SIKAP KONSUMEN PASAR SWALAYAN TERHADAP BAWANG MERAH DI KOTA SURAKARTA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : LUTHFIA KARISTI

H 0306073

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Bawang Merah

Di Kota Surakarta

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Luthfia Karisti H0306073

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal Juli 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H. MP Mei Tri Sundari, SP. Msi Wiwit Rahayu, SP.MP NIP. 196506261990032001 NIP. 197805032005012002 NIP. 197111091997032004

Surakarta, Juli 2010 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 195512171982031003

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing utama yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dukungan, semangat, kritik dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Mei Tri Sundari, SP. MSi selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan perhatiannya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP selaku Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, perhatian dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh karyawan staf administrasi atas semua bantuan administrasi selama ini di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis.

7. Kepala Kantor Kesbanglinmas Kota Surakarta, Kepala Kantor Bappeda Kota Surakarta, Kepala Bagian Personalia Hypermart Solo Square, Luwes Lojiwetan, Sami Luwes, dan Makro swalayan atas ijin dan bantuannya dalam penelitian ini.

8. Bapak/Ibu, saudara dan saudari yang berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Orang tuaku Bp Sukana dan Ibu Sri Suwarti, S,Pd serta Kakakku Yosinta Suwastika dan Mas Tri Purwanto, SE terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang tiada pernah putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Staf Kebendaharaan Himaseta Periode 2008/2009 terima kasih telah memberikan warna dalam menjalani kuliah di agrobisnis.

11. Seluruh Sahabat-sahabatku Yuani, Pury, Eska, Putri, Dtria terima kasih atas dukungan, semangat, saran, kritik dan bantuan yang diberikan pada Penulis. Semoga persahabatan ini terjaga utuh selamanya.

12. Mas Wahyu Setio Triatmoko, S.sos terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-temanku Agrobisnis 2006 Ani, Roma, Uus, Anang, Yoga B, Mbak Rani, Sauma terima kasih atas dukungan dan kebersamaan dalam penyusunan skripsi ini.

14. Seluruh keluarga besar Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lalui bersama selama kuliah ini. Kalian adalah kenangan terindah dan akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta,

Juli 2010

Penulis

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan dan Komposisi Gizi Pada Bawang Merah

2 (dalam 100 gram) .............................................................

Tabel 2. Nilai Konsumsi Dasar Bumbu-Bumbuan di Kota

21 Surakarta Tahun 2008 .......................................................

Tabel 3. Banyak Pasar Menurut Jenisnya di Kota Surakarta Tahun

Tabel 4. Jumlah Penjualan Bawang Merah Curah dan Kemasan

24 Bulan November 2009 dan Pembagian Jumlah Responden Setiap Pasar Swalayan di Kota Surakarta …..

Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kota Surakarta,

30 2008................................................................................... Tabel 6.

Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis

31 Kelamin, 2008 ….....….....................................................

Tabel 7. Penduduk Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis

32 Kelamin, 2008 …………………………………………..

Tabel 8. Banyaknya Penduduk 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat

33 Pendidikan di Kota Surakarta, 2008 …………………….

Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

34 Kota Surakarta, 2008 ……………………………………

Tabel 10. Karakteristik Konsumen Bawang Merah Berdasarkan

35 Jenis Kelamin, 2010 .........................................................

Tabel 11. Karakteristik Konsumen Bawang Merah Berdasarkan

36 Kelompok Umur, 2010 ....................................................

Tabel 12. Karakteristik Konsumen Bawang Merah Berdasarkan

37 Tingkat Pendidikan, 2010 .................................................

Tabel 13. Karakteristik Konsumen Bawang Merah Berdasarkan

38 Jenis Pekerjaan, 2010 ........................................................

Tabel 14. Karakteristik Konsumen Bawang Merah Berdasarkan

39 Pendapatan Konsumen, 2010 ...........................................

Tabel 15. Karakteristik Konsumen Bawang Merah Berdasarkan

40 Jumlah Anggota Keluarga, 2010 ......................................

Tabel 16. Alasan Pembelian Bawang Merah di Pasar Swalayan

41 Kota Surakarta, 2010…………………………………….

Tabel 17. Jumlah Pembelian Bawang Merah Curah dan Kemasan

42 Oleh Konsumen (da lam satu bulan), 2010 ………..

Tabel 18. Frekuensi Pembelian Bawang Merah Curah dan

Kemasan Oleh Konsumen (dalam satu bulan), 2010 …

Tabel 19. Waktu Pembelian Bawang Merah oleh Konsumen,

Tabel 20. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Bawang

45 Merah, 2010 ……………...........................................

Tabel 21. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Kemasan Bawang Merah Curah, 2010 ………….

Tabel 22. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Kepraktisan Bawang Merah Curah, 2010 ………

Tabel 23. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Harga Bawang Merah Curah, 2010 ......................

Tabel 24. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Promosi Bawang Merah Curah, 2010 …………..

Tabel 25. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Berat Bawang Merah Curah, 2010 ……………...

Tabel 26. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

52 Atribut Kemasan Bawang Merah Kemasan , 2010 ….

Tabel 27. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

53 Atribut Kepraktisan Bawang Merah Kemasan, 2010

Tabel 28. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Harga Bawang Merah Kemasan, 2010 ............

Tabel 29. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Promosi Bawang Merah Kemasan , 2010 ….....

Tabel 30. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Berat Bawang Merah Kemasan, 2010 ……......

Tabel 31. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Bawang Merah

Curah, 2010 …………………………………………….

Tabel 32. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Bawang Merah

Kemasan, 2010 ...........................................................

Tabel 33. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Kemasan

Pada Bawang Merah, 2010 ...............................................

Tabel 34. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Kepraktisan

Pada Bawang Merah, 2010 ……………………………... viii

Tabel 35. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Harga Pada

61 Bawang Merah, 2010 ........................................................

Tabel 36. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Promosi Pada

62 Bawang Merah, 2010 ........................................................

Tabel 37. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Berat Pada

62 Bawang Merah, 2010 ........................................................

Tabel 38. Sikap Konsumen Terhadap Bawang Merah Curah, 2010

64 Tabel 39. Sikap Konsumen Terhadap Bawang Merah Kemasan,

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap

17

Bawang Merah ....................................................................

RINGKASAN

Luthfia Karisti, H0306073. 2010. Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Bawang Merah di Kota Surakarta. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut yang memenuhi sifat ideal, kepercayaan konsumen dan sikap konsumen terhadap bawang merah curah dan kemasan. Bawang merah yang diteliti adalah bawang merah curah dan bawang merah kemasan. Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teknik pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu kota Surakarta dengan mengambil 5 pasar swalayan. Penentuan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling, dengan jumlah responden 100 orang dimana pembagian responden berdasarkan jumlah penjualan bawang merah curah dan kemasan yaitu 70 responden untuk bawang merah curah dan 30 responden untuk bawang merah kemasan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer kemudian dianalisis menggunakan Analisis Model Sikap Angka Ideal (The Ideal-Point Model).

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden bawang merah curah berjenis kelamin perempuan dengan kelompok umur 25-35 tahun, tingkat pendidikan S1, jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta, tingkat pendapatan adalah > Rp 1.250.000,00 dan jumlah anggota keluarga pada responden bawang merah curah adalah 4-5 orang. Pada bawang merah kemasan berjenis kelamin perempuan dengan kelompok umur 19-24 tahun, tingkat pendidikan S1, pekerjaan sebagai wiraswasta, tingkat pendapatan adalah > Rp 1.250.000,00 dan jumlah anggota keluarga pada bawang merah kewmasan adalah 4-5 orang. Berdasarkan analisis tingkat kepentingan atribut bawang merah, diketahui bahwa atribut yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan pembelian bawang merah secara berurutan adalah kemasan, kepraktisan, harga, promosi dan berat. Atribut-atribut pada bawang merah curah secara keseluruhan sudah memenuhi sifat ideal kecuali atribut kemasan, sedangkan pada bawang merah kemasan secara keseluruhan juga sudah memenuhi sifat ideal kecuali atribut berat. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen memberikan nilai kepercayaan terhadap atribut kemasan, kepraktisan, promosi dan berat pada bawang merah kemasan, sedangkan atribut harga konsumen memberikan kepercayaan pada bawang merah curah. Sikap konsumen terhadap bawang merah yang meliputi bawang merah curah dan bawang merah kemasan adalah sangat baik. Dari hasil penelitian dapat disarankan Hendaknya produsen menyediakan kemasan pada bawang merah curah dengan kemasan yang terbuat dari jaring-jaring seperti pada bawang merah kemasan sehingga bawang merah tidak cepat busuk dan Sebaiknya produsen menyediakan berbagai variasi berat bawang merah kemasan yang lebih banyak sehingga konsumen dapat membeli sesuai dengan yang diinginkan.

xi

SUMMARY

Luthfia Karisti, H0306073. 2010. Attitude Consumer of Supermarket To Shallot in Surakarta City. Faculty of Agriculture. Sebelas Maret University Surakarta.

This research aim to know the ideal attribute according to consumer, trust of consumer and consumer attitude to shallot. Shallot the checked is bulk shallot and shallot place small. This research basic method use the descriptive method. Technique execution of research use the survey method. Research location selected intendly ( purposive) that is town Surakarta by taking 5 market selfservice. Determination sampel done with method judgement sampling, with responders amount of 100 people based on consument demand of bulk and place small shallot where 70 responder for bulk shallot and 30 responder for shallot place small. Data the used is primary data and data sekunder. Primary data is analysed use ideal-point model analysis ( The Ideal-Point Model).

Research result shows that the shallot responder majority consisting of the bulk shallot have woman gender with of old age group 25-35 years, education level S1 work type as officer of private sector, level earnings of majority is > Rp 1.250.000,00 and majority of is amount of family members is 4-5 people. Place small shallot have woman gender with of old age group 19-24 years, education level S1 work type as businessman, level earnings of majority is > Rp 1.250.000,00 and majority of is amount of family members is 4-5 people. Pursuant to level analysis importance of shallot attribute, known that the attribute considered by consumer in doing purchasing of shallot alternately is tidiness, practical, price, weight and promotion. Atributes bulk shallot as a whole have fulfilled the ideal nature of except tidiness attribute, is while shallot place small as

a whole also have fulfilled the ideal nature of except heavy attribute. Research result shows that consumer assign value trust to tidiness attribute, practical, promotion and weight shallot place small, is while consumer price attribute give trust at bulk shallot. Consumer attitude to the shallot cover the bulk shallot and shallot place small is very good.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional, dimana salah satu tujuannya meningkatkan pendapatan petani guna menjamin kesinambungan pembangunan di Indonesia. Menurut Soekartawi (2003:10), pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri di dalam negeri, meningkatkan ekspor, memperluas kesempatan kerja dan mendorong kesempatan berusaha sekaligus untuk meningkatkan pendapatan petani sehingga diharapkan taraf hidup petani dapat meningkat.

Peranan sektor pertanian di Indonesia, salah satunya adalah sebagai penyedia pangan. Menurut Juliantono (2004:3), sektor pertanian mempunyai empat fungsi fundamental bagi pembangunan suatu bangsa yaitu

1) mencukupi kebutuhan pangan, 2) penyediaan lapangan kerja dan berusaha,

3) penyedia bahan baku untuk industri, dan 4) sebagai penghasil devisa bagi negara. Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling essensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Menurut Anonim (2002:1), pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman.

Pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam menunjang perekonomian bangsa. Komoditi pertanian sebagai salah satu kebutuhan manusia, terutama kebutuhan pangan dan sayuran yang merupakan salah satu komoditi pokok yang terdapat di pasar. Sayur-sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang telah mendapat prioritas utama untuk ditumbuhkembangkan pemerintah dalam program intensifikasi tanaman pangan, karena sayuran merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai pelengkap Pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam menunjang perekonomian bangsa. Komoditi pertanian sebagai salah satu kebutuhan manusia, terutama kebutuhan pangan dan sayuran yang merupakan salah satu komoditi pokok yang terdapat di pasar. Sayur-sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang telah mendapat prioritas utama untuk ditumbuhkembangkan pemerintah dalam program intensifikasi tanaman pangan, karena sayuran merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai pelengkap

Menurut Rukmana (1994:13), bawang merah termasuk komoditas utama sayuran di Indonesia karena selain sudah ratusan tahun dibudidayakan, sekaligus merupakan salah satu sumber pendapatan petani maupun ekonomi negara. Bawang merah (Allium ascalonicum) adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman tersebut mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas. Bawang merah merupakan bahan sayuran untuk bumbu dan rempah-rempah yang mengandung gizi tinggi dan komposisinya lengkap. Kandungan dan komposisi gizi pada bawang merah dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1. Kandungan dan Komposisi Gizi Pada Bawang Merah (dalam 100 gram)

Komposisi Gizi Bawang Merah Kalori (kal)

Protein (gram)

Lemak (gram)

Karbohidrat (gram)

Kalsium (miligram)

Fospor (miligram)

Zat Besi (miligram)

Vitamin B1 (miligram)

Vitamin C (miligram)

Air (gram)

Sumber : Direktorat Gizi, DepKes RI (dalam Rukmana, 1994:28).

Menurut Jaelani (2004:12), bahan bergizi bawang merah bisa dimanfaatkan oleh tubuh untuk menyediakan energi, membangun jaringan dan mengatur fungsi tubuh. Bawang merah juga kaya akan zat belerang (sulfur- organik) yang ampuh mengusir datangnya kanker, terutama kanker Menurut Jaelani (2004:12), bahan bergizi bawang merah bisa dimanfaatkan oleh tubuh untuk menyediakan energi, membangun jaringan dan mengatur fungsi tubuh. Bawang merah juga kaya akan zat belerang (sulfur- organik) yang ampuh mengusir datangnya kanker, terutama kanker

Salah satu tempat konsumen melakukan pembelian adalah pasar swalayan. Maraknya perkembangan pasar swalayan di Surakarta membuat sebagian masyarakat lebih memilih memenuhi kebutuhan rumah tangganya dari pasar swalayan. Hal ini dikarenakan alasan kenyamanan, produk yang tersedia lebih bervariasi dan lebih praktis serta dapat meningkatkan prestise atau image. Harga yang dijual di pasar swalayan cenderung lebih mahal tetapi konsumen tidak hanya berpedoman pada harga yang murah saja, melainkan pada kenyamanan, kualitas, dan kebersihan. Selain itu, pada pasar swalayan barang yang akan ditawarkan konsumen sudah melalui quality control sehingga kualitas dan kebersihannya terjamin. Hal tersebut yang membedakan pasar swalayan dengan pasar tradisional.

Sikap konsumen terkait dengan kepercayaan (beliefe) dan perilaku (behavior). Hal ini dikarenakan kepercayaan menjadi salah satu faktor yang membentuk sikap konsumen. Sikap konsumen terbentuk dari adanya kepercayaan dan evaluasi konsumen pada suatu produk atau obyek tertentu, sehingga sikap konsumen akan menggambarkan kepercayaan (beliefe) konsumen pada suatu produk atau obyek tersebut. Terbentuknya sikap konsumen akan membentuk niat seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, dengan adanya niat tersebut akan mempengaruhi terbentuknya perilaku konsumen (Widhiani, 2006:3). Oleh karena itu, sikap konsumen menjadi faktor yang kuat untuk mempengaruhi perilaku konsumen, sehingga dengan mempelajari sikap konsumen dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk membantu manajer pemasaran dalam pengembangan strategi dan pemasaran yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Komoditi pertanian sebagai salah satu kebutuhan manusia terutama kebutuhan pangan dan sayuran yang merupakan salah satu komoditi pokok yang terdapat di pasar. Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai pelengkap makanan pokok serta sumber vitamin dan mineral. Salah satu jenis sayuran yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia adalah bawang merah.

Bawang merah banyak digunakan sebagai pelengkap masakan atau sebagai bumbu masakan.. Bawang merah yang dijual di pasar swalayan Kota Surakarta terdiri dari bawang merah curah dan kemasan. Bawang merah curah merupakan bawang merah curah yang disediakan secara curah atau gelaran dan pembeli dapat membeli sesuai kebutuhan. Bawang merah kemasan merupakan bawang merah yang dikemas dalam ukuran yang sudah ditentukan. Bawang merah telah dipasarkan ke berbagai tempat termasuk pasar swalayan di Kota Surakarta. Oleh karena itu seorang pengusaha atau pemasar bawang merah perlu menetapkan strategi pemasaran yang tepat dengan memberikan kepuasan kepada konsumennya sehingga perlu untuk memahami sikap

Sikap konsumen merupakan salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Konsep sikap terkait dengan adanya konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap konsumen biasanya akan mengarah dalam pembentukan perilaku. Perilaku konsumen sangat terkait dengan atribut produk yang dapat menjadi pertimbangan konsumen pada saat melakukan pembelian suatu produk.

merah akan mempertimbangkan atribut yang melekat pada bawang merah. Hal ini dikarenakan konsumen mempunyai kriteria produk ideal. Ditinjau dari sikap, semakin dekat sebuah produk ke poin ideal maka semakin ideal posisi produk tersebut. Poin ideal yaitu mengenai atribut yang melekat pada suatu produk. Atribut tersebut dievaluasi oleh konsumen sehingga mencerminkan sikap konsumen terhadap bawang merah.

Konsumen

dalam

mengkonsumsi

bawang

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut :

1. Apakah atribut bawang merah curah dan kemasan yang memenuhi sifat ideal yang diinginkan oleh konsumen pasar swalayan di Kota Surakarta?

2. Bagaimanakah kepercayaan konsumen terhadap atribut bawang merah curah dan kemasan di pasar swalayan Kota Surakarta?

3. Bagaimana sikap konsumen pasar swalayan di Kota Surakarta terhadap berbagai atribut bawang merah curah dan kemasan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Menganalisis atribut bawang merah curah dan kemasan yang memenuhi sifat ideal yang diinginkan oleh konsumen pasar swalayan di Kota Surakarta

2. Menganalisis kepercayaan konsumen terhadap atribut bawang merah curah dan kemasan di pasar swalayan Kota Surakarta.

3. Menganalisis sikap konsumen pasar swalayan di Kota Surakarta terhadap berbagai atribut bawang merah curah dan kemasan.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan dan salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi produsen bawang merah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang sikap dan perilaku konsumen terhadap bawang merah.

3. Bagi pemasar, penelitian ini dapat memberikan informasi di bidang pemasaran dalam menentukan strategi pemasaran bawang merah.

4. Bagi konsumen, penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai dasar pertimbangan pada saat membeli bawang merah.

5. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Hariyani (2005:90) tentang Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Sayuran Bebas Residu Pestisida (Studi Kasus di PT. Hero Supermarket Surakarta) menggunakan Chi Square diperoleh hasil bahwa seluruh atribut sayuran bebas residu pestisida berbeda nyata, artinya preferensi konsumen terhadap sayuran bebas residu di Hero Supermaket Surakarta tidak sama. Berdasarkan analisis method based on orders diketahui bahwa dalam melakukan pembelian konsumen lebih memprioritaskan pada kualitas produk. Atribut sayuran yang digunakan yaitu kesempurnaan fisik, kesegaran sayuran, kemasan, rasa dan warna.

Penelitian Febiyanti (2006:75) mengenai Sikap dan Minat Konsumen Swalayan Terhadap Produk Teh di Surakarta menggunakan analisis model sikap angka ideal menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut produk teh yang diprioritaskan konsumen adalah rasa, harga, kemasan, dan kepraktisan produk. Rasa teh produk teh seduh sudah ideal dengan keinginan konsumen, sedangkan atribut lain mendekati ideal. Produk teh celup dan teh serbuk, yang paling mendekati ideal adalah atribut kepraktisan produk. Sikap konsumen terhadap produk teh seduh dan teh celup sangat baik, sedangkan untuk produk teh serbuk adalah baik. Ketiga produk, yang mendekati ideal adalah produk teh seduh. Sifat ideal produk teh seduh adalah mudah dikonsumsi, rasa teh kuat, kemasan tidak dipentingkan, dan harga murah. Sifat ideal teh celup adalah mudah dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan tidak dipentingkan, dan harga murah. Sifat ideal produk teh serbuk adalah mudah dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan menarik, dan harga sangat murah.

Penelitian Rismawati (2007:77) mengenai Sikap Konsumen Pasar Modern Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta menggunakan analisis model sikap angka ideal menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut sayuran organik adalah keamanan produk, kondisi fisik, warna, kemasan, dan harga. Analisis atribut menurut ideal konsumen pasar modern, atribut Penelitian Rismawati (2007:77) mengenai Sikap Konsumen Pasar Modern Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta menggunakan analisis model sikap angka ideal menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut sayuran organik adalah keamanan produk, kondisi fisik, warna, kemasan, dan harga. Analisis atribut menurut ideal konsumen pasar modern, atribut

Berdasarkan keempat penelitian diatas dapat diketahui konsumen mempunyai kepercayaan terhadap atribut pada suatu produk dan mengutamakan kualitas, mutu produk dan harga. Atribut merupakan pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian bawang merah. Atribut produk bawang merah yang akan diteliti adalah kemasan, harga, kepraktisan, promosi dan berat bawang merah.

B. Landasan Teori

1. Bawang Merah

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, berbatang pendek, dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berfungsi menjadi umbi lapis. Oleh karena itu, bawang merah disebut umbi lapis (Sunarjono, 2004:132).

Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia. Sebagian literatur menyebutkan bahwa tanaman ini berasal dari Asia Tengah, terutama Palestina dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan Mediterranean. Nara sumber lain menduga asal- usul bawang merah dari Iran dan pegunungan sebelah Utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan asal tanaman ini dari Asia Barat dan Mediterranean, yang kemudian berkembang ke Mesir dan Turki (Rukmana, 1994:11).

Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut: Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae Kelas

: Monocotyledoneae

: Allium ascalonicum

(Rukmana, 1994:15). Umur panen bawang merah cukup bervariasi tergantung jenis, tempat penanaman, tingkat kesuburan dan tujuan penanaman. Ada jenis- jenis bawang merah yang mempunyai umur pendek dan ada juga yang berumur panjang. Bawang merah ditanam di dataran tinggi biasanya mempunyai umur panen lebih panjang daripada bawang merah yang ditanam di dataran rendah. Sementara itu, tanaman yang sangat subur pertumbuhannya umumnya mempunyai umur relatif lebih panjang. Di lain pihak, jika penanaman bawang merah dimaksudkan untuk menghasilkan umbi untuk bibit, pemanenan harus dilakukan setelah bawang merah benar-benar telah cukup tua, sedangkan untuk bawang konsumsi dapat dipanen sedikit lebih muda (Wibowo, 2001:121-122).

Barang-barang yang dijual di pasar swalayan memiliki perbedaan harga yang cukup signifikan. Harga suatu barang di pasar tradisional lebih murah daripada harga barang yang sama yang dijual di supermarket. Harga tersebut terutama untuk produk-produk segar seperti sayur-mayur serta bumbu-bumbu dapur seperti bawang merah (Achonx, 2010).

2. Pemasaran

Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran adalah susut proses sosial dan melalui proses itu individu-individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain (Kotler, 1996:19-20).

Komunikasi pemasaran membentuk banyak fungsi bagi konsumen. Konsumen dapat diberitahu atau ditunjuk bagaimana dan mengapa sebuah produk digunakan, oleh orang seperti apa dan dimana serta kapan.

Konsumen dapat belajar tentang siapa yang membuat produk dan apa yang dipertahankan perusahaan. Komunikasi pemasaran memungkinkan perusahaan menghubungkan produk-produk mereka dengan orang lain. Komunikasi pemasaran dapat berkontribusi pada ekuitas produk dengan membangun produk dalam ingatan dan citra produk (Kotler, 2000:204).

Perencanaan marketing adalah penjabaran dari rencana usaha agar bisa lebih detail untuk bisa membuat strategi setiap produk atau jasa, sehingga dapat dilanjutkan langkah-langkah realistis setiap bulannya untuk mencapai tujuan usaha dalam satu tahun (jangka pendek). Dengan membuat rencana jangka pendek setiap tahunnya untuk produk yang dimiliki, pencapaian usaha jangka panjang akan semakin mudah dan semakin dekat (Ambadar et al, 2007: 84).

Konsep pemasaran ialah suatu orientasi pada konsumen langganan yang diukur boleh integrated marketing dan ditujukan untuk mencapai kepuasan konsumen yng semakin meningkat sebagai kunci tercapainya tujuan perusahaan. Pada konsep pemasaran dinyatakan bahwa segala kegiatan perusahaan harus diarahkan untuk memuaskan keinginan konsumen guna mendapatkan laba yang banyak (Sumawihardja et al, 1991:8)

3. Sikap Konsumen

Sikap merupakan suatu ekspresi perasaan seseorang yang merefleksikan kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap suatu obyek. Sikap seseorang merupakan hasil dari suatu proses psikologis, maka hal itu tidak diamati secra langsung tetapi harus disimpulkan dari apa yang dikatakan atau dilakukannya (Suprapti, 2010:135).

Kepercayaan, evaluasi dan maksud untuk membeli merupakan tiga komponen sikap. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari sikap, evaluasi adalah komponen afektif atau perasaan dan maksud untuk membeli adalah komponen konatif atau tindakan (Setiadi, 2003:216-217)

Sikap berasal dari bahasa latin aptus yang berarti kecocokan atau kesesuaian sebagai afeksi atau perasaan atau dapat sebuah rangsangan

sikap. Hal ini merupakan katagorisasi obyek pada rangkaian kesatuan evaluatif yang dapat menghubungkan perasaan bukan dengan kepercayaan (Mowen dan Michael, 2002:319).

Menurut Sumarwan (2003:135-136), mengartikan sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behaviour). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk (product attribute). Kepercayaan konsumen atau pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk memiliki berbagai atribut, dan manfaat dari berbagai atribut tersebut.

Masing-masing individu mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Begitu pula terhadap perilaku pembeliannya. Tiap-tiap individu dapat memilih berbagai macam keputusan pembeliannya. Sebelum melakukan pembelian suatu produk biasanya konsumen selalu merencanakan terlebih dahulu tentang barang apa yang akan dibelinya, jumlah, harga tempat pembelian dan lain sebagainya. Namun demikian ada kalanya proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen timbul begitu saja saat melihat suatu barang. Karena ketertarikannya, selanjutnya melakukan pembelian pada barang yang bersangkutan. Model atau tipe pembelian tersebut dinamakan tipe pembelian yang tanpa direncanakan atau impulsive buying (Surbakti, 2009:1).

4. Perilaku Konsumen

Simamora (2004:2), mengemukakan bahwa perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan

bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk bermacam-macam.

Perilaku konsumen (consumen behavior) terdiri dari semua tindakan konsumen untuk memperoleh, menggunakan dan membuang barang atau jasa. Beberapa perilaku konsumen adalah membeli sebuah produk atau jasa, memberikan informasi dari mulut ke mulut tentang sebuah produk atau jasa kepada orang lain, membuang sebuah produk dan mengumpulkan informasi sebelum melakukan pembelian. Sebelum bertindak, seorang sering kali mengembangkan keinginan berperilaku berdasarkan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan. Keinginan berperilaku (behavioral intentions) dapat didefinisikan sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang dan menggunakan produk atau jasa (Mowen dan Michael, 2002 : 322).

Perilaku konsumen (consumen behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari arti perilaku konsumen itu : (1) proses pengambilan keputusan (2) kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang ekonomis (Dharmmesta dan Hani Handoko, 1997:10)

Sejauh mana sikap memberikan ramalan yang akurat mengenai perilaku akan bergantung pada sejumlah faktor. Hubungan sikap dan perilaku seharusnya bertumbuh kuat bila (1)pengukuran sikap menetapkan secara benar komponen tindakan, target, waktu dan konteks (2)interval waktu antara pengukuran sikap dan perilaku menjadi lebih singkat (3)sikap

didasarkan pada pengalaman langsung, dan (4)perilaku menjadi kurang dipengaruhi oleh pengaruh sosial (Engel et al, 1994:361).

5. Atribut Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Pada umumnya kata produk diasumsikan dengan sesuatu yang berujud. Tetapi konsep produk tidak terbatas pada sesuatu yang berujud, melainkan segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan disebut produk. Pemasar sering kali menggunakan istilah barang dan jasa untuk membedakan antara produk yang berujud dari produk yang tidak berujud (Machfoedz, 2005:3)

Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya. Atribut suatu produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk. Sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003).

Atribut (attributes) adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek. Atribut intrinsik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual produk, sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti merk, kemasan, dan label (Mowen dan Michael, 2002:312).

Ada bernacam-macam tujuan seorang pengusaha menetapkan harga jual sebesar tertentu, antara lain (1)untuk maksud meraih rentabilitas tertentu (2)mencapai volume penjualan tertentu (3)menstabilkan permintaan dan penawaran (4)dapat memperoleh atau mengusai bagian tertentu dari pasarnya (5)menghadapi atau mencegah persaingan (6)dapat masuk pasar lebih dalam (7)menguji pasar ( Sigit, 1982:35-36).

6. Pasar Swalayan

Menurut (Anonim, 2000:1). Supermarket atau pasar swalayan adalah sebuah toko yang menjual segala kebutuhan sehari-hari. Kata yang diambil

dari bahasa Inggris ini artinya adalah pasar yang besar. Barang-barang yang dijual di supermarket biasanya adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti bahan makanan, minuman dan barang kebutuhan lainnya. Selain supermarket dikenal pula minimarket, midimarket dan hypermarket. Perbedaan istilah minimarket, supermarket dan hypermarket adalah di format, ukuran dan fasilitas yang diberikan. Minimarket

berukuran kecil (100m 2 -999m ), supermarket berukuran sedang (1000m -

2 4999m 2 ), hypermarket berukuran besar (5000m ke atas) dan grosir berukuran besar (5000m 2 ke atas). Pasar swalayan atau toko serba ada

dibagi dalam jenis :

a. Minimarket Sebuah minimarke t sebenarnya adalah semacam “took kelontong” atau yang menjual segala macam barang dan makanan namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket. Berbeda dengan took kelontong, minimarket menerapkan system swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang dibutuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya di kasir. System ini juga membantu agar pembeli tidak berhutang. Sebuah minimarket juga jam bukanya juga lain dari supermarket, minimarket jam bukanya hingga 24 jam.

b. Midimarket Ukuran lebih besar sedikit dari minimarket adalah midimarket. Disini sudah dijual daging dan buah-buahan. Buka bias 24 jam atau hanya sampai jam 24 saja.

c. Supermarket Semua barang ada di supermarket dari kelontong, sepeda, TV dan camera, furniture, baju, ikan dan daging, buah2an, minuman, serba ada kebutuhan sehari-hari.

d. Hypermarket Merupakan supermarket yang besar termasuk lahan parkirnya.

e. Grosir Disini semua barang tersedia sehingga ada bongkar muat di dalam pusat grosir.

Untuk dapat menarik konsumen agar melakukan pembelian, salah satunya dapat dilakukan dengan suasana lingkungan swalayan yang menyenangkan dan menarik di dalam swalayan. Suasana atau atmosfer dalam toko yang menyenangkan akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengunjungi swalayan,. Hal ini akan mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan apakah mau membeli produk atau tidak (Intania, 2008:1)

Dalam upaya memberikan kepuasan konsumen serta untuk menghasilkan tanggapan yang efektif dan sesuai dengan keinginan konsumen, maka perusahaan perlu menentukan suatu strategi kebijakan yang tepat dan terpadu. Oleh karena itu, marketer perlu mempelajari dan menentukan prespektif pemecahan masalah dari semua jenis kebutuhan. Pada umumnya proses pembelian konsumen di pasar swalayan didahului oleh kebijakan periklanan yang menarik konsumen, tersedia parkir yang memadai, tersedianya aneka ragam kebutuhan, harga relatif bersaing dan lain sebagainya (Sigit, 2008:1).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam menunjang perekonomian bangsa. Komoditi pertanian sebagai salah satu kebutuhan manusia, terutama kebutuhan pangan dan sayuran yang merupakan salah satu komoditi pokok yang terdapat di pasar. Sayur-sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang telah mendapat prioritas utama untuk ditumbuhkembangkan pemerintah dalam program intensifikasi tanaman pangan, karena sayuran merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai pelengkap makanan pokok serta sumber vitamin dan mineral. Pasar swalayan menyediakan berbagai kebutuhan sehari- hari termasuk komoditi hortikultura. Bawang merah sebagai komoditi pertanian dan tanaman hortikultura di

Indonesia, merupakan salah satu tanaman sayuran yang mengandung kalori, protein, dan karbohidrat yang tersedia di pasar swalayan.

Konsumen mempertimbangkan berbagai atribut yang ada pada bawang merah sebelum melakukan pembelian. Berbagai atribut yang ada dapat menjadi acuan penilaian konsumen. Menurut Simamora (2004:80), untuk mengetahui atribut produk dapat digunakan metode judgement. Dengan metode ini peneliti menyusun sendiri atribut produk.

Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat pada Bawang merah. Atribut yang diteliti meliputi kemasan, kepraktisan, harga, promosi dan berat bawang merah. Sikap konsumen dapat menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap atribut serta manfaat yang diperoleh dari membeli dan mengkonsumsi bawang merah. Kepercayaan dan sikap akan membentuk perilaku. Produsen yang telah mengetahui sikap konsumen, maka dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen dan dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan untuk memberikan kualitas maupun mutu suatu produk yang dikehendaki oleh konsumen.

Sikap konsumen dapat diketahui dengan menggunakan beberapa model, salah satunya analisis model sikap angka ideal (The Ideal-Point Model) yang merupakan analisis yang paling sederhana. Model ini mengemukakan bahwa model angka ideal akan memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap adanya sifat ideal suatu produk yaitu sifat produk bawang merah yang sesuai dengan keinginan atau selera konsumen. Model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) di benak konsumen. Sifat ideal tersebut jika mendekati nol adalah sesuai dengan keinginan konsumen. Dengan mempengaruhi konsumen, para pemasar diharapkan dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut :

16

Ab =  W i I i -X i

Di mana : Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden

terhadap bawang merah W i = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap bawang merah

I i = performansi ideal konsumen terhadap bawang merah

X i = kepercayaan konsumen terhadap bawang merah n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen

Pasar Swalayan

Produk Kebutuhan Sehari - hari

Bawang merah

Konsumen

Bawang merah

Bawang

dengan atribut :

Sikap Konsumen

Point Ideal

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Bawang Merah

D. Hipotesis

1. Diduga atribut bawang merah memenuhi sifat ideal (sifat produk bawang merah yang telah sesuai dengan keinginan atau selera konsumen pasar swalayan di Kota Surakarta).

2. Diduga konsumen memberikan kepercayaan terhadap berbagai atribut bawang merah curah dan kemasan.

3. Diduga sikap konsumen terhadap bawang merah adalah baik (sikap konsumen memberikan tanggapan yang baik terhadap pembelian produk bawang merah).

E. Asumsi-Asumsi

1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian.

2. Dalam mengambil keputusan, konsumen mengevaluasi atribut-atribut pada produk.

F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap produk bawang merah dilakukan di pasar swalayan yaitu Hypermart Solo Square, Luwes Lojiwetan, Sami Luwes Swalayan dan Makro Swalayan.

2. Bawang merah yang diteliti adalah bawang merah yang dijual di pasar swalayan berupa ragam bawang merah dalam bentuk curah dan kemasan.

3. Atribut bawang merah yang diteliti adalah kemasan, harga, kepraktisan, promosi, dan berat.

4. Sikap konsumen pada penelitian yaitu sikap kognitif yang meliputi performansi ideal dan kepercayaan konsumen.

5. Penelitian ini pada konsumen yang membeli dan tidak dijual kembali.

6. Penelitian dilakukan bulan Desember 2009-Januari 2010 dan harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Konsumen bawang merah adalah seseorang yang membeli bawang merah di pasar swalayan.

2. Sikap konsumen merupakan penilaian kognitif baik maupun tidak baik sebagai tanggapan dari produk yang diperoleh dan pengalaman atau informasi yang diperoleh.

3. Bawang merah curah adalah bawang merah yang disediakan secara curah atau gelaran dan pembeli dapat membeli sesuai kebutuhan.

4. Bawang merah dalam bentuk kemasan adalah bawang merah yang dikemas dalam kemasan berbentuk jaring-jaring.

5. Atribut bawang merah adalah karakteristik atau ciri yang melekat pada produk yang berfungsi sebagai kriteria penilaian dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian atribut yang diteliti adalah kemasan, harga, kepraktisan, promosi dan berat.

6. Kemasan adalah tampilan luar yang membungkus bawang merah sehingga lebih menarik dan terjaga kebersihannya.

7. Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan bawang merah diukur dengan satuan rupiah (Rp).

8. Kepraktisan adalah kemudahan dalam proses pembelian.

9. Promosi adalah usaha yang dilakukan pemasar untuk menyampaikan informasi mengenai bawang merah yang dijualnya.

10. Berat adalah ukuran berat yang terdapat pada bawang merah dalam satuan kg.

11. Sikap konsumen terhadap suatu produk (Ab) adalah sikap konsumen secara menyeluruh terhadap bawang merah, yang akan digambarkan oleh angka nol sampai jumlah tertentu.

12. Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang dilakukan konsumen terhadap kepentingan suatu atribut, yaitu dengan menyatakan pilihan skala yang menggambar sama sekali tidak penting (1) sampai kategori sangat penting (5).

13. Performansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan performansi konsumen dari atribut yang dievaluasi.

14. Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.

15. Pasar swalayan adalah pasar di mana konsumen melakukan pembelian dengan harga yang sudah ditetapkan dan dapat memilih sendiri produk yang diinginkan.

16. Sifat ideal yaitu sifat produk bawang merah yang sesuai dengan keinginan atau minat konsumen

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Data yang telah dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1998:140).

Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995:8).

B. Metode Penentuan Lokasi