Struktur Birokrasi

2.4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi juga merupakan salah satu faktor yang memegang peran penting dalam keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan. Struktur birokrasi dapat mencerminkan arah hubungan, garis komando dan alur koordinasi antar unit kerja dalam koordinasi. Struktur birokrasi meliputi dua aspek, antara lain ketersediaan standar operasional prosedur (SOP) dan fragmentasi.

Standar operasional prosedur menjadi sesuatu yang penting dalam implementasi kebijakan penyelenggaraan pengelolaan sampah di

Kota Surakarta. SOP implementasi kebijakan penyelenggaraan pengelolaan sampah para pejabat yang menjadi informan menunjuk pada Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Nono selaku Kepala Bidang Persampahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta yang menyatakan bahwa :

“Yang menjadi acuan kita bekerja selama ini adalah Perda Kota Surakarta tentang pengelolaan sampah. Disana dijelaskan mengenai banyak hal baik tugas wewenang, tanggungjawab ada juga mekanisme pengelolaan sampah, retribusi, kerjasama dan lain-lain.” (Wawancara 18 April 2012)

Penjelasan dalam wawancara tersebut di atas lebih menunjuk pada gambaran esensi dari Perda pengelolaan sampah yang masih bersifat umum. Bukan dalam konteks SOP berupa petunjuk pelaksanaan. Terkait hal ini dalam wawancara lebih lanjut, Kepala Seksi Pengelolaan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta, Bapak Pram menjelaskan :

“Untuk aturan penjelas perda pengelolaan sampah belum kita ajukan ke walikota, kita saat ini sedang menyusun pedoman pelaksanaannya. Sedang kita rundingkan dengan teman-teman. Ada beberapa poin yang masih kita perdebatkan sampai sekarang ini.” (Wawancara 13 April 2012)

Dari penjelasan yang disampaikan Bapak Pram, untuk saat ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan belum punya ukuran dasar prosedur kerja yang jelas dan rinci terkait pedoman dasar yang harus dilakukan dalam pelaksanaan penyelenggaraan pengelolaan sampah di Kota

Surakarta. Sementara, para informan kategori staf dan THL mengaku tidak terlalu tahu dengan adanya SOP berupa Peraturan Daerah ataupun rencana akan dibuatnya Peraturan Walikota sebagai aturan penjelas dari Peraturan Daerah tentang pengelolaan sampah di Kota Surakarta. Berikut hasil penuturan Bapak Soeroto Staff Bidang Persampahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta yang menyatakan bahwa :

“Kalau untuk aturan Perda dan Perwali saya belum tahu mas. Itu kan masalah kebijakan, nanti bisa ditanyakan langsung ke kabid yang lebih tahu tentang kebijakan tersebut.” (Wawancara 18 April 2012)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Tiyan THL Seksi Angkutan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta yang mengungkapkan bahwa :

“Urusan kebijakan yang tahu atasan mas, kalau saya tahunya ya apa yang saya kerjakan selama menjadi THL seksi di angkutan sampah. Kita kan hanya diberikan tugas saja dan kita melaksanakan tugas tersebut. Kalau untuk kebijakannya seperti apa atasan yang tahu.” (Wawancara 8 Juni 2012)

Kondisi ini menjelaskan bahwa tingkat implementasi kebijakan secara teknis, kurang memahami pedoman pelaksanaan kebijakan yang menjadi dasar dari pelaksanaan tugas mereka masing-masing. Baik staff maupun THL hanya menjalankan apa yang menjadi perintah dari atasan dalam hal ini adalah Kepala Bidang dan Kepala Seksi.

Mengenai fragmentasi, yang mana tanggungjawab bagi suatu bidang kebijakan sering tersebar di antara beberapa organisasi. Begitu juga dengan kondisi para pelaksana terkait pengelolaan sampah di Kota Surakarta. Ada beberapa pihak yang menangani masalah sampah yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan Dinas Pengelolaan Pasar. Walaupun tugasnya sudah jelas Dinas Kebersihan dan Pertamanan menangani sampah rumah tangga yang ada di TPS untuk di buang ke TPA, sedangkan Dinas Pengelolaan Pasar membuang sampah dari sampah pasar ke TPA. Namun ketika terjadi pelanggaran yang dilakukan DPP tidak membuang sampahnya ke TPA melainkan ke TPS ini yang menjadi permasalahan tersendiri yang membutuhkan koordinasi diantara kedua belah pihak instansi tersebut. Berikut hasil wawancara Bapak Nono selaku Kepala Bidang Persampahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta yang menyatakan bahwa :

“Kadang memang sebuah kebijakan ini agak dibenturkan dengan tupoksi. Kadang-kadang DPP dengan DKP buangnya TPA sama, tapi pimpinannya lainkan, saya mau memarahi orang DPP karena membuanya belum betul saya agak mikir karena ini bukan anak buah saya,. Belum lagi nanti sampah yang di buang oleh pihak swasta. Lha ini kadang-kadang itu perlu ada semacam koordinasi, walaupun sulit tapi tetap kita lakukan.” (Wawancara

18 April 2012)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Seksi Angkutan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surakarta, Bapak Yus :

“Ya kadang kita menemui itu mas, sampah di TPS kok banyak. Ya setelah kita telusuri ada sampah DPP yang masuk TPS. Hal- hal seperti inilah yang sering kita koordinasikan ke pihak DPP.” (Wawancara 18 April 2012)

Dalam logika sederhana semakin banyak pihak terkait, maka pelaksanaan kebijakan semakin efektif tetapi tidak selalu demikian. Dengan adanya arogansi sektoral dan sulitnya melakukan koordinasi, maka pelaksanaan kebijakan akan semakin kurang maksimal. Dari penjelasan yang disampaikan Bapak Nono dan Bapak Yus terkait pengangkutan sampah TPA sudah sering adanya koordinasi dengan pihak terkait. Memang diakui dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan bahwa sebuah implementasi kebijakan, semakin banyak pihak terkait semakin sulit koordinasi. Selain Dinas Pengelolaan Pasar pengangkutan sampah ke TPA juga melibatkan para pelaku usaha atau pihak swasta.

Penilaian implementasi Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor

3 Tahun 2010 dalam Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah pada 4 indikator dapat dilihat pada matrik berikut:

Dokumen yang terkait

Rikka Suryantika Dwifinanta, Ikhsanudin, Syarif Husin English Language Education Study Program of FKIP UNTAN Pontianak Email:rikkadwifinantayahoo.com Abstract: This research purpose was to find out whether or not teaching listening

0 0 10

Dampak Implementasi TQM terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Industri Menengah dan Industri Besar di Surakarta)

0 0 82

A Comparative Study Of The Translation Of Similes In The Novel “The Old Man And The Sea” Into Indonesian

0 1 121

Implementasi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Kebakkramat

2 3 109

Implementasi program rintisan sekolah bertaraf internasional (rsbi) di sma negeri 1 Karanganyar

1 1 129

THE USE OF 3-2-1 STRATEGY IN TEACHING READING COMPREHENSION ON REPORT TEXT Marlia Purnama Jauhari, Zainal Arifin, Ana Fergina English Language Education Study Program of FKIP UNTAN Pontianak Email: marliajauhari91gmail.com Abstract: The 3-2-1 strategy is

0 0 11

THE USE OF ANIMATED FILM IN TEACHING STUDENTS WRITING NARRATIVE TEXT (A Pre-Experimental Study to the Eighth Grade Students of SMPN 4 Singkawang in Academic Year 20172018) AN ARTICLE By:

0 0 9

TI{E USE OF BIO-POEM STRATEGY IN TEACIIING WRITING DESCRIPTTVE TEXT (A Pre Experimental Study on the Tenth Grade Students of SMAN

0 0 11

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal)

0 1 117

Aplikasi Fungsi Manajemen Oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (Dp2kad) Kabupaten Karanganyar

0 1 125