4 Proses Persepsi

3.1 Persepsi Terhadap Iklan

Seperti telah diketahui sebelumnya pengertian persepsi adalah hasil pengamatan terhadap obyek melalui panca indera sehingga diperoleh suatu pemahaman atau penilaian. Persepsi disini diterapkan dalam pemahaman terhadap sebuah iklan, sehingga persepsi itu timbul setelah menyaksikan tayangan iklan tersebut. Iklan sendiri merupakan bentuk komunikasi searah dengan maksud tertentu. Persepsi terhadap iklan dari setiap individu dapat berbeda-beda. Perbedaan itu bisa dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing individu yang bersangkutan.

3.2 Persepsi Terhadap Iklan Produk Kosmetik Pria

Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument ) dan argumen yang menentang (counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk. Konsumen lain ada yang mendukung argumen atau berpersepsi bahwa konsumen setuju atau sependapat dengan klaim dalam iklan. Argumen yang menolak berhubungan secara negatif dengan penerimaan pesan, semakin menolak pesan yang disampaikan maka penerimaan pesan juga akan semakin minimal. Sehingga indikasi bahwa pemrosesan informasi iklan berjalan efektif bila seorang Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument ) dan argumen yang menentang (counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk. Konsumen lain ada yang mendukung argumen atau berpersepsi bahwa konsumen setuju atau sependapat dengan klaim dalam iklan. Argumen yang menolak berhubungan secara negatif dengan penerimaan pesan, semakin menolak pesan yang disampaikan maka penerimaan pesan juga akan semakin minimal. Sehingga indikasi bahwa pemrosesan informasi iklan berjalan efektif bila seorang

tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan). 31 Kemajuan zaman seringkali memunculkan sebuah fenomena baru di

masyarakat, tidak terkecuali dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Dahulu kosmetik serta berdandan identik dengan kaum hawa, namun sekarang ini fenomena itu bergeser hingga muncul fenomena baru yaitu pria pun juga ”suka”

berdandan. Maka muncul fenomena pria metroseksual. Metroseksual muncul sebagai kosakata baru yang menggejala di kota-kota besar di dunia termasuk juga dikota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan. Pria Metroseksual ini dikenal tidak ragu menunjukkan sisi feminim di dalam dirinya. Tapi mereka tetaplah pria normal yang, hanya saja lebih emosional dalam mengekspresikan keinginan dan perasaan layaknya kaum wanita.

Oleh karena itu, lazimnya seorang wanita, pria metroseksual juga merasa perlu merawat tubuh dan menjaga kebugaran. Mereka sering pergi ke salon untuk melakukan perawatan wajah, juga manicure, pedicure, facial, mandi spa, selain itu juga fitness hingga belanja ke butik-butik.

31 http://www wardoyo.staff.gunadarma.ac.id/

Kepribadian mereka semakin emosional, ekspresif, liberal, fashionable. Tak heran bila pria metroseksual ini biasanya mempunyai banyak teman, sebab mereka memang dikenal begitu mudah mengekspresikan perasaannya dan lebih komunikatif dibanding pria pada umumnya. Jadi, pada intinya mereka tetaplah pria normal, hanya saja karakter dan kebiasaan mereka lebih women oriented

Istilah Metroseksual sendiri pertama kali diperkenalkan oleh seorang kolumnis Fashion asal Inggris yang bernama Mark Simpson pada tahun 1994. Saat itu ia melihat fenomena banyaknya para pemuda Inggris di kota-kota besar yang dandy dan kaya. Ia biasa menyebutnya “laki-laki” yang cinta setengah mati tak hanya terhadap dirinya ( narcissist), tetapi juga gaya hidup dikota besar yang

dijalaninya. 32 Fenomena itulah yang nampaknya menggejala di tanah air, dengan

dipelopori para selebritis pria yang kerap menghiasi layar kaca pertelevisian nasional. Para selebritis tersebut melakukan hal seperti itu karena alasan untuk menjaga penampilan demi eksistansi diri mereka di dunia entertainment yang selalu menuntut untuk tampil prima dalam setiap penampilannya.

Iklan merupakan cara efisien untuk mencapai banyak pembeli yang secara geografis tersebar. Dengan iklan produk kosmetik pria image pria metroseksual semakin kuat. Sehingga para audiens akan mempunyai persepsi pria metroseksual dalam setiap penayangan iklan produk kosmetik pria. Menurut Wawan Kuswandi dalam bukunya Komunikasi Massa, televisi sering dipakai sebagai media periklanan kosmetik, karena sebagai media audio visual, televisi bisa