Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Daerah
2. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Daerah
Otonomi daerah yang telah berlangsung selama ini telah membawa pada arah reformasi keuangan daerah. Reformasi keuangan daerah ini memberi keleluasaan yang lebih bagi daerah untuk mengelola keuangan daerahnya secara mandiri karena disadari bahwa yang memahami kondisi dan persoalan suatu daerah adalah pemerintah daerah itu sendiri. Pelimpahan berbagai wewenang dan urusan ini mengakibatkan manajemen keuangan daerah menjadi semakin kompleks. Konsekuensinya pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengelola keuangan daerah dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Sumber- sumber keuangan yang ada harus dapat dikelola seoptimal mungkin untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.
Sistem manajemen keuangan yang jelas dan berdaya guna diperlukan untuk dapat mewujudkan sistem keuangan daerah yang transparan dan akuntabel.
pengelolaan keuangan harus dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang tujuan, hasil, manfaat, dan besaran kuantitatif anggaran yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah berarti bahwa setiap dana yang diperoleh dan dianggarkan oleh pemerintah untuk kegiatan pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan. Manajemen keuangan daerah harus diarahkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih besar. Misi pengelolaan keuangan daerah harus menekankan pada aspek pelayanan masyarakat.
Adapun asas umum manajemen keuangan daerah berdasarkan pasal 66 Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 sebagai berikut
1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangan- undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memerhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
2. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
3. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
4. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.
5. Surplus dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah tahun anggaran berikutnya.
6. Penggunaan surplus APBD dimaksudkan untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan dalam perusahaan daerah harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu daripada DPRD
Prinsip-prinsip lain yang juga dianut dalam pengelolaan keuangan daerah, seperti yang tercantum dalam pasal 67 Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 adalah sebagai berikut:
1. Peraturan daerah tentang APBD merupakan dasar bagi pemerintah daerah untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.
2. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pada pengeluaran atas beban APBD, jika anggaran untuk mendanai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup.
3. Semua pengeluaran daerah termasuk subsidi, hibah, dan bantuan keuangan lain yang sesuai dengan program pemerintah daerah didanai melalui APBD.
4. Keterlambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/ atau bunga.
5. APBD disusun sesuai kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan keuangan daerah.
6. Apabila APBD diperkirakan defisit maka ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam peraturan daerah tentang APBD.
7. Apabila APBD diperkirakan surplus maka ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam peraturan daerah tentang APBD.
Menurut Sony Yuwono (2008:56), pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi dan diwujudkan dalam APBD yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Untuk menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi perlu dipahami beberapa prinsip penting manajemen keuangan daerah, sebagai berikut.
1. Taat pada peraturan perundang-undangan, dengan maksud bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
2. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dan hasil.
3. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
4. Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah.
5. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.
6. Bertanggung jawab merupakan wujud dari kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
7. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang objektif.
8. Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.
9. Manfaat maksudnya keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.