Penyajian Data

A. Penyajian Data

Berdasar pada hal-hal yang telah disebutkan dalam pendahuluan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Mahasiswa FISIP UNS terhadap iklan produk kosmetik pria di televisi yang ditinjau dari aspek perhatian, emosi, motivasi, ekspetasi, dan struktural.

Untuk mendapatkan informasi mengenai hal tersebut, dilakukan pengumpulan data dengan wawancara sebagai data primer, penelitian kepustakaan dan observasi sebagai data sekunder. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk analisis secara kualitatif, lalu ditarik kesimpulan.

Sebelum disajikan data mengenai persepsi informan terhadap iklan produk kosmetik pria di televisi, terlebih dahulu akan disajikan profil informan yaitu Mahasiswa Komunikasi FISIP UNS.

1. Data Subyek Penelitian

Subyek penelitian atau informan dari penelitian ini adalah Mahasiswa Komunikasi FISIP UNS berkelamin pria dengan ketentuan bahwa informan tersebut :

 Pernah melihat iklan produk kosmetik pria di televisi  Menggunakan produk kosmetik pria yang diiklankan di televisi  Selalu memperhatikan penampilannya dalam aktifitasnya sehari-

hari

Berikut ini adalah Data Informan :

1. Adie Candra Widodo Biasa dipanggil Candra, seorang mahasiswa Komunikasi FISIP UNS angkatan 2007. Selain sebagai Mahasiswa, dia juga aktif di berbagai organisasi. Tercatat dia juga sebagai humas sebuah perkumpulan motor di kota Solo. Selain itu dia juga tercatat sebagai anggota suatu grup band yang sering tampil di kafe ataupun tempat hiburan lainnya di kota Solo. Dengan jabatan seorang Humas dan juga seorang anggota grup band yang eksis di kota Solo, tentunya dia sering berhubungan dengan berbagai pihak dan selalu menjaga penampilannya. Maka tidak menutup kemungkinan dia selalu merawat tubuhnya dengan menggunakan produk perawatan khusus pria.

2. Ari Purnomo Aji Biasa dipanggil Aji, seorang mahasiswa Komunikasi FISIP UNS angkatan 2007. Selain sebagai mahasiswa, dia juga bekerja di salah satu media di kota Solo sebagai marketing. Dia banyak berhubungan dengan para klien, dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Meskipun aktivitasnya begitu padat setiap hari, namun dia juga tetap memperhatikan penampilannya, dengan merawat tubuhnya menggunakan produk-produk khusus pria.

3. Bayu Kharisma Putra Biasa dipanggil Bayu, seorang mahasiswa Komunikasi FISIP UNS angkatan 2005. Seperti anak muda pada umumnya, dia seorang yang berkepribadian dinamis, suka pada hal-hal baru, dan selalu berkembang. Dia juga selalu menjaga penampilannya dengan menggunakan produk-produk khusus pria.

4. Hary Setyojati Biaja dipanggil Hari, seorang mahasiswa Komunikasi FISIP UNS angkatan 2007. Selain mahasiswa, dia juga bekerja di salah satu perusahaan BUMN di kota Solo. Tentu saja dia juga mengalami aktivitas yang pada setiap harinya, karena selain kuliah dia juga harus bekerja. Sebagai seorang anak muda yang masih mencari jati diri dan dinamis, dia selalu menjaga penampilannya dengan selalu merawat tubuhnya dengan menggunakan produk-produk khusus pria.

5. Hary Purnomo Hidayat Biasa dipanggil Odank, seorang mahaiswa Komunikasi FISIP UNS angkatan 2007 asal Sulawesi. Dia ini adalah seorang mahasiswa yang sangat kritis terhadap masalah-masalah sosial dan aktif mengikuti kegiatan yang diadakan kampus. Namun tidak menghilangkan nalurinya sebagai anak muda yang dinamis dan senang dengan hal baru, maka dia juga selalu memperhatikan penampilannya dengan merawat tubuhnya dengan menggunakan produk khusus pria.

2. Data Wawancara

Data dibawah ini adalah hasil wawancara peneliti dengan para informan mengenai persepsi mereka terhadap iklan produk kosmetik pria di televisi yang meliputi aspek emosi, motivasi, ekspetasi serta faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu perhatian.

1. Emosi Informan ketika menonton Iklan Produk Kosmetik Pria di Televisi

Seperti telah disebutkan diatas bahwa emosi terlihat dalam komunikasi sejak proses penyandian, penyampaian pesan, bahkan sampai pada efek dalam diri komunikan. Dalam hal ini emosi terlihat ketika mahasiswa menonton Iklan Produk Kosmetik Pria di Televisi, sehingga bisa menangkap dan merasakan dampak dari informasi yang dibacanya yang ada dalam setiap pokok materi dari iklan yang ditayangkan tersebut. Emosi yang dialami oleh informan bermacam-macam, ada yang merasa terhibur dan ada juga yang merasa emosinya tidak terpengaruh oleh informasi yang disajikan oleh iklan tersebut. Serta yang terpenting adalah bagaimana emosi informan dalam persepsinya saat menonton iklan produk kosmetik pria di televisi dengan fenomena pria metroseksual yang ada di masyarakat sekarang ini. Seperti diungkapkan Informan I yang mengatakan ia merasa biasa saja emosinya ketika menonton iklan produk kosmetik pria di televisi,

“Bagi saya biasa saja, karena menurut saya iklan seperti itu target yang dituju masih terlalu khusus kurang umum beda dengan produk wanita, dalam artian kalau untuk produk pria seperti itu “Bagi saya biasa saja, karena menurut saya iklan seperti itu target yang dituju masih terlalu khusus kurang umum beda dengan produk wanita, dalam artian kalau untuk produk pria seperti itu

prestasi 35 ” Pernyataan yang hampir serupa juga diungkapkan Informan III yang

mengatakan “Saya merasa biasa saja alasannya ya bagi saya iklan itu tidak

menghibur, tidak ada sesuatu hal dari iklan yang bisa menghibur saya, lalu soal pria metroseksual menurut saya sangat lekat sekali

image pria metroseksual dalam iklan seperti itu 36 ” Berbeda dengan tiga Informan lainnya yang mengaku cukup terhibur

dengan iklan tersebut, informan II mengatakan sebagai berikut “Bisa dikatakan saya cukup suka dan terhibur saja, apalagi

kalau iklan itu sedikit menarik, namun saya tidak sampai terpengaruh dalam iklan itu, tentang masalah pria metroseksual menurut pandangan saya selalu ada dalam iklan produk pria seperti itu, jadi kesannya selama ini menurut saya dalam iklan tersebut selalu ada unsur-unsur yang mencerminkan sosok pria

metroseksual 37 ” Informan IV juga mengatakan

“Saya kadang cukup terhibur ketika melihat iklan produk kosmetik pria di televisi, namun dengan catatan iklan itu kreatif

dalam arti bisa menyampaikan pesannya dalam bentuk yang sedikit berbeda gitu, contohnya iklan AXE atau Rexona Men, ya menurut saya sangat identik sekali pencitraan mengenai pria metroseksual

dalam setiap iklan produk untuk pria seperti itu 38 ” Serta Informan V pun juga mengungkapkan hal yang sama

35 Wawancara, 8 Oktober 2009 36 Wawancara, 11 Oktober 2009 37 Wawancara, 9 Oktober 2009 38 Wawancara, 10 Oktober 2009

“ya paling sejauh ini saya terhibur saja alasannya persoalan pesan tadi serta ide cerita dan visualisasi. Persoalan pria

metroseksual saya menilai dalam persepsi saya memang selalu ada dalam semua iklan produk untuk pria, bahkan kalau boleh mengusulkan kesan pria metroseksual harus dimunculkan dalam setiap iklan seperti itu guna menarik perhatian penonton sehingga produk itu berhasil menarik minat beli penonton, atau bisa dikatakan bahwa keberadaan kosmetik pria setidaknya membuat pria menyadari pentingnya sebuah penampilan fisik yang

sempurna 39 ”

2. Motivasi Informan (setelah) menonton Iklan Produk Kosmetik Pria di Televisi

Di depan telah disebutkan bahwa motivasi merupakan suatu pengertian yang menghubungkan suatu keadaan mobilisasi energi dengan suatu tujuan. Motivasi bukan hanya berkenaan dengan pelaksanaan tingkah laku, tetapi dengan keadaan organisme yang menerangkan mengapa tingkah laku terarah kepada suatu tujuan tertentu. Ketika menonton Iklan Produk Kosmetik Pria di Televisi Mahasiswa Komunikasi FISIP UNS tentunya mempunyai motivasi yang mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai, dan motivasi itu berbeda antara informan satu dengan informan lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Informan I, menurutnya setelah menonton iklan produk kosmetik pria di televisi dia tidak termotivasi untuk membeli

“tidak, saya tidak tertarik atau tidak termotivasi untuk membeli produk yang diiklankan, karena saya lebih suka memakai produk yang sudah saya pakai dan bertahan dengan merek produk itu,

karena saya tidak suka berganti- 40 ganti merek produk”

39 Wawancara, 9 Oktober 2009 40 Wawancara, 8 Oktober 2009

Informan IV juga mengungkapkan hal yang serupa, menurutnya

“Tidak, alasannya karena saya tidak suka berganti-ganti produk untuk perawatan badan” 41

Berbeda dengan Informan lainnya yang cenderung termotivasi untuk membeli meskipun dengan berbagai alasan tertentu. Informan II misalnya, ia mengatakan

“Tidak terlalu, namun kadang-kadang saya juga membeli setelah melihat iklannya saat saya memang lagi membutuhkan

produk itu dan kebetulan iklannya menarik seperti parfum ataupun pembersih wajah khusus pria yang biasanya saya beli setelah

melihat iklannya” 42

Hal yang tidak jauh berbeda juga diakui oleh Informan III yang mengatakan

“Kadang iya kadang tidak, biasanya kalau itu produknya baru 43 saya tertarik untuk mencobanya seperti parfum dan shampo”

Pendapat yang serupa juga diungkapkan Informan V ia mengatakan “Ada motivasi untuk membeli, namun itu tidak besar itu 44

biasanya parfum ”

Selanjutnya saat pertanyaan mengenai apakah setelah melihat iklan Anda merasa tertarik lalu cenderung menirukan penampilan dari model yang ada pada iklan tersebut semua Informan menjawab tidak.

Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan(stimuli) dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari

41 Wawancara, 10 Oktober 2009 42 Wawancara, 9 Oktober 2009 43 Wawancara, 11 Oktober 2009 44 Wawancara, 9 Oktober 2009

lingkungan yang lain. Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah motivasi konsumen untuk membeli. . Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Selanjutnya dalam Model komunikasi periklanan menerangkan berbagai tahapan pembentukan perilaku konsumen mulai dari kondisi yang belum sadar (unaware) sampai sadar (aware) dengan membeli produk yang diiklankan sebelumnya. Awalnya calon konsumen belum sadar (unaware) akan kehadiran suatu produk di pasaran. Selanjutnya mulai timbul kesadaran (awareness) dan punya pengetahuan (knowledge) akibat seringnya melihat iklan itu. Lalu mulai muncul perasaan suka (Liking) dan ada pilihan (preference). Kemudian dari perasaan menyukai suatu produk dapat meningkat jadi tumbuhnya keyakinan (conviction) untuk memiliki produk. Akhirnya iklan meyakinkan orang untuk membeli (purchase) produk tersebut.

Seperti hal nya berdasarkan hasil wawancara dari sejumlah informan diatas yang mengatakan membeli produk setelah melihat iklannya dengan kata lain informan tersebut termotivasi untuk membeli produk setelah melihat iklannya di televisi. Sehingga, dapat diketahui bahwa iklan produk kosmetik pria di televisi menimbulkan motivasi yang berbeda terhadap para informan yang juga merupakan para audiens. Perbedaan motivasi tersebut mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang ada dalam diri informan itu sendiri.

3. Ekspetasi Informan (setelah) menonton Iklan Produk Kosmetik Pria di Televisi

Ekspetasi dimaksudkan sebagai situasi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan untuk pemuasan sejumlah kebutuhan yang berbeda-beda. Dengan kata lain apa yang telah dilakukan oleh responden akan memberikan kepuasan pada dirinya. Dengan menonton Iklan Produk Kosmetik Pria di Televisi Mahasiswa Komunikasi Fisip UNS akan mendapatkan informasi dari pesan iklan tersebut sesuai dengan yang dikehendakinya. Informan I mengatakan ia merasa tercukupi dengan pesan iklan yang disampaikan dalam iklan tersebut,

“Karena saya konsumen yang selalu positif thinking maka saya merasa itu cukup alasannya katakanlah untuk sabun ataupun pembersih seperti itu semuanya hampir sama dan selama itu harganya tidak murah sesuai standart pasti itu sama saja dan dalam memilih merek produk seperti shampoo, pembersih wajah seperti itu saya tidak terlalu menyesuaikan dengan pribadi saya, namun kalau parfum mungkin saya masih menyesuaikan dengan

kepribadian saya” 45

45 Wawancara, 8 Oktober 2009

Tercukupinya informasi dari iklan tampaknya sama dengan tiga informan lainnya meskipun dengan alas an yang berbeda. Informan II mengatakan,

“ya lumayan tercukupi, karena pada umumnya memang sama fungsinya hanya bahasa iklannya saja yang biasanya melebih-

lebihkan. 46 Hal serupa juga diungkapkan Informan III,

“Ya cukup, karena kebanyakan iklan-iklan seperti itu yang tayang di indonesia memang lebih sering menonjolkan fungsi dari produknya, karena mungkin para pembuat iklan itu berpikir para penonton di Indonesia lebih membutuhkan penjelasan informasi

yang gamblang 47 daripada harus diajak berpikir”

Informan IV juga mengatakan hal yang sama menurutnya “saya merasa cukup, karena saya menilai iklan seperti itu

memang selalu lebih banyak menyampaikan mengenai fungsinya” 48

Namun hal berbeda diungkapkan oleh Informan V yang mengatakan

“sebenarnya belum terlalu tercukupi, karena bicara mengenai masalah produk seharusnya bisa lebih luas namun karena masalah waktu dalam iklan kan terbatas ada durasinya, sehingga iklan yang

disampaikan informasinya belum sesuai harapan saya” 49 Dari pendapat kelima Informan diatas mengenai ekspetasi setelah

melihat iklan produk kosmetik pria di televisi mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Namun sebagian besar Informan menyatakan merasa tercukupi atas informasi atau pesan yang disampaikan melalui iklan produk kosmetik pria di televisi tersebut.

46 Wawancara, 9 Oktober 2009 47 Wawancara, 11 Oktober 2009 48 Wawancara, 10 Oktober 2009 49 Wawancara, 9 Oktober 2009

4. Perhatian Informan terhadap Iklan Produk Kosmetik Pria di Televisi

Perhatian merupakan langkah pertama yang terjadi dalam diri individu sebelum individu tersebut mengenal sesuatu. Perhatian sebenarnya merupakan syarat untuk dapat terjadinya persepsi atau langkah awal persiapan akan kesediaan individu melakukan persepsi. Perhatian terjadi ketika kesadaran dominan pada stimuli tertentu atau dengan kata lain keaktifan jiwa yang diarahkan pada sesuatu objek baik di dalam maupun di luar dirinya. Pengertian lain mendifinisikan perhatian sebagai pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang dituukan kepada satu atau sekumpulan objek. Perhatian tidak bisa terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan rangsangan apapun kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian dan rangsangan tersebut. Dalam banyak hal, rangsangan yang menarik perhatian kita yang cenderung kita anggap lebih penting daripada yang tidak menarik perhatian kita. Hanya stimuli yang menonjol dalam kesadaran individu yang akan diperhatikan. Dengan kondisi seperti ini, selektivitas responden terhadap iklan produk kosmetik pria di televisi mampu mempengaruhi persepsi yang diberikan oleh mahasiswa jurusan Komunikasi FISIP UNS terhadap iklan tersebut. Dari hasil wawancara dapat diketahui tingkat perhatian informan ada berbagai macam. Seperti yang diungkapkan Informan I, yang mengatakan bahwa

“Saya tidak terlalu memperhatikan iklan seperti itu, karena menurutnya saya iklan-iklan seperti itu kurang begitu menarik

namun bagi saya lebih menarik iklan produk wanita dikarenakan artis iklannya yang digunakan kalau wanita kesannya lebih

menarik”. 50 Selanjutnya berdasarkan bagian-bagian dari iklannya seperti visualisasi,

pesan iklan, ataupun ide cerita tingkat perhatian dari setiap responden juga berbeda. Seperti diungkapkan informan I

“Saya lebih cenderung memperhatikan tampilan atau visualisasinya saja, sehingga saya merasa nyaman melihat iklan tersebut, sedang kalau dari segi ide cerita saya kurang memperhatikan karena menurut saya iklan seperti itu kalau

menonjolkan ide cerita kurang terlihat macho 51 ”. Pernyataan tersebut berbeda dengan Informan lainnya. Informan II

misalnya mengatakan “Kalau produk itu baru saya biasanya memperhatikan iklannya.

Karena saya cenderung penasaran terhadap produk baru. Sedang bagian yang sering saya perhatikan yaitu Saya cenderung memperhatikan ke pesan yang disampaikannya, jadi seperti apa fungsi atau kegunaan produk itu, seperti yang saya katakan sebelumnya apalagi kalau produk itu baru maka saya bisa memperhatikan pesan iklan itu secara detail. Sedang dari segi ide

50 Wawancara, 8 Oktober 2009 51 Wawancara, 8 Oktober 2009 50 Wawancara, 8 Oktober 2009 51 Wawancara, 8 Oktober 2009

cantik dan seksi”. 52

Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan lainnya. Informan III mengatakan “Bisa dikatakan memperhatikan namun tidak secara detail, cuma kadang-kadang memperhatikan kalau iklan dan produk itu keliatannya menarik atau menawarkan sesuatu yang baru yang

tidak ada sebelumnya” 53 Sedangkan mengenai masalah dalam hal apa yang lebih sering

diperhatikan informan III mengatakan

“Biasanya saya memperhatikan iklan seperti itu pada visualisasinya saja, seperti pada model atau artis yang digunakan

terlihat keren atau tidak, tapi kalau dari segi pesannya saya tidak terlalu memperhatikan alasannya karena menurut saya pada umumnya pesan yang disampaikan sama saja hanya pintar-

52 Wawancara, 9 Oktober 2009 53 Wawancara, 11 Oktober 2009 52 Wawancara, 9 Oktober 2009 53 Wawancara, 11 Oktober 2009

sekali, membosankan kurang 54 kreatif”. Pendapat ini sama dengan yang diungkapkan oleh Informan IV

namun dengan alasan yang sedikit berbeda “Ya, sebagai seorang mahasiswa komunikasi saya selalu memperhatikan setiap iklan yang ada. Namun setelah iklan itu

sering muncul maka saya tidak 55 terlalu memperhatikannya lagi” Sedangkan mengenai dalam hal apa yang lebih diperhatikan dalam

iklan tersebut Informan IV mengatakan “Saya lebih memperhatikan pada bagian visualisasi dan pesan yang disampaikan. Alasannya karena pada hal visualisasi sangat menentukan sekali menarik tidaknya iklan itu apalagi itu merupakan iklan dengan produk pria jadi tentunya dibutuhkan visualisasi yang maksimal. Kalau pesannya saya juga sering memperhatikan karena pesan menurut saya juga merupakan bagian penting dari iklan apalagi iklan itu menyangkut kegunaan atau fungsinya berhubungan dengan tubuh manusia, jadi jangan sampai salah menggunakannya. Untuk ide cerita saya tidak memperhatikan

54 Wawancara, 11 Oktober 2009 55 Wawancara, 10 Oktober 2009 54 Wawancara, 11 Oktober 2009 55 Wawancara, 10 Oktober 2009

membosankan” 56

Pendapat serupa juga diungkapkan Informan ke V yang mengatakan “Ya, saya selalu memperhatikan iklan produk kosmetik pria di televisi” 57

Dari perhatiannya itu Informan V lalu mengungkapkan “Saya paling sering memperhatikan pesannya, alasannya karena

sebuah produk ketika diiklankan yang terpenting kan pesannya, karena pesannya itu kan apa yang ingin disampaikan, sedang kalau tentang ide dan visualisasinya itu nomor berikutnya karena menurut sayaide dan visualisasi tidak begitu penting karena dari iklan itu yang dimaksudkan atau yang ditujukan kepada konsumen

itu apa yang berkaitan dengan pesan yang ingin disampaikan” 58 Dari hasil wawancara dapat diketahui tingkat perhatian informan

terhadap iklan produk kosmetik pria di televisi berbeda-beda. Ada yang memperhatikan namun ada yang tidak memperhatikan, ada yang lebih sering memperhatikan pesannya saja, namun juga ada yang lebih sering memperhatikan visualisasinya saja. Ini menunjukkan masing-masing informan mempunyai daya ketertarikan tersendiri sehingga ia memperhatikan iklan tersebut pada bagian tertentu saja.

56 Wawancara, 10 Oktober 2009 57 Wawancara, 9 Oktober 2009 58 Wawancara, 9 Oktober 2009

Berdasarkan pendapat-pendapat yang diungkapkan oleh para Informan, dapat diketahui bahwa setelah menyaksikan iklan produk kosmetik pria di televisi, informan mempunyai persepsi yang berbeda satu sama lain. Perbedaan itu disebabkan oleh faktor-faktor dalam diri maupun luar dari informan itu sendiri, seperti faktor psikografis dan demografis.