Belajar Sanitasi dari India
Belajar Sanitasi dari India
P nunjukkan CLTS telah dilaksanakan pada 20 provinsi, 58 kabu- Pencapaian TSC di Maharastra
endekatan Community-Led Total Sanitation (CLTS) insentif bagi komunitas yang telah bebas BAB sembarangan, telah mulai menunjukkan hasil di Indonesia sejak
dan kemungkinan penyediaan kredit mikro. diperkenalkan pada Nopember 2004. Data terakhir me-
paten, dan sebanyak paling tidak 150 desa telah mencapai tahap Pencapaian pembangunan sanitasi di Maharastra dalam dua bebas buang air besar (BAB) sembarangan dalam waktu 1,5
dekade terakhir sangat rendah. Pembangunan sanitasi pada tahun. Walaupun demikian masih dibutuhkan langkah per-
periode 1997-2000 menggunakan pendekatan masif berupa cepatan agar jumlah desa yang bebas BAB sembarangan (open defecation free/ODF) mencapai jumlah yang signifikan. Masih puluhan ribu desa yang belum bebas BAB sembarangan.
Melihat dampaknya yang signifikan terhadap perubahan perilaku, percepatan CLTS di Indonesia kemudian menjadi suatu obsesi. Untuk mencapai obsesi tersebut dibutuhkan input baru dalam bentuk pembelajaran dari negara lain. India menja- di pilihan tepat. Mereka telah lebih dahulu mengadopsi pen- dekatan CLTS dengan melakukan beberapa penyesuaian sehing-
ga namanya pun berubah menjadi Total Sanitation Campaign (TSC). Kunjungan tim pemerhati sanitasi dari India, Pakistan dan Bangladesh ke Indonesia pada awal Agustus 2007 untuk melihat hasil penerapan CLTS membuka peluang pertukaran pengalam- an. WSP EAP kemudian memfasilitasi Pemerintah Indonesia untuk melakukan kunjungan balasan ke India pada 27-31 Agustus 2007. Daerah yang dikunjungi adalah District of Jalna, Maharastra. Delegasi Indonesia berasal dari berbagai instansi yaitu dr. Wan Alkadri, Zainal Nampira (Depkes), Oswar Mungkasa (Bappenas), Emah Sujimah (PU), dan dr. Budi Rahaju (Dinkes Propinsi Jawa Timur).
Tulisan berikut akan menjelaskan pembelajaran pemba- ngunan sanitasi di India yang diperoleh selama kunjungan ter- sebut.
Total Sanitation Campaign (TSC)
Pada dasarnya pendekatan TSC tidak berbeda mendasar dengan pendekatan CLTS, yaitu fokus pada meniadakan kebi- asaan buang air besar sembarangan dan bukan membangun jamban, mendorong peningkatan kebutuhan layanan sanitasi pada tingkat komunitas dan bukan pada tingkat individu, men- dorong kesadaran dari dalam diri sendiri dan bukan penyadaran melalui penyediaan subsidi. Perbedaannya adalah TSC mem-
Penduduk desa India di depan jambannya.
bolehkan penyediaan pilihan teknologi jamban, penyediaan
Foto: Oswar Mungkasa
Agustus 2007 19
Percik Percik
Kemudian pemerintah Maharastra mengadopsi prinsip TSC yang merupakan program pemerintah India pada tahun 2002. Uji coba dilaksanakan pada tahun 2003 di dua distrik yaitu Ahmednagar dan Nanded. Kemudian TSC diterapkan di seluruh distrik sejak tahun 2004. Hasilnya sungguh menggembirakan. Jumlah Gram Panchayats (GP/keca- matan) yang berhasil bebas BAB sembarangan telah men- capai 4.000 kecamatan pada tahun 2006, dari hanya 13 kecamatan pada tahun 2003. Dalam jangka waktu 2,5 tahun, tambahan jumlah pen- duduk yang terjangkau men- capai 8 juta orang, dari awal- nya yang hanya 4.000 orang.
Dukungan penuh Peme- rintah
Dukungan penuh peme- rintah di setiap tingkatan menjadi suatu keniscayaan. Dukungan yang diberikan berupa penyediaan kebijakan sanitasi, pembentukan gugus tugas yang diberi kewenangan penuh mengkoordinasikan kegiatan sanitasi, melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya, penyediaan petunjuk, penyediaan dana insentif bagi komunitas yang telah bebas BAB sembarangan, penyelenggaraan kompetisi desa bersih (bebas BAB semba- rangan), penyelenggaraan kampanye sa- nitasi. Banyak lagi kegiatan yang seluruh- nya diinisiasi oleh pemerintah, baik pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai
desa.
Salah satu bentuk dukungan yang ter- lihat sangat dihargai komunitas desa adalah dalam bentuk penandatanganan piagam penghargaan oleh Presiden India. Tanda tangannya asli bukan cap-capan
yang sering kita lihat di Indonesia.
Pada saat kunjungan kami ke semua desa, yang pertama kali diperlihatkan adalah piagam tersebut berikut piala sebagai pemenang lomba desa. Hal ini yang mendorong pemerintah mengkait- kan kampanye sanitasi tidak hanya sema- ta aspek kesehatan saja tetapi juga kenya- manan, privasi, dan kebanggaan.
Peran yang jelas
Disadari bahwa tanggungjawab pem-
bangunan sanitasi sebaiknya diserahkan pada tingkatan pemerintahan yang lang- sung berhubungan dengan masyarakat. Untuk itu, pemerintah India menye- rahkan program TSC kepada pemerintah Gram Panchayat (GP/setingkat Keca-
matan). Penyertahan ini dilaksanakan secara for- mal melalui undang-un- dang.
Peran National Go- vernment (pemerintah pu- sat) terbatas pada pe- ngembangan kebijakan, melakukan pemantauan serta penyediaan dana insentif bagi desa yang bebas BAB sembarangan, baik yang berupa hadiah bagi desa pemenang mau- pun insentif program bagi komunitas yang berhasil menuntaskan BAB semba- rangan.
State Government (Pe- merintah provinsi) ber- peran mendukung Zilla Parishad (pemerintah ka- bupaten) dalam imple- mentasi berupa pening- katan kapasitas, pe- mantauan daerah bebas BAB sembarangan, dan memfasilitasi penyeleng- garaan lomba desa bersih (desa bebas BAB sem- barangan). Termasuk juga mengembangkan petunjuk operasional, kriteria pe- milihan LSM yang dapat
diajak bekerjasama, dan mengembang- kan sistem pemantauan dan evaluasi, serta penyebarluasan 'lessons learned' (pembelajaran).
Zilla Parishad (pemerintah kabupa- ten) mengembangkan mekanisme dan aturan tender, dan sistem pemantauan berdasarkan kriteria yang ditetapkan pemerintah provinsi. Pemerintah kabu- paten harus mengkoordinasikan seluruh instansi sehingga GP hanya berhubungan dengan satu pintu saja.
Peran LSM diarahkan kepada pe-