Hakikat dari proses administrasi
1.2. Hakikat dari proses administrasi
Proses administrasi pada hakekatnya merupakan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun tujuan dari penyelenggaraan pengelolaan sampah adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan dan menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat secara ekonomi bagi daerah.
Dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah di Kota Surakarta ada beberapa pihak yang bertanggungjawab di dalamnya mulai dari pengurangan hingga penanganan sampah. Mulai dari reduce, reuse, recycle, pemasaran hinga pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan. Dari beberapa kegiatan penyelenggaraa pengelolaan sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang paling dominan menjalankan kegiatan di atas, diantaranya pemasaran produk, sosialisasi pemilahan, pengangkutan, dan pengolahannya. Sedangkan instansi lain seperti BLH bertugas dalam pembinaan kepada masyarakat terkait reduce, reuse, recycle khususnya sampah. Instansi kelurahan bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan petugas sampah dalam pengumpulan sampah rumah tangga untuk dibuang ke TPS. Sedangkan Dinas Pengelolaan Pasar dan pihak swasta atau badan usaha bertugas mengangkut sampah dari sumber timbulan sampah daerah masing-masing untuk dibuang ke TPA.
Namun pada kenyataan ada beberapa fungsi yang dimiliki oleh beberapa instansi tidak bisa terlepas dengan instansi lainnya. Misalnya saja dalam hal pengumpulan sampah yang dilakukan oleh petugas gerobak sampah dari kelurahan masih terkait erat dengan fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam kegiatan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Diantaranya terkait aturan jam buang yang harus dipatuhi oleh petugas gerobak sampah kelurahan yaitu sampah harus dibuang sebelum jam 14.00 karena petugas pengangkutan Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengambil sampah dalam dua tahap pagi dan siang. Pengambilan pertama pagi antara jam 09.00 - 14.00 dan pengambilan ke dua siang antara jam 14.00 - 16.00. Agar sampah tidak menginap di TPS, petugas gerobak sampah dari kelurahan harus mematuhi jam buang yang ditetapkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan tersebut. Selain itu petugas gerobak sampah juga harus mebuang sampah yang telah dikumpulkannya ke dalam bak TPS. Berikut penuturan yang disampaikan oleh Kepala Seksi Angkutan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta, Bapak Yus :
“Biasanya kita sering koordinasi dengan kelurahan. Saya biasanya langsung ke kelurahan, ngomong terkait aturan jam buang itu maksimal jam 14.00. Karena masih banyak petugas gerobak yang buang sampah tidak sesuai dengan aturan jam buang, kadang sampai jam 16.00 baru buang bahkan malam hari baru buang. Kita juga sarankan untuk gerobak-gerobaknya itu membuang sampah itu di dalam bak.” (Wawancara 18 April 2012)
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Seksi Pembangunan dan Lingkungan Hidup Kelurahan Panularan, Bapak Supriyanto :
“Iya mas, petugas DKP khususnya petugas penarik retribusi dan angkutan sampah sering berkoordinasi dengan kami terkait masalah retibusi sampah dan pengumpulan sampah yang ada di TPS Sriwedari. Kalau pengumpulan sampah itu kaitannya sama aturan jam buang, kita diberitahu sampah rumah tangga harus dibuang ke TPS sebelum jam 14.00.” (Wawancara 19 Mei 2012)
Dari penuturan yang disampaikan Bapak Yus dan Bapak Supriyanto, Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan kelurahan saling berkoordinasi terkait masalah sampah yang ada di wilayah setempat. Khususnya hal yang sering dikoordinasikan anatara Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan kelurahan adalah terkait retribusi sampah dan aturan jam buang sampah ke TPS. Untuk hal aturan jam buang pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan sering menegur ke kelurahan karena masih banyak petugas gerobak sampah yang tidak membuang sampah sesuai dengan aturan jam buang yang telah ditetapkan. Selain itu Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga sering memberikan saran kepada pihak kelurahan untuk mengingatkan kepada petugas gerobak sampah untuk membuang sampah ke dalam bak TPS.
Koordinasi juga dilakukan oleh DKP kepada DPP dan pihak swasta/badan usaha terkait pengangkutan sampah yang mereka hasilkan untuk di buang ke TPA langsung. Pengangkutan sampah dilakukan oleh DKP yang menangani sampah, di TPS hasil dari sampah rumah tangga, di
jalan-jalan, dan tempat-tempat umum. DPP yang menangani sampah dan kebersihan di pasar-pasar. Sedangkan pihak swasta/badan usaha menghasilkan sampah umum yaitu sampah-sampah yang berasal dari restoran, hotel atau pabrik. Koordinasi yang dilakukan DKP kepada DPP dan pihak swasta/badan usaha dalam bentuk peringatan agar membuang sampah yang mereka hasilkan untuk tidak dibuang ke TPS namun langsung dibuang ke TPA. Berikut penuturan yang disampaikan oleh Kepala Bidang Persampahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta, Bapak Nono :
“Kalau DKP jelas mengangkut sampah dari TPS, jalan-jalan, dan tempat umum. Kalau DPP dan badan usaha selalu kita ingatkan untuk tidak membuang sampah di TPS tapi langsung ke TPA. Karena kadang ada dari DPP atau badan usaha yang buang sampahnya masih di TPS, mas.” (Wawancara 18 April 2012)
Hal senada disampaikan oleh Kepala Seksi Pengelolaan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta, Bapak Pram :
“Pasar begitu juga, pasar mempunyai wilayah yang memproduksi sampahnya cukup tinggi, dan mereka bertanggungjawab terhadap sampah yang berada ditempat tersebut dengan bertanggungjawab membuangnya kesini (TPA). Jadi antara DKP dan DPP itu saling terkait karena DKP juga harus mengelola sampah dari DPP, yang mereka buang kesini.” (Wawancara 13 April 2012)
Berikut ini merupakan tabel presentase pengangkutan sampah oleh DKP, DPP, Umum pada tahun 2002-2011 :
Tabel IV. 5
Prosentase Pengangkutan Sampah oleh DKP, DPP, Umum
Kota Surakarta Tahun 2002-2011
No. Tahun
4,27 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta, 2012
Dari beberapa data pengangkutan sampah dalam tabel diatas, nampak bahwa peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai instansi pengangkutan sampah adalah paling besar karena rata-rata membawa sampah pertahunnya sebesar 84,9% pada tahun 2011. Sedangkan urutan kedua dan ketiga ditempati oleh DPP dan Umum masing-masing sebesar 10,83% dan 4,27% sampah yang diangkut dari sumber sampah menuju ke TPA. Walaupun Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengangkut sampah yang paling banyak, namun DKP harus tetap berkoordinasi dengan DPP dan pihak swasta/badan usaha agar pihak terkait langsung membuang sampah hasil produksi mereka ke TPA.
Selain berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi lain, dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga berkoordinasi dengan masyarakat salah satunya melalui penyuluhan. Karena kita ketahui bahwa masyarakat juga mempunyai hak dan kewajiban dalam memanfaatkan dan mengolah sampah. Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga membuka diri dengan pihak manapun baik pihak kelurahan, kecamatan ataupun lembaga sosial masyarakat dalam hal penyuluhan tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah. Dalam penyuluhan juga diingatkan juga bahwa masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan dari sampah-sampah yang ditimbulkan, termasuk juga bagi masyarakat yang juga tinggal di dekat TPS agar menjaga kebersihan di TPS. Berikut penjelasan yang disampaikan oleh Kepala Bidang Persampahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta, Bapak Nono :
“Masyarakat juga seperti itu lewat penyuluhan. Penyuluhan ini bisa dari inisiatif kita atau pemerintahan kelurahan sendiri atau kecamatan atau kelompok-kelompok tertentu bisa semacam lembaga kemasyarakatan atau LSM itu bisa. Jadi kita selalu membuka diri dengan pihak manapun untuk pengadaan penyuluhan tentang penyelenggaraan sampah.” (Wawancara 18 April 2012)
Hal tersebut ditambahkan oleh Kepala Seksi Angkutan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta, Bapak Yus :
“Kemudian juga koordinasi kepada masyarakat agar tetap menjaga kebersihan TPS. Kan banyak masyarakat yang selalu komplain didekatnya itu tempat pembuangan sampah. Kalau “Kemudian juga koordinasi kepada masyarakat agar tetap menjaga kebersihan TPS. Kan banyak masyarakat yang selalu komplain didekatnya itu tempat pembuangan sampah. Kalau
Dari penjelasan yang disampaikan Bapak Nono dan Bapak Yus, Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai dinas yang bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah juga berkoordinasi dengan masyarakat, salah satunya melalui penyuluhan. Selain itu dalam menanggapi keluhan yang disampaikan masyarakat ke Dinas Kebersihan dan Pertamanan tentang masalah sampah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan langsung menanggapinya dengan melemburkan pekerja untuk mengatasi masalah sampah tersebut.
Terakhir adalah koordinasi yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dengan pihak KPS (Kerjasama Pemerintah Swasta). Kemitraan dengan swasta merupakan langkah yang akan ditempuh dalam menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam kegiatan penanganan sampah khususnya kegiatan pengelolaan sampah di TPA. Mengingat kondisi TPA Putri Cempo yang sudah kelebihan beban (over load) untuk menampung seluruh masyarakat. Program proyek KPS pengelolaan sampah di TPA Putri Cempo Mojosongo terus bergulir. Sementara itu belum di putuskan apakah kegiatan pengolahan dan pemusnahan sampah di TPA Putri Cempo akan di bakar ke enternering, atau dikomposting, atau akan di treatment menjadi biogas atau menjadi
bahan listrik. Hal ini akan diputuskan lewat tim pengolah, nanti yang dilombakan dari alternative pengolahan tadi yang mana, ini belum diputuskan dan ini tentunya kegiatan ini juga melibatkan Bappenas. Lelang proyek akan dilaksanakan pertengahan tahun ini. Sedangkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam hal ini mempunyai peranan sebagai tempat aggaran atau dengan kata lain anggaran dana untuk kerjasama dengan pihak KPS berada di Dinas Kebersihan dan Pertamanan, sehingga Dinas Kebersihan dan Pertamanan dituntut untuk bisa menggunakan anggaran tersebut secara baik. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Persampahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta, Bapak Nono :
“Kedepannya kota ini untuk masalah pemanfaatan dan pengelolaannya melibatkan investor lewat jaring KPS (Kerjasama Pemerintahan Swasta), ini baru proses. Kalau DKP disini hanya dipakai untuk tempat anggaran untuk kerjasama dengan KPS itu. Tapi nantinya ranahnya menjadi ranah kota karena PJPKnya dari Pak Walikota, terus nanti panitianya juga akan di SK kan oleh Pak Wali, kalau kemarinkan DKP, baru kemarin sore di Jakarta itu diputuskan seperti itu. Karena PJPK dari Pak Wali dan SKnya dibuat oleh Pak Wali maka prosesnya pun menjadi kota lewat KPS leading sektornya di perkotaan. Itu nanti investor masuk pihak ketiga itu akan mengolah di TPA, belum di putuskan apakah di bakar ke enternering, apakah dikomposting, atau apakah di treatment menjadi biogas atau menjadi bahan listrik. Ini nanti akan diputuskan lewat tim pengolah, nanti yang dilombakan yang mana, ini belum diputuskan dan ini melibatkan Bappenas.” (Wawancara 18 April 2012)