dan Hasil : Perbandingan cara kerja sistem Franklin dan Faraday
Tabel V.33 : Alternatif Pemilihan Siste m Pengaman Bahaya Petir Sumber : Utilitas bangunan, Ir. Hartono Poerbo, M. Arch. 1992
Prinsip kerja
Bila terjadi petir maka juga akan terjadi ionisasi di awan. Loncatan ion-ion tersebut dapat ditahan oleh preventor sehingga tidak mengenai bangunan, radius perlindungan sama dengan tinggi preventor.
Tiang-tiang faraday yang berjarak maksimal 30 m (antar tiang) terletak di
sekeliling bangunan untuk menangkap loncatan ion-ion petir kemudian disalurkan ke tanah.
Keuntungan
Harganya lebih murah dibanding sistem faraday
Sifat perlindungan lebih baik karena aliran listrik langsung dihantarkan
Kebutuhan untuk hydrant dan sprinkler adalah : Hydrant box
: 400 liter/menit/coupling dengan panjang selang 30 m. Hydrant pilar : 1000 liter/menit/coupling Sprinkler
: 60 liter/menit/head mampu menyemprotkan air seluas 5 m 2 .
preventor
tersebut habis atau
perlindungannya menjadi menurun
franklin.
Sistem yang digunakan adalah sistem Faraday, berupa tiang setinggi 50 cm, dengan jarak antar tiang maksimal 30 m, dipasang di puncak atap, kemudian dihubungkan dengan kawat, yang dimasukkan ke dalam pipa yang tidak memiliki kemampuan menghantarkan listrik (seperti pipa peralon), dan kemudian dihubungkan ke ground. Sudut yang mampu dilindungi dan terjangkau oleh penangkal petir. Pada ujung ground diberi kolam air untuk memperbesar penghantar listrik di tanah.